WULANDARI
PO.714.261.16.1.099
WULANDARI
PO.714.261.16.1.099
i|Keperawatan Gigi
ii | K e p e r a w a t a n G i g i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Kehilangan Gigi Posterior Terhadap Timbulnya
Clicking Pada Sendi Temporomadibula (TMJ) Pada Manusia Usia
Lanjut”.Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
mencapai gelar S.Tr.Kes pada Program Studi Diploma IV Keperawatan Gigi pada
jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Makassar. Skripsi ini dapat
selesai atas bimbingan dosen pembimbing saya atas jerih payah beliau dalam
membimbing hingga selesai. Oleh karena itu saya ingin ucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT. Karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya
masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Ir. Agustian Ipa, M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes
Makassar.
3. Bapak Syamsuddin Abu Bakar, S.SiT, M.Mkes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Gigi.
4. Ibu drg. Hj. Asridiana, M. Mkes selaku Ketua Program Studi D.IV
Keperawatan Gigi.
5. drg. Johnny Angki, M.Kes selaku pembimbing pertama telah
memberikan bimbingan, meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya selama penyusunan skripsi hingga selesai.
6. drg. Ellis Mirawati, M.Mkes selaku pembimbing kedua telah
memberikan bimbingan, meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya selama penyusunan skripsi hingga selesai.
7. Ibu Hj. Nuraeni, S,SiT. M.Mkes selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan selama proses penyusunan skripsi hingga selesai.
8. Segenap Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes
Makassar atas ilmu dan bimbingannya.
iv | K e p e r a w a t a n G i g i
9. Kedua orang tua, Ayahanda Muis dan Ibunda Nurhayati akan cinta
kasih, doa, dukungan semangat dan materi yang tak ternilai yang selalu
diberikan kepada saya.
10. Kepada Sahabat-Sahabat saya yang selalu mensuport dan menyemangati
saya dalam menyusun skripsi ini
11. Kepada keluarga besar GEMINASI 2016 yang selama ini sama-sama
menuntut ilmu di Poltekkes Makassar Jurusan Keperawatan Gigi.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu saya selama pembuatan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
v|Keperawatan Gigi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
vi | K e p e r a w a t a n G i g i
d. Pemeriksaan Gangguan Sendi Temporomandibula ............. 24
4. Hubungan Kehilangan Gigi Posterior Terhadap Timbulnya
Clicking pada Sendi Temporomandibula ............................... 27
B. Kerangka Pikir ............................................................................... 29
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan ....................................................................................... 31
vii | K e p e r a w a t a n G i g i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii | K e p e r a w a t a n G i g i
HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI POSTERIOR TERHADAP
TIMBULNYA CLICKING PADA SENDI TEMPOROMADIBULA
(TMJ) PADA MANUSIA USIA LANJUT
ABSTRAK
Pendahuluan: Kehilangan gigi terutama gigi posterior yang tidak segera
digantikan dengan gigi tiruan dapat menyebabkan perubahan pola oklusi ketika
mengunyah sehingga dapat menyebabkan terjadinya hambatan pada proses
pergerakan rahang dan dapat berpengaruh pada fungsi pengunyahan dan
gangguan pada sendi temporomandibula, dimana salah satu gangguan sendi
temporomandibula yang sering terjadi ialah timbulnya clicking (bunyi sendi).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan anatara kehilangan gigi
posterior dengan timbulnya clicking pada sendi temporomandibula pada manusia
usia lanjut dengan menghubungkan teori-teori dari hasil tinjauan pustaka dan dari
hasil penemuan sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kulitatif dan jenis penelitian
yang digunakan adalah kepustakaan/study literature.Metode pengumpulan data
yang digunakan yaitu berasal dari sumber data sekunder seperti jurnal, buku,
karya tulis ilmiah, skripsi, text book dan artikel ilmiah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang
hubungan kehilangan gigi posterior terhadap timbulnya clicking pada sendi
temporomandibula(TMJ) pada manusia usia lanjut dan semua penelitian tersebut
menunjukkan bahwa adanya gangguan sendi temporomandibula yang terjadi,
dimana gangguan sendi yang paling banyak terjadi yakni timbulnya bunyi
clicking terutama pada usia lanjut. Dari hasil telaah studi literature ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan gigi posterior terhadap
timbulnya clicking pada senditemporomandibula pada manusia usia lanjut
ix | K e p e r a w a t a n G i g i
Relationship of Posterior Tooth Loss to the Occurrence of Clicking in the
Temporomandibular Joint (TMJ) in Older Humans
ABSTRACT
Introduction: Loss of teeth, especially posterior teeth that are not
immediately replaced with dentures, can cause changes in the occlusion pattern
when chewing so that they can cause obstructions in the movement of the jaw and
can affect the function of mastication and disruption in the temporomandibular
joint, where one of the temporomandibular joint disorders often happens is the
onset of clicking (joint sound). The purpose of this study was to determine the
relationship between posterior tooth loss and the onset of clicking on the
temporomandibular joint in elderly humans by linking theories from the literature
review results and from the findings of previous findings made by several
previous researchers. The research used is the literature / study literature. Data
collection methods used are derived from secondary data sources such as journals,
books, scientific papers, theses, text books and scientific articles. The results
showed that several researchers had conducted research on the relationship of
posterior tooth loss to the onset of clicking on the temporomandibular joint (TMJ)
in elderly humans and all of these studies showed that the temporomandibular
joint disorder occurred, where the most common joint disruption was the onset of
sounds clicking especially in old age. From the results of the study of this
literature study it can be concluded that there is a relationship between posterior
tooth loss and the onset of clicking on the thoromandibular joints in the elderly
x|Keperawatan Gigi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tulang rahang atas dengan rahang bawah yang digunakan untuk membuka dan
menutup mulut seperti sebuah engsel, bergeser kedepan dan kebelakang dari
sisi yang satu ke sisi lainnya serta memiliki peranan penting dalam proses
diketahui oleh orang awam padahal bila sendi ini terganggu dapat
penuaan yakni terjadi kemunduran fisik yang salah satunya ditandai dengan
kehilangan jumlah gigi geligi, baik anterior maupun posterior, sekresi saliva
mengunyah.
Indonesia berdasarkan data Riset kesehatan dasar tahun 2013 telah dilaporkan
bahwa kehilangan gigi pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,3%, umur
55-64 sebesar 4,2% dan pada kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 17,1%.3
beberapa keluhan seperti sukar membuka mulut, rasa nyeri saat membuka dan
menutup mulut, mulut terasa terkunci, serta timbulnya clicking atau bunyi
pada sendi.5
sering kali tidak disertai rasa nyeri sehingga banyak orang yang tidak
temporomandibular.6
pada lansia adalah clicking (67,3%) dan nyeri atau rasa sakit di region sendi
gigi lansia cukup banyak, dimana kehilangan gigi posterior sebagai Salah satu
seiring dengan meningkatnya usia, clicking akan sering ditemukan. Hal inilah
2|Keperawatan Gigi
kehilangan gigi posterior terhadap timbulnya clicking pada sendi
B. Rumusan masalah
sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah
C. Tujuan penelitian
lanjut dengan menghubungkan teori-teori dari hasil tinjauan pustaka dan dari
terdahulu
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teroritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
3|Keperawatan Gigi
hilang dengan gigi tiruan, terutama untuk mencegah dari gangguan
c. Bagi Mahasiswa
4|Keperawatan Gigi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Kehilangan Gigi
a) Definisi
seseorang lepas dari soketnya atau tempatnya baik rahang atas maupun
rahang bawah.9
posterior, baik sebagian gigi atau seluruh gigi. Kehilangan gigi akan
tulang alveolar pada daerah tak bergigi, kehilangan dimensi vertikal oklusi
yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. Lansia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami masa tua, masa tua merupakan masa hidup yang terakhir
diamana pada masa ini seorang mengalami kemunduran fisik, metal, dan
kemunduran pada banyak fungsi tubuh, salah satu diantaranya yaitu fungsi
bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, dan penyakit
dalam Agtini (2010) mencatat dua kali lebih banyak adanya hubungan
6|Keperawatan Gigi
dikarenakan terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Kehilangan gigi
dapat disebabkan oleh berbagai macam kejadian, baik gigi tersebut dicabut
oleh dokter gigi atau hilang dengan sendirinya akibat penyakit periodontal
periodontal tergantung pada usia. Dimana kehilangan gigi pada usia lanjut
1) Karies
email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad
nyeri, dan apabila tidak dirawat, dapat bertambah buruk, sehingga akan
2) Penyakit Periodental
7|Keperawatan Gigi
periodontal banyak diderita oleh manusia hampir diesluruh dunia
gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila tidak
terjadi pada gigi anterior maupun posterior. Kerusakan gigi pada anak-
kecelakaan lalu lintas dan olahraga. Pengertian dari trauma secara umum
adalah adalah luka atau jejas baik fisik ataupun psikis. Trauma dnegan
kata lain injury atau wound, dapat diartikan sebagai keruskan atau luka
8|Keperawatan Gigi
dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur jaringan. Hilangnya
pada masyarakat yang memiliki pola pikir kesehatan serta biaya yang
pergeseran, miring, atau berputarnya gigi, karena gigi ini tidak lagi
menepati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada
2) Erupsi berlebih
9|Keperawatan Gigi
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan (Overclousure),
yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga
goyang dan akarnya tanggal. Selain itu gigi yang menerima beban terlalu
gigi mudah disisipi sisa makanan, dengan sendirinya kebersihan mulut tadi
terganggu dan mudah terjadi plak. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi
dapat meningkat.
10 | K e p e r a w a t a n G i g i
7) Pengurangan fungsi pengunyahan
a) Definisi
TMJ merupakan salah satu bagian dari tubuh manuasia. Tulang satu
Persendian dapat diartikan sebagai pertemuan anatara dua atau lebih tulang
berada tepat dibawah telinga kiri dan kanan. Sendi tersebut berfungsi
gejala dari gangguan tersebut yaitu rasa sakit, clicking, dan disfungsi. Rasa
mencari perawatan, rasa sakit bersifat subjektif dan sulit untuk dievaluasi.
Setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dan penerimaan yang
berbeda terhadap rasa sakit. Daerah penyebaran rasa sakit yang paling
sering dari sendi adalah telinga, pipi daerah temporal. Clicking atau bunyi
sifat tersebut. 20
11 | K e p e r a w a t a n G i g i
TMJ terletak dibawah telinga merupakan sendi yang menyatukan
dengan tulang temporal pada dua tempat dan bersifat simetris. Ujung dari
(a)
b) Anatomi
1) Fosaa Glendoalis
pada dasar cranium. Bagian dari tulang temporal ini berbentuk cekungan
fossa glendoalis. Pada bagian paling dalam dari fossa ini, tulangnya sangat
tipis. Fossa glendoalis padat tetapi tipis dan tertutup oleh jaringan lunak
yang tipis sehingga struktur ini tidak dapat menahan beban yang besar.19, 22
12 | K e p e r a w a t a n G i g i
Gambar 2.2 Fossa Gelndoalis
(Fossa Mandibularis Osisi Temporalis) 23
2) Kondilus mandibular
permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh suatu discus yang halus
13 | K e p e r a w a t a n G i g i
yang disebut dengan meniscus atau discus articularis. Discus articularis
ketebalan 3mm, zona intermediate yang tipis, dan pita anterior dengan
ketebalan 2mm. bagian paling tipis terdapat pada bagian tengah (1mm)
dan menebal pada bagian tepi, sementara tonjolan terbesar terdapat pada
menonjol karena terdiri atas dua lapis serabut yang dipisahkan oleh
14 | K e p e r a w a t a n G i g i
Fungsi Discus tidak hanya berperan sebagai pembatas tulang keras
tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang
4) Kapsula
inferior, yang dipisahkan oleh discus dan berada dalam kapsula dilapisi
15 | K e p e r a w a t a n G i g i
dengan kapasitas sekitar 1 ml, sementara rongga bagian bawah besarnya
5) Ligament
16 | K e p e r a w a t a n G i g i
Gambar 2.7 ligament Ligament sphenomandibulare dan
ligament stylomandibular 23
6) Rongga synovial
7) Otot-oto mastikasi
Otot mastikasi terdiri dari 4 pasang yaitu otot maseter, otot temporalis,
17 | K e p e r a w a t a n G i g i
Gambar 2.9 Otot-otot Mastikasi 21
1) Gerakan membuka
posterior otot temporalis harus relaks dalam keasaan ini akan diikuti
dengan relaksasi otot maseter, serabut anterior otot temporalis dan otot
pterygideus medialis yang berlangsung cepat dan lancer. Keadaan ini akan
18 | K e p e r a w a t a n G i g i
2) Gerak menutup
menutu pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan procecus
Pada saat rahang digerakkan dari satu sisi ke sisi yang lainnya
kondilus mandibular pada sisi tujuan arah mandibular yang bergerak akan
ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior otot temporalis.
19 | K e p e r a w a t a n G i g i
pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dnegan relaksasi
a) Definisi
yang biasa dikeluhkan oleh pasien yang memiliki masalah pada sendi
temporomandibular.6
dihasilkan dapat bervariasi mulai dari lemah yang hanya didengar oleh
penderita hingga bunyi yang keras sehingga dapat didengar oleh orang
lain.26, 27
20 | K e p e r a w a t a n G i g i
Bunyi sendi dapat terjadi pada satu atau kedua sendi
terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir gerak buka dan tutup mulut.27
b) Klasifikasi clicking
(klik atau gemersik), kualitasnya (keras atau lunak) tergantung dari posisi
relative terhadap gerakan mandibular (dekat atau sedang atau jauh) dan
1) Klik halus
amplitude rendah
2) Gemersik halus
lebar (lebih dari 2 cm) bunyi seperti ruas tulang saling bergeser
satu sama lain. Bunyi ini ditemukan dominan pada wanita muda
21 | K e p e r a w a t a n G i g i
frekuensi rendah dan amlitudo rendah. Seringkali bunyi ini dating
dan pergi, dan bahkan pada posisi yang berebeda dari siklus
3) Klik keras
4) Gemerisik keras
1) Klik dekat
2) Klik menengah
22 | K e p e r a w a t a n G i g i
pemisahan pada permukaan sendi atau dengan pemisahan ligament
3) Klik lebar
c) Mekanisme clicking
posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan
tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini juga dapat
menyebabkan sakit kepala, nyeri wajah dan telinga. Jika dibiarkan tidak
menarik ligament terlalu kuat. Hal ini menunjukkan, bila oklusi terlalu
23 | K e p e r a w a t a n G i g i
Setiap kali terdapat kelainan posis rahang yang disertai dengan
terjadi pada gerakan sebaliknya, seringkali bunyi ini tidak disertai nyeri
24 | K e p e r a w a t a n G i g i
atas pengamatan atau pemantauan, palpasi, dan Auskultasi.24
2) Palpasi
jaringan lunak dank eras. Pada bagian facial, mandibular dapat di palpasi
pada tepi posterior dan tepi bawah, dari shympisis sampai procecus
sendi bisa dipalpasi pada ujung endaural. Palpasi endaural pada kedua
tidak menimbulkan tekanan pada otot yang terlibat, maka nyeri saat
25 | K e p e r a w a t a n G i g i
Gambar 3.4 Palpasi pada TMJ 21
3) Auskultasi
auskultasi adalah suara gerakan udara pada organ yang diperiksa. Suara
seperti jantung, suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus maupun
26 | K e p e r a w a t a n G i g i
Pemeriksaan auskultasi yaitu pemeriksaan dengan menggunakan
sendi, pada pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut mereka
secara perlahan.30
Temporomandibular
pada mulut dan gigi yang banyak terjadi pada lansia, dan merupakan
sendi rahang, salah satu gangguannya yakni clicking atau bunyi pada
sendi.
inklinasi serta posisi gigi, disertai ekstrusi karena hilangnya posisi gigi
27 | K e p e r a w a t a n G i g i
Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilkukan oleh Andriani
ditemukan8. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang
dan juga hal yang sama didapat dari penelitian yang dilakukan oleh
analisi data uji chi square juga menghasilkan nilai OR (odd ration)
pada lansia yang mengalami kehilangan gigi posterior bilateral free end
28 | K e p e r a w a t a n G i g i
B. KERANGKA PIKIR
Lansia
Kehilangan gigi
Posterior
Clicking
Ausklultasi
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ketas atau lebih, dimana
seiring bertambanhya usia pada lansia kehilangan gigi akan sering ditemukan.
Kehilangan gigi terutama gigi posterior pada lansia yang tidak segera digantikan
dimana salah satu gangguan yang sering terjadi yakni timbulnya bunyi sendi
(clicking), bunyi clicking tersebut dapat didengar saat membuka atau menutup
29 | K e p e r a w a t a n G i g i
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Yakni metode pengumpulan data yang diambil yakni berasal dari textbook,
journal, artikel ilmiah, Skripsi, Karya Tulis Ilmiah dan literature yang terbagi
atas :
atau teoritis yang orisinil, dalam hal ini sumber data primer yang
2) Data sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh
penulis bukan penemu teori. Adapun sumber data sekunder yang menjadi
BAB IV
PEMBAHASAN
yang terjadi, dimana gangguan sendi yang paling banyak terjadi yakni timbulnya
Pada usia lanjut kehilangan gigi ini akan sering ditemukan, kehilangan
gigi ini terjadi karena banyak faktor yang menyertainya seperti akibat penuaan
dengan berkurangnya gigi geligi baik anterior ataupun posterior, kemuadian faktor
umur lain, memiliki problem kesehatan yang lebih kompleks. Selain karena faktor
dari luar, juga dikarenakan faktor penurunan fungsi-fungsi organ karena proses
penuaan 12
bahwa kehilangan gigi pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 1,3%, umur 55-
64 sebesar 4,2% dan pada kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 17,1%.3
kehilangan gigi terutama gigi posterior paling banyak terjadi pada usia 66-85
tahun yakni sebanyak lebih dari 10 gigi, kemudian diusia 56-65 sebanyak 5-10
gigi, dan pada usia 45-55 sebanyak kurang dari 5 gigi 8.Berdasarkan hal tersebut
ditemukan hal ini disebabkan karena adanya proses penuaan yang terjadi pada
lansia, sehingga terjadi penurunan fungsi organ pada lansia, disamping itu karies
dan penyakit periodontal adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehilangan gigi
kunyah, hal tersebut seperti yang dilaporkan oleh Oleson dalam agtini (2010)
bahwa dari 13 penelitian yang dilakukan, tercatat dua kali lebih banyak adanya
Hasil Study yang dilakukan di polandia (2007) pada 178 pengunjung (98
kehilangan gigi molar, cenderung kehilangan kontak gigi dan gangguan pada otot
didaerah orofacial, sendi atau keduanya. Gejala yang paling sering ditemukan
32 | K e p e r a w a t a n G i g i
pada TMD iala suara pada saat sendi bergerak. Kehilangan gigi dibagian posterior
terdiri dari gigi geligi, otot-otot pengunyahan dan sendi rahang. Gerkan rahang
yang normal pada aktifitas pengunyahan tidak hanya keatas dan kebawah, tetapi
juga kesamping. Pergerakan rahang ini juga didukung, oleh aktifitas otot-otot
leher dan punggung, serta berhubungan pula dengan aktifitas otot-otot disekitar
sendi. Kondisi gigi geligi yang tersusun dengan baik pada lengkungan geligi akan
yang akan berlanjut pada gangguan sendi rahang yang disebut TMJ disorder.2
disfungsi TMJ. Perubahan pola oklusi merupakan salah satu penyebab terjadinya
33 | K e p e r a w a t a n G i g i
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ani Iswatin Khuril dan
banyak dikeluhkan lansia adalah bunyi pada sendi dan nyeri atau rasa sakit di
yang paling banyak ditemukan pada lansia adalah bunyi pada sendi
temporomandibula (67,3%).7
Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilkukan oleh oleh Rehulina
Ginting dan Febe Mawar Napitupulu (2019) yang berjudul “ Gejala Klinis dan
dimana hasil pemeriksaan klinis berupa gejala klinis kelainan TMJ tertinggi pada
Clicking (72,2%), lalu nyeri sendi (39,4%), nyeri otot (39,4%), deviasi (24,2%),
yang paling sedikit mengalami nyeri kepala (6,1%).34 Begitu juga dengan
bunyi pada sendi sebagai gejala dan tanda yang paling sering ditemukan pada
34 | K e p e r a w a t a n G i g i
lansia yang mengalami TMD ringan, TMD sedang maupun TMD berat.33
baru pada gigi anterior sehingga terjadi oklusi kearah anterior. Apabila kehilangan
gigi ini dibiarkan dalam waktu yang lama akan mempengaruhi perubahan posisi
penekanan terlalu keras terhadap fossa dan menyebabkan kartilago diskus rusak.
Kemudian akan menarik ligament terlalu kuat, bila oklusi terlalu kuat, akan
menyebabkan stress pada kedua sendi rahang. Setiap kali terdapat kelainan posisi
rahang yang disertai dengan tekanan berlebihan pada sendi dan berkepanjangan
akan terus menerus dapat menyebabkan discus artkularis robek dan mengalami
dislokasi berada didepan kondilus mandibula. Dalam keadaan seperti ini, gerakan
35 | K e p e r a w a t a n G i g i
mandibular dapat melompati discus articularis dan benturan dengan tulang
Pada usia lanjut faktor usia juga merupakan salah satu faktor yang
terjadi pada sendi temporomandibula (TMJ) adalah perubahan pada kondilus dan
fossa agar satu sama lain, fossa menjadi lebih dangkal, penipisan pada discus
dengan lansia yang mengalami kehilangan gigi kurang dari 5. Serta diperoleh nilai
uji chi-square adalah 0,000 yang artinya kurang dari 0,05 sehingga diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistic antara kehilangan gigi
gigi posterior yang dialami lansia maka semakin banyak tingkat kejadian clicking
dilkukan oleh Wang dkk, pada 741 responden penelitian ditemukan adanya
36 | K e p e r a w a t a n G i g i
terhadap gangguan sendi temporomandibula. Hasil penelitian ini menunjukkan
semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi posterior maka resiko gangguan
Pada penelitian yang dilkukan oleh Rehulina Ginting dan Febe Mawar
terhadap terjadinya kelainan TMJ.34 Hal ini serupa dengan penelitian yang
(2015) yang berjudul “Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior Rahang Atas dan
yang terdiri dari 10 orang dengan kehilangan gigi posterior dan 10 orang dengan
rahang atas dan rahang bawah berpengaruh terhadap terjadinya kelainan TMJ.38
Kehilangan gigi akan menyebabkan tekanan yang lebih besar pada TMJ
akibat bertambahnya berat beban oklusi pada gigi yang masih tertinggal. Untuk
untuk dibuatkan gigi tiruan untuk mendapatkan kembali oklusi normal. Dengan
adanya hasil penelitian tersebut diharapkan dimasa yang akan datang dapat
37 | K e p e r a w a t a n G i g i
bunyi clicking yang saat ini masih banyak lansia yang tidak menyadari akan hal
tersebut sehingga kedepannya lansia dapat mengganti gigi tiruan yang telah hilang
ada bahwa hasil penelitian tersebut sesuai dengan fakta dan teori yang telah
timbulnya clicking pada sendi temporomandibular, hal ini terjadi karena dengan
keadaan sendi yang tidak normal inilah yang menyebabkan gangguan terjadi pada
sendi tempromandibular yang mana gangguan yang paling sering terjadi ialah
timbulnya bunyi clicking, hal ini pula sering banyak terjadi pada lansia
seperti karena adanya proses penuaan sehingga berkurangnya fungsi tubuh dan
38 | K e p e r a w a t a n G i g i
39
BAB V
A. KESIMPULAN
oleh beberapa penelti sebelumnya yang diambil dari jurnal, skripsi, text
book dan beberapa literature lainnya dan juga dari hasil penelitian
mendasarinya
B. SARAN
menggunakan gigi tiruan , baik itu gigi tiruan lepasan maupun permanen
DAFTAR PUSTAKA
40 | K e p e r a w a t a n G i g i
12. Maghfirah A. Prevelensi Kelaninan Sendi Temporomandibula Pada
Lanjut Usia di Panti Jompo Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
[skripsi] Makassar:Universitas Hasanuddin.2010
13. Carr A, McGivney GP, Brown DT. Mccracken’s Removabel Partial
Prhostodontic. 12th Ed. Elsevier Mosby h: 5-6,17-8.2011
14. Bader KA. Temporomandibular Disorder (TMD) in Edentolous Patients :
A Review and Proposed Classification. Journal of Clinical and Diagnostic
Research, vol. 9(4) .2015
15. Agtini, D.M.Presentase pengguna protesa di Indonesia. Media litbag
Kesehatan. 20(2):50-8.2010
16. Setyadi DA.Analisis Pengaruh Faktor Hilangnya Gigi Pasien
Menggunakan Metode Regresi Logistik Berbasis Komputer. (online).
http;//eprints.binus.ac.id/12622/1/2011-2-00669%20STIF%20Abstrak.pdf.
2011
17. Hidayat Rahmat, Tandiari Astrid. Kesehatan Gigi dan Mulut.
Yogyakarta.Penerbit Andi. 2016
18. Gunadi H. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta
: Hipocrates, 2012
19. Dipoyono Mustiko Haryo.Gangguan Nyeri Dan Bunyi Clicking Pada
Sendi Temporomandibula.[online](http://repository.ugm.ac.id) diakses
tanggal 1 januari 2020.2008
20. Ogus Hugh. D, Toller Paula A.Gangguan Sendi Temporomandibula
diterjemahkan Yuwono lilian. Jakarta ; hipocrates.1990
21. Indro Kusumo D. Temporo Mandibular Joint.[online]
(https://www.academia.edu/39199903/TMJ_Temporo_Mandibular_joint_)
diakses tanggal 1 januari 2020
22. Solberg, W.K.Temporomandibular Disorder:Background and The
Clinical Problems, Br.Dent.J.160(5) :157-161.1986
23. Sutedja Verawati. Fossa Glendoalis atau Fossa
Mandibularis.[Online],(http://docplayer.info/72895065-a-fossa-
41 | K e p e r a w a t a n G i g i
glendoalis-atau-fossa-mandibularis-ossis-temporalis.html) daikses tanggal
14 Desember 2019. 2017
24. Pedersen GW.Praktis Bedah Mulut.Jakarta : EGC.1996
25. Dixon derart Andrew. Anatomi Untuk Kedokteran Gigi. Diterjemahkan
Oleh Yuwono Lilian. Jakarta : hipocrates.1993
26. Marpaung, C. Himawan, L.S, Roemoso. F.G, dan Rahardjo, T.B.W,
Hubungan antara Tingkat Keparahan Gangguan Sendi
Temporomandibula dan Perbedaan Karakteristik Bunyi Sendi
Temporomandibula. JKGUL 10 (edisi khusus). 644-651. 2003
27. Yuvellow, I dan Arnold, GS. Temporomandibulas clicking, Oral
Surg.Oral Med. Oral Pathol.32 (5).709-715. .1971
28. Anonim. TMJ SOUNDS, “Initial characterization of TMJ” TMJ sounds
and ostheoartritis, detailed analysis of TMJ Sounds,
http://www.Geocities.comcapecanaveral/8462/tmj03.HTML .2008
29. Dwipiyanti, Parnaadji, & Kiswaluyo. Hubungan Anatar Kehilangan Gigi
Posterior dengan Kliking Sendi Temporomandibular Berdasarkan Jenis
Kelamin di Klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas
Jamber.e-jurnal pustaka kesehatan.vol.4,no.3,hal.507-508. 2016
30. Ulpa JR, Priyanto D,& Beyamin B. Hubungan Kehilangan Gigi Posterior
Bilateral Free End Terhadap Timbulnya Clicking Pada Sendi
Temporomandibular.Media jurnal. Vol.2 no.1, hal 14. 2008
31. Wang M,Q,F.Xue.JJ.He, J.H. Chen.CS.Chen and A.Raustia. Missing
Posterior Teeth and Risk of Temporomandibular Disorder.J DENT
RES.88;942.2009
32. Kataryzna Sarna Bos, Barbara Drop, Anna szalbleska, Janusz Klemrok.
The Influence Of Extracted Teeth and Loss of masticatory surface in the
state of the temporomandibular joint. Universitatismariaecurrie S K
Lodowska, Lublin-Polonia.Vol.Lxii, N 1, 18 sect lo D 2007.
42 | K e p e r a w a t a n G i g i
33. Gabrilla Johanis, Tendean Lydia, Zuliary kastina.Gambaran
Temporomandibular disorder pada lansia dikecamatan wamena.Jurnal e-
GIGI; 4(2).2016
34. Ginting Rehulina, Napitupulu Nurindah Febi. Gejala Klinis dan Faktor
Penyebab Kelainan Temporomandibular Joint.Jked GI Unpad.;31(2).2019
35. Marpaung C, Himawan Ls,Roemoso FG, Rahardjo TBW. Hubungan
antara tingkat keparahan gangguan sendi temporomandibular dan
perbedaan karakteristik bunyi sendi temporomandibula. JKGUL;(Edisi
khusus);10.2003
36. Dewanti L, Kurnikasari E, Rikmasari R. Prevelence of severity degress of
temporomandibular joint disorder based on sex and age group .Padjajaran
journal of dentistry.1:14-24.2003
37. Prithi R, Pradeep D.A Study on relation between posterior missing teeth
and temporomandibular disorder. JMSCR.4(8);2016
38. Windriyatna, Sugiatno E, Tjahjanti E. Pengaruh kehilangan gigi posterior
rahang atas dan rahang bawah terhadap gangguan sendi
temporomandibula. J Ked Gi;6(3).2015
43 | K e p e r a w a t a n G i g i