Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2017


UNIVERSITAS HALU OLEO

GAMBARAN RADIOLOGI
Ruptur Ginjal

PENYUSUN :
Nefiani Akmar, S.Ked
K1A1 13 080

PEMBIMBING :
dr. Metrila Harwati, M.Kes, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Gambaran Radiologi Ruptur Ginjal


Nama : Nefiani Akmar, S.Ked
Stambuk : K1A1 13 080
Bagian : Radiologi
Fakultas : Kedokteran Universitas Halu Oleo

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing Penguji

dr. Metrila Harwati, M.Kes,. Sp.Rad dr. Metrila Harwati, M.Kes,. Sp.Rad
NIP. 1980828 200903 2 001 NIP. 1980828 200903 2 001

Mengetahui,
Kepala SMF-Bagian Radiologi,

dr. Metrila Harwati, M.Kes,. Sp.Rad


NIP. 1980828 200903 2 001
GAMBARAN RADIOLOGI RUPTUR GINJAL
Nefiani Akmar, Metrila Harwati

I. Pendahuluan
Secara anatomis sebagian besar organ urogenitalia terletak dirongga
ekstraperitoneal (kecuali genitalia eksterna), dan terlindungi oleh otot-otot dan
organ-organ lain. OIeh karena itu jika didapatkan cedera organ urogenitalia, harus
diperhatikan pula kemungkinan adanya kerusakan organ lain yang
mengelilinginya. Sebagian besar cedera organ urogenitalia bukan cedera yang
mengancam jiwa, kecuali cedera berat pada ginjal yang menyebabkan kerusakan
parenkim ginjal yang cukup luas dengan kerusakan atau terputusnya pembuluh
darah ginjal. 1
Cedera yang mengenai organ urogenitalia bisa merupakan cedera dari luar
berupa trauma tumpul maupun trauma tajam, dan cedera iatrogenik akibat
tindakan dokter pada saat operasi atau petugas medik yang lain. Pada trauma
tajam, baik berupa trauma tusuk maupun trauma tembus oleh peluru, harus
dipikirkan untuk kemungkinan melakukan eksplorasi, sedangkan trauma tumpul
sebagian besar hampir tidak diperlukan operasi.(1,2)
II. Insidens dan Epidemiologi
Hammad mencatat 1008 kasus kecelakaan lalu lintas di saudi arabia pada
tahun 2006 – 2007 dan 2,3% diantaranya mengalami trauma urologi. Organ
yang terlibat dalam trauma urologi adalah ginjal, ureter, buli-buli, urethra,
genitalia dan dari beberapa organ tersebut yang paling sering terkena trauma
adalah ginjal. Trauma ginjal terjadi 1 – 5% dari 10% seluruh kasus trauma
abdomen. Penelitian dari Sri Meutia A pada tahun 2013 di RS Arifin Achmad
Pekanbaru bahwa dari 25 kasus urologi terbanyak organ yang mengalami trauma
yaitu ginjal sebanyak 8 kasus. 3
Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia. Ginjal
adalah organ genitourinarius yang paling sering cedera, rasio laki-laki banding
perempuan adalah 3:1. Meskipun trauma ginjal secara akut dapat mengancam
jiwa, namun penanganannya dapat secara konservatif. Selama 20 tahun terakhir,

1
kemajuan dalam hal pencitraan dan strategi penatalaksanaannya dapat
menurunkan tindakan intervensi operasi dan meningkatkan perbaikan pada ginjal.
(5)

III. Etiologi
Trauma ginjal dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Jika secara
langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang sedangkan tidak
langsung yaitu merupakan cedera deselarasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-
tiba didalam rongga retroperitonium. Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat
merupakan cedera tumpul, tusuk atau luka tembak. Etiologi ruptur ginjal yaitu
sebagian besar terjadi akibat trauma tumpul. Persentase cedera trauma tumpul
pada daerah pedesaan sejumlah 90-95%, sedangkan di perkotaan persentase luka
tembus 40%. (1,6)
IV. Patofisiologi
Mekanisme ruptur ginjal meliputi tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh,
kecelakaan pejalan kaki yang berhubungan dengan kendaraan, olahraga dan
penyerangan. Kecelakaan lalu lintas menyebabkan hampir setengah dari semua
luka tumpul. Goncangan ginjal didalam rongga retroperitonium menyebabkan
regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri
renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang
selanjutnya dapat menimbulkan trombosit arteri renalis beserta cabang-
cabangnya. Cedera ginjal dapat di permudah jika sebelumnya sudah ada kelainan
pada ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal atau tumor ginjal.1
Menurut derajat berat ringanya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan menjadi cedera minor, cedera major, dan cedera pedikel atau pembuluh
darah ginjal. Sistem yang paling umum digunakan untuk mengklasifikasikan
trauma ginjal adalah Asosiasi Amerika untuk Pembedahan Trauma (AAST) dan
tomografi computed abdomen (CT) atau eksplorasi langsung digunakan untuk
mengklasifikasikan luka. (1,6)

2
Tabel 1. Skala penilaian trauma ginjal menurut AAST
Grade Deskripsi trauma
1 Kontusio atau tidak berkembang menjadi hematoma subkabsular
Tidak ada laserasi
2 Hematoma tidak meluas ke perirenal
Laserasi kortikal < 1 cm tanpa ekstrafasasi
3 Laserasi kortikal > 1 cm tanpa ekstrafasasi urinaria
4 Laserasi: cortucomedularry juntion hingga collecting system
Fascular: cedera arteri atau vena di sertai hematoma atau sebagian
laserasi pembuluh darah, atau trombosis pembuluh darah
5 Laserasi: ginjal hancur
Fascular: afusi pedikel ginjal

V. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

Gambar 1
Dikutip dari kepustakaan 7

3
Ginjal merupakan organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal, disebelah kiri dan kanan columna vertebralis, setinggi vertebra
lumbalis 1-4 pada posisi berdiri. Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan
cekunya yang menghadap kemedial, pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu
tempat- tempat struktur pembulu darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter
menuju dan meninggalkan ginjal.
Ukuran ginjal yaitu panjang 11 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm. Ginjal ada
dua buah yaitu ginjal kiri dan kanan. Ginjal kanan terletak lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri. Kedua buah ginjal dibungkus oleh jaringan ikat yang
membentuk kapsula fibrosa. Struktur ginjal terdiri dari :
a. Cortex renalis berwarna pucat mempunyai permukaan yang kasar
b. Medulla renalis terdiri atas pyramidales, columna renalis dan papilla renalis
c. Calix major
d. Calix minor
Vaskularisasi ginjal berasal dari atreri abdominalis disebelah caudal dari
arteri mesenterika superior. Arteri renalis dextra dan arteri renalis sinistra.
Mempercabangkan arteri interlobalis, berada diantara pyramid membentuk arcus
arteri arkuata kemudian bercabang membentuk arteri interlobularis.6
2. Fisiologi
Ginjal berperan sebagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan,
yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah, serta
mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian di buang
melalui urine. Fungsi ginjal diantaranya: 7
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalaui
regulasi keseimbangan H2O
3. Mengantur jumlah dan kosentrasi sebagian besar ion CES, termaksud
Natrium, klorida, kalium, kasium dll.
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri.

4
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat
dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3-
6. Mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan dll
8. Menghasilkan eritropoietin suatu hormon yang merangsang produksi sel
darah merah
9. Mengubah vitamin D menjadi aktifnya
10. Menghasilkan renin suatu hormon enzim yang membentuk suatu reaksi
berantai yang berfungsi dalam penghematan garam oleh ginjal.8
VI. Diagnosis
A. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang di tunjukan oleh pasien trauma ginjal sangat
bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada
organ lain yang menyertainya. Perlu di tanyakan mekanisme cedera untuk
memperkirakan luas kerusakan yang terjadi. 1
Pada pemeriksaan klinis ditemukan hematuria, nyeri abdomen, akut
abdomen. Pada palpasi kadang teraba massa di adomen, nyeri tekan. Trauma
ginjal dapat dibagi dalam beberapa tingkat: ringan, sedang dan berat. Pada trauma
derajat ringan mungkin hanya di dapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jelas
berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.
Trauma sedang berupa ruptur kapsul dengan kalik yang masih utuh, atau ruptur
kalik dan kapsul. Trauma ginjal hebat yaitu terjadi avulsi arteri renalis dan
trombosis arteri renalis. 2
Pada trauma major atau ruptur pedikel sering kali pasien datang dalam
keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama
makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani
pemeriksaan IVU karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik sering kali
tidak membutuhkan hasil akibat pendarahan yang keluar dari ginjal cukup deras.
Untuk itu harus segera di lakukan ekslorasi laparotomi untuk menghentikan
pendarahan.1

5
Patut di curigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:
1. Trauma di daerah pinggang panggul, dada sebelah bawah, dan perut bagian
atas dengan di sertai nyeri atau di dapatkan adanya jejas pada daerah itu.
2. Hematuria.
3. Fraktur kosta sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus spinosus
vertebra.
4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang.
5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu
lintas.1
B. Gambaran Radiologi
Jenis pencitraan yang diperiksa tergantung pada keadaan klinis dan fasilitas
yang dimiliki oleh klinik yang bersangkutan.
1. Int ra v e n ous P y e l o gr aph y ( IVU)
IVU hanya direkomendasikan pada center dimana IVP menjadi modalitas satu-
satunya pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil yang membutuhkan
intervensi opertaif segera.15 Pencitraan di mulai dari IVU (dengan menyuntik
bahan kontras dosis tinggi < 2 ml/kg berat badan) guna menilai tingkat kerusakan
ginjal dan melihat keadaan ginjal kontra lateral. Pembuatan IVU dikerjakan jika di
duga ada:1
a. Luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal.
b. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik.
c. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik
dengan disertai syok.1
Jika IVU belum dapat menerangkan keadaan ginjal (misalkan pada ginjal
non visualizet) perlu di lakukan pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
Pemeriksaan IVU pada kontesirenis sering menunjukan gambaran sistem
pelvikalises normal. Dalam keadaan ini pemeriksaan USG abdomen dapat
menunjukan adanya hematoma parenkin ginjal yang terbatas pada sub kabsuler
dan dengan kabsul ginjal yang masih utuh. Kadang kalah kontisio renis yang
cukup luas menyebabkan hematoma dan edema parenkin yang hebat sehingga
memberikan gambaran sistem pelvikalises yang spastik atau bahkan tak tampak

6
(non visualizet). Sistem pelvikalises yang tak tampak pada IVU dapat pula terjadi
pada ruptur pedikel atau pasien yang berada dalam keadaan syok berat pada saat
menjalani pemeriksaan (IVU).1

Gambar 2. Klasifikasi trauma ginjal A. Kontusio ginjal terlihat kapsul ginjal masih utuh dan
terdapat hematoma subkapsuler, B. Laserasi minor: terdapat robekkan parenkim yang
berbatas pada korteks ginjal, C laserasi parenkim sampai mengenai sistem kaliks
ginjal, D. Fragmen ginjal (ginjal terbelah menjadi beberapa bagian, E. Rutur pedikel
ginjal ( Dikutip dari kepustakaan 1).

Indikasi pencitraan yang paling luas di terima setelah trauma tumpul


abdomen adalah hematuria makroskopik (gross haematuria) atau hematuria
mikroskopik di tambah tanda cedera ginjal lain, seperti syok atau luka yang
tampak. Hamaturia mikroskopik sendiri jarang berkaitan langsung dengan cedera
ginjal. Pencitraan pada pasien dengan hematuria mikroskopik di indikasikan bila
pasien baru mengalami trauma pada daerah ginjal yang dapat ditemukan beberapa
tanda cedera berikut (kontusia/hematoma, fraktur kosta bagian bawah, prossesus
transversum atau vertebra torakolumbal). 1
Pada anak yang mengalami trauma tumpul abdomen dan pasien mana pun
yang mengalami trauma penetrasi harap di evaluasi lebih lanjut meskipun hanya
terdapat hematuria mikroskopik.1
Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU) mungkin akan berguna pada
kasus ruptur ginjal. Apabila terdapat dugaan jumlah produksi urin yang sedikit.
IVU dapat menemukan letak kelainan dan mengestimasi jumlah kehilangan cairan
tersebut. Namun, walaupun IVU sangat mudah dan banyak digunakan , harus
diingat bahwa IVU memberikan ekspose radiasi yang cukup tinggi sehingga harus

7
dipertimbangkan jika digunakan pada anak-anak, dengan gangguan fungsi gnjal,
neuropti, dan alergi yang mungkin akan sangat berbahaya menerima ekspose
radiasi. 9

Gambar 3. Gambar radiografi ruptur ginjal spontan. (a) psoas line kiri tampak normal
(panah hitam), psoas line kanan tidak terlihat (panah merah), (b,c) IVU
diambil pada menit ke 15 dan 45, terlihat ekstravasasi meluas di
peripelvis dan perirenal ( Dikutip pada kepustakaan 9)

2. USG
Ultrasonography (USG) dapat memberikan informasi cepat, non-invasif dan
murah.15 Pada beberapa klinik, dugaan cedera tumpul pada ginjal yang
menunjukan tanda hematuria mikroskopik tanpa di sertai syok, pemeriksaan USG
sebagai pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan USG ini didarapkan dapat
menemukan adanya kontusio parenkin ginjal atau hematoma subkabsuler, dengan
pemeriksaan ini dapat pula di perlihatkan adanya robekan kabsul ginjal.1
Klasifikasi radiologi trauma ginjal: 10
Grade I: 75-85% dari semua trauma ginjal
- Cedera minor (kontusio, hematoma intrarenal atau sub kabsuler).
- Laserasi minor + hematoma perinfrik terbatas.
- Tidak ada estensi collecting system atau medulla.
- Infark kortikal pada subsegmental
Grade II: 10% dari semua cedera ginjal

8
- Cedera major (laserasi korteks major + ekstensi pada medulla dan collecting
system)
- Dengan atau tanpa ekstravasasi urin atau infark segmental ginjal
Grade III: 5% dari kasus
- Cedera catasttrophic (laserasi ginjal multiple dan pedikel ginjal mengalami
cedera fascular).
Grade IV: Konsekuensi yang jarang
-
Cedera uretero pelvic jungtion: laserasi keseluruhan 10

Berikut gambar hasil USG dari ruptur ginjal sebagai berikut:

Gambar 4. Longitudinal Doppler USG warna menunjukkan laserasi kortex meluas ke


sistem calices. fragmmen ginjal bawah terdistorsi dan terdapat hematoma
subkapsular. pertahanan vaskularisasi utuh pada ginjal bagian atas. ( Dikutip
dari kepustakaan 10)

9
Gambar 5. kiri longitudinal USG transabdominal menunjukan bagian pertengahan
tengah ginjal terdapat kontusio dan cairan subkapsular menipis ( dikutip
dari kepustakaan 10)

Gambar 6. Longitudinal USG transabdominal menunjukkan fraktur ginjal


subkapsular (dikutip dari kepustakaan 10)

3. CT-Scan
Sejauh ini CT-Scan adalah modalitas yang paling baik untuk gambaran ruptur
ginjal karena informasi yang diberikan dengan morfologi dan fungsional ginjal
bisa didapatkan dalam satu kali pemeriksaan saja..1 Penggunaan ct sacan pada
pemeriksaan kecurigaan trauma mayor, hipotensi, hematuria makroskopik.13
Gambaran yang mungkin didapat pada ruptur ginjal adalah memar atau kontusio
ginjal.

10
Trauma grade I
- Cedera yang ditandai kontusio dan hematoma subcapsuler yang tidak meluas
pada parenkim.
- Trauma grade II
Cedera ginjal yang ditandai dengan hematoma perinefrik berbatas pada
retroperitoneum dan laserasi kortikal < 1 cm tanpah keterlibatan dari
collecting system.
- Trauma grade III
Cedera ginjal yang ditandai dengan hematomaperinefrik berbatas pada
retroperitoneum dan laserasi > 1 cm.
- Trauma grade IV
Cedera arteri renalis atau vena dengan perdarahan dan devascularisasi
segmental serta PCS mengalami laserasi. Perihilar dan pertengahan ginjal
mengalami hematoma atau laserasi yang meluas ke hilus.
- Trauma grade V
Cedera mengalami avulsi pada pelviureteric junction. Adanya hematoma
atau urinoma dibagian medial atau perihilar ginjal.

Berikut gambar hasil USG dari ruptur ginjal sebagai berikut:

Gambar 7: Trauma grade 1. (kiri) menunjukan kontusio pada ginjal kiri bagian
atas. Ginjal kanan bawah mengalami infark disertai wedge –shape
pada area hipodens. (kanan ) menunjukan area kontusio pada ginjal
kanan atas. ( dikutip dari kepustakaan 11)

11
Gambar 8. Trauma grade II. (Kiri) laserasi disertai dengan perinephric
hematoma: (kanan) menunjukan hipodensity perirenal (panah)
yang mengelilingi ginjal kiri dan batas fasia gerota. (dikutip dari
kepustakaan 11).

Gambar 9 : trauma grade III (kiri) menunjukan laserasi pada ginjal kiri (panah)
mencapai hilus: (kanan) : menunjukan laserasi pada pertengahan
disertai hematoma yang besar. ( dikutip dari kepustakaan 11)

12
Gambar 10: Trauma grade IV. (kiri). Menunjukkan laserasi yang dalam pada
ginjal kanan bagian bawah meluas sampai ke hilus ginjal. (kanan)
menunjukkan cedera pada pelviocalices yang mengalami laserasi dan
hematoma. (dikutip dari kepustakaan 11)

Gambar 11: Trauma grade V. Cedera pada pelviureteric junction. (kiri). Adanya
hematoma perihilar dan perinefri. (kanan): menunjukkan vena ginjal
kanan dengan kontras mengalami refluks (panah). (dikutip dari
kepustakaan 11)

VII. Komplikasi
Jika tidak mendapat perawatan yang cepat dan tepat, trauma major dan
trauma pedikel sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan
kematian. Selain itu, kebocoran sistem kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi
urin hingga menimbulkan penyulit berupa hipertensi, hidonefrosis, urolitiasis atau
pielonefritis kronik. 1

13
VIII. Penatalaksanaan
Hampir 90% trauma tumpul ginjal berupa cedera minor, seperti kontusio
ginjal superfisial yang tidak memerlukan tindakan bedah.12 Pada setiap trauma
tajam yang diduga mengenai ginjal harus dipikirkan untuk melakukan tindakan
eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian besar tidak memerlukan operasi.
Terapi yang dikerjakan pada trauma ginjal adalah :1
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditunjukan pada trauma minor. Tindakan konservatif
berupa istirahat, ditempat tidur, analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta
observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal.12 Pada keadaan ini
dilakukan observasi tanda vital (tensi, nadi, dan suhu tubuh), kemungkinan
adanya penambahan massa dipinggang, adanya pembesaran lingkaran perut,
penurunan kadar hemoglobin darah, dan perubahan warna urine pada
pemeriksaan urine serial.1
Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda pendarahan atau
kebocoran urine yang menimbulkan infeksi, arus segera dilakukan operasi
seperi pada tabel dibawah ini:1
OBSERVASI

Didapatkan

Tanda Tanda vital Suhu tubuh


Massa dipinggang
Hb Massa dipinggang
Urine>pekat

Penurunan tanda Merupakan tanda dari


perdarahan> kebocoran urine
Hebat

Segera eksplorasi untuk


menghentikan Drainase urine segera
perdarahan

Gambar: Tatalaksan tindakan selama observasi trauma ginjal


Dikutip pada kepustakaan 1

14
2. Operasi
Opersi ditunjukan pada trauma ginjal major dengan tujuan untuk segera
menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan debridement,
respirasi ginjal berupa (renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak jarang
harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan
ginjal yang sangat berat. 1

IX. Prognosis
Prognosis ruptur ginjal yaitu baik dengan sering melakukan flow-up secara
hati-hati dengan proses penyembuhan yang berlangsung spontan dan
mengembalikan fungsi ginjal dengan perawatan yang cepat dan tepat dapat
meberikan prognosis yag baik. 1

X. Daftar Pustaka
1. Purnomo, B, Basuki. Dasar–dasar urologi edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto;
2011. Hal. 173-178
2. Budjang, Nurlela, Traktus Urinarius: dalam Ekayuda Iwan, Editor. Radiologi
diagnostic. Edisi 2. Jakarta:Balai Penerbit FKUI, 2009 Hal. 299-305.
3. Sutton, David. Textbook of Radiology and imaging vol I. 2008.
Hal. 699-703.
4. Meutia A, Sri, Zuhirman , Siti Mona Amelia. Gambaran Klinis Trauma
Urologi Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari 2009 –
Desember 2013. JOM FK Volume 1 No. 2 Oktober 2014. Hal. 3-7
5. B, Diaz. Fernandez- pello, S. Baldissera JV, Blanco, R. Blanco, R, Perez, C.
Ruger, L and Masquera J. Major Kidnay Trauma and conservatif
management: case report and follow up. 2015. Austim J Nephrol
Hypertens- Volume 2 issue 2. Hal : 1-3.
6. Summerton DJ, Djakovic N, Kitrey ND, Kuchhas F, Lumen N,
Serafetinidis E. Guderlines On Urological Trauma. Eropeon Association
of Urology: 2013. 2012. Hal 9-23

15
7. Spalteholz, Werner. Anatomi Kedokteran. Binarupa Aksara. 2014. Hal. 244-
245
8. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. EGC. 2012. Hal. 553-555
9. Tan, Sinan, Meral Arifoglu et al. The importance of gray scale and color
Doppler ultrasonography in the diagnosis of spontaneous renal pelvis
rupture: case report. Dalam Turkish Journal of Urology.
Turkey:2010.(Dikutip) 26 januari 2015.
10. Ahuja AT, Griffih JF, Paunipagar BK, Wong KT, Kennedy A, Sohaey R, et
al.Daignostik imaging Ultrasound. Hongkong, China: Hal.5. 62-65, 5. 72-
73, 5. 78-79, 5. 86-91.
11. Dayal M, Gamanagatti S, Kumar A. Imaging in renal trauma. Word journal
of radiology. Baishideng: 2013. Hal. 275-284.
12. Sjamsuhidayat R, Warko Karnadiharja, Theddeus O.H. Prasetyono. Buku
Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidayat- de Jong. 2010. Jakarta. EGC
13. Eastman, George W. Christh Wald, Jane Grossin. Radiologi Klinis. EGC.
2002.
14. Patel, R, Pradip. Lecture Notes Radiologi Edisi kedua. PT. Gelora Aksara
Pratama. 2007. Hal. 174-175
15. Indradiputra, I Made Udiyana, Tri Hartono. Tatalaksana Konservatif pasien
dewasa dengan trauma tumpul ginjal derajat IV terisolasi. CDK-
237/Vol.43 no.2,th. 2016. Hal 24-125

16

Anda mungkin juga menyukai