Anda di halaman 1dari 10

SINDROM NYERI MUSKULOSKELETAL

Nyeri musculoskeletal adalah gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dan
masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas hingga saat ini. Seringkali nyeri
musculoskeletal mengacu pada fibromyalgia syndrome (FMS) dan myofascial trigger point
syndrome (MTrPS). FMS merupakan kumpulan gejala seperti adanya nyeri pada area yang
luas, rasa kelelahan, terdeteksi adanya tender point serta gangguan tidur di mana nyeri yang
dirasakan tidak berbeda jauh dengan nyeri otot kronis pada umumnya.1
Pada kondisi FMS nyeri dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah
repetitive strain injury (RSI). Mengenai definisi dari RSI sendiri masih menjadi perdebatan
sampai saat ini. Beberapa peneliti mengatakan istilah RSI digunakan pada kasus nyeri yang
mengacu pada sindrom jaringan lunak tertentu yang mempengaruhi ektermitas atas seperti
carpal tunnel syndrome (CTS), thoracic outlet syndrome (TOS), dan DeQuervain’s
Syndrome. Namun beberapa peneliti yang lain mengkategorikan nyeri musculoskeletal non-
spesifik ke dalam RSI.1
Telah banyak penelitian dilakukan untuk menguji terapi mana yang paling efektif dan
aman untuk menurunkan nyeri. Diantaranya menggunakan metode contract relax stretching,
ultrasounds, manual pressure release dan manual terapi. Berdasarkan hasil dari penelitian
yang dilakukan pada setiap metode tersebut, semuanya menunjukkan hasil yang bagus dalam
menurunkan nyeri. Meskipun demikian dengan adanya kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman yang sangat pesat, menciptakan kualitas hidup manusia yang semakin
menurun. Sehingga keluhan nyeri yang dirasakan pasien semakin beragam, begitu pula
dengan penyebabnya. Hal ini mendorong ilmuwan untuk terus meneliti lebih dalam tentang
metode yang lebih efektif untuk menangani nyeri musculoskeletal.1

Beberapa sindrom nyeri muskuloskeletal pada anak yang umum


Growing pain
Growing pain adalah rasa nyeri, keram, kadang seperti berdenyut yang dirasakan di tungkai
bawah. Meskipun disebut growing pain, problem ini tidak berkaitan atau pun menganggu
pertumbuhan. Kondisi ini berkaitan dengan ambang nyeri anak yang rendah dan pada
beberapa kasus berkaitan dengan masalah psikologis.1
Penyebab growing pain tidak diketahui secara pasti, tidak terdapat bukti ilmiah
bahwa growing pain menganggu proses pertumbuhan dan tidak berkaitan dengan kecepatan
pertumbuhan. Diduga growing pain disebabkan aktifitas yang berlebihan dari otot-otot
tungkai bawah seperti aktifitas berlari, memanjat, melompat yang menyebabkan nyeri pada
otot-otot.1
Growing pain lebih banyak ditemukan pada usia prasekolah (usia 3 sampai 4 tahun)
dan usia sekolah (usia 8 sampai 12 tahun), anak perempuan lebih banyak mengalami growing
pain dibandingkan anak laki-laki. Aktifitas berlari, melompat dan memanjat yang berlebihan
di siang hari akan meningkatkan risiko growing pain di malam hari.1
Growing pain biasanya mengenai kedua tungkai bawah, terutama di paha bagian
depan, betis dan belakang lutut, terjadi pada malam hari dan dapat membangunkan anak dari
tidurnya. Gejala ini tidak terjadi setiap hari, hilang-timbul dan akan menghilang dengan
sendirinya pada pagi hari. Kadang anak juga merasa nyeri perut atau sakit kepala selama
episode growing pain tersebut.1
Sebagian besar dokter tidak melakukan pemeriksaan tambahan untuk membuat
diagnosis growing pain. Pada beberapa kasus kemungkinan dokter akan melakukan
pemeriksaan darah atau foto rontgen tulang jika memikirkan kemungkinan penyebab nyeri
tungkai yang lain seperti peradangan sendi, TBC tulang, keganasan darah/tulang.1
Tidak ada terapi spesifik untuk growing pain, problem akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu 1 sampai 2 tahun. Jika tidak menghilang secara komplit dalam waktu
1 tahun , keluhan akan dirasakan makin berkurang sehingga anak tidak lagi merasakan nyeri.
Terapi yang dapat diberikan oleh orangtua untuk mengurangi nyeri antara lain :1,2
1. Memijat otot-otot tungkai bawah yang nyeri.
2. Kompres hangat di daerah yang nyeri, atau mandi air hangat sebelum tidur.
3. Obat untuk mengurangi rasa nyeri seperti ibuprofen atau parasetamol
4. Latihan untuk relaksasi otot-otot pada siang hari untuk mencegah keluhan nyeri pada
malam hari.
Perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan pada anak, atau jika terdapat tanda-tanda :1
1. Nyeri yang menetap
2. Nyeri menetap di pagi hari
3. Nyeri menganggu aktifitas anak sehari-hari
4. Nyeri dirasakan di daerah sendi
5. Nyeri berkaitan dengan trauma seperti jatuh atau terbentur
6. Nyeri disertai gejala lain seperti pembengkakan, kemerahan, demam, pincang, ruam
merah, kehilangan selera makan, berat badan menurun, kelemahan atau kelelahan.

Amiloydosis
Amiloidosis adalah sekelompok penyakit yang merupakan konsekuensi dari
penumpukan protein yang abnormal dalam berbagai jaringan tubuh. Protein abnormal
tersebut dinamakan amiloid. Protein yang terakumulasi dalam jaringan dapat terisolasi atau
meluas tergantung jenis amiloid-nya. Ada lebih dari 30 protein amiloid yang berbeda.2
Protein amiloid dapat disimpan di daerah tertentu dan mungkin tidak berbahaya atau
hanya mempengaruhi jaringan tunggal. Amiloidosis mempengaruhi banyak jaringan di
seluruh tubuh disebut amiloidosis sistemik. amiloidosis sistemik dapat menyebabkan
perubahan serius pada hampir semua organ tubuh termasuk ginjal, jantung, dan paru-paru.2

Pembagian amiloydosis
Amiloidosis sistemik telah diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama yang sangat
berbeda satu sama lain. Jenis utama dari amiloidosis sistemik saat ini dikategorikan sebagai
primer (AL), sekunder (AA), dan familial (ATTR, amyloid apolipoprotein A1 atau AApoAI,
amiloid apolipoprotein A2 atau AApoAII, agel, Alys, AFib).2

Amiloydosis Primer
Amiloidosis yang terjadi tanpa ada penyebab lain di sebut amiloidosis primer
sedangkan amiloidosis sekunder adalah amiloidosis yang terjadi sebagai hasil sampingan dari
penyakit lain, termasuk infeksi kronis (seperti tuberkulosis atau osteomyelitis), atau penyakit
inflamasi kronik (seperti rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, dan penyakit inflamasi
usus). Protein yang disimpan dalam otak pasien penderita penyakit Alzheimer adalah salah
satu bentuk amiloid.1,2

Amiloydosis Sekunder
Amiloidosis disebabkan oleh perubahan protein yang membuat mereka tidak larut,
mengakibatkan mereka untuk tersimpan di organ dan jaringan. Protein amiloid menumpuk di
ruang jaringan antar sel. Perubahan protein terjadi karena mutasi gen. Faktor risiko untuk
amiloidosis sekunder adalah inflamasi kondisi medis kronis. Usia merupakan faktor risiko
amiloidosis, karena kebanyakan orang yang terkena amiloidosis berusia lebih dari 60 tahun.2

Amiloydosis keturunan
Amiloidosis Familial (ATTR, AApoAI, AApoAII, agel, Alys, AFib) adalah bentuk
yang jarang dari amiloidosis. Amiloidosis Familial adalah autosomal yang diwariskan
dominan dalam genetika. Ini berarti bahwa untuk keturunan orang dengan kondisi tersebut,
ada kemungkinan 50% mewarisi itu.1,2

Gejala Amiloydosis
Jantung, ginjal, hati, perut, kulit, saraf, sendi, dan paru-paru dapat dipengaruhi oleh
penyakit ini. Akibatnya, gejala dan tanda-tanda yang jelas dan dapat dilihat adalah kelelahan,
sesak napas, penurunan berat badan, kurang nafsu makan, mati rasa, kesemutan, carpal tunnel
syndrome, gangguan pendengaran, lidah membesar, memar, dan pembengkakan tangan dan
kaki. Amiloidosis di organ-organ ini menyebabkan kardiomiopati, gagal jantung, neuropati
perifer, arthritis, malabsorpsi, diare, dan kerusakan hati dan gagal. Amiloidosis yang
mempengaruhi ginjal menyebabkan "sindrom nefrotik".2

Pemeriksaan penunjang
Tes darah dan tes urin dapat digunakan untuk mencari protein abnormal yang bisa
menunjukkan amiloidosis.2

Diagnosis
Diagnosis pasti dari amiloidosis dibuat dengan mendeteksi karakteristik protein
amiloid dalam jaringan (seperti mulut, dubur, lemak, ginjal, jantung, atau hati). Setelah
diagnosis dibuat, tes organ yang terlibat dapat membantu menentukan luasnya penyakit.
amiloidosis primer atau AL terjadi ketika sebuah sel khusus di dalam sumsum tulang (sel
plasma) secara spontan mengeluarkan protein tertentu secara berlebih. Amiloidosis primer
dapat terjadi bersamaan dengan kanker sumsum tulang dari sel plasma yang disebut multiple
myeloma (kurang dari 20% dari pasien AL). amiloid primer tidak terkait dengan penyakit
lainnya.2

Tatalaksana Amiloydosis
Ketika amiloidosis terjadi akibat dari adanya penyakit lain seperti infeksi kronis
(misalnya, tuberkulosis atau osteomyelitis) atau penyakit peradangan kronis (misalnya,
rheumatoid arthritis, dan ankylosing spondylitis), kondisi ini disebut amiloidosis sekunder
atau AA. Pengobatan amiloidosis sekunder biasanya dilakukan dengan cara menyembuhkan
penyakit yang mendasarinya.2

Sarkoidosis
Sarkoidosis (Sarcoidosis) adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan
terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan
lainnya. Granuloma merupakan sekumpulan makrofag, limfosit dan sel-sel raksasa berinti
banyak. Granuloma ini pada akhirnya akan menghilang total atau berkembang menjadi
jaringan parut.2

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan penyebabnya adalah suatu respon
hipersensitivitas, keturunan, infeksi maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada usia 30-50
tahun dan sangat jarang ditemukan pada anak-anak.2

GEJALA
Banyak penderita yang tidak menunjukkan gejala dan penyakitnya ditemukan pada
saat menjalani pemeriksaan foto dada untuk keperluan lain. Jarang sampai terjadi gejala yang
serus.
Gejala sarkoidosis bervariasi tergantung dari lokasi dan luasnya penyakit:2
- merasa tidak enak badan
- demam
- sesak nafas
- batuk
- luka di kulit
- ruam kulit
- sakit kepala
- gangguan penglihatan
- perubahan neurologis
- pembesaran kelenjar getah bening (benjolan di ketiak)
- pembesaran hati
- pembesaran limpa
- mulut kering
- lelah
- penurunan berat badan.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:2


- pembentukan air mata berkurang
- kejang
- perdarahan hidung
- kekakuan persendian
- rambut rontok
- mata terasa pedih, gatal dan belekan.

Sarkoidosis menghasilkan peradangan di paru-paru yang akhirnya akan berkembang


menjadi jaringan parut dan kista, yang akan menyebabkan batuk dan sesak nafas.
Pada 15% penderita, penyakit ini menyerang mata. Uveitis (peradangan pada struktur
internal mata tertentu) menimbulkan kemerahan pada mata, nyeri dan mempengaruhi
penglihatan. Peradangan yang menetap untuk waktu yang lama, akan menyumbat aliran
cairan untuk mata dan menyebabkan glaukoma, yang dapat menyebabkan kebutaan.
Granuloma bisa terbentuk di konjungtiva (selaput bola mata dan kelopak mata). Granuloma
ini sering tidak menyebabkan gejala. Granuloma yang terbentuk di jantung mungkin akan
menyebabkan angina atau gagal jantung. Granuloma yang terbentuk di dekat sistem konduksi
jantung dapat memicu terjadinya gangguan irama jantung.1,2

DIAGNOSA
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
sarkoidosis:2
 Hitung jenis darah
 Tes fungsi paru (bila di paru-paru terbentuk jaringan parut, maka hasilnya akan
menunjukkan bahwa jumlah udara yang dapat ditahan paru-paru berada di bawah
normal)
 Kadar enzim ACE (pada banyak penderita, kadar enzim pengubah angiotensin dalam
darah adalah tinggi)
 Rontgen dada untuk mencari adanya pembesaran kelenjar getah bening
 Biopsi kelenjar getah bening
 Biopsi luka di kulit
 Bronkoskopi
 Biopsi paru terbuka
 Biopsi hati
 Biopsi ginjal
 EKG untuk mencari kelainan jantung.
 Tes kulit tuberkulin (tuberkulosis dapat menyebabkan banyak perubahan yang mirip
dengan sarkoidosis, karena itu dilakukan tes kulit tuberkulin untuk memastikan bahwa
penyakitnya bukan tuberkulosis)
 Skening galium (kadang dilakukan jika diagnosis masih meragukan, karena skening
galium akan menunjukkan pola yang abnormal pada paru-paru atau kelenjar getah
bening penderita)
 Enzim hati (jika hati juga terkena, maka kadar enzim hati, terutama alkalin fosfatase
mungkin meningkat).

PENGOBATAN
Gejala sarkoidosis seringkali secara perlahan akan menghilang dengan sendirinya,
sehingga tidak perlu dilakukan pengobatan. Untuk menekan gejala yang berat seperti sesak
nafas, nyeri sendi dan demam, diberikan corticosteroid.
Corticosteroid juga diberikan jika:
- hasil pemeriksaan menunjukkan kadar kalsium darah yang tinggi
- mengenai jantung, hati atau susunan saraf
- sarkoidosis menyebabkan lesi kulit atau penyakit mata yang tidak sembuh dengan tetes
mata corticosteroid
- penyakit paru-paru bertambah buruk.
Pemakaian corticosteroid dilanjutkan selama 1-2 tahun. Obat lainnya yang kadang
digunakan sebagai tambahan terhadap corticosteroid adalah obat immunosupresan, seperti
methotrexat, azathioprine dan cyclophosphamide.2
Keberhasilan pengobatan dinilai melalui hasil pemeriksaan foto dada, tes fungsi paru
dan pengukuran kalsium dan enzim ACE dalam darah. Tes ini dilakukan berulang untuk
mengetahui adanya kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Pada kegagalan organ yang
tidak dapat diperbaiki, kadang perlu dilakukan pencangkokan organ.

PROGNOSIS
Banyak penderita yang tidak mengalami penyakit yang serius dan penyakitnya bisa
menghilang tanpa pengobatan. 30-50% kasus mengalami pemulihan spontan dalam waktu 3
tahun. Lebih dari 60% penderita tidak menunjukkan gejala setelah 9 tahun. Bahkan
pembesaran kelenjar getah bening di dada dan peradangan paru-paru yang luas bisa hilang
dalam beberapa bulan atau tahun. Lebih dari 75% penderita yang mengalami pembengkakan
kelenjar getah bening, dan lebih dari 50% penderita yang paru-parunya terlibat, sembuh
dalam waktu 5 tahun.2
Penderita sarkodosis, yang masih terbatas di dada, lebih baik daripada mereka yang
juga mempunyai sarkoidosis di tempat lain. Penderita dengan pembesaran kelenjar getah
bening di dada tapi tidak menunjukkan adanya penyakit paru-paru mempunyai prognosis
yang sangat baik. Mereka yang penyakitnya dimulai dengan eritema nodosum mempunyai
prognosis yang terbaik.2
Sekitar 50% yang pernah menderita sarkoidosis akan mengalami kekambuhan. 10%
penderita mengalami kecacatan yang serius karena kerusakan pada mata, sistem pernafasan
atau organ lainnya. Adanya jaringan parut pada paru-paru memicu terjadinya gagal
pernafasan yang merupakan penyebab utama kematian.

Sindrom sjorgren
Sindrom Sjögren adalah sebuah kelainan otoimun di mana sel imun menyerang dan
menghancurkan kelenjar eksokrin yang memproduksi air mata dan liur. Sindrom ini
dinamakan dari seorang ahli penyakit mata Henrik Sjögren (1899-1986) dari Swedia, yang
pertama kali memaparkan penyakit ini. Sindrom Sjögren selalu dihubungkan dengan
kelainan rheumatik seperti arthritis rheumatoid, dan terdapat faktor rheumatoid positif pada
90 persen dari jumlah kasus.2

Epidemiologi
Sindrom Sjögren diderita oleh 1-4 juta jiwa di Amerika Serikat. Sebagian besar
penderita berusia lebih dari 40 tahun. Wanita, 9 kali lebih rentan terkena penyakit ini daripada
pria.2

Gejala sindrom sjorgen


Gejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut dan mata. Lainnya,
sindrom Sjögren juga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit, hidung, dan vagina.
Sindrom ini juga dapat memengaruhi organ lainnya seperti ginjal, pembuluh darah, paru-
paru, hati, pankreas, dan otak. Sembilan dari sepuluh pasien Sjögren adalah wanita dan usia
rata-rata pada akhir 40-an. Selebihnya penyakit ini dapat timbul pada pria dan wanita segala
umur.2
Diagnosis sindrom sjorgen
Penetapan diagnosis sindrom Sjögren cukup sulit dengan gejala-gejala yang
bervariasi. Kombinasi beberapa tes dapat membantu untuk menetapkan sindrom Sjögren. Tes
darah dapat membantu untuk menentukan apakah pasien memiliki tingkat antibodi tinggi
yang dapat menandakan penyakitnya, seperti antibodi anti-nuklear (ANA, Anti-nuclear
Antibody) dan faktor rheumatoid. Keduanya berkaitan dengan tanda penyakit otoimun. Pola
ANA pada sindrom Sjögren tipikal adalah SSA/Ro dan SSB/La. SSB/La memiliki
keunggulan yakni lebih spesifik, sedangkan SSA/Ro dapat dihubungkan dengan penyakit
otoimun lainnya, namun sering menandakan sindrom Sjögren.2
Tes Schirmer dapat mengukur produksi dari air mata, dengan menggunakan sebuah
lembar strip kertas penyaring yang diletakkan pada bawah kelopak mata selama lima menit.
Kemudian dilakukan pengukuran jumlah pembasahaan kertas dengan penggaris. Sebuah
lampu pemeriksaan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kekeringan pada permukaan
mata.2
Fungsi kelenjar liur dapat diuji dengan pengumpulan air liur dan menentukan jumlah
produksinya. Sebuah tindakan biopsi bibir dapat menentukan apakah terdapat
pengumpulan limfosit pada kelenjar liur, dan merusak kelenjar-kelenjar karena reaksi radang.
Sebuah tindakan prosedur radiologis dapat digunakan untuk mendiagnosis sindrom Sjögren.
Kontras disuntikkan ke duktus Stensen (misalnya, duktus parotis). Adanya genangan kontras
pada kelenjar dapat menandakan sindrom Sjögren.

Tatalaksana sindrom sjorgen


Belum ditemukannya terapi spesifik untuk sindrom Sjögren untuk penyembuhan yang
sempurna. Pemberian terapi yang dapat diberikan hanya sebatas simtomatik dan suportif.
Tindakan terapi penggantian air mata dapat membantu mengatasi gejala mata kering.
Beberapa pasien memerlukan pelindung mata untuk meningkatkan kelembaban atau tindakan
pada punctum lacrimal. Siklosporin dapat membantu untuk mengatasi kekeringan mata
kronis dengan menekan reaksi radang yang menghambat pengeluaran air mata.
Obat sevimelin dan pilokarpin dapat merangsang aliran air liur. Obat anti-inflamasi
nonsteroid (OAINS atau nonsteroid anti-inflammatory drugs, NSAIDs) dapat membantu
mengatasi gejala muskuloskeletal. Bagi penderita dengan komplikasi dapat
diberikan kortikosteroid atau obat penekan imun. Obat antirheumatik
seperti metotreksat dapat diberikan pula.1,2
Sindrom Sjögren dapat merusak organ penting tubuh. Beberapan penderita mungkin
hanya menderita gejala ringan dan lainnya dapat sangat buruk. Sebagian besar dapat diatasi
secara simtomatik. Sebagian penderita dapat mengalami penglihatan yang buruk, rasa tidak
nyaman pada mata, infeksi pada mulut, pembengkakan kelenjar liur, kesulitan pada menelan
dan makan. Rasa lelah dan sakit pada persendian juga dapat mengganggu kenyamanan.
Terdapat penderita yang juga dapat terkena gangguan ginjal hingga terdapat gejala
proteinuria, defek urinaris, dan asidosis tubular renal distal.2

Anda mungkin juga menyukai