Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI

Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat
trauma :jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb (
Sjamsuhidayat, 1997). Trauma spinal yaitu gangguan pada serabut spinal (spinalcord) yang
menyebabkan perubahan secara permanen atau sementara, akan tetapi fungsi motorik, sensorik
atau anatomi masih normal. Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh benturan pada medulla spinalis (Brunner & Suddarth,2001) Cedera
medulla spinalis adalah kerusakan tulang sumsum yang mengakibatkan gangguan sistem
persyarafan didalam tubuh manusia yang diklasifikasikan sebagai : komplit (kehilangan sensasi
dan fungsi motorik), tidak komplit (campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik).
KLASIFIKASI
Cedera medulla spinalis dapat diklasifikasikan sesuai dengan level,beratnya defisit neurologi,
spinal cord syndrome,.
a. Level
Level neurologis adalah segmen paling kaudal dari medulla spinalis yang masih dapat ditemukan
keadaan sensoris dan motoris yang normal dikedua sisi tubuh.
b. Beratnya Defisit Neurologis
Cedera medulla spinalis dapat dikategorikan sebagai paraplegia tidak komplit, paraplegia
komplit, kuadriplegia tidak komplit, dan kuadraplegia komplit. Sangat penting untuk menilai
setiap gejala dari fungsi medulla spinalis yang masih tersisa.
c. Spinal Cord Syndrome
Beberapa tanda yang khas untuk cedera neurologis kadang-kadang dapat dilihat pada penderita
dengan cedera medulla spinalis Pada Central cord syndrome yang khas adalah bahwa
kehilangan tenaga pada ekstremitas atas, lebih besar dibanding ekstremitas bawah, dengan
tambahan adanya kehilangan adanya sensasi yang bervariasi.
ETIOLOGI

 Trauma misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kegiatan olah raga, luka tusuk atau luka
tembak.
 Non trauma seperti spondilitis servikal dengan myelopati, myelitis, osteoporosis, tumor.
PATOFISIOLOGI

paling umum Columna vertebralis berfungsi menyokong tulang belakang dan melindungi medula
spinalis dan saraf – sarafnya. Cedera medula spinalis dapat terjadi akibat trauma columna
vertebra atau ligamen. Mekanisme utama terjadinya cedera vertebra adalah karena hiperekstensi,
hiperfleksi, trauma kompresi vertikal dan rotasi, bisa sendiri atau kombinasi. mKerusakan
medula spinalis terjadi akibat kompresi tulang, herniasi disk, hematoma, edema, regangan
jaringa saraf dan gangguan sirkulasi pada spinal. Adanya perdarahan akibat trauma dari gray
sampai white matter menurunkan perfusi vaskuler dan menurunkan kadar oksigen dan
menyebabkan iskemia pada daerah cedera

Manifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan apakah trauma terjadi
secara parsial atau total

Tanda dan gejala yang akan muncul:

 Nyeri
 Bengkak/edama
 Memar/ekimosis
 Spasme otot
 Penurunan sensasi
 Gangguan fungsi
 Mobilitas abnormal
 Krepitasi
PENATALAKSANAAN

a. Imobilisasi

b. Stabilisasi Medis

Periksa vital signs

Pasang ’nasogastric tube’

Pasang kateter urin

Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu 6 jam
setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.

c. Mempertahankan posisi normal vertebra ”Spinal Alignmen”

d. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

e. Rehabilitasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Rotgent, adanya fraktur vertebra.

2. CT Scan, adanya edema medula spinalis.

3. MRI, adanya kemungkinan kompresi, edema medula spinalis.

4. Serum kimia, adanya hiperglikemia atau hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,


kemungkinan menurunnya Hb dan Hmt.

5. Urodinamik, proses pengosongan bladder.


KOMPLIKASI

1. Neurogenic shock 7.Ileus paralitik

2. Hipoksia 8.ISK

3. Gangguan paru – paru 9.Batu saluran kemih

4. Instabilitas spinal 10.kontratur

5. Orthostatic hipotensi 11.dekubitus

6.Inkontinensia blader 12. Konstipasi

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit Sebelumnya, Apakah pasien pernah menderita :
 Stroke
 Infeksi Otak
 DM
 Diare/muntah
 Tumor Otak
 Trauma kepala
b. Pemeriksaan Fisik
 Sistem pernafasan :Gangguan pernafasan, menurunnya vital kapasitas,
menggunakan otototot pernafasan tambahan
 Sistem kardiovaskuler : Bardikardia, hipotensi, disritmia, orthostatic hipotensi
 Status neurologi : Nilai GCS karena 20% cedera medulla spinalis disertai cedera
kepala
 Fungsi motoric : Kehilangan sebagian atau seluruh gerakan motorik dibawah garis
kerusakan,adanya quadriplegia, paraplegia
 Refleks Tendo : Adanya spinal shock seperti hilangnya reflex dibawah garis
kerusakan, postspinal shock seperti adanya hiperefleksia ( pada gangguan upper
motor neuron/UMN) dan flaccid pada gangguan lower motor neuron/ LMN).
 Fungsi sensorik : Hilangnya sensasi sebagian atau seluruh bagian dibawah garis
kerusakan
 Fungsi otonom : Hilangnya tonus vasomotor, kerusakan termoreguler
 Autonomik hiperefleksia (kerusakan pada T6 ke atas) Adanya nyeri kepala, peningkatan
tekanan darah, bradikardia, hidungtersumbat, pucat dibawah garis kerusakan, cemas dan
gangguan penglihatan.
 Sistem gastrointestinal Pengosongan lambung yang lama, ileus paralitik, tidak ada bising
usus, stressulcer, feses keras atau inkontinensia.
 Sistem urinaria : Retensi urine, inkontinensia
 Sistem Muskuloskletal : Atropi otot, kontraktur, menurunnya gerak sendi (ROM
 Kulit : Adanya kemerahan pada daerah yang terrtekan (tanda awal dekubitus)
 Fungsi seksual : Impoten, gangguan ereksi, ejakulasi, menstruasi tidak teratur
 Psikososial : Reaksi pasien dan keluarga, masalah keuangan, hubungan dengan
Masyarakat
2. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

NO DIAGNOSA INTERVENSI
1. Tidak efektifnya bersihan jalan Data Pendukung:
nafas berhubungan dengan tidak Kemampuan batuk kurang atau tidak ada
efektifnya refleks batuk, Slem banyak
immobilisasi Suara nafas stridor
Terpasang alat dimulut
Pernafasan cepat lebih dari 20
x/menitf.Perubahan nilai AGD
Kriteria Hasil:
Batuk Efektif
Pasien mampu mengeluarkan secret
Bunyi nafas normal
Jalan nafas bersih
Respirasi normal : Irama dan jumlah
pernafasan
Pasien mampu melakuakan reposisi Nilai
AGD : PaO2 > 80 mmHg, PaCO2 :35-45
mmHg, pH : 7,35-7,45
Rencana Tindakan Rasional:
Kaji kemampuan batuk dan produksi secret
Auskultasi bunyi nafas
Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi lehe,
bersihkan sekret)
Berikan terapi nebulizer
Monitor warna, jumlah dan konsistensi
sekret,lakukan kultur.
Lakukan suction jika perlu.
Lakukan latihan nafas.
Berikan minum hangat jika tidak ada
kontraindikasi.
Berikan oksigen dan monitor analisis gas
darah.
Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status
neurologi. Hilangnya kemampuan motoric
otot intercosta dan abdomen berpengaruh
terhadap kemampuan Batuk.

2. Tidak efektif pola nafas berhubungan Data Pendukung:


dengan paralisis otot pernafasan. -Taruma pada daerah servikal
-Pola nafas cepat lebih dari normal
-Ekspansi paru tidak simetris/ normal
- Irama nafas tidak teratur
- Perubahan nilai AGD
Kriteria Hasil:
-Pasien dapat menunjukan adanya peningkatan
Tidal volume >7 10ml/kg
-RR < 25 x/mnt
-Pasien mengatakan mudah bernafas
Rencana Tindakan Rasional:
-Auskultasi bunyi nafas setiap jam
- Suction jika perlu
-Berikan oksigen 100% selam 1 menit sebelum
dan sesudahsuction
-Pertahankan kepatenan jalan nafas
-Monitor ventilator jika pasien dipasang
ventilator
-Monitor analisa gas darahg
-Monitor tanda-tanda vital setiap 2 jam
-Lakukan posisi semifowler, jika tidak ada
kontraindikasii
-Hindari obat-obatan sedative

3. Menurunnya kardiak output Data Pendukung:


berhubungan dengan hilangnya tonus Kesadaran menurun
vasomotor (shock neurologi) Tekanan darah turun, nadi cepat, irama tidak
teratur
Adanya keringat dingin
Produksi urine kurang
Kriteria Hasil:
Tanda vital dalam keadaan stabil
Tekanan darah 120/80 mmHg
(sesuai,usia), nadi 80-100 x/mnt, suhu
37,5
Irama nadi reguler, outpun dan input cairan
seimbang
Rencana Tindakan Rasional:
Lakukan perubahan posisi dengan pelan-
pelan
Kaji fungsi kardiovaskuler dan cegah
spinalshock. (tekanan darah, nadi, suhu,
temperatur kulit, status hidrasi)
Monitor secara berkala postural hipotensi,
bradikardia, disritmia, menurunnya output
urine, monitor tekanan darah
Laksanakan program terapi misalnya atropi
Lakukan ROM setiap 2 jam. - Menurunnya
postural hipotensi

4. Gangguan perfusi jaringan medula Data Penunjang:


spinalis berhubungan dengan Nyeri pada daerah trauma
kompresi, kontusio, dan edema Gangguan fungsi sensorik dan motoric
Gangguan fungsi bladder dan bowel
Kriteria hasil :
Meningkatnya fungsi sensorik dan motorik
Fungsi bladder dan bowel optimal
Rencana Tindakan Rasional:
Lakukan Pengkajian neurologik setiap 4
jam
Pertahankan traksi skeletal
Jaga posisi tubuh dengan kepala dan
tubuhlurus, hindari manuver
Berikan pengobatan sesuai program
sepertisteroid, vitamin K,antaside.Ukur
intake dan output stiap jam, catat
outputurine kurang dari 30 ml/ jam.
Memonitor perubahan status
neurologidengan mendeteksi
perkembangan trauma spinal.

5. Gangguan mobilitas fisik Data Pendukung:


berhubungan dengan tidak stabilnya -Ketidakmampuan melakukan aktivitas
spinal, defisit, sensasi/ motorik, -Adanya paraplegia
gangguan sirkulasi, penggunaan - Kekuatan otot berkurang tonus otot kurang
traksi. - Adanya trauma/ kerusakan medula spinalise-
Kontraktur / atropi
Kriteria Hasil:
-Pasien mempertahankan fleksibilitas seluruh sendi
-Bebas dari fotdrop, kontaktur, rotasi panggul
-Pasien dapat melakukan mobilitas secara bertahap.
Rencana tindakan Rasional:
-Lakukan pengkajian neurologik setiap 4 jam
-Ganti posisi pasien setiap 2 jam
denganmemperhatikan kestabilan tubuh
dan kenyamanan pasien
- Beri papan penahan pada kaki
-Gunakan alat ortopedi, colar, handsplite
-Lakukan ROM pasif setelah cedera 4-5 kali / harif
-Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
-Konsultasikan kepada fisioterapi untuk latiahan
dan penggunaan alat
seperti splints- Menetapkan kemampuan dan
keterbatasan pasien dalam
pergerakan
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA SPINAL

BUNGA REZKI RAMADILA


NIM 16.11.4066.E.A.0079

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAM RUMAH SAKIT ISLAM


SAMARINDA
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai