1
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang
dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau
kelangkang lengkungannya kearah belakang.1
2
55.2. Skoliosis Idiopatik
Jumlah yang paling sering pada skoliosis adalah idiopatik ( 80% dari kasus).
Upaya penelitian yang substansial mengidentifikasi beberapa faktor yang
berkontribusi untuk pengembangan dari skoliosis idiopatik.
Faktor genetik adalah komponen etiologi yang potensial pada
perkembangan skoliosis. Ada bukti untuk beberapa modus yang berbeda dari
peninggalan, termasuk multifaktorial, autosomal dominan, dan X-linked
dominan, dengan variabel ekspresi fenotipik. Beberapa calon daerah telah
diidentifikasi, termasuk pada kromosom 6 p, distal 10q, 17p11, 18q, dan 19p13.2
Anggota keluarga dari individu yang terkena memiliki peningkatan insiden
skoliosis. Studi pada keluarga dengan anak kembar telah mengidentifikasi 73%
sampai 92% indeks pada kembar monozigotik dan hanya 36% menjadi 63%
indeks pada kembar dizigotik. Prevalensi skoliosis meningkat tujuh kali pada
individu yang memiliki saudara kandung yang terkena dan tiga kali pada mereka
yang dipengaruhi orang tua.
Skoliosis idiopatik tampaknya hasil dari kontrol yang inadekuat pada
pertumbuhan tulang belakang. Deformitas berlangsung paling cepat selama
pertumbuhan remaja, dan ada bukti bahwa remaja yang menderita skoliosis
idiopatik memiliki dorongan pertumbuhan lebih awal. lebih tinggi dan lebih
tipis, dan memiliki peningkatan tingkat hormon pertumbuhan.3
Anomali pertumbuhan tulang belakang mungkin berhubungan dengan
skoliosis idiopatik remaja. Tingkat pertumbuhan yang berbeda antara sisi kiri
dan kanan tulang belakang dapat menyebabkan asimetri yang ditekan oleh efek
Heuter-Volkmann (penekanan pertumbuhan di sisi cekung kurva). Ketika
pertumbuhan tulang belakang anterior melebihi pertumbuhan posterior pada
pasien remaja, hipokifosis terbentuk, dengan buckling berikutnya dari kolom
vertebra. Scoliotic spines pada anak perempuan antara 12 dan 14 tahun memiliki
badan vertebra thorakal lebih panjang, pedikel lebih pendek, dan jarak
interpedicular lebih besar dibandingkan dengan spines yang normal, usia yang
cocok pada perempuan.4Pertumbuhan diferensial antara elemen anterior dan
3
posterior tidak hanya berbeda secara signifikan pada skoliosis dibandingkan
spines yang normal, tetapi juga berkorelasi dengan tingkat keparahan skoliosis.
Pertumbuhan berlebih pada panjang terutama terjadi dengan osifikasi
endokondral, sedangkan pertumbuhan melingkar lebih lambat dan terjadi
dengan osifikasi membran.
Kebanyakan pada kurva ini dapat kembali seperti semula dengan sendirinya.
Namun beberapa yang berkembang atau berlanjut (biasanya double structural
curve) sulit untuk di tangani. Pada kasus ini dimana perbedaan Rib vertebral
angle difference lebih besar dari 20 derajat, progresi sering kali terjadi.
Perbedaan sudut ini didefinisikan sebagai perbedaan pada sudut dari kiri dan
kanan rusuk pada apical vertebra yang dihitung dari gambar anteroposterior.
Prevalensi skoliosis (≥10 derajat) pada anak-anak dan remaja adalah 0.5%
sampai 3%. Adolescent idiopathic skoliosis 2%-4% pada anak-anak antara 10 –
16 tahun. Kurva lebih besar >30 derajat di laporkan antara 0.04%-0.29%. Pada
skoliosis anak 0.5% untuk kelompok infant, 10% untuk juvenile, dan sisanya
adolescent.
4
10o/tahun), sebuah kasus perkembangan yang lebih ringan dari hemivertebrae
atau hemivertebrae ganda (1-2,5o dan 2- 5o / tahun, masing-masing), dan
setidaknya perkembangan parah pada pasien yang memiliki blok dan wedge
vertebrae (perkembangan <1o / Tahun). Anomali paling umum adalah
hemivertebrae, yang terlihat pada sekitar 40% kasus.5
5
tulang menunjukan progresi <1 derajat pertahun, hemivertebrae memilki rata-rata
progresi 1-2.5 derajat pertahun, double hemivertebrae meingkat dua kali lipat, dan
unilateral unsegmented bar dengan contralateral vertebra dapat mencapai 10 derajat
per tahun progresinya. Manajemen skoliosis kongenital sering kali memerlukan
penilaian klinis dan follow up radiografi untuk mendeteksi progresi. Progresi kurva
dan anomali vertebra yang berat dapat menyebabkan progresi kurva membutuhkan
penanganan yang cepat untuk mencegah deformitas dan morbiditas seperti thoracic
insufficiency syndrome.6
55.4 kifosis
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi
akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis pada masa
remaja juga disebut penyakit Scheuermann. Kifosis kongenital merupakan kondisi
kelainan kongenital dengan angulasi konveks yang bertambah secara tidak normal
pada kurvatura tulang torakal. Kondisi kifosis kingenital memang kondisi yang
jarang terjadi, tetapi bila kondisi ini tidak diberikan intervensi akan meningkatkan
resiko paraplegi. Kifosis 13 kongenital terdiri dari dua tipe, yaitu tipe defek pada
segmen tulang belakang,dan tipe defek deformasi. Penyakit Scheuermann adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri punggung dan adanya bonggol di
punggung (kifosis).
Jenis ini sering terjadi pada masa remaja. Biasanya kebiasaan membawa
barang berat. Pembentukan penyakit ini terjadi secara lambat. Lebih sering terjadi
pada anak perempuan. Biasa disebut bungkuk udang. Postur tubuh yang buruk atau
membungkuk dapat menyebabkan peregangan pada ligamen tulang belakang dan
pembentukan abnormal dari tulang belakang (vertebrae). Kifosis Postural sering
disertai dengan kurva ke (Hiperlordosis / tulang pinggang yang terlalu melengkung
kedalam) dalam berlebihan pada tulang belakang bagian atas. Sepertiga dari kasus
Hiperkifosis sebagian besar mengalami patah tulang belakang (lebih dari 50 derajat).
6
Mengatasinya dengan cara memperkuat otot perut dan lutut yang membuat tubuh
lebih nyaman atau dengan cara memperbaiki ketidakseimbangan otot.
Low Back Pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama
nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di daerah punggung
bagian bawah. Dalam masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis
kelamin, pekerjaan , status sosial, tingkat pendidikan, semua bisa terkena LBP. Lebih
dari 80% umat manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP.
7
1) Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur anatomis
seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas, atau perubahan
degeratif pada suatu struktur misalnya diskus intervertebralis.
3) Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai kemudian
ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama ke kaki. Gejala ini
timbul akibat penekanan nervus iskiadikus, biasanya akibat penonjolan diskus
intervertebralis ke lateral.
1. Berasal dari spinal : termasuk kondisi seperti infeksi, tumor, tuberkulosis, tractus
spondilosis
2. Berasal bukan dari spinal : termasuk masalah dilain sistem seperti saluran
urogenital, saluran gastroinstetinal, prolaps uterus, keputihan kronik pada wanita,
dan lain-lain.
b) Penyebab biasa : tidak langsung (80%) Kejadian ini berkisar sekitar 8 dari 10
kasus. Kasus yang bisa bervariasi mulai dari ketengangan otot, keseleo.
3. Depresi
5. Kebiasaan kerja dan kinerja yang salah Catatan : dari 90% kasus, tidak ditemukan
kejadian yang serius, hanya saja kasus yang nyeri punggung biasa.
8
Faktor Resiko
1) Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade
kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2) Jenis Kelamin
3) Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
4) Pekerjaan
5) Aktivitas / olahraga
9
menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada
tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi
berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang. 11
6) Kebiasaan merokok
7) Abnormalitas struktur
10
tipe ras nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri radikuler dan yang timbul dari spasme
muskuler.
Nyeri alih terdiri atas dua tipe yang diproyeksikan dari tulang belakang ke
regio yang terletak di dalam daerah dematom lumbal serta sakral bagian atas, dan
diproyeksikan dari visera pelvik dan abdomen ke tulang belakang. Nyeri akibat
penyakit penyakit di bagian atas vertebra lumbal biasanya dialihkan ke permukaan
anterior paha dan tungkai; nyeri yang berasal dari segmen lumbal bawah dan sakral
akan dialihkan ke regio gluteus paha posterior, betis serta kadang kadang kaki.
Nyeri jenis ini, meskipun berkualitas dalam, sakit dan agak difus, cenderung pada
beberapa saat untuk di proyeksi ke superfisial. Pada umumnya, nyeri alih memiliki
intensitas yang sejajar dengan nyeri lokal pada punggung. Dengan kata lain,
11
pergerakan yang mengubah nyeri lokal mempunyai efek serupa pada nyeri rujukan,
meskipun tidak dengan ketepatan dan kecepatan seperti pada nyeri radikuler. Suatu
perkecualian yang penting dari hal ini adalah nyeri yang disebabkan oleh aneurisma
aorta. Anuresmia aorta yang membesar dengan perlahan lahan dapat menimbulkan
erosi pada vertebra bagian anterolateral dan menimbulkan perasaan mengganggu
yang berubah mengikuti gerakan atau posisi berbaring.
Nyeri radikuler memiliki beberapa ciri khas nyeri alih tetapi berbeda dalam
hal intensitasnya yang lebih besar, distal, keterbatasan pada daerah radiks saraf dan
faktor faktor yang mencetuskannya. Mekanisme terjadinya terutama berupa
distorsi, regangan, iritasi dan kompresi radiks spinal, yang paling sering terjadi di
bagian sentral terhadap foramen intervertebralis. Sebagai tambahan, telah diduga
bahwa pada pasien dengan stenosis spinalis pola klaudikasio lumbal dapat
disebabkan oleh iskemia relatif yang berhubungan dengan kompresi. Meskipun
nyerinya sendiri sering tumpul atau sakit terus berbagai pergerakan yang
meningkatkan iritasi radiks atau meregangkannya bisa sangat memperhebat nyeri,
menimbulkan suatu kualitas menusuk nusuk.
Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral di dekat tulang
belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas bawah. Batuk, bersin dan
mengejan merupakan manuver pencetus yang khas, tetapi juga karena meregangkan
atau menggerakkan tulang belakang, semua kejadian tersebut dapat pula
meningkatkan intensitas nyeri lokal. Gerakan membungkuk ke depan dengan lutut
diekstensikan atau gerakan mengangkat lutut dalam keadaan lurus akan
mencetuskan nyeri radikuler pada penyakit bagian bawah vertebra lumbal yang
terjadi atas dasar regangan, kompresi vena jugularis yang menaikkan tekanan
intraspinal dan dapat menyebabkan suatu pergeseran pada posisi dari atau tekanan
pada radiks, dapat menimbulkan efek serupa. Iritasi radiks saraf lumbal keempat
serta kelima dan sakral pertama yang membentuk nervus iskiadikus, akan
menimbulkan rasa nyeri yang terutama meluas ke bawah hingga mengenai
permukaan posterior paha dan permukaan posterior serta lateral tungkai. Secara
khas, penjalaran rasa nyeri ini yang disebut dengan istilah sciatica berhenti di daerah
pergelangan kaki dan disertai dengan perasaan kesemutan atau rasa baal (parastesia)
12
yang menjalar ke bagian yang lebih distal hingga mengenai kaki. Rasa kesemutan,
parastesia, dan rasa baal atau kelaianan sensoris pada kulit, perih pada kulit, dan
nyeri sepanjang saraf tersebut juga dapat menyertai nyeri skiatika klasik. Dan pada
pemeriksaan fisik, hilangnya refleks, kelemahan, atrofi, tremor fasikuler, dan kadang
kadang edema statis dapat terjadi jika serabut = serabut motoris radiks anterior
terkena.
Diagnosis
1) Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan setepat
tepatnya, atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular atau nyeri
acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk tusuk, disayat, mendeyut, terbakar, kemeng
yang terus menerus, dan sebagainya.
13
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita yang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap
tertentu untuk meredakan rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan aktivitas tubuh,
perlu ditanyakan posisi yang bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa
nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada penderita
misalnya mendorong mobil mogok, memindahkan almari yang cukup berat,
mencabut singkong, dan sebagainya.
h. Obat obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa saja yang
pernah diminum.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami LBP yang
cukup mengganggu pekerjaan sehari hari. Hamil muda, dalam trimester pertama,
khususnya bagi wanita yang dapat mengalami LBP berat.
2) Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
a.1. Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari berbaring.
14
a.3. Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,
pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang abnormal.
a.1. Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa nyerinya,
kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
3) Pemeriksaan neurologik
b. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar. c. Refleks; diperiksa
refleks patella dan Achilles.
5) Percobaan percobaan:
a) Tes Lasegue Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus.
Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada
herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
c) Tes Naffziger Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri
radikuler. Positif pada spondilitis.
15
d) Tes Valsava Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat,
hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
e) Tes Prespirasi Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa
dibersihkan dan dikeringkan dulu, kemudian diolesi campuran yodium, minyak
kastroli, alcohol absolute. Kemudian bagian tersebut diolesi tepung beras. Pada
bagian yang berkeringat akan berwarna biru, yang tidak berkeringat akan tetap
berwarna putih. Tes ini untuk menunjukkan adanya ganguan saraf otonom.
1. Pungsi lumbal
2. Foto rontgen
3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan hantar
sarf tepi dan latensi distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot yang mengalami
16
kelainan. Tujuan ENMG yaitu untuk mengetahui radiks yang terkena dan melihat
ada tidaknya polineuropati.
4. Scan Tomografik
55.6 Spondylosis
a) Definisi
17
Spondylosis lumbal merupakan suatu kelainan dengan ketidakstabilan
lumbal, sering mempunyai riwayat robekan dari diskusnya dan serangan nyeri yang
berulang ulang dalam beberapa tahun. Nyeri pada kasus spondylosis berhubungan
erat dengan aktivitas yang dijalani oleh penderita, dimana aktivitas yang dijalani
terlalu lama dengan rentang perjalanan yang panjang.
Pasien biasanya berusia di atas 40 tahun dan memiliki tubuh yang sehat.
Nyeri sering timbul di daerah punggung dan pantat. Hal ini akan menimbulkan
keterbatasan gerak pada regio lumbal dan dapat menimbulkan nyeri pada area ini.
Pemeriksaan neurologis dapat memperlihatkan tanda tanda sisa dari prolaps diskus
yang lama (misalnya tiadanya reflek fisiologis). Pada tahap sangat lanjut, gejala dan
tanda tanda stenosis spinal atau stenosis saluran akar unilateral dapat timbul.7
c) Patologi
Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan
ke semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi dan perubahan
hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur
atau taji. Dengan penyempitan rongga intervertebra, sendi intervertebra dapat
mengalami subluksasi dan menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga
ditimbulkan oleh osteofit \ Perubahan patologi yang terjadi pada diskus
intervertebralis antara lain: (a) annulus fibrosus menjadi 14 kasar, collagen fiber
cenderung melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi, (b) nucleus pulposus
kehilangan cairan, (c) tinggi diskus berkurang, (d) perubahan ini terjadi sebagai
bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan
adanya tanda-tanda dan gejala (Yulianza, 2013).
18
durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan
ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.
Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan
pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-
sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan
mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.7
d) Problematik .
e).Prognosis
19
Referensi
1. Putz, R dan Pabst, R. Sobotta Atlas Anatomi Manusia; Edisi 21, Jilid 2, Alih
bahasa Septilia Inawati Wanandi. 2000. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
20
21