Anda di halaman 1dari 10

TRAKSI DALAM ORTHOPAEDI

Traksi adalah modalitas dalam penatalaksanaan orthopaedi dengan menggunakan tarikan


longitudinal secara kontinu atau intermitten dengan memanfaatkan beban dan “counter traction”.
Traksi dapat digunakan sebagai terapi konservatif pada fraktur yang memiliki tujuan untuk reposisi
fragmen tulang, imobilisasi fragmen tulang, imobilisasi sementara, dan mempertahankan gerakan sendi.
Traksi juga dapat digunakan sebagai terapi penyakit atau deformitas tertentu seperti untuk
terapi spasme otot, melawan kontraktur sendi, melawan kontraktur otot, dan memperbaiki letak sendi
panggul pada penyakit CDH. Sedangkan traksi pada tulang belakang dapat digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi rasa sakit pada low back pain.
Ada beberapa prinsip dalam traksi. Yang pertama adalah counter traction yaitu menggunakan
tubuh pasien atau tarikan beban ke arah yang berlawanan. Traksi harus dipertahankan secara terus
menerus dengan tetap mempertahankan arah garis tarikan yang tepat. Selain itu, perawatan traksi
secara periodik harus dilakukan secara rutin setiap hari untuk mencegah atau menanggulangi secara dini
adanya komplikasi pada traksi.
Keuntungan dari tindakan traksi ini yaitu menghindari tindakan bedah pada keadaan tertentu.
Traksi juga dapat akan memudahkan tindakan bedah selanjutnya, mencegah kerusakan jaringan lunak
pada fraktur, dan memungkinkan pergerakan sendi sehingga menghindari kekakuan. Sedangkan
kerugian pada tindakan traksi adalah tindakan ini tidak dapat dilakukan pada semua jenis fraktur. Selain
itu, pasien akan mengalami masa tirah baring yang lama sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi di traktus respiratorius (pneumonia orthostatic), sistem kardiovaskular (penyakit
tromboemboli), traktus digestivus (obstipasi), dan lain-lain.
Berdasarkan prinsipnya, traksi dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Traksi terfiksasi
adalah traksi di mana tarikan diberikan pada titik yang terfiksasi, ini biasa dilakukan dengan mengikat
tali traksi ke ujung distal Thomas splint dan menarik kaki ke bawah hingga bagian proksimal dari Thomas
splint yang terpasang padding menekan pelvis. Yang kedua adalah Traksi Balanced di mana tali traksi
digantungkan melalui katrol pada ujung bed dan diberikan beban sehingga counter traksi diberikan oleh
tubuh ketika kaki dari bed dinaikkan. Yang ketiga adalah traksi kombinasi atau traksi yang
menggabungkan kedua jenis traksi sebelumnya.
Ada dua cara traksi yang digunakan berdasarkan pemasangannya, traksi pada kulit dan traksi
skeletal. Traksi kulit dilakukan bila daya tarik yang diperlukan kecil. Bila perlu daya tarik yang besar dan
untuk jangka waktu lama maka dilakukan traksi skeletal. Sedangkan untuk traksi skeletal, beban dapat
diberikan hingga 2 atau 3 kali lipat atau 1/5 dari berat badan.

Traksi Kulit
Traksi kulit merupakan traksi dengan menggunakan kulit sebagai media tarikan terhadap
muskulofascia. Beban traksi ini diaplikasikan pada area kulit yang luas untuk membagi beban, lebih
nyaman dan efisien. Beban pada traksi kulit yang dapat digunakan adalah 1/7 dari berat badan dengan
maksimal beban 5 kg. Beban yang berlebihan pada traksi kulit dapat mengakibatkan lepasnya bagian
superfisial kulit yang dapat menyebabkan ekskoriasi. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan pada kulit
yang akan dipasang traksi yaitu ada tidaknya luka, thromboflebitis, dan varises.

Pada anak-anak, pemasangan traksi dapat dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
1. Fraktur femur yang tidak stabil pada anak usia kurang dari 6 tahun dengan shortening lebih dari
3 cm.
2. Fraktur femur yang gagal dengan hemispica dalam mempertahankan alignment dan shortening.
3. Fraktur femur usia 6-11 tahun tanpa cidera penyerta pada anak yang kooperatif dengan
mobilisas lama dan pemakaian spica.

Adapun kontraindikasi pada traksi kulit adalah sebagai berikut :


1. Abrasi pada kulit
2. Laserasi pada kulit didaerah traksi dibebankan
3. Infeksi aktif pada daerah fraktur
4. Gangguan sirkulasi seperti ulcer varikosis, impending gangrene, dan statis dermatitis.
5. Pemendekan yang signifikan ketika beban traksi yang diperlukan melebihi beban yang dapat
diaplikasikan pada kulit.

Cara Pemasangan traksi kulit :


1. Kulit dicukur dengan clipper
2. Dibersihkan dengan air sabun
3. Setiap tonjolan diberi padding
4. Pilih traction kit yang mempunyai less irritant adhesive tape
5. Bandage dipasang tanpa tekanan
6. Distal bandage jangan mengganggu pergerakan ankle
7. Proksimal bandage jangan melewati garis fraktur

Gambar 1. Cara Pemasangan Traksi

Traksi Bryant
Traksi yang juga dikenal sebagai traksi Gallow ini pada awalnya dipergunakan untuk usia di
bawah 6 tahun tetapi banyak didapatkan komplikasi vaskular sehingga saat ini traksi Bryant digunakan
untuk fraktur femur pada anak usia kurang dari 1 tahun sebelum anak bisa berjalan atau berat badan di
bawah 8 kg. Traksi ini dilakukan selama 10 hari hingga 2 minggu. Keuntungan dari traksi ini adalah
memudahkan perawatan pada saat BAB dan BAK.

Gambar 2. Traksi Brian


Buck’s Extension
Traksi kulit ini pada anak-anak digunakan sebagai tindakan definitif untuk fraktur femur pada
usia lebih dari 1 tahun, sudah bisa berjalan. Traksi dipasang setinggi tempat fraktur dipertahankan
selama 3 minggu. Setelah terbentuk callus yang lengket maka dapat dilanjutkan dengan pemasangan
gips.
Pada usia dewasa, Buck’s extension bertujuan untuk imobilisasi sementara fraktur femur
sebelum operasi atau imobilisasi pasca reduksi dislokasi hip. Traksi dipasang di bawah lutut dengan
beban kurang dari 5 kg. Lama traksi tidak lebih dari 15 hari.

Gambar 3. Cara pemasangan Buck’s extension


Komplikasi lokal yang dapat terjadi pada traksi kulit ini antara lain :
- edema distal
- obstruksi pembuluh darah
- reaksi alergi terhadap adesif
- pressure sores di atas tulang yang menonjol (sekitar malleolus dan pada tendo calcaneus)
- bula/ blister bila beban terlalu besar.
- Kekakuan sendi (stiffness)
- lesi nervus peroneus komunis yang dapat terjadi karena dua sebab. Rotasi ekstremitas sulit
dikontrol pada traksi kulit. Ada kecenderungan ekstremitas untuk rotasi ke lateral dan
menekan nervus peroneus komunis oleh sling yang menahan ekstremitas. Strapping adesif
sering perlahan kendur dan tertarik ke distal menimbulkan lipatan sirkuler yang biasanya
tertahan oleh caput fibula di mana nervus peroneus komunis dapat tertekan.
Sangat penting untuk memperhatikan perawatan traksi secara rutin. Apabila ditemukan
komplikasi seperti di atas makan elastis segera dibuka dan dikendorkan.

Traksi Dunlop
Traksi ini digunakan untuk fraktur supra dan intercondylar pada anak yang sulit dilakukan closed
reduction karena edema, atau closed reduction dengan fleksi elbow berisiko mencederai vaskularisasi.
Traksi Dunlop dilakukan selama 7-10 hari sampai edema berkurang dan dapat dipasang gips.
Komplikasi yang dapat timbul dari traksi ini adalah Volkman’s ischemic contracture. Oleh karena
itu pada 2 hari pertama harus dilakukan evaluasi setiap jam adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakompartemen.

Gambar 4. Traksi Dunlop


Traksi Skeletal
Traksi skeletal pertama kali diperkenalkan oleh Steinmann yang menciptakan pin untuk aplikasi
traksi skeletal. Kemudian Kirschner mengikuti dengan menciptakan pin yang lebih halus untuk aplikasi
traksi skeletal. Pada traksi skeletal, pin metal atau wire difiksasi ke dalam tulang sehingga traksi yang
dilakukan langsung diaplikasikan ke tulang.
Traksi skeletal jarang digunakan untuk manajemen fraktur ekstremitas atas. Ini biasanya
digunakan untuk manajemen fraktur ekstremitas bawah, digunakan untuk mereduksi fraktur ataupun
mempertahankan fraktur yang sudah tereduksi. Traksi skeletal sebaiknya hanya dilakukan apabila traksi
kulit tidak mungkin dilakukan karena kontraindikasi yang ada. Komplikasi serius dari traksi skeletal ini
adalah infeksi tulang.

Pin Steinmann
Ini adalah pin metal stainless steel dengan diameter 4 sampai 6 mm. Dengan diameter yang
besar maka kekuatan yang didapatkan lebih besar disbanding Kirschner wire. Setelah pin terpasang,
Bohler dipasang pada pin untuk mengarahkan traksi yang diinginkan. Yang perlu diperhatikan adalah
insersi pada distal femur lebih banyak menyebabkan lutut kaku karena terbentuk callus yang
menghambat pergerakan vastus.

Gambar 5. Bohler stirrup dengan Pin Steinmann


Kirschner Wire
Kirschner wire memiliki diameter yang lebih kecil dan tidak cukup kaku hingga ditarik tegang
dengan Kirschner Wire Strainer sebagai stirrup. Karena diameter yang lebih kecil ini wire dapat
menyebabkan bone cutting ketika beban traksi yang besar diaplikasikan. Selain itu, kemungkinan
loosening juga meningkat. Meskipun dapat digunakan pada ekstremitas bawah, Kirschner wire lebih
sering digunakan untuk ekstremitas atas.

Gambar 6. Kirschner Wire Strainer

Pin Denham

Pin ini identikal dengan pin Steinmann kecuali adanya alur pendek yang mengarah ke ujung
introducer. Alur ini yang menahan korteks tulang dan menurunkan risiko bergesernya pin. Pin ini
khususnya sangat cocok pada tulang cancellous seperti calcaneus atau pada tulang osteoporotik.

Gambar 7. Pin Denham


Lokasi Insersi Pada Skeletal Traksi

Distal Femur
- Tempat insersi adalah perpotongan garis vertikal dengan batas pole atas patela dan garis
horizontal proksimal dari adductor tuberkel untuk menghindari ligamen collateral
- Relatif lebih sulit
- Arah tarikan sesuai aksis femur
- Lama traksi sementara maksimal 3 minggu, traksi definitif selama 1,5 bulan dilanjutkan gips
- Bisa menggunakan beban yang berat (7,5 kg – 12,5 kg)
o Fraktur femur neglected
o Fraktur acetabulum tipe sentral
Ujung proksimal Tibia
- Poin insersi adalah ¾ inchi (2 cm) di belakang krista, di bawah level tuberkel tibia
- Bila diperlukan beban yang tidak terlalu besar pada fraktur femur 2/3 distal
- Berat beban 5 - 7,5 kg, lama traksi sama dengan pada distal femur
- Kontraindikasi pada penderita dengan cedera ligamen lutut
- Arah tarikan berorientasi sesuai aksis panjang femur
Ujung distal Tibia
- Poin insersi adalah 2 inchi (5 cm) di atas level sendi pergelangan kaki, di tengah batas anterior dan
posterior dari tibia
Calcaneus
- Tempat insersi 1.5 inchi dari maleolus medialis ke arah inferior dan 1.5 inchi ke posterior
- Harus berhati-hati agar tidak masuk sendi subtalar
- Tidak lazim, tetapi biasa digunakan untuk fraktur tibial plateau atau tibia plafond
- Sering terjadi hematoma pada tempat insersi

Gambar 8. Lokasi insersi pin pada distal femur, proksimal tibia, distal tibia, dan calcaneus
Olecranon

- Untuk fraktur suprakondiler kominutif


- Lebih efektif dibandingkan traksi Dunlop

Gambar 9. Traksi pada olecranon

Komplikasi lokal pada traksi skeletal meliputi :

- Pin tract infection


- bila beban terlalu besar, nekrosis skletal dan kulit
- pressure sore pada bagian tulang yang menonjol
- kekakuan sendi
- malplacement pin
- lesi nervus peroneus
- Komplikasi general: idem traksi kulit (karena imobilisasi lama)

Traksi skeletal dengan risiko komplikasinya membutuhkan perawatan yang baik secara rutin.
Balutan pada tempat masuknya pin harus diganti secara steril dan berkala, 2 kali sehari. Talk dapat
diberikan pada lipatan kulit dan lipatan sendi untuk mengurangi iritasi dan gatal. Padding harus selalu
pada posisi melapisi tulang-tulang yang menonjol untuk mencegah pressure sores. Pada pasien dengan
tirah baring lama, bed exercise diperlukan untuk mencegah komplikasi umum seperti pneumonia,
tromboemboli, obstipasi, dan lainnya.
REFERENSI

1. Louis S, David W, Selvadurai N. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition.
Hodder Arnold : London.
2. Cannale ST. Beaty JH. 2007. Campbell’s Operative Orthopaedic, 11th ed. Mosby: Philadelphia.
3. Bucholz.R.W. 1995. Rockwood and wilkin’s Fractures in children 6th edition. Lippincott Williams
and Wilkins: Philadelphia.
4. John DM, Jeffry PH. 1975. Traction and Orthopaedic Appliances, 1st edition. Churchill Livingstone :
London.

Anda mungkin juga menyukai