Anda di halaman 1dari 18

Contoh Proposal Pengajuan Proyek TI

Proposal adalah hal yang sangat penting dalam mengajukan kegiatan resmi, apalagi yang
menyangkut instansi resmi. Dalam artikel ini dibuat contoh proposal pengajuan proyek dalam
 bidang teknik informatika yaitu untuk membuat perangkat lunak dengan tujuan tertentu.
Adapun nama perusahaan dan jabatan dalam artikel ini adalah rekayasa semata, sedangkan
nama-nama yang tercantum adalah anggota kelompok yang bertugas untuk tugas pembuatan
contoh proposal ini, adapun anggotanya adalah :

- Agung Arifiyanto
- Hafiz Alvian
- Dana Christiadi
- James Olander
- Edy Prasetyo
- Syatria Baabulah
- Kemas Nuralam
- Muhammad Qodriana
- Anugerah Pekerti (50411995)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian
serius dalam pengembangan kesehatan di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga(SKRT) menunjukan bahwa 64,9% anak usia 1-4 tahun tidak menyikat giginya dan hanya
sebanyak 1% anak usia tersebut yang menyikat giginya pada waktu-waktu yang tepat. Kemudian
 pada anak sekolah dasar terdapat 23,4% anak yang tidak menyikat giginya dan hanya sebanyak
5,6% anak yang menyikat giginya pada waktu-waktu yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, dapat
diperkirakan bahwa pengetahuan anak sekolah dasar akan pentingnya kesehatan gigi masih
rendah, itu sebabnya mengapa rentannya kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan
gigi.
Melihat dari tingginya persentase kelompok anak usia dasar yang masih minim pengetahuan
dalam menyikat gigi, penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan dalam memberikan
informasi hal tersebut selain orangtua dirumah yang mengajarkan sejak dini tentang bagaimana
cara menyikat gigi dan memberikan informasi tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Dengan dilakukannya penyuluhan di sekolah-sekolah dasar, besar harapan dapat menurunkan
tingginya persentase ketidaktahuan anak dalam menyikat gigi.
Penyuluhan yang menarik dan berbeda pastinya akan membuat anak-anak tertarik dalam
mendengarkan penyampaian materi yang disampaikan. Seiring berkembangnya pengetahuan
teknologi dan zaman, kita diperkenalkan dengan teknologi 3D sebagai terobosan baru untuk
mempermudah pekerjaan manusia. Salah satu dari penggunaan teknologi 3D saat ini adalah
menciptakan animasi 3D.

1.2 Tujuan
1 Mempermudah dalam memberikan penyuluhan dengan sebuah aplikasi
2 Memberikan efek penyuluhan yang berbeda seperti kebanyakan penyuluhan
3 Menampilkan tempilan 3D dalam contoh prakteknya.
4 Membantu dokter gigi dalam memberikan penyuluhan

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari aplikasi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut ini adalah:
Informasi yang diberikan adalah tentang penyakit-penyakit gigi dan anatomi gigi yang
ditampilkan secara interaktif dan menarik pada setiap form yang berbeda.
Terdapat menu yang menampilkan cara menyikat gigi dengan benar dalam bentuk object 3D

DESKRIPSI PERANGKAT LUNAK

2.1 Nama Perangkat Lunak


"Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut"

2.2 Metodologi Pengerjaan


1 Analisa Permasalahan
Analisa dilakukan untuk mendapatkan pokok permasalahan yang ingin dipecahkan berdasarkan
 pembahasan mengenai sasaran pemakai aplikasi ketika selesai dibuat
2 Perancangan aplikasi
Pada tahap ini dilakukan perancangan dimulai dengan menentukan aplikasi pembantu yang akan
digunakan dalam membuat aplikasi ini. Selanjutnya menentukan perancangan tampilan untuk
setiap form pada aplikasi yang dibuat.
3 Pembuatan object 3D
Dalam hal ini dibutuhkan tenaga ahli untuk mendesain object 3D yang akan ditampilkan dalam
aplikasi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
4 Implementasi
Implementasi dilakukan setelah rancangan program telah terbentuk. Pada tahap ini akan
dijelaskan langkah-langkah pembuatan aplikasi secara spesifik yaitu dalam hal pemrograman dan
 penjelasan logika dari program itu sendiri.
5 Uji Coba Aplikasi
Setelah aplikasi selesai dibuat, perlu dilakukan sebuah uji coba untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kesalahan yang tak terduga saat perancangan aplikasi. Proses uji coba dilakukan pada
aplikasi yang telah selesai mendapatkan implementasi script program.
6 Pengaplikasian dan perawatan
Setelah kami selesai melakukan uji coba dalam lingkungan kami, maka akan dilakukan uji coba
lapangan dengan mengaplikasikan program ke dalam lingkup masyarakat.

2.3 Rincian Sistem


Untuk menjelaskan rancangan aplikasi yang dibuat maka akan ditampilkanstruktur navigasi
Penyuluhan Kesehatan Kesehatan Gigi dan Mulut dari awal program berjalan hingga keluar.
Gambar diatas adalah gambar struktur navigasi dari aplikasi ini. Secara garis besar aplikasi ini
 berisikan tentang informasi mengenai penyakit pada gigi dan animasi tatacara menyikat gigi.
Pada saat memulai program, yang pertama kali di tampilkan kepada user adalah menu utama.
Dimana didalam menu utama terdapat 4 pilihan seperti teori, animasi, about, dan exit yang dapat
di pilih olehuser dengan cara meng-klik salah satu dari pilihan tersebut.
Jika user memilih pilihan teori pada menu utama maka user akan dibawa pada menu selanjutnya
yaitu menu teori. Dimana didalam menu teori, user dapat memilih pilihan penyakit gigi
seperti gingivitis, kalkulus, karies dan anatomi gigi, yang dapat dipilih oleh user dengan cara
meng-klik salah satu dari pilihan tersebut, dan didalam pilihan tersebut terdapat informasi yang
akan memberikan pengetahuan kepada user. Selain itu terdapat gambar jenis-jenis gigi di
dalammenu teori yang apabila user mengarahkan krusor mouse pada gambar tersebut, maka akan
muncul informasi tentang jenis gigi tersebut.
Selain beberapa informasi mengenai penyakit gigi yang didapatkan oleh user, terdapat juga
sebuah simulasi tentang cara menyikat gigi, jika user memilihanimasi pada menu utama. Di
dalam menu animasi terdapat step-step berupa tombol, yang dapat dipilih user untuk
menggerakan objek gigi dan sikat di dalam menu tersebut. Dalam setiap step  –   step pada menu
animasi memiliki gerakan animasi yang berbeda-beda sesuai dengan simulasi cara menyikat gigi
yang disajikan. Selama simulasi berjalan, terdapat pula penjelasan gerakan yang dilakukan
animasi tersebut.
Pilihan lain yang terdapat di dalam menu utama adalah about dan exit. Dimana jika user
memilih about maka akan di tampilkan halaman yang berisikan informasi tentang profil si
 pembuat program. dan terakhir, exit didalam menu ini digunakan untuk user keluar dari program
ini.

2.4 Teknologi yang Digunakan


Untuk membangun aplikasi ini kami menggunakan perangkat keras dengan rincian sebagai
 berikut :
- Processor Intel (R) Core (TM) i3-380M
- RAM 6 GB
- System type 32  –  bit Oprating System
- VGA Card 4 GB Nividia
- Harddisk 320 GB

Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan aplikasi adalah sebagai berikut :
- Microsoft Windows & Ultimate 32-bit sebagai operating system
- Software Blender 2.70 untuk membuat program animasi.
- CorelDraw digunakan untuk membuat tampilan gambar pada menu program animasi ini.

2.5 Susunan Kepanitiaan

2.6 Rincian Biaya


1 Kebutuhan Perangkat Lunak
2 Kebutuhan Kepegawaian

PENUTUP

Demikian proposal pembuatan aplikasi Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menggunakan
Blender 2.70 ini dibuat. Pada akhirnya segala sesuatu yang telah direncanakan tidak dapat
 berjalan dengan baik tanpa kerjasama dan kerja keras dari semua pihak. Semoga pelaksanaan
kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Atas perhatian dan kepercayaan
yang diberikan kami ucapkan terima kasih.

Referensi :
 http://id.scribd.com/doc/217884993/Contoh-Proposal-Proyek-Teknik-Informatika-Bidang-
Rekayasa-Perangkat-Lunak 
 Qodriana,Muhammad. 2014. Pembuatan Aplikasi Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Bekasi (Penulisan Ilmiah)

Diposkan oleh anugerah_pekerti di 16.47


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Gunadarma University
Info Gunadarma

Baak Universitas Gunadarma

Studentsite Universitas Gunadarma

Arsip Blog
 ▼  2015 (9)
o ►  Juni (6)
o ►  Mei (1)
o ►  April (1)
o ▼  Januari (1)
 Contoh Proposal Pengajuan Proyek TI

 ►  2014 (12)

 ►  2013 (7)

 ►  2012 (11)

 ►  2011 (6)

Mengenai Saya
anugerah_pekerti
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger .
Penerapan Aplikasi Model Modifikasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-
menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode perawtan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal
 penting yang harus dibahas yaitu model keperawatan profesional yang dapat diterapkan dalam
 pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini membicarakan tentang
“Penerapan Aplikasi Model Modifikasi ”.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga, dan
masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial,
dan spritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit,
serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses
 bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode
 pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling
menopang.Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum,
termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan
diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima
dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang
dimiliki.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola
yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.Ruangan atau bangsal sebagai
salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi
 perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional ?
2. Apa tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional ?
3. Bagaimana konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional ?
4. Bagaimana konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional ?
5. Bagaimna Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Tim ?
6. Bagaimana strategi kerja dari Tim?
7. Bagaimana modikfikasi MAKP Tim-primer ?
8. Bagaimana metode pemberian asuhan model modular?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum, dapat memahami:
Memahami Asuhan Keperawatan Model Modifikasi (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
2. Tujuan Khusus, dapat :
a. Menjelaskan pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional.
 b. Menjelaskan tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional.
c. Menjelaskan konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional.
d. Menjelaskan konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional.
e. Menjelaskan tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
f. Menjelaskan strategi kerja dari Tim.
g. Menjelaskan modifikasi MAKP Tim-primer.
h. Menjelaskan metode pemberian asuhan model modular.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dibuat dengan metode deskriftip melalui pengumpulan data
dari berbagai literatur atau sumber.

E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
 penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori.
BAB III : Pembahasan.
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan
nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan ( Ratna Sitorus &
Yuli,2006).
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Mc.
Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan
Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
6. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model.
2. Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus.
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan
nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan ( Ratna Sitorus &
Yuli,2006)
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan bedasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi
hal yang penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.

B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim
keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan.

C. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional


Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan
Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
6. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
 jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1  –   2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang
ada (Nursalam, 2007).
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
 pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer


Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam
 pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode
keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4  –   6 klien dan
 bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer
 bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan Jika perawat primer
sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate
nurse).
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
 perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984).

D. Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim


Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
 perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model
tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
 jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut
Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh
kepala ruang.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
 pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
 berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2  –   3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
 pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan
kelemahannya yaitu (Nursalam, 2007) :
a. Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan
kepada anggota tim.
b. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
 perawat lain (associate nurse) :
a) Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional (Registered Nurse)
yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim,
melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
b) Komunikasi yang efektif 
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan keperawatan
yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya
dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui
laporan, pre atau post conference atau pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam
merencanakan dan menuliskan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

E. Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
 b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
2. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan.
 b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
3. Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama
ketua tim.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien
 bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
 b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan.
c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk RS.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2
 –  3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga
yang ada setiap hari dan lain- lain.
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
3) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4) Menginformasikan hal  –   hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pasien.
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam
 pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepad a pasien.
2) Melalui supervisi:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara
lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
 b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama ketua tim. Audit keperawatan.

F. Strategi Kerja Tim


Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim
dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi
tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana
keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu
melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi
 pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan
rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan
rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan
 pada format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur,
 pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan
utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan utama dan melakukan tindakan
keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab
sore/malam/hari libur.
Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat rencana yang
lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien.Pada dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari
dians malam (hanya pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan
anggota tim pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan
mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan
dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan
 baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan
yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan,
maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya. Jika
terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima
yang akan melakukan langsung tindakan tersebut.
Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga akan
dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan peningkatan
 pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi,
misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai diet pasien yang benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor
tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim selama
melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan
 pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi.
Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh
anggota tim.Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien dengan
mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP, catatan perkembangan
 pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
 pasien.Bila ada pasien yang akan pulang atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan
membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan
masalah yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan
kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi oleh
ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum
 pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-
hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan
 perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua
tim melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga
menulis laporan pagi/sore/malampada format yang tersedia.

G. Modifikasi MAKP Tim-Primer


Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP didasarkan pada beberapa alasan:
1. Keprawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar
 belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan
 pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalaui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan terdapat
 pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
 bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat/ketua tim.

Contoh (dikutip dari Ratna S.sudarsono, 2002):

Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifkasi
keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners,
disamping seorang kepala ruang rawat yang juga ners, perawat pelaksana (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri dari lulusan D-3 Keperawatan (3 orang) dan
SPK (18 orang) pengelompokan tim pada setiap sif jaga terlihat pada figur 10.7.

H. Moduler
Metoda keperawatan modul merupakan metoda modifikasi keperawatan tim - primer, yang
dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular.
Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners) dan anggota memberikan asuhan keperawatan
dibawah pengarahan dari pimpinan Modulnya. Idealnya 2  –   3 perawat memberikan asuhan
keperawatan terhadap 8  –  12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan
yang holistik terhadap etiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah
sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metoda modular mutu pelayanan keperawatan
meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan
kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat Register (Ners) yang dimanfaatkan
sehingga biaya menjadi lebih efektif.
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat :
1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatam pasien.
2. Memberikan motivasi pada staf perawat.
3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan
Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler .
1. Memimpin, mendukung dan menginstruksikan perawat non profesional untuk malaksanakan
tindakan keperawatan
2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi :
a. Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.
 b. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat partner kerjanya.
Tugas dan Tanggung jawab anggota tim
Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim.
Keuntungan
1. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
2. Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
3. Membaiknya kontinyuitas dan koordinasi asuhan.
4. Meningkatnya kepuasan pasien.
5. Biaya efektif
Kerugian
1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan
2. Diperlukan pengalaman dan ketrampilan ketua tim.
3. Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan
nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan.
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
 perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
 perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan
keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).

B. Saran
1. Dalam penerapan asuhan keperawatan modifikasi dapat diterapkan sehingga perawat dengan
kemampuan yang lebih tinggi mampu mampu mengarahkan dan membimbing perawat lain
dalam bertanggung jawabnya.
2. Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan k eperawan, oleh karena itu
manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
 perawatan. Bekerja secara profesional guna meningkatkan mutupelayanan asuhan keperawatan
modifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
 Nursalam. 2011. Manajemen Kseperawatan. Salemba Medika : Jakarta
http://komkep.blogspot.com
http://axes364yahoo.blogspot
http://fattriyalmember.blogspot.com
http://apriyanipujihastuti.wordpress.com/
http://ridwanhipothalamus.blogspot.coml
http://www.indonesian-publichealths.com
http://hdsjdhjdhuiwe.blogspot.com

Diposkan oleh Muhammad Rizky di 10.09


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2013 (4)
o ►  Oktober (1)
o ▼  September (3)
 Laktasi
 Penerapan Aplikasi Model Modifikasi
 Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi

Mengenai Saya

Muhammad Rizky
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger .

Anda mungkin juga menyukai