7. Beda stenosis, striktur, fistula, atresia, beserta contoh masing-masing dan gambaran radiologis
• Multiple myeloma
• Lymphoma
• Osteoma
Osteogenic • Osteoid osteoma
• Osteoid osteoma • Osteoblastoma • Osteosarcoma (and varians)
• Osteosarcoma • Juxtacortical osteosarcoma
• Fibrous cortical defect (and varians)
• Nonossifying fibroma
• Benign fibrous histicytoma • Fibrosarcoma
Fibrous, osteofibrous, • Fibrous dysplasia • MFH
and fibrohistiocytiv • Desmplastic fibroma
(fibrogenic) • Osteofibrous dysplasia
• Ossifying fibroma
• Hemangioma
• Glomus tumor
• Cystic angiomatosis
• Angiosarcoma
Vascular • Heamangioendothelioma
Hemangiopericytoma
Lipogenic
• Lipoma
• Liposarcoma
Neurogenic
Notocordal
• Chordoma
Unknown Origin
• Giant Cell Tumor
• Ewing sarcoma
• Adamantinoma
Pemeriksaan plain radiografi akan membantu ahli radiologi/ahli bedah yang berkecimpung
dalam tumor muskuloskeletal dalam mendiagnosis tumor tulang dan tumor like lesion. Foto
plain radiografi biasanya dipilih sebagai modalitas pemeriksaan radiologi pertama pada pasien
dengan kecurigaan lesi tulang karena murah dan mudah. Di samping itu pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan terbaik untuk menilai gambaran radiologi tumor secara umum, 6, 8, 11 dan
dapat menentukan diagnosis diferensial (Aunt Minnie Approach).12, 13 Pemeriksaan X ray thoraks
juga diperlukan untuk menilai ada tidanya metastasis ke paru.9
Pemeriksaan radiografi ini harus menjawab beberapa pertanyaan berikut 12, 14 :
• Lokasi pasti lesi (jenis tulang, bila mengenai tulang panjang di mana lokasi pastinya lesi,
apakah di sentral korteks atau medula; epifisis, metafisis atau diafisis
• Apakah terdapat kelainan yang mendasarinya seperti bone infarc, Paget's Disease
• Bagaimana margin-nya, apakah well-defined margin, ill-defined margin, atau apakah
tepinya sklerotik (benign non-growing lesion)
• Bagaimana pola destruksinya , apakah merupakan cortical expansion or litik destruksi
permeative atau moth-eaten.
• Apakah tumor memproduksi matriks (osteoid or cartilage)? Apaka terdapat ekstensi ke
jaringan lunak
• Apakah terdapat reaksi periosteal
• Apakah lesinya mutifokal
Walaupun terkadang sulit membedakan gambaran tumor jinak dan ganas secara radiologi, tetapi
beberapa kriteria berikut dapat mengarahkan apakah tumor tergolong jinak atau ganas (tabel 2).5,
6
Bila terdapat massa jaringan lunak disertai destruksi tulang terkadang sulit bagi ahli
bedah/residen atau ahli radiologi untuk menentukan apakah merupakan tumor primer jaringan
lunak yang menginvasi tulang atau tumor primer tulang dengan ekstensi jaringan lunak.
Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi panduan untuk membedakan tumor primer jaringan
lunak yang menginvasi tulang dari tumor primer tulang dengan ekstensinya ke jaringan lunak
(tabel 3).5
Tabel 3.Perbedaan Gambaran Radiologi Tumor Primer Tulang dan Jaringan Lunak
2. Osteosarkoma
usia tersering pada anak-anak dan dewasa muda serta usia tua di
atas 65 tahun serta lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita
Manifestasi klinis
• Nyeri (+ )
intramedulari )
KRITERIA DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
• Foto X-ray
• MRI
osteosarcoma.
Grade 3 : nekrosis 90 - 99 %
KLASIFIKASI HISTOLOGI
1. Intramedullary
2. Surface
a. Parosteal osteosarcomas
b. Periosteal osteosarcomas
3. Extraskletal
KLASIFIKASI STADIUM
metastasis
metastasis
IIA derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
metastasis
diskontinuitas
Prognosis
osteosarkoma :
Tumor related:
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Umur pasien
PENATALAKSANAAN
Pembedahan
amputasi.
Prognosis
osteosarkoma :
Tumor related:
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Umur pasien
PENATALAKSANAAN
Pembedahan
amputasi.
2 siklus.
• Gemcitabine
dan kedua terapi, tiap 4 bulan pada tahun ke 3 , tiap 6 bulan pada
jika setelah itu pasien memberikan respons yang baik maka lakukan
Localized disease
Operasire-reseksidenganatautanparadioterapi
3. Osteomielitis
Osteomyelitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall, 2011). Dalam kepustakaan lain
dinyatakan bahwa Osteomyelitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organism piogenik,
walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi
atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan
periosteum. (Dorland, 2002).
2.3 Etiologi
Mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui tiga cara yaitu melalui pembuluh
darah, langsung melalui area lokal infeksi (seperti selulitis) atau melalui trauma, termasuk
iatrogenik seperti dislokasi sendi atau fiksasi internal.
Pada balita, infeksi dapat menyebar ke sendi dan menyebabkan arthritis. Pada anak-anak
yang biasanya terinfeksi adalah tulang panjang. Abses subperiosteal dapat terbentuk karena
periosteum melekat longgar di permukaan tulang, sedangkan pada orang dewasa tulang yang
paling sering terinfeksi adalah tulang belakang dan tulang panggul.
Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan
distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena
Osteomyelitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.
2.4 Patofisiologi
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara. Kuman
dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran hematogen
dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh, atau selama pembedahan
dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya.
Osteomyelitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang biasanya timbul antara
usia 5 dan 15 tahun. Ujung metafisis tulang panjang merupakan tempat predileksi untuk
Osteomyelitis hematogen. End-artery dari pembuluh darah yang menutrisinya bermuara pada
vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar, sehingga menyebabkan terjadinya aliran
darah yang lambat dan berturbulensi pada tempat ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri
untuk bermigrasi melalu celah pada endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain itu,
rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel
darah putih. Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang
lamban tidak ada lagi. Sehingga Osteomyelitis hematogen pada orang dewasa merupakn suatu
kejadian yang jarang terjadi.
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh darah lokal
yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang kemudian berkembang
menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan lokal akan menyebarkan pus hingga ke
korteks melalui sistem Havers dan kanal Volkmann hingga terkumpul dibawah periosteum
menimbulkan rasa nyeri lokalisata di atas daerah infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan
menstimulasi pembentukan involukrum periosteal (fase kronis). Apabila pus keluar dari korteks,
pus tersebut akan dapat menembus soft tissues disekitarnya hingga ke permukaan kulit,
membentuk suatu sinus drainase. Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk
beberapa cara dibawah ini :
• Melalui aliran darah.
Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi saluran
kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah di tulang. Pada anak-
anak, Osteomyelitis paling umum terjadi di daerah yang lebih lembut, yang disebut
lempeng pertumbuhan,di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.
• Dari infeksi di dekatnya.
Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika luka
terinfeksi, kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.
• Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung tulang
yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi langsung. Selain itu
juga dapat terjadi selama operasi untuk mengganti sendi atau memperbaiki fraktur.
(anonym, 2011).
Beberapa penyebab utama infeksi, seperti s.aureus, menempel pada tulang dengan
mengekspresikan reseptor (adhesins) untuk komponen tulang matriks (fibronektin, laminin,
kolagen, dan sialoglycoprotein tulang); Ekspresi kolagen- binding adhesin memungkinkan
pelekatan patogen pada tulang rawan. Fibronektin-binding adhesin dari S. Aureus berperan
dalam penempelan bakteri untuk perangkat operasi yang akan dimasukan dalam tulang, baru-
baru ini telah dijelaskan
S. Aureus yang telah dimasukan ke dalam kultur osteoblas dapat bertahan hidup secara
intraseluler. Bakteri yang dapat bertahan hidup secara intraseluler (kadang-kadang merubah diri
dalam hal metabolisme, di mana mereka muncul sebagai apa yang disebut varian koloni kecil)
dapat menunjukan adanya infeksi tulang persisten. Ketika mikroorganisme melekat pada tulang
pertama kali, mereka akan mengekspresikan fenotip yang resiten terhadap pengobatan
antimikroba, dimana hal ini mungkin dapat menjelaskan tingginya angka kegagalan dari terapi
jangka pendek.
Remodeling ulang yang normal membutuhkan interaksi koordinasi yang baik antara
osteoblas dan osteoklas. Sitokin (seperti IL-1, IL-6, IL-15, IL 11dan TNF) yang dihasilkan secara
lokal oleh sel inflamasi dan sel tulang merupakan factor osteolitik yang kuat. Peran dari faktor
pertumbuhan tulang pada remodeling tulang normal dan fungsinya sebagai terapi masih belum
jelas. Selama terjadi infeksi, fagosit mencoba menyerang sel yang mengandung mikroorganisme
dan, dalam proses pembentukan radikal oksigen toksik dan melepaskan enzim proteolitik yang
melisiskan jaringan sekitarnya. Beberapa komponen bakteri secara langsung atau tidak langsung
digunakan sebagai factor-faktor yang memodulasi tulang (bone modulating factors).
Kehadiran metabolit asam arakidonat, seperti prostaglandin E, yang merupakan agonis
osteoklas kuat dihasilkan sebagai respon terhadap patah tulang, menurunkan jumlah dari
inokulasi bakterial yang dibutuhkan untuk menghasilkan infeksi. (Daniel,1997).
Nanah menyebar ke dalam pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseus dan
mengganggu aliran darah. Nekrosis iskemik tulang pada hasil pemisahan fragmen yang
mengalami devaskularisasi, disebut sequestra. Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan congesti
atau thrombosis pembuluh darah merupakan temuan histologis utama dalam Osteomyelitis akut.
Salah satu penampakan yang membedakan dari Osteomyelitis kronis adalah tulang yang
mengalami nekrotik, yang dapat diketahui dengan tidak adanya osteosit yang hidup.
Osteomyelitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari Osteomyelitis akut yang tidak
terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomyelitis kronis juga dapat terjadi setelah
fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang. Bakteri penyebab Osteomyelitis
kronis terutama oleh stafilokokus aureus ( 75 %), atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.
2.6.1 Anamnesa
• Osteomyelitis Hematogen Akut
Osteomyelitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan
ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran napas atas.
Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat
gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan. Gejala – gejala umum timbul akibat
bakterimia dan septikemia berupa panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang.
• Osteomyelitis Kronis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah
operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang disertai demam dan nyeri lokal
yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu.
• Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
• Demam (terdapat pada 50% dari neonatus)
• Nyeri tekan
• Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
• Ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan.
(Osteomyelitis kronis)
• Edema
• Teraba hangat
• Fluktuasi
• Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan
jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada
neonatus).
• Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
• Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke kiri
biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif
protein biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju
endapan darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED
biasanya meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED
memiliki peran terbatas dalam menentukan Osteomyelitis kronis seringkali didapatkan hasil
yang normal.
• Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri
yang menyebabkan Osteomyelitis dan memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil
kultur, positif pada sekitar 50% pasien dengan Osteomyelitis hematogen. Bagaimanapun,
kultur darah positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut
untuk mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil
diagnostik sekitar 77% pada semua studi.
• Radiologi
• Foto polos
Pada Osteomyelitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali
destruksi cancellous bone.
• Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul. Teknik sederhana
dan murah telah menjanjikan, terutama pada anak dengan Osteomyelitis akut.
Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 1-2 hari setelah timbulnya gejala.
Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan cairan dan elevasi periosteal.
Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak memungkinkan
untuk evaluasi korteks tulang.
• Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi Osteomyelitis akut. Pencitraan ini sangat sensitif
namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa
dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak,
dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi
sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.
• CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk menidentifikasi
sequestra pada Osteomyelitis kronik. Sequestra akan tampak lebih radiodense dibanding
involukrum disekelilingnya.
• MRI
MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis. Penelitian
telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi polos, CT, dan
scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar
antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning memiliki akurasi yang mirip
dengan MRI.
• Radionuklida scanning tulang
Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi
pertimbangan pada pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI.
• Osteomyelitis Hematogen Akut
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan
radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.
Gambar 2. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari berupa refraksi
tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru dibawah
periosteum yang terangkat.
Gambar 5. Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion
Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada Osteomyelitis sub akut/kronik. Pada
gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.
• Osteomyelitis Kronis
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan sklerosis
tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan sclerosis extensive dibagian distal
metafisis pada radius
Gambar 8. Osteomyelitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan adanya gambaran
sekuestrum (panah).
Gambar 9. CT image pada Osteomyelitis kronik. (A) In this tibia, chronic osteomyelitis is
associated with a radiodense sharply marginatedfocus within a lucent cavity (arrow). (B) Coronal
reformatted image.(C & D) Transaxialimages. CT scanning can be used to identify sequestered bone as in
these tibiae
• Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi.
Namun, infeksi Osteomyelitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut.
Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti
hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi.
• Pelvis
Osteomyelitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap
tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang
terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur,
biasanya dengan sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi.
Secara klinis sering disertai abses dan fistula. Bedanya dengan tuberkulosis, ialah
destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada tuberkulosis abses sering mengalami
kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
• Osteo Sarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang
buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Paling sering ditemukan sekitar
lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang – tulang yang sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai
bagian metafisis. Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya.
Gambaran radiologik : tampak destruksi tulang yang berawal pada medula dan
terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium dini
terlihat reaksi periosteal seperti garis – garis tegak (Sunray appearance). Dengan
membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang
meluas ke luar tulang, berbentuk segitiga (segitiga codman). Pada stadium dini Gambaran
tumor ini sukar dibedakan dengan Osteomyelitis.
• Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang. Kebanyakan diafisis.
Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang iga. 75% dari penderita dibawah
umur 20 tahun, paling sering antara 5-15 tahun.
Gambaran radiologik : tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang berawal
dimedula, pada foto terlihat sebagai daerah – daerah radiolusen. Tumor cepat merusak
korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis – garis yang berlapis – lapis menyerupai
kulit bawang (onion peel appearance). Tumor membesar dengan cepat, biasanya dalam
beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang
besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.
Gambar 15. Gambaran radiologis sendi kaki kanan : terdapat plebaran sendi dan penebalan jaringan lunak
2.8 Penatalaksanaan
Setelah mendiagnosa Osteomyelitis, mengklasifikasikan dan mengetahui penyebabnya,
pengobatan yang dilakukan terdiri dari antibakteri, debridement dan jika perlu dilakukan
penstabilan tulang. Kebanyakan pasien dengan Osteomyelitis berhasil diobati dengan terapi
antibiotik. Antibakteri harus diberikan selama minimum 4 minggu (sebenarnya, 6 minggu) untuk
mencapai penyembuhan. Untuk mengurangi biaya pengobatan, antibiotik parenteral untuk pasien
rawat jalan dapat diganti dengan antibiotik oral.
2.9 Prognosis
Setelah mendapatkan terapi, umumnya Osteomyelitis akut menunjukkan hasil yang
memuaskan. Prognosis Osteomyelitis kronik umumnya buruk walaupun dengan pembedahan,
abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin
dibutuhkan, khususnya pada pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada
penderita yang mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan
monitoring lebih lanjut. Mereka perlu mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum
dilakukan operasi karena memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan Osteomyelitis.
5. Otak