Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENATALAKSANAAN KEGAWAT DARURATAN

PADA TARUMA ABDOMEN

Disusun Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat

Dengan Dosen Pengampu Bapak Ady Waluya, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh :

Cep Nunu Nurahman C1AA21030

Fitria Padilah C1AA21045

Irna Bela C1AA21057

Irna Bela C1AA21057

Wafa Nurfauziah C1AA21171

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

Jl. Karamat No.36, Karamat, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43122

2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENATALAKSANAAN KEGAWAT DARURATAN PADA TARUMA
ABDOMEN” mata kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan. Shalawat serta salam
mari kita curah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai hari pembalasan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan. Selain itu, makalah ini semoga
bisa untuk menambah wawasan tentang Teknik Komunikasi Dengan Pasien Dan
Keluarga Yang berada dalam kondisi gawat darurat, bagi pembaca dan juga bagi
penilis dalam membangun khazanah keilmuan.

Penulis megucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang
belum sempurna, unruk itu kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada para pembaca guna perbaikan untuk langkah selanjutnya.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat


bagi pembaca, akhirnya hanya kepada Allah ta’ala kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Sukabumi, Maret 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera
dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan
hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ
yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan. Selain
trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan
salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas
ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan
berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian.
Dalam dua tahun terakhir ini, kematian akibat trauma meningkat
setiap tahunnya, data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa
pada tahun 2012 terjadi 109.038 kasus trauma akibat kecelakaan dengan
korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang. Sedangkan pada 2011
terjadi kasus trauma akibat kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan
korban meninggal sebanyak 31.185 orang (Anonim, 2016). Data yang
didapatkan dari Rumah Sakit Sanglah tercatat pada tahun 2015 menyatakan
bahwa dari total 2755 tindakan di ruang operasi IRD RS Sanglah, didapatkan
720 kasus cedera kepala, 455 dengan fraktur ekstremitas dan 64 kasus dengan
trauma abdomen, sisanya berkaitan dengan kegawatdaruratan bedah non
trauma.
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot
perut pada bagian ventral ventral dan lateral, lateral, serta adanya kolumna
kolumna spinalis spinalis di sebelah sebelah dorsal. dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan berbatasan dengan cavitas cavitas thorax atau rongga dada
melalui melalui otot diafragma diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas
pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.

1
Membran ini juga membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut
adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran
cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai
cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar),
kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter,
dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma Istilah trauma abdomen atau gaw abdomen atau gawat
abdomen m at abdomen menggambarkan keadaan enggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan dirong akibat kegawatan dirongga abdomen ga
abdomen yang biasany yang biasanya timbul mendadak a timbul mendadak
dengan nyeri dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berpa tindakan berpa tindakan beda,
misalnya pada misalnya pada obstruksi, perfo obstruksi, perforasi atau rasi
atau perdarahan, perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna
dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut
oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. terkait. Jejas pada
abdomen abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam.
Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini
kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun
ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang banyak lagi
luka/trauma yang dapat terjadi pada da dapat terjadi pada daerah abdomen.
erah abdomen.

2
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed
Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi
ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Trauma Abdomen


Menurut Dorland (2022) Trauma adalah cedera atau rudapaksa yang
menyebabkan kerugian psikologis atau emosional.
Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. Trauma atau yang
disebut injury atau wound, dapat juga diartikan sebagai kerusakan atau luka
yang disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penangannya lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparotomi.
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, besar, pembuluh pembuluh – pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah
Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
B. Anatomi Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak
diantara toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
abdomen yang terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan
tulang ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi organ pada abdomen yang
sering dipakai adalah pembagian 4 kuadran dan 9 region.

4
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung
empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian
ginjal kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas
dan sebagian dari hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian
kaudal pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal
kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal
ginjal kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal
ginjal kiri, sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal
ileum dan ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan
uterus (pada kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan
ovarium kiri.
C. Etiologi
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai