Anda di halaman 1dari 11

Bab 54 Kaki dan Ekstremitas Bawah

. Tinjauan umum kelainan pada kaki


Etiologi
Kelainan pada kaki anak umumnya belum diketahui penyebab jelas. Pada kehamilan, kelainan
diduga dapat terjadi saat usia kehamilan 6-14 minggu ketika tulang dan kaki sedang terbentuk.
Penyebab lain bisa jadi akibat kelainan genetik atau faktor lingkungan.

Gejala Klinis
Kelainan kaki pada anak dapat muncul dalam berbagai bentuk, sehingga penyebabnya juga
berbeda-beda. Kebanyakan mudah dikenali dilihat dari penampilan kaki. Namun, beberapa
tidak bisa dikenali saat bayi baru lahir, tapi akan terlihat saat anak mulai berjalan.

54.1. Metatarsus Adduktus


Suatu kondisi dimana sisi depan kaki melengkung ke sisi medial dibandingkan kaki bagian
belakang. Kelainan ini bisa jadi sangat ringan hingga sembuh sendiri, atau perlu sedikit
perbaikan dengan fiksasi. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, kelainan berat hingga butuh
intervensi bedah.

Etiologi
Belum dapat dibuktikan secara pasti, bahwa kompresi intrauterin menyebabkan deformitas
kaki. Kondisi ini dihubungkan dengan dislokasi perkembangan panggul pada derajat tertentu.

54.1.1. Manifestasi klinis


Deformitas ini dapat dilihat pada saat lahir, tapi juga dapat dikenali pada usia kapanpun.
Kondisi yang khas pada kelainan ini adalah kaki bagian depan yang tampak melengkung ke
depan dibandingkan bagian belakang. Apabila kaki dilihat dari sisi dorsal, seluruh bagian kaki
tampak bengkok ke arah dalam. Apabila kaki dilihat dari sisi plantar, telapak kaki tampak
berbentuk kacang. Ujung jari kelima menonjol dan bagian depan kaki tampak deviasi.
Lengkung kaki lebih tinggi, jarak jari pertama dan kedua lebih lebar dari normal.
Pada kasus yang ringan akan membaik dengan stimulasi pergerakan aktif pada tepi lateral. Pada
kasus yang lebih berat dikoreksi secara pasif.

54.1.2 Diagnosis dan Evaluasi Radiologi


Tampak deviasi pada metatarsal dan tarsometatarsal, dengan derajat valgus pada sisi belakang
kaki

54.1.3. Terapi
Apabila metatarsus adductus ringan, fleksibel dan dapat dikoreksi secara spontan dengan eversi
aktif, dapat sembuh sendiri.
Pada kasus dengan tingkat keparahan sedang, yang masih mudah dikoreksi secara pasif, hanya
ada 10% pasien yang membutuhkan terapi dan intervensi pembedahan.

54.2. Talipes calcaneovalgus


54.2.1. Manifestasi Klinis

Memiliki karakteristik hiperdorsofleksi kaki ke arah anterior tibia. Deformitas ini diduga
terjadi akibat posisi intrauterin yang abnormal. Posisi yang khas adalah jari kaki mengarah ke
luar. Dorsum kaki dengan mudah berkontak dengan sisi anterior tibia, kaki depan terabduksi,
dan tumit menjadi valgus serta ditemukan torsi tibia eksterna. Gerakan pergelangan kaki
menunjukkan plantarfleksi normal atau hampir normal.

54.2.2. Diagnosis dan Evaluasi Radiologi


Dibutuhkan apabila belum teratasi saat anak mulai berjalan, atau didapatkan asimetris saat
pemeriksaan panggul.

54.2.3. Terapi
Prognosis sangat baik, biasanya dapat teratasi dalam 3-6 bulan dengan latihan peregangan,
pada kasus lebih berat bisa dibantu dengan casting atau splinting.

54.3. Talipes ekuinovarus (clubfoot)


Kelainan kongenital ortopedi yang paling sering terjadi, merupakan displasia kongenital pada
seluruh jaringan muskuloskeletal di distal lutut.

Etiologi
Idiopatik, displasia jaringan apabila ada riwayat kegagalan sembuh setelah pengobatan, karena
dianggap clubfoot kongenital tidak dapat menghasilkan ekstremitas yang normal. Penyebab
pasti kelainan ini tidak diketahui dengan pasti. Berbagai macam dugaan untuk membedakan
tipe primer dan sekunder. Tipe sekunder merupakan suatu kelainan yang berhubungan dengan
kelainan yang lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (suatu kondisi imobilitas dari
persendian secara umum), cerebral palsy atau spina bifida.

54.3.1. Manifestasi klinis

 Kaki dapat berputar ke sisi dalam sehingga punggung kaki terletak di telapak kaki.
 Apabila mengenai kedua kaki, maka nampak kedua telapak kaki saling berhadapan.
 Kaki yang terkena terlihat lebih pendek dibandingkan kaki yang sehat.
 Tidak menyebabkan nyeri. Namun apabila tidak ditangani, dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan dan kecacatan sejak masa kanak-kanak.
 Atrofi otot betis
 Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat, dan
supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus.
 Jika anak dapat berdiri , pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit
sedang menumpu, apakah pada posisi varus, valgus atau netral. Deformitas serupa
terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Oleh sebab itu agar selalu
memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-kondisi tersebut.
 Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat
dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia).
Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.
54.3.2. Diagnosis dan evaluasi radiologi

 Tiga komponen utama pada deformitas dapat terlihat pada pemeriksaan radiologi.
 Equinus kaki belakang adalah plantar flexi dari kalkaneus anterior (serupa
dengan kuku kuda) seperti sudut antara axis panjang dari tibia dan axis panjang dari
kalkaneus (sudut tibiocalcaneal) lebih dari 90°
 Pada varus kaki belakang, talus terkesan tidak bergerak terhadap tibia. Pada
penampang lateral, sudut antara axis panjang talus dan sudut panjang dari kalkaneus
(sudut talocalcaneal) adalah kurang dari 25°, dan kedua tulang mendekati sejajar
dibandingkan posisi normal.
 Pada penampang dorso plantar, sudut talocalcaneal adalah kurang dari 15°, dan kedua
tulang tampak melampaui normal. Juga axis longitudinal yang melewati talus bagian
tengah (midtalar line) melewati bagian lateral ke bagian dasar dari metatarsal pertama,
dikarenakan bagian depan kaki terdeviasi kearah medial.
 Pada penampang lateral, tulang metatarsal tampak menyerupai tangga.

54.3.3. Terapi

Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan
yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

Non-Operative :

 Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan


remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga
tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.
 Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini
ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
 Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari
sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang
cepat pada periode ini.
 Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur
yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas
tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi
pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu
dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16
tahun.

Operatif

 Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :


• Jika terapi dengan gibs gagal
• Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
 Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur
maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang
neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
 Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai
dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior
release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan
kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan
release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut
BuKu Appley).
 Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun
atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri
atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art.
talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

54.4. Talus Vertikal Kongenital


54.4.1. Manifestasi klinis

Talus vertikal kongenital merupakan kondisi yang jarang terjadi pada gangguan kongenital
kaki. Manifestasi pada kelainan ini adalah kekakuan pada dasar telapak kaki, dislokasi
navikular dorsal dari talus (kondisi ini hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan radiologi).
Manifestasi klinis CVT berupa rocker-bottom foot, hindfoot
e q u i n o v a l g u s , permukaan plantar pedis yang convex, tampak kaki bagian depan abduksi
dandorsofleksi, rigiditas dari sendi kaki. Pada saat melakukan pemeriksaan dicari
jugaapakah terdapat penyakit lain yang menyertai

54.4.2. Diagnosis dan Evaluasi Radiologi

Congenital vertical talus (CVT) merupakan kelainan berupa deformitas kaki yang jarang
ditemukan. CVT disebut juga rigid rocker-botom deformity. Penyebabnya i d i o p a t i k
dan sama dengan talipes equinovarus. CVT harus dibedakan d e n g a n
calcaneovalgus foot. Sebagian besar anak dengan kelainan CVT
juga memiliki kelainan l a i n n ya seperti malformasi teratologi
( m ye l o d i s p l a s i a d a n arthrogryposis multiplex congenita) atau sindrom seperti trisomi 18.
Manifestasi klinis CVT berupa rocker -bottom foot, hindfoot
e q u i n o v a l g u s , permukaan plantar pedis yang convex, tampak kaki bagian depan abduksi
dan dorsofleksi, rigiditas dari sendi kaki. Pada saat melak ukan pemeriksaan dicari
jugaapakah terdapat penyakit lain yang menyertai. Untuk mendapatkan gambaran
radiologi yang baik foto diambil dalam 2 posisi yaitu posisi weightbearing
anteroposterior dan lateral. Gambaran lateral kaki dengan plantarfleksi maksimum dibutuhkan
untuk memastikan sebuah vertical talus. Gambaran radiologi yang ditemukan berupa dorsal
displacement dan abduksi kaki sisi tengah dan belakang.

54.4.3. Terapi

Tatalaksana CVT meliputi 2 cara yaitu non-operatif dan operatif. Tatalaksana non-operatif
berupa serial casting. Serial casting ini dilakukan setelah manipulasi posisi kaki dilakukan
pada masa neonatus. Forefoot dimanipulasi menjadi equinus dalam usaha untuk mengurangi
pergerakan navicular ke arah talus. Namun, tingkat keberhasilan tindakan ini rendah dan
biasanya dilanjutkan dengan tindakan operatif.
Tindakan operatif berupa Operatif pelepasan jaringan lunak seluruhnya yang dilakukan
secara bertahap. Selain itu, dilakukan naviculectomy terutama untuk deformitas yang parah.
Tujuan dari tindakan ini yaitu memposisikan midfoot dan hindfoot secara adekuat. Tindakan
operatif pada anak yang lebih besar usianya dengan persistent hindfoot valgus dan pronasi,
subtalar arthrodesis atau triple arthrodesis dapat dilakukan untuk memposisikan kembali kaki
dan mengembalikan stabilitas kaki.

54.5. Pes Planus (kaki leper) Hipermobil

Kondisi di mana arkus longitudinal dan atau arkus medial datar. Kondisi tersebeut
menyebabkan valgus hindfoot dan supinasi forefoot. Seluruh dasar telapak kaki kontak dengan
lantai atau permukaan tanah saat berdiri, berjalan, dan aktivitas yang mengangkat beban.
Kondisi ini sering terdapat sejak lahir (kongenital) pada satu atau kedua kaki. Jika hanya satu
kaki yang terkena, disebut unilateral pes planus atau flatfoot. Jika kedua kaki terkena disebut
bilateral flatfeet

54.5.1. Manifestasi Klinis, Diagnosis

a. Anamnesis
- Kapan pertama kali orangtua menyadari bentuk kaki anak yang aneh.
- Nyeri
- Anak kesulitan memakai sepatu
- Riwayat keluarga dengan kelemahan ligamen atau riwayat flat foot
b. Pemeriksaan fisik
- Perhatikan kaki pasien saat berdiri dan berjalan. Perhatikan ada atau tidaknya arkus
medial dan longitudinal.
- Inspeksi kaki apakah terdapatnya kalus atau bekas tekanan pada penonjolan tulang.
- Sering tampak genu valgum (knock knee)
- Saat pasien berdiri, perintahkan pasien untuk menjinjit untuk menilai mobilitas
hindfoot. Jika hindfoot bergerak dari valgus menjadi varus saat menjijit serta
membentuk arkus, maka kaki dikatakan fleksibel. Jika tidak demikian berarti kaki
dalam keadaan rigid.
- Nilai panjang tendo achiles dengan melakukan pemeriksaan range dorsofleksi
ankle.

54.5.2. Pemeriksaan Radiologi

Pada pasien anak dengan klinis tidak nyeri, fleksibel flat foot, tidak ada indikasi pemeriksaan
radiologi. Jika kondisi flat foot dengan nyeri dan rigid maka foto pedis AP, lateral dan oblik
harus dilakukan

54.5.3. Terapi

Tujuan dari terapi adalah menghilangkan nyeri dan bebas gejala. Sekitar 75%
pasien dengan tarsal coalition asimptomatik. Seringkali, onset nyeri terjadi bersamaan
dengan transisi dari coalition dari fibrous atau cartilaginous junction menjadi tulang.
Untuk calcaneonavicular terjadi pada usia 8-12 tahun, untuk talocalcaneal , biasanya
terjadi antara usia 12 dan 16 tahun. Terapi nonoperative terdiri dari penggunaan gips
selama 6 minggu diikuti dengan penggunaan orthotik yang dibentuk. Terapi ini
menghasilkan hilangnya gejala pada banyak pasien. Pada pasien yang tidak berespon
terhadap terapi dengan gips atau mereka yang mengalami gejala yang berulang, terapi
bedah disarankan. Terapi operatif biasanya terdiri dari eksisi koalisi bersamaan dengan
interposisi lemak, otot, atau tendon untuk mencegah rekurensi. Untuk pasien dengan
talocalcaneal coalition yang mencakup >50% permukaan sendi subtalar, beberapa
penulis meragukan peran dari reseksi coalition. Untuk pasien dengan artrosis
degeneratif berat, triple arthrodesis harus dipertimbangkan.

54.6. Koalisi Tarsal


Kelainan ini ditandai dengan deformitas flatfoot yang rigid dan nyeri, serta spasme
otot peroneal. Kondisi ini merupakan gagalnya segmentasi atau separasi dua atau lebih
tulang tarsal. Setiap kondisi yang merubah gerakan berputar dan meluncur dari sendi
subtalar akan menghasilkan tarsal coalition. Oleh karena itu malformasi kongenital,
inflamasi atau artritis, infeksi, neoplasma dan trauma dapat menjadi penyebab kelainan
ini.
54.7. Kaki Cavus

Cavus adalah deformitas yang melibatkan plantar fleksi dari forefoot atau midfoot pada
hindfoot dan mungkin saja melibatkan seluruh bagian depan dari kaki atau hanya kolumna
medial saja. Akibatnya adalah elevasi arkus longitudinal, dan deformitas hindfoot akan sering
terjadi untuk mengkompensasi kelainan primer pada forefoot. Familial cavus mungkin dapat
terjadi, namun kebanyakan penderita deformitas ini mempunyai kelainan neuromuscular yang
mendasarinya. Tujuan utama adalah untuk menghilangkan penyebabnya, Diagnosis ini
ditegakkan mungkin berhubungan dengan kelainan spinal cord (occult dysraphism, tethered
cord, polio, myelodysplasia) dan saraf perifer (hereditary motor and sensory neuropathies,
seperti Charcot-Marie-Tooth disease, Dejerine-Sottas disease, Refsum disease).
Kaki / Pes Cavus yang terjadi secara unilateral mungkin diakibatkan oleh kelainan
intraspinal yang tersembunyi, sedangkan bilateral pes cavus biasanya menggambarkan adanya
kelaianan saraf maupun otot yang mendasarinya. Cavus biasanya berhubungan dengan
deformitas hindfoot. Pada cavovarus, deformitas dengan neuropati motorik dan sensorik,
kelemahan yang progresif dan otot yang tidak seimbang akan mengakibatkan plantar fleksi
pada kolumna medial pertama. Agar kaki dapat menjadi datar, hindfoot harus menuju varus.
Dengan equinovarus, hindfoot berada pada equines, pada calcaneocavus (biasanya pada polio
atau myelodisplasia), hindfoot berada pada calcaneus (dorsifleksi berlebihan).
Etiologi pes cavus dapat ditemukan sekitar 80%. Penyebab-penyebab yang mungkin
adalah malunion fraktur calcaneal atau talar, luka bakar, akibat sisa dari sindrom kompartemen,
clubfoot residual, dan penyakit neuromuscular. 20% kasus sisanya idiopathic dan nonprogresif.
Banyak teori tentang pathogenesis terjadinya pes cavus. Duchenne menggambarkan
ketidakseimbangan otot intrinsic menyebabkan peningkatan arkus. Teori lain termasuk
ketidakseimbangan otot ekstrinsik dan kombinasi antara ekstrinsik dan intrinsic. Mann
menggambarkan pathogenesis pes cavus pada penyakit Charcot-Marie-Tooth (CMT), Mann
menggunakan model agonist dan antagonist dalam menggambarkan deformitas. Pada CMT,
otot tibialis anterior dan otot peroneus melemah. Otot antagonis, tibialis posterior dan peroneus
longus menarik lebih kuat disbanding otot lain, menyebabkan deformitas. Secara spesifik, saat
peroneus longus menarik lebih kuat dibanding otot tibialis anterior yang lebih lemah,
menyebabkan plantar fleksi pada kolumna pertama dan forefoot valgus.
Gejala pada pasien dengan pes cavus bervariasi, tergantung dari besarnya deformitas .
Pasien dapat memberikan gejala nyeri kaki lateral dari peningkatan tahanan beban pada kaki
lateral. Metatarsalgia adalah gejala yang umum, instabilitas mata kaki juga dapat terjadi. Pasien
dengan pes cavus dievaluasi secara menyeluruh untuk menentukan penyebabnya. Pasien
dengan deformitas unilateral sering mempunyai riwayat trauma. Gangguan neuromuscular
dapat diidentifikasi dari riwayat keluarga. Onset baru deformitas unilateral sangat tinggi
menunjukkan tumor spinal cord. Pemeriksaan neurologis juga diperlukan, terutama detail
tentang kekuatan otot.
Radiografi kaki serta pergelangan kaki sangat penting. Radiolog harus mencari bukti
arthritis degenerative, posisi calcaneus, dan forefoot alignment. Calcaneal pitch angle dapat
diukur dengan menggambar sebuah garis sepanjang aspek plantar dari calcaneus dan tanah.
Sebuah sudut yang >30o menunjukkan hindfoot varus.

Tatalaksana pes cavus

1. Non-operatif.
Fisioterapi untuk meregangkan otot dan memperkuat otot yang lemah dapat dilakukan.
Untuk deformitas varus, digunakan lateral wedge sole. Brace juga dapat digunakan
untuk deformitas ringan atau foot drop.
2. Operatif.
Teknik operatif yang biasa digunakan adalah :
 Plantar Fascia Release
Pembebasan fasia plantaris ini biasanya dikombinasikan dengan transfer
tendon, osteotomy, ataupun keduanya.
 Great toe Jones Procedure
Dilakukan untuk cock-up deformity of the great toe yang berhubungan dengan
kelemahan M. tibialis anterior. Pada prosedur ini, M. Ekstensor Halusis Longus
dipindahkan ke leher dari metatarsal pertama untuk meningkatkan dorsofleksi
mata kaki dan menghilangkan kekuatan deformitas pada sendi MTP.
 Extensor Shift Procedure
Transfer M. Ekstensor Halusis Longus dan M. Eksensor digitorum Longus ke
metatarsal pertama, ketiga, dan kelima.
 Girdlestone-Taylor Procedure
Dilakukan pada deformitas yang fleksibel. Kekuatan deformitas tendon fleksor digitorum
longus dipindahkan ke ekstensor

54.8. Osteokondrosis dan Apofistisis


Osteokondrosis adalah sekumpulan penyakit pada masa kanak-kanak, yang menyerang
lempengan pertumbuhan tulang (bagian tulang tempat terjadinya pertumbuhan).

Osteokondrosis menyebabkan kelainan pada pertumbuhan tulang dan kelainan bentuk tulang.
Jenis osteokondrosis tertentu menyerang tulang yang berlainan:
- Penyakit Legg-Calve-Perthes, mengenai tulang paha
-Penyakit Osgood-Schlatter. , mengenai tulang kering
- Penyakit Scheuermann, mengenai tulang belakang
- Penyakit tulang Kohler, mengenai tulang navikulare di kaki

. Penyakit Tulang Kohler adalah suatu peradangan tulang dan tulang rawan yang menyerang
salah satu tulang-tulang kecil di kaki (tulang navikulare).
Penyakit ini menyerang anak-anak, terutama anak laki-laki, yang berumur 3-5
tahun.Etiologinya tidak diketahui.
Karakteristik
Kaki membengkak dan terasa nyeri, terutama pada bagian dalam lengkung kaki.
Nyeri semakin bertambah jika kaki menahan beban berat atau dipakai berjalan. Penderita
seringkali berjalan timpang. Penyakit ini cenderung berlangsung selama berbulan-bulan tetapi
jarang sampai lebih dari 2 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan.

Terapi
Untuk meringankan gejala, biasanya diberikan obat pereda nyeri dan sebaiknya berat badan
tidak dibebankan ke kaki. Pada stadium awal penyakit, bisa dipasang gips selama beberapa
minggu.
Nekrosis avaskular idiopatik dapat ditemukan pada tarsal navikulare (Köhler disease) atau
kepala metatarsal 2 atau 3 (infraksi Freiberg). Kondisi yang self-limited ini sering muncul
dengan keluhan nyeri terkait aktivitas.
Untuk pasien dengan Köhler disease, leg cast digunakan 6 – 8 minggu dapat memperbaiki
keadaan secara signifikan. Pasien dengan infraksi Freiberg dapat dikurangi keluhan dengan
cast, modifikasi sepatu seperti rocker-bottom sole, stiff-soled shoe, atau metatarsal bar yang
digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Perubahan degeneratif dapat sewaktu – waktu terjadi sejalan dengan proses penyebuhan
secara gradual, dan dalam beberapa kasus dibutuhkan penanganan / intervensi pembedahan.
Prosedur pembedahan termasuk debridemen sendi, bone-grafting, osteotomi redireksional,
eksisi subtotal atau komplit dari kepala metatarsal, dan penggantian sendi.
Apophysitis adalah inflamasi pada insersi kelompok sendi karena penarikan berulang dan
seringkali diobservasi selama pertumbuhan yang cepat. Stress ini menimbulkan mikrofraktur
pada lokasi insersi fibrokartilago dengan inflamasi. Apophysitis kalkaneal (Sever disease)
adalah penyebab tersering nyeri tumit pada anak – anak. Terapi dengan modifikasi aktivitas,
NSAID, latihan heel cord stretching dengan cushions atau arch support.
Iselin disease adalah apophysitis pada dasar metatarsal 5 (peroneus brevis) dan jarang
ditemukan. Pemeriksaan radiografi harus dipertimbangkan apabila gejala unilateral atau
adanya kegagalan respon terapi.

54.9. Deformitas kaki


54.9.1. Haluks Valgus Juvenil
54.9.1.1. Manifestasi klinis
Termasuk sering ditemukan, merupakan kelainan bentuk dari MTP 1, biasanya bilateral, sering
diperberat dengan iritasi kronis seperti penggunaan sepatu.
54.9.1.2. Evaluasi Radiologi

Anda mungkin juga menyukai