KEPERAWATAN KLIEN
dengan
KEGAWATDARURATAN SISTEM PENCERNAAN
dan
KERACUNAN
Oleh Kelompok 3 :
1. Choiriyah Fitriani
2. Faroid A.G
3. Handoko Mudho Prayitno
4. Heru Prasetyo Utomo
5. Lulu Wati
6. M. Fahrur Rozi
7. Maulindawati
8. Septian Adi Candra
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui landasan teori dari kasus kegawatdaruratan
system pencernaan dan penanganan pada keracunan
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui jenis-jenis trauma abdomen
1.3.2.2. Untuk mengetahui etiologi dari trauma abdomen
1.3.2.3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari trauma abdomen
1.3.2.4. Untuk mengetahui penanganan kasus trauma abdomen
1.3.2.5. Untuk mengetahui penanganan kasus-kasus keracuna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.6.1.2 Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding
abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan
memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan
dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada
luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk me-
nyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumo-
toraks atau untuk menemukan adanyaudara intra
peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur
(supine) untukmenentukan jalan peluru atau
adanya udara retroperitoneum.
2.7 Keracunan
2.7.1 Pengertian Keracunan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi,
menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah
yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari
semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah
toksik.
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Dalam pengertian sederhana keracunan adalah kejadian
masuknya racun kedalam tubuh manusia.
2.7.2 Etiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan
wujudnya, zat yang dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat
padat (obat-obatan, makanan), zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol,
bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun hewan)
Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui
beberapa cara, diantaranya :
1. Melalui kulit
2. Melalui jalan napas (inhalasi)
3. Melalui saluran pencernaan (mulut)
4. Melalui suntikan
5. Melalui mata (kontaminasi maata)
1. Pemeriksaan radiologi
2. Laboratorium klinik
3. Pemeriksaan EKG
2.7.6 Penatalaksanaan
2.7.6.1 Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa
tindakan resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat
dan tepat berupa pembebasan jalan napas, perbaikan fungsi
pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.
2.7.6.2 Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan
mencegah kerusakan.
2.7.6.3 Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari
pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas
dan berikan oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator.
2.7.6.4 Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata
dari racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke
posisi mata yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya
perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL 0,9% perlahan
sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.
2.7.6.5 Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,
arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah
plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang
terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit
selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
2.7.6.6 Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga
tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran
atau mengeluarkan isi kambung dengan cara induksi muntah atau
aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan
bahan toksik.
2.7.6.7 Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat
pengeluaran racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam
saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam.
2.7.6.8 Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang
ada obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara
komersial sangat sedikit jumlahnya
2.7.9 Intervensi
1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum
yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan
penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way,
breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan
kerammas rambut.
2. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu
pemberian SA.
3. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak
samapi demam atau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik
seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis,
diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit
untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada
dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen
serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese
dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan
dokter.
4. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction.
Ventilator mungkin bisa diperlukan.
5. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan
safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.
Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi
depresi,psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain
6. Memonitor status cairan pasien dengan hati-hati.
7. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat
tanpa gangguan bagi pasien.
8. Jika pasien mual, menyarankan dia untuk menghindari gerakan
cepat, yang dapat meningkatkan keparahan mual.
9. Jika pasien dapat mentolerir cairan mulut, menggantikan
kehilangan cairan dan elektrolit dengan kaldu, jahe, dan limun,
sebagai toleransi.
10. Menilai tanda-tanda vital setidaknya setiap 4 jam.
11. Ajarkan pasien tentang masalah keracunan makanan,
menggambarkan gejala dan penyebab yang bervariasi.
12. Ajarkan pasien dengan tindakan pencegahan yang tepat.
Jika dehidrasi terjadi, mengelola lisan dan I.V. cairan seperti yang
diperintahkan.
13. Untuk memudahkan iritasi dubur yang disebabkan oleh diare,
bersihkan daerah tersebut secara hati-hati dan menerapkan
pemberian krim, seperti petroleum jelly.
14. Cuci tangan secara menyeluruh setelah memberikan perawatan
untuk menghindari penyebaran infeksi, dan menggunakan tindakan
pencegahan standar setiap kali menangani muntahan atau tinja.
15. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu
pemberian SA.
16. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak
samapi demamatau mengigil, monitor perubahan-perubahan fisik
seperti perubahan nadi yang cepat, distress pernafasan, sianosis,
diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau kematian. Monitir vital sign setiap 15 menit
untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada
dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen
serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese
dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan
dokter.
17. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction.
Ventilator mungkin bisa diperlukan.
18. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan
safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.
Pertim-bangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi,
psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja . Penatalaksa-
naannya adalah resusitasi dan airway managemen.
Keracunan adalah salah satu penyebab kematian yang sering terjadi
disekitar kita, akibat keracunan yang di sebabkan oleh makanan, gigitan binatang,
dan sengatan serangga. Hal tersebut terjadi karena kelalainan dan kurangnya
pengetahuan dari pihak- pihak tersebut.
3.2. Saran
Saran dari kelompok kami adalah karena ini mengakibatkan kematian dan
terjadi bisa dengan sengaja ataupun tidak sengaja maka untuk itu kita harus hati-
hati pada kasus trauma dan hati-hati terhadap bahan kimia ataupun yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA