Anda di halaman 1dari 15

AKUT ABDOMEN

Muhammad Sayuti 1, Atikah Putri Atmojo2

1
SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia
2
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia

Corresponding author : atikah.atmojo78@gmail.com

Abstrak

Akut abdomen adalah suatu kondisi yang membutuhkan perhatian dan perawatan segera. Akut abdomen

dapat disebabkan oleh infeksi, peradangan, oklusi vaskular, atau obstruksi. Pasien biasanya akan mengalami sakit

perut yang tiba-tiba disertai mual atau muntah. Pendekatan pada pasien dengan akut abdomen membutuhkan

anamnesa menyeluruh dan pemeriksaan fisik yang teliti. Lokasi nyeri sangat penting karena dapat menunjukkan

nyeri yang terlokalisasi. Auskultasi dapat mendengarkan ada tidaknya bunyi usus dan palpasi dapat menunjukkan

nyeri tekan yang mengarah ke peritonitis. Penyebab dari akut abdomen adalah appendisitis, ulkus peptikum

perforasi, pankreatitis akut, ruptur divertikulum sigmoid, torsi ovarium, volvulus, ruptur aneurisma aorta, ruptur

limpa atau hati, dan iskemik usus.

Kata Kunci : nyeri perut, anamnesa, pemeriksaan fisik

ACUTE ABDOMEN
Abstract

Acute abdomen is a condition that demands urgent attention and treatment. The acute abdomen may be
caused by an infection, inflammation, vascular occlusion, or obstruction. The patient will usually present with
sudden onset of abdominal pain with associated nausea or vomiting. The approach to a patient with an acute
abdomen should include a thorough history and physical exam. The location of pain is critical as it may signal a
localized process. Auscultation may reveal absent bowel sounds and palpation may reveal rebound tenderness and
guarding, suggestive of peritonitis. The causes of an acute abdomen include appendicitis, perforated peptic ulcer,
acute pancreatitis, ruptured sigmoid diverticulum, ovarian torsion, volvulus, ruptured aortic aneurysm, lacerated
spleen or liver, and ischemic bowel.

Kata kunci : abdominal pain, anamnesa, physical examination

PENDAHULUAN
Jurnal Averrous Vol. No. 2019
Akut abdomen merupakan suatu gejala-gejala dengan onset akut dan mengarah pada
penyebab didalam abdomen. Keadaan akut abdomen merupakan keadaan darurat dan dapat
mengancam nyawa bila tidak ditatalaksana dengan tepat. Gejala utama pada akut abdomen
adalah nyeri perut.1 Akut abdomen biasanya memerlukan tatalaksana terapi pembedahan segera.
Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena infeksi, obstruksi, iskemia, atau
perforasi. 2

Keadaan akut abdomen merupakan 7% gejala utama pasien datang ke Instalasi Gawat
Darurat. Prevalensi kasus akut abdomen pada rawat inap meliputi 20-40% dari pasien rawat
inap. Pada penelitian, didapatkan penyebab akut abdomen meliputi 33% merupakan nyeri
abdomen non spesifik yang banyak terdapat pada wanita muda, 23% appendisitis akut dan 8,8%
disebabkan oleh kolik bilier yang biasanya diderita oleh wanita tua. Hampir separuh dari keadaan
akut abdomen tersebut memerlukan terapi pembedahan.3

Akut abdomen dapat terjadi pada berbagai usia dan jenis kelamin. Gejala nyeri perut
merupakan gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat.
Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam mendiagnosis awal keadaan akut abdomen. Dalam
mendiagnosis akut abdomen diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik serta
pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang
lengkap. Pada keadaan akut abdomen juga dilakukan observasi yang ketat.4

DEFINISI
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 24 jam, biasanya menimbulkan gejala nyeri yang dapat terjadi karena masalah bedah
dan non bedah. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan
tindakan segera.7

Keadaan klinis akut abdomen memerlukan pemeriksaan yang seksama dan cepat untuk
memutuskan perlunya tindakan operasi dan dimulainya terapi yang tepat. Oleh karena itu,
diagnosis awal yang tepat dapat menentukan terapi yang dipilih seperti perlunya tindakan
laparoskopi atau laporotomi segera.6

EPIDEMIOLOGI

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


Tidak ada angka yang pasti, namun kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari
semua kunjungan gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat. 5 Studi lain
menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh nyeri perut. 9 Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), menggunakan data dari Survei Perawatan Medis
Ambulatory Rumah Sakit Nasional tahun 1999 hingga 2008, melaporkan bahwa sebelas persen
kunjungan ruang gawat darurat di tahun 2008 adalah untuk sakit perut dan nyeri perut
menyumbang 12,5% dari keadaan darurat. atau pasien yang mendesak. Sekitar sepertiga dari
pasien sakit perut didiagnosis dengan sakit perut non-spesifik. 30% lainnya menderita kolik
ginjal akut.5

Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir pasien dengan nyeri
akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%), obstruksi usus halus (4%), keadaan
akut ginekologi (4%), pancreatitis akut (3%), colic renal (3%), perforasi ulkus peptic (2,5%) atau
diverticulitis akut (1,5%).7

ETIOLOGI

Penyebab akut abdomen dapat dibagi menjadi penyebab non bedah dan bedah. Penyebab
non bedah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :2,5
1. Gangguan metabolik dan endokrin : uremia, krisis diabetic, krisis penyakit Addison.
2. Gangguan hematologi : krisis anemia sel sabit, leukemia akut, dan penyakit darah
lainnya.
3. Obat-obatan dan racun : keracunan logam berat, ketergantungan obat narkotik.

Sedangkan penyebab bedah dapat dibagi menjadi 5, yaitu :4


1. Perdarahan : Trauma organ viscera, ruptur aneurisma arteri, kehamilan ektopik
terganggu, ulkus intestinal, perdarahan pankreas.
2. Infeksi : appendicitis, kolesistitis, abses hati, abses diverticular.
3. Perforasi : perforasi ulkus gastrointestinal, perforasi kanker gastrointestinal, perforasi
diverticulum.
4. Obstruksi : adhesi yang berhubungan dengan obstruksi usus besar, hernia incarserata,
kanker gastrointestinal.
5. Iskemia : thrombosis atau emboli arteri mesenterika, colitis iskemik, torsi ovarium,
hernia strangulata.
Jurnal Averrous Vol. No. 2019
Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi menjadi 6 bagian
besar kategori, yaitu:
1. Inflamasi
Kategori inflamasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang disebabkan bakteri
dan kimiawi. Inflamasi akibat bakterial seperti appendisitis akut divertikulitis, dan beberapa
kasus Pelvic Inflammatory Disease. Inflamasi akibat kimiawi antara lain perforasi dan ulkus
peptikum.
2. Mekanik
Penyebab mekanis misalnya keadaan obstruksi, seperti hernia inkarserata, perlengkapan,
intussusepsi, malrotasi usus dengan volvulus, atresia kongenital atau stenosis usus. Penyebab
tersering obstruksi mekanik usus besar adalah Ca kolon.
3. Neoplasma
4. Vaskular
Kelainan vaskular seperti trombosis atau embolisme a. mesenterika yang menyebabkan
aliran darah terhenti sehingga timbul nekrosis jaringan, dengan ganggren usus.
5. Defek Kongenital
Defek congenital yang dapat menyebabkan akut abdomen seperti atresia duondenum,
omphalocele atau hernia diaphragmatica.
6. Trauma
Penyebab traumatik dari akut abdomen bervariasi dari luka tusuk dan tembak sampai luka
tumpul abdominal yang menyebabkan keadaan rusaknya organ visera seperti ruptur lien.
Penyebab nyeri perut terkadang dapat diprediksi berdasarkan lokasi dan jenis rasa sakit
sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis. Perkiraan penyebab berdasarkan fakta bahwa
patologi struktur yang mendasari di setiap regio cenderung memberikan nyeri perut maksimal di
regio tersebut.3

Tabel Etiologi Nyeri Abdomen Berdasarkan Lokasi

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri Perut
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri visceral, nyeri somatic maupun nyeri
alih.
A. Jenis dan Letak Nyeri Perut
1) Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut, misalnya karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut
dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan, atau pemotongan. Akan
tetapi, bila dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada
otot yang menyebabkan iskemia akan timbul nyeri.

Pasien yang merasakan nyeri viseral biasanya tak dapat menunjukkan secara tepat letak
nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah
yang yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut nyeri sentral. Penderita memperlihatkan pola yang
khas sesuai dengan persarafan embrional organ yang terlibat. Karena tidak disertai rangsang
peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif
bergerak.6

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


Gambar 4. Lokasi Nyeri Viseral

2) Nyeri Somatik

Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Rangsang yang
menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi, atau proses radang.6

Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi yang tajam
dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada viseral mengiritasi pada peritoneum
parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir. Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat.
Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan
intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
Setiap gerakan penderita akan menambah rasa nyeri, baik berupa gerak tubuh maupun gerak
napas yang dalam.6

Tabel 2. Perbedaan Nyeri Visceral dan Nyeri Somatik

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


B. Sifat Nyeri
1) Nyeri Alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya
diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa embrional sehingga
rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian
juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung belikat. 6
2) Nyeri Proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibat
cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah amputasi, atau
nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.6
3) Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada rongga
di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis setempat maupun
peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya
peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat
itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan
defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit setempat. 6
4) Nyeri Kontinyu

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus,
misalnya pada reaksi radang. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks
untuk melindungi bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.6
5) Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu
empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh
jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Yang
khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah
dan gerak paksa.6
6) Nyeri Iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan
tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek dan syok karena
resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.6
7) Nyeri Pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap awal
apendisitis. Sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan di sekitar
pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh
dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang
merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang
meradang, yaitu di perut kanan bawah. Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangren
(apendisitis gangrenosa) nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak
menyurut, kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis.6
C. Onset dan Progresifitas Nyeri
Onset timbulnya nyeri dapat menunjukkan keparahan proses yang terjadi. Onset dapat
digambarkan dalam bahasa mendadak (dalam detik), cepat (dalam jam), dan perlahan (dalam
beberapa jam). Nyeri hebat yang terjadi mendadak pada seluruh abdomen merupakan suatu
keadaan bahaya yang terjadi intra abdomen seperti perforasi viscus atau ruptur aneurisma,
kehamilan ektopik, atau abses. Dengan adanya gejala sistemik (takikardi, berkeringat, takipneu
dan syok) menunjukkan dibutuhkannya resusitasi dan laparotomi segera.6

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


D. Karakteristik Nyeri
Sifat, derajat, dan lamanya nyeri sangat membantu dalam mencari penyebab utama akut
abdomen. Nyeri superfisial, tajam dan menetap biasanya terjadi pada iritasi peritoneal akibat
perporasi ulkus atau ruptur appendiks, ovarian abses atau kehamilan ektopik. Nyeri kolik terjadi
akibat adanya kontraksi intermiten otot polos, seperti kolik ureter, dengan ciri khas adanya
interval bebas nyeri. Nyeri kolik biasanya dapat reda dengan analgetik biasa. Sedangkan nyeri
strangulata akibat nyeri iskemia pada strangulasi usus atau trombosis vena mesenterika biasanya
hanya sedikit mereda meskipun dengan analgetik narkotik. Faktor-faktor yang memicu atau
meredakan nyeri penting untuk diketahui.6

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan nyerinya,
lokasi, karakter, durasi, faktor yang mempengaruhinya serta gejala yang menyertai. Lokasi nyeri
penting untuk mempertimbangkan berbagai kondisi patologis yang terjadi di daerah spesifik atau
kuadran abdomen. Karakteristik nyeri dapat digambarkan sebagai "rasa terbakar" yang mungkin
terjadi karena perforasi ulkus peptikum, sementara "rasa terobek-robek" biasanya mewakili rasa
sakit akibat diseksi aorta. Nyeri yang intermiten atau kolik harus dibedakan dari rasa sakit yang
terus menerus. Nyeri kolik biasanya terkait dengan proses obstruktif dari usus, hepatobilier, atau
saluran genitourinari, sementara rasa sakit yang terus menerus biasanya merupakan hasil dari
mendasari iskemia atau peritoneal peradangan.6
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang
diproyeksikan. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri pankreatitis
dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan
pada diafragma. Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan sumber
nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat, tetapi dapat pula
bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ berongga, rangsangan
peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi. Demikian
juga intensitas nyerinya. Seseorang yang sehat dapat pula tiba-tiba langsung merasakan nyeri
perut hebat yang disebabkan oleh adanya sumbatan, perforasi atau pluntiran. Nyeri yang
bertahap biasanya disebabkan oleh proses radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.6

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis akut
pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul dan lutut.
Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Appendisitis akut
yang letaknya retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaring dengan fleksi pada sendi
panggul sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi. Akut abdomen yang menyebabkan
diafragma teritasi akan menyebabkan pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang
memudahkan bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun umum tidak dapat bergerak
karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya.6

Riwayat gejala sistemik penting dalam evaluasi akut abdomen. Nyeri abdomen biasanya
disertai oleh demam tinggi dan kedinginan yang dapat menunjukkan penyakit peradangan pelvis
dan infeksi traktus urinarius. Gejala sistemik lain seperti anoreksia, mual, muntah merupakan
merupakan gejala penyerta yang sering pada akut abdomen terutama apendisitis akut dan
kolesistitis akut. Konstipasi didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum.
Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain seperti keadaan sebelum
serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam anamnesis.6

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara keseluruhan mulai dari keadaan umum,
tanda-tanda vital, dan sikap berbaring. Adanya abnormalitas pada tanda vital dapat menunjukkan
keadaaan kegawatan pada pasien. Keparahan penyakit sistemik dapat dinilai dari adanya
takipnea, takikardia, demam atau respon hipotermia, dan hipotensi relatif. Gejala dan tanda
dehidrasi, perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.

Posisi berbaring pasien juga dapat menunjukkan suatu penyakit. Pasien dengan iritasi
peritoneal, nyeri semakin bertambah dengan aktivitas apapun yang menggerakkan peritoneum.
Pasien biasanya berbaring diam dan mempertahankan fleksi lutut dan pinggul mereka untuk
mengurangi ketegangan pada dinding abdomen anterior. Kondisi penyakit yang menyebabkan
rasa sakit tanpa iritasi peritoneal, seperti iskemik usus dan ureter, dan kolik bilier, biasanya
menyebabkan pasien untuk terus bergeser dan gelisah di tempat tidur.

Pemeriksaan yang difokuskan pada pemeriksaan abdomen yang terdiri dari :

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


a. Inspeksi
Pada inspeksi abdomen, perhatikan kontur abdomen, termasuk apakah tampak buncit atau
apakah tampak terdapat massa yang memberikan kecurigaan adanya hernia inserserata atau
tumor. Perhatian pula adanya bekas luka operasi sebelumnya, distensi abdomen dan gerakan
peristaltik usus yang terlihat Darm-steifung. Adanya eritema atau edema kulit mungkin
memperlihatkan selulitis dari dinding abdomen, sedangkan ecchymosis kadang-kadang dapat
terlihat pada infeksi necrotizing yang dalam pada fasia atau struktur abdomen seperti pancreas.
Adanya caput medusa dapat menunjukan penyakit hati.
b. Auskultasi
Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan kualitasnya. Perhatikan ada atau
menghilangnya suara bising usus, serta karakteristik dari bising usus. Pada ileus paralitisik
bisisng usus menghilang sedangkan pada ileus obstruksi bising usus dapat menigkat.
c. Perkusi
Perkusi digunakan untuk menilai distensi usus yang berisi gas, udara bebas intra-
abdominal, tingkat asites, atau adanya peradangan peritoneum, serta adanya setiap massa yang
tumpul. Padaobstruksi ileus, timpani terdengar di seluruh lapang kecuali pada kuadran kanan
atas, di mana terdapat hati yang terletak di bawah dinding abdomen. Jika ditemukan adanya
timpani hingga kuadran kanan atas, dicurigai adanya kemungkinan udara intraperitoneal bebas.
Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda
pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati). Perkusi dapat digunakan untuk mendeteksi
ascites dengan pemeriksaan shifting dullness atau gelombang cairan.
d. Palpasi
Palpasi menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan defense musculaire. Akut abdomen
memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara
lokal atau umum tergantung dari luas daerah yang terkena iritasi. Perasaan nyeri dapat berupa
nyeri tekan dan nyeri lepas. Defense musculaire timbul karena rasa nyeri pada peritonitis diffusa
yang karena rangsangan palpasi nyeri bertambah sehingga secara refleks otot-otot abdomen akan
berkontraksi terhadap rangsangan mekanik sebagai proteksi terhadap abdomen.
Ada beberapa teknik palpasi khusus seperti, murphy sign (palpasi dalam di perut bagian
kanan atas yang menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk kolesistitis,
rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di hampir
seluruh bagian perut pada kasus peritonitis.
e. Rectal Toucher
Penilaian rectal toucher atau colok dubur memberikan informasi yang terbatas pada kasus
akut abdomen. Namun, pemeriksaan colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus
dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada
obstruksi usus ampulanya kolaps.
Data yang diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditunjang dengan
pemeriksaan lainnya seperti laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang juga penting
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis kerja.

3. Pemeriksaan laboratorium
Anemia dan hematokonsentrasi dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya perdarahan
terus menerus. Lekositosis tanpa terdapatnya infeksi dapat menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak, terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan enzim
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar. Pemeriksaan urine rutin dapat
menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.8
4. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen thoraks dapat menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma
pada thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya
gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika. Plain abdomen foto tegak akan
memperlihatkan adanya udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat
duodenum, corpus alienum, serta perubahan gambaran usus. Pemeriksaan ultrasonografi dan CT-
scan berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan dicurigai
adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.8,11

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding akut abdomen juga termasuk dalam kelainan ekstraabdomen seperti
kelainan di toraks, misalnya penyakit jantung, paru atau pleura, kelainan neurogenik, kelainan
metabolik, dan keracunan. Pada keadaan akut abdomen yang disebabkan karena kelainan

Jurnal Averrous Vol. No. 2019


ekstraabdomen didapatkan gejala nyeri perut yang cukup jelas namun pada pemeriksaan
abdomen tidak ditemukan adanya kelainan.6
Terkadang sulit untuk membedakan kelainan akut di abdomen dan ekstra abdomen.
Umumnya pada anamnesis didapatkan bila penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai
dengan mulat atau muntah. Pada pemeriksaan abdomen pun tidak ditemukan tanda-tanda
rangsangan peritoneum.6

Tabel Kelainan Ekstraabdomen yang menyebabkan nyeri perut

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan akut abdomen biasanya terdiri dari :

1. Tindakan penanggulangan darurat

a. Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistem pernafasan dan kardiovaskuler


yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita.
b. Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.
d. Pemberian analgetik harus dipertimbangkan karena dapat menghilangkan gejala akut
abdomen

2. Tindakan penanggulangan definitif

Tujuan:
Jurnal Averrous Vol. No. 2019
a. Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.

b. Meminimalisasi cacat yang mungkin terjadi dengan cara :

 Menghilangkan sumber kontaminasi.


 Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
 Mengembalikan kontinuitas passage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin usus
yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.

Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa laparotomi yaitu operasi dengan membuka
rongga abdomen, sehingga harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki spesialis
bedah agar akut abdomen dapat ditanggulangi dengan segera.6

PROGNOSIS

Secara umum, akut abdomen merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan. Saat ini,
USG dan CT scan banyak digunakan untuk menentukan penyebab akut abdomen. Semua pasien
dengan akut abdomen perlu diperiksa oleh ahli bedah. Prognosis pasien tergantung pada
penyebabnya.2,6,11

DAFTAR PUSTAKA

1
Elhardello, O., & MacFie, J. (2018). ‘Digital Rectal Examination In Patients With Acute
Abdominal Pain’. Emerg Med J, 35(9), pp. 579–580

2
Courtney, T., Beauchamp, R. D., Evers, B. M., & Kenneth, M. (2017). Sabiston Texbook
Of Surgery The Biological Basis Of Modern Surgical Practice.20th ed. Elsevier.

3
Li, P., Tee, Y., Fu, C., Liao, C., Wang, S., Hsu, Y., Wu, E. (2018). ‘The Role of
Noncontrast CT in the Evaluation of Surgical Abdomen Patients’. Am Surg, 84(6), pp. 1015–
1021.

4
Geng, W., Fuller, M., Osborne, B., & Thoirs, K. (2018). ‘The Value Of The Erect
Abdominal Radiograph For The Diagnosis Of Mechanical Bowel Obstruction And Paralytic
Jurnal Averrous Vol. No. 2019
Ileus In Adults Presenting With Acute Abdominal Pain’. J Med Radiat Sci, 65(4), pp. 259–266

5
Setiati, S. et al. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Edited by I. Publishing.
Jakarta

6
Graff, G., & Robinson, D. (2001). Abdominal Pain And Emergency Department
Evaluation. Emerg Med Clin North Am, 19, pp. 123–136

7
Cordell WH, Keene KK, Giles BK. (2017): ‘The High Prevalence Of Pain In Emergency
Medical Care’. Am J Emerg Med 20, pp. 165-169

8
Ashley H., Bennet B., & Marie C. (2013): ‘The Evaluation of The Acute Abdomen’.
Springer Science Business Media New York

9
Kaushal-Deep, S., Anees, A., Khan, S., Khan, M., & Lodhi, M. (2018). ‘Primary Cecal
Pathologies Presenting As Acute Abdomen And Critical Appraisal Of Their Current
Management Strategies In Emergency Settings With Review Of Literature’. Int J Crit Illn Inj Sci,
8(2), pp. 90–99

10
Mulholland, Michael W, Lillemoe, et al. (2006). Greenfield's Surgery: Scientific
Principles And Practice. 4th ed.

11
Mohammed, M., Elbanna, K., Mohammed, A., Murray, N., Azzumea, F., Almazied, G.,
& Nicolaou, S. (2018). ‘Practical Applications of Dual-Energy Computed Tomography in the
Acute Abdomen’. North Am, 56(4), pp. 549–563

Jurnal Averrous Vol. No. 2019

Anda mungkin juga menyukai