Puri Samarinda, Panti sosial Tresna Werdha Nirwana Puri samarinda sebagai
tempat tinggal warga lanjut usia untuk mengatasi masalah lansia terutama yang
kesejahteraan sosial lanjut usia yang terencana, berkelanjutan, tepat guna dan
UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda mempunyai luas
areal kurang lebih 22.850 M2 serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memiliki jumlah bangunan 37 buah dan SDM sebanyak 96 orang, serta
dapat melayani jumlah klien sebanyak 120 orang sesuai dengan daya tampung
yang ada.
39
5.2 Hasil penelitian
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda, yang berusia >70 tahun
40
Dari tabel diatas menunjukan bahwa mayoritas responden di Panti
41
Dari tabel diatas menunjukan bahwa mayoritas responden di Panti
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda total jam tidur dimalam hari
42
d. Perasaan saat bangun tidur di pagi hari
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda Perasaan saat bangun tidur
43
Dari tabel diatas menunjukan bahwa mayoritas responden di Panti
5.3 Pembahasan
(61,5%).
Lansia yang memiliki kualitas tidur yang baik bisa di sebabkan karena
yang tidak mengalami stres. sehingga lansia mempunyai kulitas tidur yang
baik. Hal ini sejalan dengan teori (Novianty, 2014), Kualitas tidur seseorang
44
tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur
dapat dibedakan menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda-tanda fisik
akibat kekurangan tidur antara lain ekspresi wajah (area gelap disekitar
menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas, daya ingat menurun,
merupakan masalah klinis yang penting dan komplek, dimana Orang yang
terganggu dalam tidur beresiko terjadi kelelahan. Kualitas tidur yang buruk
juga terkait dengan fungsi kekebalan tubuh seseorang dan depresi. Kualitas
tidur lansia yang baik dikarenakan mereka memiliki kemampuan untuk tetap
tidur dan kondisi lansia yang masih relatif baik dalam hal psikologis
maupun biologis.
apabila siklus NREM dan REM terjadi berselang-seling empat sampai enam
kali Hidayat (2006, dalam Sagala, 2011) juga menyatakan bahwa kualitas
45
5.3.2 Kualitas Tidur pada Lansia Berdasarkan Umur
dalam tiga kategori, yaitu: lansia dini (55-60 tahun), lansia (60-70 tahun),
dan lansia resiko tinggi (lebih dari 70 tahun). Jika ditinjau dari jumlah lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda lansia resiko tinggi
dari pada lansia yang berusia 60-70 tahun Berdasarkan data Statistik
pada tahun 2015 dengan rentang usia 60-70 tahun sebesar 670 jiwa dan usia
tidur antara lain adalah usia dimana Semakin bertambahnya usia seseorang,
adalah perubahan pada pola tidur dan istirahat. Hal ini sejalan dengan
46
5.3.3 Kualitas Tidur pada Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
ini dapat dilihat dari presentasi pria dan wanita serta ratio jenis kelamin dari
lansia pria dan wanita. Umumnya angka morbiditas pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan pria. (Handayani 2012). Menurut teori dari (Pemi, 2009
47
Dari hasil peneliti diatas, mengapa pada responden didapatkan hasil
lebih banyak mengalami hipertensi ringan itu karena dipengaruhi oleh usia
terjadi pada orang yang bertambah usianya (potter dan perry 2008).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ayu dkk, (2012) menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur yang
sistolik.
48
seseorang yang memiliki waktu tidur yang kurang (<6 jam) akan
sistem saraf simpatis yang apabila terjadi dalam jangka waktu lama dapat
Total jam tidur lansia di malam hari <5 jam sebanyak 5 responden
responden (21,5%) dan >7 jam sebanyak 1 responden (1,5%). Data tersebut
Puri Samarinda total jam tidur dimalam hari 5-6 jam. Menurut teori
lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh
terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur kurang total, mengambil
normal pada lansia adalah tidur sekitar 6 jam sehari. Lansia mengalami tidur
6-7 jam sehari karena adanya penurunan fase NREM 1 dan 2, stadium 3 dan
4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang, hal ini membuat tidur
49
dewasa yang rata-rata 8 jam sehari. Lansia yang tidurnya lebih dari 7 jam,
Waktu yang dibutuhkan lansia untuk memulai tidur di malam hari >60
(17%), 16-30 menit sebanyak 47 rsponden (72,3%) dan <15 menit sebnayak
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda waktu memulai tidur
dimalam hari 16-30 menit. Kisaran waktu normal yang dibutuhkan untuk
dapat tertidur adalah 10-30 menit (Potter & Perry, 2012). Lansia secara
penelitian ini sesuai dengan kondisi yang normal yaitu waktu yang
Kebiasaan lansia yang sering dilakukan sebelum memulai tidur, juga dapat
kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum,
bisa berdampak pada meningkatnya latensi tidur pada lansia (Peters, 2009).
50
sebanyak 45 responden (69,2%) dan tidak ada sebanyak 3 responden
dari tidur di malam hari 1-2 kali. Lansia dapat mengalami gangguan tidur
panas ataupun dingin. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khasanah dan
Hidayati (2012), bahwa lansia sering ke kamar mandi pada malam hari
lansia dikaitkan dengan penurunan otot kandung kemih sebagai akibat dari
terbangun pada malam hari dan mempengaruhi tidur. Nyeri badan pada
lansia dianggap sebagai salah satu gangguan tidur yang menyerang saat
tidur dalam kondisi terjaga di malam hari. Lansia merasakan nyeri pada
malam hari terutama yang mempunyai sakit fisik seperti rematik, asam urat,
juga tidak seoptimal ketika masih muda. Hal inilah yang kemudian bisa
51
d. Perasaan saat bangun tidur di pagi hari
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda Perasaan saat bangun tidur
di pagi hari segar. Siklus tidur dan bangun mengatur fungsi fisiologis dan
fisiologis tubuh lainnya juga dapat terganggu atau berubah. Secara normal
orang yang tidur cukup akan merasakan segar setelah terbangun dari
(20,0) dan tidur sangat nyeyak sebanyak 1 responden (1,5%). Data tersebut
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur, dan lingkungan fisik tempat
52
sesorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur (
Perasaan puas dengan tidur yang dialami tadi malam, Tidak merasa
bahwa faktor yang menyebabkan kepuasan tidur yang buruk pada lansia
sosial, dan lingkungan. Kim & Moritz (1982, dalam Maas, 2011), juga
lumayan mengantuk.
53
Lansia merasa mengantuk di siang hari karena kurang aktivitas pada
siang hari dan tidak adanya aktivitas yang rutin. Hal ini menyebabkan lansia
sering tidur pada siang hari karena tidak ada aktivitas yang harus dikerjakan.
Hal ini di dukung penelitian yang di lakukan oleh Oliveira yang menyatakan
bahwa lansia yang mengalami tidur siang hari yang panjang disebabkan
karena kurang adanya aktivitas di siang hari dan tidak adannya stimulus
yaitu, peneliti merasa kesulitan dalam melakukan pengumpulan data dalam bentuk
lansia tidak mengerti cara mengisi kuesioner tersebut). Keterbatasan lainya adalah
54