Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


ABDOMEN INTERNAL BLEDDING
Dosen Pengampu: Widya Adiarto ,S.Kep.Ns.,M.Kep.

Nama:
Siti Fatimah Tus Zahroh
14201.10.18035

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG – PAJARAKAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk
membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di
jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan Sehari-hari dan sebagai panduan
dalam melaksanakan makalah dengan judul “abdomen internal bledding “dan dengan
selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapa terima
kasih kepada :
1. KH.Moh.Hasan Mutawakkil ‘Alallah,SH.,MM., Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim, S. KM.,S.Kep.Ns,M.Kes Sebagai Ketua Stikes Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Sinta Wahyu Sari ,S.kep.,Ns.,M.Kep.Sp.,Mat. Sebagai Ketua prodi S1 keperawatan
4. Widya Adiarto ,S.Kep.Ns.,M.Kep.selaku pembimbing mata ajar konsep dasar
keperawatan
5. Santi Damayanti,A.Md, Sebagai Ketua perpustakaan Stikes Zainul Hasan
Genggong Hafshawaty Teman teman Penyusun Makalah
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Sebagai manusia yang
memiliki keterbatasan, kami sebagai penyusun makalah ini mohon maaf jika ada
kesalahan.

Probolinggo, 20 Juni 2021


A. ANATOMI
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal
wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling
sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan
horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut
membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua
bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan iga
kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang
lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan
hingga ke pertengahan ligamentum inguinale..
Daerah-daerah itu adalah:
1) hypocondriaca dextra
2) epigastrica
3) hypocondriaca sinistra
4) lateralis dextra
5) umbilicalis
6) lateralis sinistra
7) inguinalis dextra
8) pubica
9) inguinalis sinistra

Gambar: Bidang bayang pembagian abdomen


Proyeksi letak organ abdomen yaitu:
1) Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2) epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian
hepar.
3) hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4) lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
5) Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6) Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7) Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8) Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).
9) Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
Inervasi dinding abdomen oleh nervi (nn) torakalis ke-8 sampai dengan 12
Nervus (n) torakalis ke-8 setinggi margo kostalis ke-10 setinggi umbilikus, n.
torakalis ke-12 setinggi suprainguinal. Peritoneum parietalis yang menutup
dinding abdomen depan sangat kaya saraf somatik sementara peritoneum yang
menutup pelvis sangat sedikit saraf somatik sehingga iritasi peritoneum pelvis
pasien sulit menentukan lokasi nyeri. Peritoneum diafragmatika pars sentralis
disarafi nervi spinalis C5 mengakibatkan iritasi pars sentralis diafragma
mempunyai nyeri alih di bahu, yang disebut Kehr sign.
A. DEFINISI
Abdomen internal bledding adalah suatu Pendarahan abdomen yang
tejadi dibagian internal (dalam) termasuk salah satu konsekuensi paling serius
dari trauma. Biasanya, perdarahan terjadi akibat cedera yang jelas dan
memerlukan perhatian medis yang cepat. Pendarahan internal juga dapat terjadi
setelah trauma yang tidak terlalu parah atau tertunda beberapa jam atau hari.
Beberapa pendarahan internal karena trauma berhenti dengan sendirinya. Jika
pendarahan berlanjut atau parah, pembedahan diperlukan untuk
memperbaikinya. Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen.

Pendarahan internal adalah kehilangan Darah yang terjadi dari sistem


vaskuler kedalam rongga atau ruang tubuh. Hal ini berpotensi dapat
menyebabkan kematian dan serangan jantung jika pengobatan medis yang tepat
tidak diterima dengan cepat. Penyebab Pendarahan Internal Karena Trauma
dengan Pendarahan internal dapat terjadi setelah cedera fisik.
Ada dua jenis trauma utama, dan keduanya dapat menyebabkan pendarahan
internal:
1. Trauma tumpul.
Trauma semacam ini terjadi ketika bagian tubuh bertabrakan dengan sesuatu
yang lain, biasanya dengan kecepatan tinggi. Pembuluh darah di dalam tubuh
robek atau hancur baik oleh gaya geser atau benda tumpul. Contohnya
adalah kecelakaan mobil, penyerangan fisik, dan jatuh.
2. Trauma tembus
Ini terjadi ketika benda asing menembus tubuh, merobek satu atau lebih
pembuluh darah. Contohnya adalah luka tembak, tusukan, atau jatuh ke
benda tajam.

B. ETIOLOGI
1. Trauma
Perdarahan yang disebabkan oleh trauma tumpul atau dengan penetrasi
trauma.
2. Kondisi Patalogis dan Penyakit
Sejumlah kondisi patalogis dan penyakit dapat menyebabkan perdarahan
internal, pembuluh darah pecah akibat tekanan darah tinggi, varises
osofagus, tukak lambung. Penyakit lainnya seperti hepatoma, kanker hati,
trombositopenia, kehamilan ektopik, kista ovarium, defisiensi vitamin K,
hemophilia, dan malaria.
3. Iatrogenik
Perdarahan internal bisa menjadi artefak iatrogenic akibat komplikasi setelah
operasi bedah dan perawatan medis, beberapa efek obat juga dapat
menyebabkan perdarahan internal seperti obat antikoogulan, dan antiplatelet
yang digunakan untuk pengobatan jantung koroner.
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul. Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh
jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus. Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan
benda tajam atau luka tembak.
C. TANDA & GEJALA
1. Memar
Memar atau lebam adalah perubahan warna pada bagian kulit tertentu yang
terjadi akibat pecahnya pembuluh darah kecil di bawah kulit. Kondisi pecahnya
pembuluh darah dapat terjadi akibat adanya cedera traumatis.
2. Nyeri pada area trauma
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri
lepas.
3. Muntah ataupun batuk darah
Darah dan cairan, Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga
peritonium yang disebabkan oleh iritasi. Cairan atau udara dibawah
diafragma
4. Feses berwarna hitam atau mengandung darah merah terang.
D. Perdarahan Intra Abdomen
1. Pengertian
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen
tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan,
benturan, ledakan, deselarasi (perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul
kadang tidak memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh tetapi
dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya.
Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ
berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan. Cedera
deselerasi sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena setelah tabrakan
badan masih melaju dan tertahan suatu benda keras sedangkan bagian tubuh
yang relatif tidak terpancang bergerak terus dan mengakibatkan robekan pada
organ tersebut. Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering
menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%).
Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal,
dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma
abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2020) terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin di
sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen. Luka tusuk pada abdomen
dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen. Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus
sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
2. Klasifikasi
Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama
perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala
utama adalah peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :
a. Organ Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa,
lambung, colon transversum, usus halus, dan colon sigmoid.
 Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun
trauma tembus. Hati merupakan organ yang sering mengalami laserasi,
sedangkan empedu jarang terjadi dan sulit untuk didiagnosis. Pada
trauma tumpul abdomen dengan ruptur hati sering ditemukan adanya
fraktur costa VII – IX. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan nyeri
pada abdomen kuadran kanan atas. Nyeri tekan dan Defans muskuler
tidak akan tampak sampai perdarahan pada abdomen dapat
menyebabkan iritasi peritoneum (± 2 jam post trauma). Kecurigaan
laserasi hati pada trauma tumpul abdomen apabila terdapat nyeri pada
abdomen kuadran kanan atas. Jika keadaan umum pasien baik, dapat
dilakukan CT Scan pada abdomen yang hasilnya menunjukkan adanya
laserasi. Jika kondisi pasien syok, atau pasien trauma dengan
kegawatan dapat dilakukan laparotomi untuk melihat perdarahan
intraperitoneal. Ditemukannya cairan empedu pada lavase peritoneal
menandakan adanya trauma pada saluran empedu.
 Ruptur Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat
terjadi trauma tumpul abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang
membahayakan jiwa karena adanya perdarahan yang hebat. Limpa
terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang rentan untuk
mengalami perlukaan.
Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena
perdarahan. Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan
adanya fraktur costa IX dan X kiri, atau saat abdomen kuadran kiri atas
terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya pasien juga mengeluhkan
sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam pertama atau
jam kedua setelah terjadi trauma.
 Ruptur Usus Halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus
karena trauma tumpul menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan gejala ‘burning epigastric pain’ yang diikuti dengan
nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen. Perdarahan pada
usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis secara
umum pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua
belas jari biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung.

b. Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan
vena cava. Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan
intravenous pyelogram.
F. Manifestasi klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi
abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh,
nyeri spontan.
 Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
 Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen.
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3.Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik.
Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1. Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2. Trauma pada bagian bawah dari dada
3. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cedera otak)
5. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
6. Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
Hamil, Pernah operasi abdominal, Operator tidak berpengalaman, Bila
hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan
100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi. Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk
mengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

H. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat
yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu
sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi.
Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001). penatalaksanaannya adalah :
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera
buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak
ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi
dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul): Stop makanan dan
minuman, Imobilisasi dan Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
7. Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada
luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra
peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan
jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi. Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada: Fraktur pelvis dan Trauma non –
penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro
peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal . Dilakukan pada cedera yang
meliputi daerah duodenum, kolon ascendensatau decendens dan dubur.
KASUS
Klaas Albert Hartholt, Jan Willem T Dekker
Hartholt KA, Dekker JWT. Perwakilan Kasus BMJ 2015.

Seorang gadis 10 tahun datang ke unit gawat darurat, dengan sakit perut dan
mual setelah jatuh dari ketinggian 2 m. Dia jatuh dari pohon dan mendarat
dengan memukul perutnya di atas batu tepi jalan yang terangkat. Riwayat
medisnya termini dari perhatian deficit hyperactivity disorder (ADHD), di mana
dia menjalani pengobatan methylphenidate. Tanda-tanda vital awal normal:
denyut jantung 99 bpm dan tekanan darah 112/70 mm Hg.
Pasien dirawat di bangsal bedah pediatrik untuk observasi karena trauma
berkelanjutan dan nyeri perut ringan dalam kombinasi dengan enzim hati yang
sedikit meningkat. Tanda-tanda vital dan skor nyerinya diukur pada interval 4
jam, dan tetap stabil pada sore dan malam hari. Keesokan paginya,suhu
tubuhnya meningkat 39,8°C, nyeri perut meningkat, penjagaan otot yang tidak
disengaja, dan nyeri tekan kembali. Ultrasonografi diulang dan terungkap
gratisfluid di Douglas' kantong dan Morrison'kantong. Mengikuti hasil ini, CT
abdomen dilakukan, menunjukkan gas bebas dan flcairan retroperitoneal flair
(fiangka 1 dan 2). Meskipun hemodinamik stabil, dia dibawa langsung ke ruang
operasi, karena sepsis perut sudah dekat. Laparoskopi dilakukan dengan
mobilisasi heparflexure. Selama laparoskopi, perforasi duodenum ditemukan
(fiangka 3 dan 4), yang terutama ditutup melalui sayatan melintang kecil. Koreksi
di bawah pandangan langsung lebih disukai karena pengalaman yang terbatas
dengan penutupan laparoskopi duodenum dan untuk membatasi durasi operasi.
Pemulihan setelah operasi lambat, dan diperumit oleh ileus paralitik.
Gambar 1
CT scan perut bebas fluid lateral dari colon ascendens (transversal)

Gambar 2
CTscan perut bebas flcairan lateral dari usus besar ascendens

Gambar 3 Perforasi duodenum terlihat selama laparoskopi.


Perforasi usus halus setelah trauma tumpul abdomen jarang terjadi,
terutama pada anak-anak. Dengan dilakukan Pemeriksaan CT scan perut saat
ini dianggap Sebagai studi pencitraan untuk mendiagnosis cedera intra-
abdomen. Meskipun, CT scan perut akan datang di Pengobatan Darurat, namun
juga memiliki beberapa kelemahan. Kerugiannya antara lain: paparan radiasi,
perlunya kontras atau sedasi, dan biaya tinggi, serta CT scan tidak (langsung)
tersedia di semua rumah sakit.

Gambar 4
Tampilan jarak dekat dari perforasi duodenum yang terlihat selama laparoskopi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abdomen internal bledding adalah suatu Pendarahan abdomen yang
tejadi dibagian internal (dalam) termasuk salah satu konsekuensi paling serius
dari trauma. Biasanya, perdarahan terjadi akibat cedera yang jelas dan
memerlukan perhatian medis yang cepat. Pendarahan internal juga dapat terjadi
setelah trauma yang tidak terlalu parah atau tertunda beberapa jam atau hari.
Beberapa pendarahan internal karena trauma berhenti dengan sendirinya.
Ada dua jenis trauma utama, dan keduanya dapat menyebabkan pendarahan
internal:
1. Trauma tumpul.
Trauma semacam ini terjadi ketika bagian tubuh bertabrakan dengan
sesuatu yang lain, biasanya dengan kecepatan tinggi. Pembuluh darah di
dalam tubuh robek atau hancur baik oleh gaya geser atau benda tumpul.
Contohnya adalah kecelakaan mobil, penyerangan fisik, dan jatuh.
2. Trauma tembus
Ini terjadi ketika benda asing menembus tubuh, merobek satu atau lebih
pembuluh darah. Contohnya adalah luka tembak, tusukan, atau jatuh ke
benda tajam.
B. Saran
Diharapkan para petugas kesehatan khususnya perawat lebih meningkatkan
pelayanan tindakan Keperawatan gawat darurat yaitu dengan memberikan
penatalaksanaan yang sesuai,tepat dan cepat dengan kebutuhan pasien
khususnya pasien abdomen internal bledding.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew B Peitzman, M. R. (2020). The Trauma Manual. diterjemahkan Jakarta: Spiral
Manual.
Arif Kurniawan, Y. A. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Opersai Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Heria Di RSUD Kudus . Jurnal
Keperawatan, 8.
Barokah, T. (2019). Asuhan Keperawatan Diagnosa Trauma Abdomen Post Laparatomi
Atas Indikasi Internal Bleeding Di Ruang Intensive Care Unit RSUD Dr
Moewardi Di Surakarta. Jurnal Keperawatan, 4.
Diana Fitria Ningsih, S. T. (2020). Kadar Haemoglobin, Jumlah Perdarahan dan
Tranfusi pada Pasien yang Menjalani Operasi abdomen Di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Neuroanastesi Indonesia, 78.
Dino Aprianto, S. P. (2018). Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Kecemasan Pre Operasi. Jurnal
Keperawatan, 54.
Indah J Umboh, H. B. (2019). Hubungan Penatalaksanaan Operatif Trauma Abdomen
dan Kejadian Laparatomi Negatif Di RSUP Prof. Dr. Kandou Manado. Jurnal
Biomedik , 55.
Irma Liani, F. I. (2019). Modalitas Diagnostik Pada Kasus Kegawatdaruratan Trauma
Tumpul Abdomen. Jurnal Gawat Darurat, 59.
Soemarko, M. (2020). Hubungan Peningkatan Tekanan Intravesika Urinaria dengan
Perdarahan Intraperitoneal Akibat Trauma Tumpul Abdomen. Jurnal
Kedokteran, 27.
Wiargitha, I. K. (2017). Prediktor Klinis Lesi Intaadomen Pada Penderita Trauma
Tumpul Abdomen Yang Dirawat Konservatif Di Rumah Sakit Sanglah
Denpasar. Jurnal Kesehatan, 13.
Widjaja, D. I. (2019). Anatomi Abdomen. Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.

Anda mungkin juga menyukai