Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN STATUS ANEMIA PADA

CALON PENGANTIN
DI PUSKESMAS SEDAYU I DAN
PUSKESMAS SEDAYU II
BANTUL YOGYAKARTA 2015
Megawati, Siti Nurunniyah , Wahyu Dewi Sulistya Rini

Latar Belakang : Pada bulan Oktober hasil perhitungan Angka Kematian Ibu (AKI)
menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang menunjukkan
peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Ibu hamil yang mengalami anemia akan meningkatkan resiko terjadinya
kematian ibu di bandingkan dengan ibu tidak anemia. Prevalensi kejadian anemia di
dunia anatara tahun 1993 sampai 2005 sebanyak 24.8 persen dari total penduduk
dunia (hampir 2 milyar penduduk dunia). Di Kabupaten Bantul Kecamatan Sedayu
merupakan daerah yang memiliki angka kematian ibu hamil dengan anemia kedua
tertinggi yaitu 54,5 %. Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di puskesmas
sedayu I dan II belum ada pemeriksaan Hb pada calon pengantin.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran status anemia pada calon pengantin di
Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas Sedayu II, Bantul, Yogyakarta.

Metode :Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kuantitatif dengan rancangan


penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah calon pengantin di puskesmas
sedayu I dan puskesmas sedayu II. Jumlah sampel yang digunakan adalah 79
responden, teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Alat ukur
yang digunakan adalah Hb sahli.

Hasil :hasil penelitian yang diperoleh yaitu status anemia pada calon pengantin di
Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas Sedayu II, Bantul, Yogyakarta yaitu yang tidak
anemia 31 orang (39,2%), anemia ringan sekali 17 orang (21,5 %), anemia ringan 17
orang (21,5 %), anemia sedang 11 orang (13,9 %), dan anemia berat 3 orang (3,8 %).

Kesimpulan :karekteristik calon pengantin yang dapat mempengaruhi status anemia


yaitu calon pengantin kebanyakan tamat SMA sebanyak 50,6%, usia calon pengantin
87,4% dalam reproduksi sehat (22-35 tahun), dan sebagian besar calon pengantin
adalah bekerja sebagai karyawan swasta 50,6%.

Kata Kunci :Status anemia

1
Latar belakang di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebesar 20,95 %, dan pada tahun 2011
Pada bulan Oktober hasil perhitungan
menurun menjadi 18,90%. Anemia di
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Demografi dan Kesehatan Indonesia
tertinggi di Kabupaten Bantul 25,60% dan
(SDKI) 2012 yang menunjukkan
terendah di kabupeten Sleman 10,19%
peningkatan dari 228 per 100.000
(Dinkes Provinsi DIY, 2012). Di
kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000
Kabupaten Bantul Kecamatan Sedayu
kelahiran hidup (Syafiq, 2013). Angka
merupakan daerah yang memiliki angka
Kematian Ibu (AKI) Indonesia
kematian ibu hamil dengan anemia kedua
diperkirakan tidak akan dapat mencapai
tertinggi yaitu 54,5 % (Dinkes Bantul,
target Millenium Development Goals
2012). Angka kejadian anemia pada ibu
(MDGs) yang ditetapkan yaitu 102 per
hamil di Sedayu mencapai 35,29% (Data
100.000 kelahiran hidup pada tahun
Kesehatan Ibu dan Anak dan gizi, 2013
2015. Menurut Dinas Kesehatan Kota
dalam Andriyani 2014). Secara garis
Yogyakarta Angka Kematian Ibu pada
besar kematian ibu secara langsung
tahun 2013 mencapai 204 per 100
adalah komplikasi yang terjadi saat
kelahiran hidup (Dinkes, 2014).
persalinan dan segera setelah bersalin,
Ibu hamil yang mengalami anemia akan
sedangkan penyebab tidak langsungnya
meningkatkan resiko terjadinya kematian
antara lain adalah ibu hamil menderita
ibu di bandingkan dengan ibu tidak
Kurang Energi Kronis/KEK sebesar 37%
anemia. Prevalensi kejadian anemia di
dan anemia (HB kurang dari 11 gr%)
dunia anatara tahun 1993 sampai 2005
sebesar 40% (Depkes RI, 2007 dalam
sebanyak 24.8 persen dari total penduduk
anggeraini, 2012).
dunia (hampir 2 milyar penduduk
Sebagian besar penyebab anemia di
dunia)(WHO 2008,dalam Anggeraini
Indonesia adalah kekurangan zat besi
2012).
yang berasal dari makanan yang dimakan
Hasil Riset Kesehatan Dasar
setiap hari dan diperlukan untuk
menunjukkan bahwa prevalensi anemia
pembentukan hemoglobin sehingga
ibu hamil pada tahun 2007 di Daerah
disebut anemia kekurangan besi. Anemia
Istimewa Yogyakarta sebesar 15 persen
zat besi banyak diderita oleh wanita
melebihi rata-rata prevalensi nasioanl
hamil, wanita menyusui dan wanita usia
yaitu (11,9%) (Anggraini, 2012), pada
subur, pada umumnya karena fungsi
tahun 2010 angka anemia pada ibu hamil
kodrati yaitu haid, hamil, melahirkan dan

2
menyusui. Karena itu kebutuhan zat besi sebelum menikah (calon pengantin).
pada waktu hamil relative lebih tinggi Berdasarkan observasi dan survei
dibandingkan dengan kebutuhan zat besi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
sebelum hamil (Waryono, 2010). tanggal 19 desember 2014 di Kantor
Wanita yang mengalami anemia dalam Urusan Agama (KUA) Kecamatan
kehamilan akan memiliki risiko terjadi Sedayu, pada tahun 2014 dari bulan
keguguran, kematian janin yang januari sampai November ada 283 orang
dikandung, berat bayi lahir rendah, calon pengantin, dimana calon pengantin
kelahiran prematur, perdarahan serta perempuan adalah calon ibu hamil, yang
kematian ibu dan bayi. Kunjungan ibu rata-rata pendidikanya SMA, pekerjaan
hamil atau kunjungan ANC sangat karyawan swasta dan umur rata-rata 20
diperlukan, karena ibu hamil bisa tahun keatas. Di Puskesmas Sedayu 1
mengukur kadar hemoglobin dan tahun 2014 calon pengantin yang
mengetahui apakah dia terkena anemia melakukan suntik TT ada 71 orang dan
atau tidak (Anggraini, 2005), jika belum adanya pemeriksaan hemoglobin
kunjungan ibu hamil sangat rendah atau (hb) pada calon pengantin hanya saja
jarang, sangat sulit mengetahui apakah pemeriksaan hemoglobin (hb) dilakukan
ibu hamil mengalami anemia atau tidak pada calon pengantin yang sudah hamil
karena jika diketahuinya ibu mengalami (hamil diluar nikah), dimana rata-rata
anemia pada saat umur kehamilan lanjut kadar hemoglobinya kurang dari 11 gram.
akan mempersulit penanganannya, Di Puskesmas Sedayu 2 pada tahun 2014
Walaupun ibu hamil sudah calon pengantin yang melakukan suntik
mengkonsumsi zat besi (Fe) memberikan TT ada 315 orang, dan belum ada
tablet zat besi folat ( mengandung 60 mg pemeriksaan hb pada calon pengantin.
elemental besi dan 250 ug asam folat) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
setiap hari satu tablet selama 90 hari melakukan penelitian gambaran status
berturut-turut tidak menutup kemungkinan anemia pada calon pengantin di
ibu hamil tetap mengalami anemia karena Puskesmas Sedayu 1 dan puskesmas
dibutuhkannya waktu untuk proses Sedayu II.
perubahan tablet penambah darah
menjadi darah.
Banyaknya angka anemia pada ibu Tujuan Penelitian
hamil, maka perlu diketahui status anemia Tujuan umum : Untuk mengetahui
ibu sebelum hamil atau pada saat gambaran status anemia pada calon

3
pengantin di Puskesmas Sedayu I dan Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Puskesmas Sedayu II, Bantul,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Yogyakarta.
Puskesmas Sedayu I dan Pukesmas
Tujuan khusus : Untuk mengetahui kadar
Sedayu II Bantul Yogyakarta tentang
hemoglobin pada calon pengantin di
status anemia pada calon pengantin
Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas didapatkan karakteristik calon pengantin
Sedayu II. Untuk mengetahui karakteristik
sebagai salah satu faktor penyebab calon
calon pengantin meliputi, pendidikan, pengantin anemia. Adapun karakteristik
pekerjaan, dan usia di puskesmas sedayu
tersebut yaitu meliputi pendidikan,
I dan Puskesmas Sedayu II. pekerjaan, dan umur. Hasil prosentase
karakteristik calon pengantin sebagai
Metode penelitian
berikut
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Tabel 1
deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian
Presentase Karakteristik Calon Pengantin
yang bertujuan menggambarkan di Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas
Sedayu II Bantul Yogyakarta
(deskripsi) tentang keadaan tertentu Kategori Frekuensi Presentase
%
secara objektif (Machfoedz, 2013), Kategori Pendidikan
Tidak tamat SD 5 6,3%
dengan menggunakan rancangan cross Tamat SD 4 6,1%
Tidak tamat SMP 14 17,7%
sectional Tidak tamat SMA 40 50,6%
Tamat Diploma 10 12,7%
Populasi dalam penelitan ini adalah calon Tamat Sarjana 6 7,6%
Total 79 100%
pengantin di Puskesmas Sedayu I dan Kategori Pekerjaan
Buruh/buruh tani 5 6,3%
Puskesmas Sedayu II Bantul Yogyakarta Karyawan swasta 40 50,6%
Pegawai 5 6,3%
berjumlah 79 orang. Penentuan besar Negeri/TNI/Polisi
Wiraswasta 11 13,95%
sampel secara Accidental Sampling. IRT/tidak bekerja 15 19,6%
Teknik Accidental Sampling. Jumlah Lainnya 3 3,7%
Total 79 100%
populasi yang diambil sebanyak 386 Kategori usia
<21 tahun 10 12,6%
responden, sehingga jumlah sampel yang 22-35 tahun 69 87,4%
>35 tahun 0 0%
dibutuhkan untuk menjadi responden Total 79 100%

penelitian ini melalui penentuan dari


Berdasarkan hasil penelitian pada 79
rumus Solvin adalah 79 sampel. Alat yang
responden, diperoleh pendidikan calon
dignakan dalam penelitian adalah Hb
pengantin paling banyak tamat SMA
sahli, gelas ukur, tabung haemometer,
50,6% (40 orang) paling sedikit tamat SD
pengaduk, pipet sahli, larutan HCL 0,1 %,
6,1% (4 orang),jika dilihat dari pekerjaan
aquades dan form pengukur Hb Sahli.

4
calon pengantin kebanyakan bekerja sahli didapatkan status anemia pada
sebagai karyawan swasta sebanyak calon pengantin berdasarkan
50,6% (40 orang) palin sedikit bekerja karakteristiknya sebagai berikut:
sebagai lainnya 3,7% (3,7 orang), dan jika
a. Pendidikan
dilihat dari segi usia kebanyakan calon
calon pengantin yang tidak tamat SD ada
pengantin berusia 22-35 tahun sebanyak
5 orang, 3 calon pengantin tidak
7,9% (87,4%).
mengalami anemia, 1 pengantin
Tabel 2 mengalami anemia ringan sekali, 1
Distribusi Kadar Hemoglobin calon
pengantin Puskesmas Sedayu I dan pengantin mengalami anemia ringan dan
Puskesmas Sedayu II Bantul Yogyaarta 1 calon pengantin mengalami anemia
Status Nilai frekuensi Prosentase berat. Calon pengantin yang tamat SD
Anemia Hb %
Tidak Hb 12 31 39,2 % ada 4 orang (2 orang tidak anemia, 1
anemia g/dl- orang anemia ringan sekali, 1 orang
16
g/dl anemia ringan), calon pengantin yang
Anemia Hb 11 17 21,5 %
ringan g/dl- > tamat SMP ada 14 orang (4 orang tidak
sekali 12 g/
dl mengalami anemia, 4 anemia ringan
Anemia Hb 8 17 21,5%
ringan g/dl- < sekali, 2 anemia ringan, 3 anemia ringan,
11
g/dl
1 anemia berat), calon pengantin yang
Anemia Hb 5 11 13,9 % tamat SMA ada 40 orang (15 orang tidak
sedang g/dl- <
8 g/dl anemia, 10 orang anemia ringan sekali,
Anemia Hb < 3 3,8 %
berat 5 g/ dl 10 orang anemia ringan, 4 anemia
Jumlah 79 100 %
sedang, 1 anemia berat), calon pengantin
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui yang tamat Diploma ada 10 orang (5 tidak
status anemia pada calon pengantin di anemia, tidak ada yang anemia ringan
Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas sekali, 2 orang anemia ringan, 3 orang
Sedayu II, Bantul, Yogyakarta yaitu yang anemia sedang, tidak ada yang anemia
tidak anemia 31 orang (39,2%), anemia berat), calon pengantin yang tamat
ringan sekali 17 orang (21,5 %), anemia Sarjana ada 6 orang (2 orang tidak
ringan 17 orang (21,5 %), anemia sedang anemia, 1 orang anemia ringan sekali, 2
11 orang (13,9 %), dan anemia berat 3 orang anemia ringan, 1 orang anemia
orang (3,8 %), cara pemeriksaan Hb sedang, tidak ada anemia berat).
menggunakan alat Hb sahli. Dari hasil b. Pekerjaan
pemeriksaan Hb dengan menggunakan

5
calon pengantin yang bekerja sebagai mengalami anemia, 2 orang mengalami
buruh sebanyak 5 orang (4 orang tidak anemia ringan sekali, 2 orang mengalami
mengalami anemia, 1 orang anemia anemia ringan, 2 orang mengalami
ringan sekali, dan tidak ada yang anemia sedang, dan 1 orang mengalami
mengalami anemia ringan,sedang dan anemia berat), sedangkan calon
berat), calon pengantin yang bekerja pengantin yang berumur pada reproduksi
sebagai karyawan swasta ada 40 orang sehat (22-35 tahun) ada 69 orang (28
(11 orang tidak anemia, 13 orang anemia orang tidak anemia, 15 orang anemia
ringan sekali, 7 orang anemia ringan, 8 ringan sekali, 15 orang anemia ringan, 9
orang anemia sedang, dan 1 orang orang anemia sedang, 2 orang anemia
anemia berat), calon pengantin yang berat), dan tidak ada pasien yang
bekerja sebagai pegawai negeri/TNI/polisi berumur lebih dari 35 tahun.
ada 5 orang (2 orang tidak anemia, tidak
Berdasarkan hasil penelitian diatas
ada anemia ringan sekali, 2 orang anemia
menunjukkan bahwa status anemia pada
ringan, 1 orang anemia sedang, dan tidak
calon pengantin di Puskesmas Sedayu I
ada anemia berat), calon pengantin yang
dan Puskesmas Sedayu II Bantul
bekerja sebagai wiraswasta ada 11 orang
Yogyakarta yang tidak anemia sebanyak
(6 orang tidak anemia, tidak ada anemia
31 orang, anemia ringan sekali 17 orang,
ringan sekali, 3 orang anemia ringan, 2
anemia ringan 17 orang, anemia sedang
orang anemia sedang, dan tidak ada
11 orang , dan calon pengantin yang
anemia berat), calon pengantin yang
mengalami anemia berat 3 orang.
bekerja sebagai IRT/tidak bekerja ada 15
Penelitian ini menunjukkan bahwa
orang (7 orang tidak anemia, 2 orang
kejadian anemia lebih besar (60,8 %)
anemia ringan sekali, 5 orang anemia
dibandingkan calon pengantin yang tidak
ringan, tidak ada anemia sedang, 1 orang
anemia (39,2 %). Jika dilihat dari segi
anemia berat),dan calon pengantin yang
pendidikan calon pengantin yang
bekerja sebagai lainnya (mahasiswa) ada
mengalami anemia lebih banyak tamat
3 orang (1 orang tidak anemia, 1 orang
SMA sebanyak 25 orang (31,6%).
anemia ringan sekali, tidak ada yang
Penelitian ini hampir sama yang dilakukan
anemia ringan dan sedang, 1 orang
oleh Andriani, 2014 di SMA N 1 Sedayu,
anemia berat).
siswi yang mengalami anemia sebanyak
c. Usia
(74,79 %) dan yang tidak mengalami
calon pengantin yang berumur kurang
anemia sebanyak (25,21 %), perbedaan
dari 21 tahun ada 10 orang (3 orang tidak

6
pada penelitian ini dimana responden Anemia pada pekerja wanita dapat
rata-rata masih umur remaja tengah (15- menurunkan produktifitas kerja yang lebih
18 tahun) dan akhir (18-22 tahun) dimana rendah dibandingkan pekerja yang tidak
masih memiliki kesadaran yang rendah anemia. Kejadian anemia pada pekerja
dalam melakukan pemerikasaan Hb, dan wanita disebabkan karena konsumsi zat
kurangnya pengetahuan tentang besiyang kurang. Dan jika dilihat dari segi
pentingnya pemeriksaan Hb. Menurut umur, calon pengantin yang mengalami
Koentjoroningrat pendidikan seseoarang anemia rata-rata berusia produktif yaitu
berpengaruh pada pengetahuannya, 22-35 tahun sebanyak 5,2% (41 orang).
diaman semakin tinggi tingkat pendidikan Secara umum kemungkinan terjadi
seseorang makin banyak pula anemia bisa pada usia berapapun. Usia
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, reproduksi yang sehat bagi seorang
pendidikan yang kurang akan wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu
menghambat perkembangan sikap 20-35 tahun, karena pada usia ini alat
seseorang terhadap nilai baru yang reproduksi sudah cukup matang dan siap
diperkenalkan sehingga pengetahuan untuk proses kehamilan dan persalinan.
juga kurang. Penelitian yang hampir sama juga
Jika dilihat dari segi pekerjaan, calon dilakukan oleh Putri (2013) yang berjudul
pengantin yang mengalami anemia lebih “Perbandingan Konsumsi Zat Gizi, Status
banyak bekerja sebagai karyawan swasta Gizi, dan Kadar Hemoglobin Pengantin
sebanyak 36,7% (29 orang) dimana pola Wanita di Wilayah Pantai dan Pertanian
kerjannya dari pagi sampai sore dan jam Kabupaten Probolinggo” di dapatkan hasil
istirahat makan hanya satu kali saja, sebagian besar responden baik di wilayah
sedangkan untuk pemenuhan pola nutrisi pantai maupun pertanian usia umur calon
biasanya hanya dengan telur, tempe, pengantin 19-29 tahun, sebanyak rata-
sayur. Berdasarkan penelitian yang rata 45 % responden diwilayah pantai
dilakukan Halinda (2008) tentang “Analisi berpendidikan tamat SMA sedangkan
Kadar Hemoglobin Darah pada Buruh 45% responden di wilayah pertanian
Wanita di Perusahaan Makanan Beku berpendidikan SMP, dan memiliki rata-
(cold storage) PT X Belawan diperoleh rata kadar hemoglobin sebagian besar
prevelensi anemia pada pekerja wanita responden diwilayah pantai sebesar
dalam penelitian cukup tinggi 47,2%, 13,09 g/dl sedangkan di wilayah pertanian
dimana 90% pekerja wanita berada pada sebesar 12,95 g/dl, tidak ada perbedaan
usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. konsumsi zat gizi, status gizi pengantin

7
wanita menurut IMT, LILA, dan RLPP yang sudah matang untuk mengembang
serta kadar hemoglobin pengantin wanita kehamilan. Itu berarti wanita yang belum
di wilayah pantai dan pertanian. cukup umurnya untuk menikah, peran
Menurut Soemantri, 2005 bahwa rahim sebagai penyangga bayi yang akan
anemia yang tinggi akan berdampak pada tumbuh didalamnya belum cukup kokoh.
penurunan kualitas sumber daya Selain itu perkawinan serta kehamilan
manusia, sosial dan ekonomi. Anemia pada usia yang kelewat muda cenderung
pada calon pengantin dapat beresiko terkenan kangker leher rahim (
menyebabkan mudah lelah, kapasitas carcinoma cervicis uteri ) (Nadesul
fisik turun, badan lemah, dan menurunya Hendrawan, 2007).
produktifitas, dan akan semakin berat Kejadian anemia yang tinggi pada
kondisinya bila calon pengantin hamil, calon pengantin di Puskesmas Sedayu I
karena kehamilan membutuhkan lebih dan Puskesmas Sedayu II Bantul
banyak jumlah zat besi untuk Yogyakarta dapat berdampak pada saat
pertumbuhan dan perkembangan hamil nanti. Kejadian anemia pada calon
janinnya, maka akan berdampak pada pengantin di sedayu merupakan salah
abortus, persalinan prematur, hambatan satu penyebab kejadian anemia pada ibu
tumbuh kembang janin dalam rahim, hamil di Sedayu yang mencapai 54,5%,
mudah terjadi infeksi, pada saat yang merupakan kejadian anemia nomer
persalinan bisa terjadi gangguan His, kala dua tertinggi di Kabupaten Bantul.
1 lama, kala II berlangsung lama, dan Kesimpulan
dapat terjadi perdarahan post partum, dan Hasil dari penelitian pada calon pengantin
pada saat nifas juga bisa terjadi sub di Puskesmas Sedayu I dan Puskesmas
involusi uteri menimbulkan perdarahan, Sedayu II Bantul Yogyakarta, dapat di
infeksi puerperium, pengeluaran asi simpulkan :
berkurang, anemia kala nifas dan mudah 1. Calon pengantin yang mengalami
terjadi infeksi mamae (Saifudin, 2000). anemia 60,8% dengan rincian : anemia
Dari aspek medis, kondisi reproduksi ringan sekali 21,5%, anemia ringan
yang belum siap hamil berpotensi 21,5%, anemia sedang 13,9%, anemia
menimbulkann masalah nantinnya. Rahim berat 3,8%. Sedangkan calon pengantin
atau uterus, salah satu organ atau yang tidak anemia 39,2%.
reproduksi wanita yang utama. Ukuran 2. Beberapa karekteristik calon
dan pertumbuhan rahim yang belum pengantin yang dapat mempengaruhi
mencapai optimal, tak bakal sekuat rahim status anemia yaitu calon pengantin

8
kebanyakan tamat SMA sebanyak 50,6%, Yang tersedia di http//: www.a-
usia calon pengantin 87,4% dalam syafiq@ui.ac.id.(infid.org/pdfdo/13857053
reproduksi sehat (22-35 tahun), dan 21) di akses pada tanggal 30 desember
sebagian besar calon pengantin adalah 2014 pkl 16.10 WIB.
bekerja sebagai karyawan swasta 50,6%.
Andriyani, N (2014). Gambaran Status
Saran
Anemia Pada Remaja Putri Di SMA N
1. Bagi Bidan
Sedayu Bantul, Yogyakarta.
Tenaga kesehatan seharusnya lebih
memberikan informasi tentang anmia Anggeraini, N (2012). Karakteristik Ibu
pada calon pengantin, sehingga Hamil dengan Kejadian Anemia Di BPS
diharapkan pada saat hamil ibu tidak Sri Martuti. KTI Mahasiswa Stikes Alma
mengalami anemia. Ata Yogyakarta
2. Bagi Institusi
Arikunto, Suharsimi. (2013), Prosedur
Diharapkan dapat menambah
Penelitian SUatu Pendekatan Praktek.
refrensi dalam pertumbuhan sarana
Jakarta: RINEKA CIPTA
karya tulis ilmiah, agar dapat
digunakan sebagai acuan penelitian Dinas Kesehatan RI. 2007. Profil
selanjutnya. Ksehatan Provinsi Daerah Istimewa
3. Bagi Calon Pengantin Yogyakarta . Yogyakarta. Dinas
Diharapkan penelitian ini dapat Kesehatan Provinsi DIY
memberikan informasi tentang status
Mahfoedz Irham, (2013). Metode
anemia pada calon pengantin,
Penelitian, Yogyakarta: Fitramaya.
sehingga sebelum menikah dapat
mempertimbangkan usia,pendidikan, Nurunniyah, Siti; Mulyanti, Octafiyani,Rita
dan pekerjaanya dan mempersiapkan Nur. 2013. Tingkat Pengetahuan tentang
kehamilannya lebih matang. Persiapan Kehamilan pada Remaja Putri di
4. Bagi peneliti selanjutnya SMA Negeri 1 Sedayu Bantul Yogyakarta.
Diharapkan dapat melakukan Yogyakarta: Universitas Alma Ata, Diakses :
penelitian lebih lanjut tentang anemia http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/18/17

pada calon pengantin.


Waryono. 2010. Gizi Reproduksi.
Yogyakarta: Pustaka Rihan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syafiq, 2013. Angka kematian ibu
dan pendidikan perempuan di Indonesia.

9
10

Anda mungkin juga menyukai