Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN TRAUMA

TRAUMA ABDOMEN

DISUSUN OLEH:
Kelompok 8
IRA ANDIKA PUTRI

1311311012

RAHMI KUMALA

1311311034

GUSRINDALIANI

1110323064

GESTI

1311311096

DWI KURNIA P.

1311311060

SARIFATHUL AINI

1311311080

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2016

1 | Page

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Trauma Abdomen.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah berusaha untuk mencapai
hasil yang maksimal, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca.

Padang, 8 Februari 2016

Kelompok 8

2 | Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Trauma Abdomen.................................................................4
2.2 Anatomi dan Fisiologi Trauma Abdomen .............................................5
2.3 Etiologi Trauma Abdomen.....................................................................8
2.4 Klasifikasi Trauma Abdomen................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis Trauma Abdomen..................................................12
2.6 Epidemologi Trauma Abdomen...........................................................12
2.7 Patofisiologi.........................................................................................13
2.8 WOC....................................................................................................14
2.9 Cedera-cedera Organ Abdomen14
2.10 Komplikasi.........................................................................................16
2.11 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................16
2.12 Pemeriksaan Radiologi......................................................................18
2.13 Penatalaksanaanpada trauma abdomen..............................................19
2.14 Penatalaksanaanumum......................................................................20
2.15 Asuhan Keperawatanumum Trauma Abdomen................................24
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus....................................................................................................33
3.2 Pengkajian Dasar.................................................................................33

3 | Page

3.3 Primary Survey....................................................................................34


3.4 Secondary Survey................................................................................35
3.5 Diagnosa Keperawatan........................................................................37
3.6 Aplikasi Diagnosa NANDA, Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................43
4.2 Saran....................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita
mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja. Namun ternyata

4 | Page

di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah
abdomen.Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otototot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera di mana
pasien

berada

dalam

ancaman

kematian

karena

adanya

gangguan

hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ


yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaaan. Selain
trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system pencernaan salah
satunya perdarahan saluran cerna baik saluran bagian atas ataupun saluran
cerna bagian bawah bila di biarkan tentu berakibat fatal bagi korban atau
pasien bahkan bisa menimbulkan kematian.
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul.Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda
tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain
luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen
(Suratun & Lusianah. 2010) .
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala
dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan
tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian trauma abdomen?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Abdomen?
3. Bagaimana etiologi trauma abdomen?
4. Bagaimana klasifikasi truma abdomen ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari trauma abdomen ?
6. Bagaimana epidemologi dari trauma abdomen?
7. Bagaimana patofisiologidari trauma abdomen?
8. Bagaimana WOC dari trauma abdomen ?
9. Apa saja cedera cedera organ pada trauma abdomen?
10. Apakah komplikasi trauma abdomen?

5 | Page

11.
12.
13.
14.
15.
16.

Bagaimana pemeriksaan diagnostik pasien dengan trauma abdomen?


Bagaimana pemeriksaan radiologi dari trauma abdomen ?
Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan trauma abdomen?
Bagaimana penatalaksanaan umum pada pasien dengan trauma abdomen?
Bagaimana asuhan keperawatan umum pasien dengan trauma abdomen?
Bagaimana asuhan keperawatan berdasarkan kasus dengan trauma
abdomen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengatahui apa pengertian trauma abdomen
2. Untuk mengetahui bagaimana Anatomi dan Fisiologi abdomen.
3. Untuk mengetahui etiologi dari trauma abdomen.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari trauma abdomen.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari trauma abdomen.
6. Untuk mengatahui bagaimana epidemologi trauma abdomen.
7. Untuk mengatahui bagaimana patofisiologidari trauma abdomen.
8. Untuk mengetahui Woc dari trauma abdomen.
9. Untuk mengatahui Cedera-cedera apa saja dari trauma abdomen.
10. Untuk mengatahui apakah komplikasi trauma abdomen.
11. Untuk mengatahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pasien dengan
trauma abdomen.
12. Untuk mengetahu bagaimana pemeriksaan radiologi pada trauma
abdomen.
13. Untuk mengatahui bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan trauma
abdomen.
14. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan umum pada pasien dengan
trauma abdomen
15. Untuk mengatahui bagaimana asuhan keperawatan umum pasien dengan
trauma abdomen
16. Untuk mengetahui bgaimana asuhan keperwatan berdasarkan kasus degan
trauma abdomen

6 | Page

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Menurut Brooker (2001), trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya
atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat. Trauma
adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidayat, 1998).
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis.Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
(abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna
vertebralis, dan ilium.Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang
melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011
dalam Andila, Y 2014).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yangterletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).

7 | Page

2.2 Anatomi dan Fisiologi abdomen

Kuadran
Kanan atas

Organ
Hati dan vesica biliaris, pylorus,doudenum, caput pankreas,
kelenjar adrenal, sebagian ginjal kanan, flexura,sebagian dari

Kiri atas

colon asenden dan transversal.


Lobus kiri hati, spleen, lambung,badan pankreas, kelenjar
adrenal kiri,sebagian dari ginjal kiri, flexura, sebagiandari colon

Kanan bawah

transversal dan colon desenden


Caecum danappendix, sebagiandari colon asenden,ureter kanan,
8 | Page

Kiri bawah

ovarydan salpinx,
Colon sigmoideum,sebagian colon desenden, ureter kiri,ovary
dan salpinx.

(Henry M, 2006 ) Mosbys Guide To Physicial Examination


Pada vertebrata di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut
adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen:
1. Komponen dari saluran cerna:
Esophagus
Esophagus memiliki panjang 25 cm dengan diameter 3 cm dimulai dari
pharync

sampai

dengan

lambung.

Dinding

esophagus

sendiri

menghasilkan mucus untuk lubrikasi makanan sehingga memudahkan

makanan untuk masuk ke dalam lambung.


lambung (gaster)
Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang berdilatasi diantara esofagus dan
usushalus ,fungsi lambung adalah mencampur makanan dengan cairan

lambung seperti pepsin, asam lambung mucus ( Snell,2006)


usus halus
Usus halus terbentang dari pylorus sampai kualaileocaecalis tempat Ileum
bersatu dengan usus besar. Pylorus membawa isi gaster ke dalam doudenum yang
merupakanbagian pertama intestinum tenue dua bagian lainnya ialah jejenum
Dan ileum. (Moore, 2002)

usus besar (kolon)


Usus besar memiliki panjang 1.5 m dengan bagian-bagian cecum, colon,
rectum dan anal canal (anus). Sedangkan colon terdiri dari segmen colon
ascenden, transversal, descenden dan sigmoid. Fungsi primer dari usus

besar adalah absorpsi air dan elektrolit


umbai cacing atau appendix.
2. Organ pelengkap dari saluran cerna seperti:
Hati (hepar)
Hepar mempunyai fungsi yang berhubungan dengan metabolism dan hepar

menyimpan glokogen yang menghalilkan empedu


Kantung empedu
Kantung empedu berbentuk buah pir yang melekat pada permukaan bawah
lobus hepatis kanan ( Snell,2006)

9 | Page

pankreas.
Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin. Fungsi endokrin sel beta
pankreas mensekresi pankreas dan mempunyai fungsi regulasi level
glukosa darah. Fungsi eksokrin dimana kelenjar acini menghasilkan getah
pancreas dimana enzym pancreas itu lipase dan amylase yang dikeluarkan
ke usus halus.

3. Organ saluran kemih seperti:


Ginjal
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah yang ada didalam tubuh manusia
dan juga mengeluarkan sisia-sisa zat cairan yang ada didalam tubuh yang

berlbihan.
ureter
Mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria, dengan didorong sepanjang
ureter oleh kontraksi peristaltik selubung otot, dibantu tekanan filtrasi

glomerulus. Panjang ureter 25 cm


kantung kemih (vesica urinaria).
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling

sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan
horizontal dan dua bidang bayangan vertikal.Bidang bayangan tersebut
membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones).Dua
bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan iga
kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang
lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan
hingga ke pertengahan ligamentum inguinale.

10 | P a g e

Bidang bayang pembagian abdomen

Proyeksi letak organ abdomen yaitu:


1. Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal
kiri.
4. Lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
6. Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8. Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.

11 | P a g e

2.3 Etiologi Trauma Abdomen


Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian.Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah,
sebagai berikut :
1. Penyebab trauma penetrasi
Luka akibat terkena tembakan
Luka akibat tikaman benda tajam.
Luka akibat tusukan

2. Penyebab trauma non-penetrasi


Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
Hancur (tertabrak mobil)
Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
2.4 Klasifikasi Trauma Abdomen
Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul
dan trauma tajam. Keduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang
berbeda sehingga algoritma penanganannya berbeda. Trauma abdomen
dapat menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga memerlukan tindakan
pertolongan dan perbaikan pada organ yang mengalami kerusakan.
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis:
a. Trauma penetrasi
Trauma penetrasi dibagi menjadi 2 yaitu :
Trauma tembus
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium). Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak
dan benda tajam.Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan
rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi
ataupun terpotong.
Luka tembak memiliki risiko mortalitas lebih tinggi karena
kerusakan organ dalam abdomen yang lenih berat.Kerusakan
dapat berupa perdarahan bila mengenai pembuluh darah
atauorgan yang padat. Bila mengenai organ yang berongga,
12 | P a g e

isinya akan keluar kedalam rongga perut dan menimbulkan


iritasi pada peritoneum. Trauma akibat benda tajam dikenal
dalam tiga bentuk luka yaitu: luka iris atau luka sayat (vulnus
scissum), luka tusuk (vulnus punctum) atau luka bacok (vulnus
caesum).

Akibat dari trauma tembus yaitu :


a) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b) Respon stress simpatis
c) Perdarahan dan pembekuan darah
d) Kontaminasi bakteri
e) Kematian sel
Penyebab kematian akibat trauma tembus :
a) Syok Hipovolemik
b) Cedera pada organ dalam abdomen
c) Sepsis atau peritonitis
b. Trauma tumpul
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).Trauma tumpul abdomen adalah penyebab utama
morbiditas yang disebabkan oleh trauma pada semua kelompok
usia. Disebabkan oleh : Terkena kompresi atau tekanan dari luar
tubuh ( ledakan, benturan atau pukulan ), Hancur (tertabrak mobil),
Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut, Cidera
akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga. Trauma tumpul
kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada permukaan
tubuh, tetapi dapat mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah
organ sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi),
cedera kompresi, peningkatan mendadak tekanan darah, pecahnya
viskus berongga, kontusi atau laserasi jaringan maupun organ
dibawahnya.
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan
adanya deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak
mempunyai kelenturan (non complient organ) seperti hati, lien,
pankreas, dan ginjal.

13 | P a g e

Secara umum mekanisme terjadinya trauma tumpul abdomen yaitu:


1. Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara struktur.
Akibatnya, terjadi tenaga potong dan menyebabkan robeknya organ
berongga, organ padat, organ visceral dan pembuluh darah, khususnya pada
bagian distal organ yang terkena. Contoh pada aorta distal yang mengenai
tulang torakal mengakibatkan gaya potong pada aorta dapat menyebabkan
ruptur. Situasi yang sama dapat terjadi pada pembuluh darah ginjal dan pada
cervicothoracic junction.
2. Isi intra abdominal hancur diantara dinding abdomen anterior dan columna
vertebra atau tulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan ruptur,
biasanya terjadi pada organ-organ padat seperti lien, hati, dan ginjal.
3. Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang tiba-tiba dan mencapai puncaknya biasanya menyebabkan
ruptur organ berongga. Berat ringannya perforasi tergantung dari gaya dan
luas permukaan organ yang terkena cedera.
Kerusakan organ lunak karena trauma tumpul biasanya terjadi sesuai
dengan tulang yang terkena seperti :
Organ/area yang terkena langsung

Cedera yang mungkin terkait

Fraktur kosta kanan

Cedera hepar

Fraktur kosta kiri

Ruptur lien

Kontusio midepigastrium
Ruptur lien
Fraktur prosessus tranversalis
Pankreas
Lumbal
Cedera ginjal
Frktur pelvis
Ruptur VU, cedera urethra
Tabel. Pola cedera organ lunak pada trauma tumpul abdomen.
Akibat dari trauma tumpul yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)

Kehilanhan darah
Memas dan jejas pada dinding perut
Kerusakan organ-organ
Nyeri tekan,nyeri ketok,nyeri lepas dan kekakuan dinding perut
Iritasi cairan usus ( FKUI,1995)

14 | P a g e

2.5 Manifestasi klinis trauma abdomen


Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas,nyeri tekan diatas daerah abdomen
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
e. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.
2.6 Epidemologi dari trauma abdomen
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma
tusuk.Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma
tajam.Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju)
biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Pada intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai
organ limpa (40- 55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et al,
2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera
adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter
(Demetriades, 2000). Pada trauma tajam abdomen paling sering mengenai
hati(40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%)
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

2.7 Patofisiologi Trauma Abdomen


Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan

15 | P a g e

jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan

dengan

kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada


tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan
tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan.
Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan
tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan
viskositas dari jaringan tubuh.Elastisitas adalah kemampuan jaringan
untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.Viskositas adalah
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan.Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada
seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut
dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme :
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ

padat maupun organ berongga.


Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan

vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.


Terjadi gaya akselerasi deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi

pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tandatanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami
takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya

16 | P a g e

tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi


kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan
bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer,
2001).
2.8 WOC ( Terlampir)
2.9 Cedera Pada Organ Abdomen
1. Cedera pada Hati

Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun


trauma tembus. Trauma hepatik dapat menyebabkan kehilangan banyak
darah ke dalam peritoneum, namun perdarahan dapat berhenti secara

2.

spontan.Tanda dan gejala pada cedera hati :


a. Rasa sakit perut quadran kanan atas
b. Kekakuan,spasme
c. Nyeri lepas
d. Bunyi usus berkrang atau hilang
e. Syok hipovolemik
Cedera pada usus halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena
trauma tumpul menciderai usus dua belas jari, ketika terjadi trauma
usus, terjadi mortalitas pada usus yang mengakibatkan disfungsi pada
usus. Berkurangnya atau hilangnya suara usus jika cedera dari usus
kecil ke besar. Jika dilakukan auskultasi, terdapat suarausus di dada
jika terjadi ruptur diafragma.
3. Cedera pada limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi
trauma tumpul abdomen.Robeknya limpa menyebabkan banyaknya
darah yang ada di rongga abdomen.Tanda dan gejala pada cedera
limpa :
a. Rasa sakit dibahu kiri
b. Nyeri perut quadran kiri atas
c. Kekakuan,spasme
d. Syok hipovolmik

17 | P a g e

4. Cedera kandung kemih dan uretra


Tanda dan gejala pada cedera kandung kemih dan utetra :
a. Hematuri
b. Ingin BAK tapi tidak bias
c. Terdapat darah di ujung uretra
d. Spasme
e. Darah pada uretra mengindikasi cedera uretra
5. Cedera pada ginjal

Trauma pada ginjal biasanya terjadi karena jatuh dan kecelakaan


kendaraan

bermotor.

Cedera

perlambatan

mendadak

dapat

menyebabkan perobekan dari pembuluh-pembuluh yang lebih kecil atau


merobek intima arteri renal, yang juga dapat mengarah pada trombosis
pembuluh.Tanda dan gejala pada cedera ginjal : (a) Nyeri didaerah
flank, (b) Mikroskopik hematuria.
6. Cedera pada lambung

Pada ptrauma tajam, Cedera lambung dapat mengakibatkan isi


lambukng keluar dari lambung karena adanya robekan pada dinding
lambung. Robekan tersebut membuat isi lambung. Jika hal ini tidak
dapat ditangani dengan segera, maka dapat mengakibatkan terjadinya
peritonitis. Cairan gastrointestinal atau darah
7. Cedera pancreas

18 | P a g e

Perlukaan pada pankreas memiliki tingkat kematian yang tinggi.


Perlukaan pada duodenum atau saluran kandung empedu juga memiliki
tingkat kematian yang tinggi.contohnya pada benturan stang sepeda
motor atau benturan setir mobil.
2.10 Komplikasi trauma abdomen
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
2.11 Pemeriksaan Diagnostik Trauma Abdomen
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau

perforasi

usus

halus.

Kenaikan

transaminase

menunjukkan

kemungkinan trauma pada hepar.


3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

19 | P a g e

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.
Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Nyeri abdomen
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan

kesadaran

(obat,

alkohol,cedera otak)
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
f. Patah tulang pelvis

Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :

Hamil
Pernah operasi abdominal
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.

2.12

Pemeriksaan Radiologi pada Trauma Abdomen


Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tump
Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, thorax APdan
pelvis

AP

dilakukan

pada

pasien

trauma

tumpul

denganmultitrauma.Rontgen foto abdomen 3 posisi (telentang, tegak


dan lateral dekubitus)berguna untuk melihat adanya udara bebas di
bawah diafragma ataupunudara di luar lumen di retroperitonium, yang
kalau ada pada keduanyamenjadi petunjuk untuk dilakukannya
laparotomi. Hilangnya bayanganpsoas menunjukkan kemungkinan

cedera retroperitoneal.
Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tajam
Pasien luka tusuk dengan hemodinamik

yang

abnormal

tidak memerlukan pemeriksaan screening X-Ray. Pada pasien luka


tusuk di atasumbilikus atau dicurigai dengan cedera thoracoabdominal

20 | P a g e

denganhemodinamik yang normal, rontgen foto thorax tegak


bermanfaat untuk menyingkirkan hemo atau pneumothorax, ataupun
untuk dokumentasiadanya udara bebas intraperitoneal. Pada pasien
yang hemodinamiknya normal, pemasangan klip pada luka masuk
maupun luka keluar dari suatuluka tembak dapat memperlihatkan
jalannya peluru maupun adanya udararetroperitoneal pada rontgen foto
abdomen tidur.

2.13

Penatalaksanaan pada Pasien Trauma Abdomen


a. Penatalaksanaan Medis :
1. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
3. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
4. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
5. Laparotomi
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,
sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar
dan menimbulkan hemoragi masif.
3. Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta
sistem saraf.
4. Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
a. Gunting baju dari luka.
b. Hitung jumlah luka.
c. Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
d. Kaji tanda dan gejala hemoragi.
e. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai
pembedahan dilakukan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.

21 | P a g e

6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan


salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya
hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi,
atau hematuria.
2.14

Penatalaksanaan umum pada Pasien Trauma Abdomen


a. Primary Survey Pada Trauma Abdomen
1. Airway
Airway harus dijaga dengan baik pada semua penderita
trauma abdomen. Membuka jalan napas menggunakan
teknik head tilt , chin lift atau jaw thrust , periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan
napas. Bila penderita tidak sadar dan tidak ada refleks
bertahak ( gag reflex ) dapat dipakai oropharyngeal tube.
Bila ada keraguan mengenai kemampuan menjaga airway,
lebih baik memasang airway definitif. Jika ada disertai
dengan cedera kepala, leher atau dada maka tulang leher
(cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-line.
2. Breathing
Kontrol jalan nafas pada penderita trauma abdomen
yang

airway

terganggu

karena

faktor

mekanik,

ada

gangguan ventilasi atau ada gangguan kesadaran, dicapai


dengan intubasi endotrakeal. Setiap penderita trauma
diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaiknya diberikan
dengan face mask. Pemakaian pulse oximeter baik untuk
menilai saturasi O2 yang adekuat.
3. Circulation
Resusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi
dimulai segera setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan
cepat. NaCl atau Ringer Laktat dapat digunakan untuk
22 | P a g e

resusitasi kristaloid. Rute akses intravena adalah penting,


pasang kateter intravena perifer berukuran besar (minimal
2) di ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang
datang dengan hipotensi sudah berada di kelas III syok (3040% volume darah yang hilang) dan harus menerima
produk darah sesegera mungkin, hal yang sama berlaku
pada pasien dengan perdarahan yang signifikan jelas.
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah hipotermia,
termasuk

menggunakan

selimut

hangat

dan

cairan

prewarmed.
4. Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara
cepat.Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil.
5. Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan
cara

menggunting

untuk

memeriksa

dan

evaluasi

penderita. Paparan lengkap dan visualisasi head-to-toe


pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior
dari

kaki,

kulit

kepala,

bagian

belakang

perineum. Setelah pakaian dibuka

leher,

dan

penting penderita

diselimuti agar penderita tidak kedinginan.

b. Secondary Survey pada trauma abdomen


Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah
stabil.Bila

sewaktu

survei

sekunder

kondisi

pasien

memburuk maka kita harus kembali mengulangi PRIMARY


SURVEY.Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat
dengan baik.Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki

23 | P a g e

(head-to-toe examination) dilakukan dengan perhatian


utama.
1. Pemeriksaan kepala dan wajah
inspeksi adanya laserasi, kontusio dan trauma panas
Palpasi adanya fraktur
Evaluasi ulang pupil
Fungsi nervus cranial
Mata : perdarahan, penetrating injury, dislokasi lensapemakaian

contact lenses
Inspeksi telinga dan hidung untuk mencari CSF leakage
Inspeksi mulut untuk mencari perdarahan dan CSF

Penatalaksanaan :
1

Pertahankan airway

Kontrol perdarahan

Hindari brain injury sekunder

Lepaskan lensa kontak

2. Pemeriksaan leher
Inspeksi : trauma tumpul dan tajam, deviasi trakea, penggunaan

otot pernafasan tambahan


Palpasi : nyeri tekan, deformitas, pembengkakan, emfisema

subkutaneus, deviasi trakea


Auskultasi : periksa bruit pada arteri karotis

Penatalaksanaan :
1 Pertahankan immobilisasi cervical spine in-line yang adekuat
3. Pemeriksaan Dada
Inspeksi : trauma tumpul dan tajam, penggunaan otot pernafasan

tambahan, penyimpangan pernafasan bilateral.


Auskultasi : nafas dan suara jantung
Perkusi : dull atau resonan
Palpasi : trauma tumpul dan tajam, emfisema subkutan, nyeri
tekan dan krepitasi.
24 | P a g e

Penatalaksanaan :
1

Pasang chest tube

tutup luka pada dada dengan benar

4. Pemerilsaan abdomen
inspeksi : trauma tumpul dantajam
Auskultasi : Bising usus
Perkusi : nyeri tekan
X ray Pelvis
5. Pemeriksaan Perineal dan Rektum
Evaluasi
1

Tonus sphincter ani

Darah pada rectal

Integritas dinding usus

Posisi prostate

Darah pada meatus urinary

Hematoma scrotum

Pemeriksaan Perineal

kontusio, hematom

Laserasi

Pemeriksaan Vagina

adanya perdarahan pada vaginma


25 | P a g e

Laserasi vagina

Pemeriksaan Rektum

Perdarahan rectum

Tonus sphincter ani

integritas dinding usus

bony fragments

Posisi prostate

Pemeriksaan Punggung
Logroll pasien untuk mengevaluasi :
1 Deformitas tulang
2 adanya trauma tajam atau tumpul

Pemeriksaan kstremitas

1 inspeksi : deformitas, perdarahan yang meluas


2 Palpasi : nyeri tekan, krepitasi, pergerakan abnormal
8

Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan : reevaluasi pupil dan tingkat kesadaran, skor GCS

2.15 Asuhan keperawatan secara umum pada trauma abdomen


a. Pengkajian
1 Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data

Obyektif

: Perubahan kesadaran, masalah

dalam keseim Bangan cedera (trauma)

26 | P a g e

Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu),
polanapas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).

Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian
(tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus
atau mengalami gangguan fungsi.

Makanan dan cairan


Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami
perubahan Selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,

vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai
koma,

perubahan

status

mental,Kesulitan dalam

menentukan posisi tubuh.


7

Nyeri dan kenyamanan


Data

Subyektif

Sakit

pada

abdomen

dengan

intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.


Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8

Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.

Keamanan

Data

Subyektif

Trauma

baru/

trauma

karena

kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif.
Gangguan rentang gerak.
Aplikasi Diagnosa NANDA, Kriteria hasil NOC dan Intervensi NIC

27 | P a g e

NANDA
Nyeri Akut

NOC
Dalam waktu 3 x 24 jam nyeri yang

NIC
Manajemen nyeri

Berhubungandengan Agens

dirasakan klien dapat berkurang dengan Definisi: mengurangi ataume-ringankan

cedera Biologis.

indikator

Definisi :

Pengalaman

emosional

sensori

yang

menyenangkan

Kontrol

dan

nyeri yangdirasa-kan pasien.


nyeri

(1-5:ekstrem, Tindakan :

berat,sedang, ringan,nyaman)

tidak

yang

dan

muncul Definisi: aksi personal untuk kontol

potensial

atau

menunjukkan adanya kerusakan


(Assosiation for Study of Pain) :
serangan

mendadak

atau

perlahan dari intensitas ringan

kurang dari 6 bulan.


Batasan Karakteristik:

Perubahan nafsu makan

Perubahan

tekanan

darah

Perubahan

frekuensi

jantung

Mengenali onsetnyeri
Mendiskribkanfaktor

penyebabnyeri secarasederhana
Memakai pengobatan preventif
Memakai terapinon-analgesik
Menggunakanterapi

analgesik yangterekomendasi
perubahan nyerikepada paramedi
Melaporkangejala yangtidak

terkontrolkepada paramedis
Melaporkannyeri terkontrol

10 Level nyeri (painlevel)


(1-5: ekstrem,berat, sedang,ringan,
tidak ada)

prilaku ( mis: gelisah,


merengek,

menangis,

wadata,

iritabilitas,

Perubahan

frekuensi

nafas

dan presipitasinyeri.
Observasi
keluhan
tidak dapat

berkomunikasisecara

efektif.
Gunakan

starategikomunikasi

mengetahui pengalaman

wajah

Fokus

(mis

mata

kurang

nyeri

dansampaikan respon pasien tentang

nyeri
Eksplor pengetahuan pasien tentang

nyeri.
Cari tau

tentangdampak

nyeri

terhadapkualitas hidup (mis.Tidur,


napsu

makan,aktifitas,

kognitif,suasana

Melaporkankeparahan nyeri
Mengobservasitahapan nyeri

hati,

pekerjaan,hubungan

dengan

oranglain, )
Eksplor
bersama

pasiententang

faktor

memperingan

yangdapat

/memperburuk nyeri.
Evaluasi
riwayat penyakit
terdahulutentang

Masker

keti-

terapeutik untuk

mendesah)

dura-

daknyamanan verbal,terutama ketika

Definisi: observasiatau

si,frekuensi,

melaporkankeburukan nyeri

Mengekspresikan

nyeri:lokasi,

kualitas,intensitaskeparahannye-ri,

sampai berat yang diantisipasi


atau diprediksi durasi nyeri

lokasi

karakteristik,onset

dari kerusakan jaringan secara nyeri.


aktual

Kaji

dari pasien

nyeri

sendiri

baik

ataukeluarga

yangmempunyai riwayatnyeri ronik.

28 | P a g e

bercahaya,
kacau,

tampak

gerakan

berpencar

atau

mata

)
Prilaku

berjaga

jaga,

Fokus menyempit (mis :

dan

timkesehatan.
Dampingi
pasien

ketikamemerlukan dukungan.
Pilih implementasiuntuk penanganan

dankeluarga

nyeri(farmakologi,

nonfarmakologi,interpersonal)
Ajarkan untuk memakaitehnik non
farmakologi(mis. Hipnosisi,relaksasi,

hambatan proes berfikir,

terapi musik,dan masase)


Pantau pasien ketikamengunakan

metodefarmakologi
Ajarkan
pasien

farmakologi
Periksa

interaksi

dengan orang yang dan


lingkungannya )
Indikasi

nyeri

yang

dapat diamati

pasien

nyeri

gangguan persepsi nyeri,


penurunan

keefektifankontrol

Melindungi area nyeri

Evaluasi

terdahuludengan

tetap

pada satu fokus meringis

levelketidaknyamanan

pada pasien,

Perubahan posisi untuk


menghindari nyeri

tentangmetode

catat perubahannyadimedikal record.


Dorong pasien untuk menceritakan

Sikap melindungi tubuh

Dilaktasi pupil

2.Adminitrasi analgesik

Melaporkan nyeri

(Penggunaan

Fokus pada diri sendiri

perasaan
agenfarmakologi

untuk menghilangkan

ataumengurangi

nyeri)

lokasi,sifat, kualitas, dan beratnyeri

sebelum pengobatan
Periksa anjuran medisuntuk obat,

dosis danfrekuensi pemberian


Nilai kemampuan klienuntuk ikut
serta danterlibat dalam pemilihan

obatanalgesik, dosis, danrute


Pilih analgesik yangtepat,

attau

kombinasianalgesik saat lebihdari

satu analgesik yang dianjurkan


Tentukan
pilihananalgesik

29 | P a g e

berdasarkantype dan berat nyeri


Pilih rute IV dari IMuntuk

suntikananalgesik yang teratur


Pantau tanda vitalsebelum

sesudahpemberiananalgetik narkotik
Bentuk
pengharapan positif

dan

berhubungandengan
keefektifananalgetik
untuk mengoptimmalkanrespon

klien
Evaluasi keefektifanobat analgesik
Catat respon terhadapanalgetik
danadanyaefek

yang

tidak diinginkan
Evaluasi dan catattingkat sedasi
padaklien yang mendapatgolongan
opioid.

2 Pola nafas tidak efektif

Status Pernapasan

Manajemen jalan napas

b.dsindrom hipoventilasi,

Definisi:pergerakan udaramasuk dan Tindakan:

hiperventilasi (penurunan

keluar

suplai O2)

pertukarankarbon

dariparu-parudan

dioksidadan

Batasan karakteristik :

oksigenpada tingkatalveolar.

Napas dalam
Perubahan gerakan dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipneu
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispneu
Peningkatan
diameter

anterior-posterior
Napas cuping hidung

Tingkat pernapasan
Irama pernapasan
Kedalaman inspirasi
Suara nafas auskultasi
Kepatenan jalan nafas
Volume tidal
Kapasitas vital
Saturasi oksigen
Sianosis
Dispnea saat istirahat
Dispnea dengan tenaga ringan
Kegelisahan

membuka jalan napas , dengan


menggunakan teknik jaw thrust yang

sesuai
posisikan

memaksimalkan potensi ventilasi


mengidentifikasi requiringactual /

potensi napas penyisipan pasien


masukkan jalan napas melalui mulut

atau nasofaring yang sesuai


melakukan fisioterapi dada yang

sesuai
bersihkan

menganjurkan batuk atau suction


mendorong lambat balik pernapasan

pasien

sekret

30 | P a g e

untuk

dengan

Ortopneu
Fase ekspirasi yang lama
Pernapasan pursed-lip
Takipneu
Penggunaan otot-otot bantu

untuk bernapas

Status respirasi : ventilasi

Sifat tidur
Gangguan kognitif
Sesak nafas
mendengus

Defenisi: Pergerakan udara masuk dan


keluar dari paru

Rata-rata pernapasan
Irama pernapasan
Kedalaman respirasi
Bunyi perkusi
Volume tidal
Tidak ada bunyi nafas
Mulit berkerut saat bernafas
Ratraksi dada
Dispneu saat istirahat
Pengembangan dada tidak simetris
Distorsi bunyi suara saat auskultasi

dan batuk
menggunakan teknik menyenangkan
untuk mendorong pernapasan dalam

untuk anak-anak
menginstruksikan cara batuk efektif
membantu
dengan
spirometer

insentif yang sesuai


auskultasi bunyi nafas, mencatat
daerah menurun atau hilangnya

ventilasi dan bunyi tambahan


melakukan endotrachea pengisapan

yang sesuai
mengelola bronkodilator yang sesuai
pasien bagaimana menggunakan

inhaler yang ditentukan sesuai


mengelola perawatan aerosol yang

sesuai
mengelola

ultrasonik yang sesuai


mengelola udara lembab

oksigen yang sesuai


menghilangkan benda asing dengan

forsep McGill sesuai


mengatur asupan cairan

perawatan

mengoptimalkan

nebulizer
atau

untuk

keseimbangan

cairan
posisi untuk mengurangi dyspnea
memonitor pernapasan dan status
oksigenasi yang sesuai

Kekurangan

volume

cairan b.d kehilangan cairan


aktif

FLUID BALANCE
Defenisi : Keseimbangan cairan
intraseluler dan ekstraseluler dalam

tubuh
Definisi:
Tekanan darah : DBH
Keadaan individu yang Tekanan erteri rata-rata : DBN
mengalami penurunan cairan Tekanan vena sentral : DBH

Pengurangan pendarahan

Definisi: pembatasan volume darah yang


hilang selama episode perdarahan
Aktivitas :

Identifikasi

penyebab

perdarahan
31 | P a g e

dari

intravaskuler, interstisial, dan Tekanan hambatan pulmonal : DBH


atau intrasel. Diagnosis ini Palpasi nadi perifer
Hipotensi Ortostatik (-)
merujuk ke dehidrasi yang
Kesimbangan intake & output (24jam)
merupakan kehilangan cairan Perubahan suara napas (-)
saja tanpa perubahan dalam Kestabilan berat badan
Asites (-)
natrium.
Distensi vena leher (-)
Batasan karakteristik:
Edema Perifer (-)
Mata Cekung (-)
Perubahan status mental
Kebingungan (-)
Kelemahan
Rasa haus abnormal (-)
Penurunan turgor kulit
Hidrasi kulit
Penurunan turgor lidah

Kulit / membran mukosa

kering
Frekuensi nadi meningkat
Penurunan tekanan darah
Penurunan volume nadi
Penurunan pengisian vena
Penurunan haluaran urine
Konsentrasi urine meningkat
Suhu tubuh meningkat
Hematokrit meningkat

Hydration
Definisi : air yang cukup dalam

kompartemen

intraseluler

Memantau pasien secara ketat untuk

perdarahan
Terapkan tekanan langsung atau

tekanan ganti , sesuai ketentuan


Terapkan kompres es ke daerah yang

terkena dampak , sesuai ketentuan


Memantau
jumlah
dan
sifat

kehilangan darah
Memantau ukuran

hematoma , jika ada


Catat kadar hemoglobin / hematokrit

turgor kulit
kelembaban membran mukosa
asupan cairan
output urin
nutrium serum
perfusi jaringan
fungsi kognitif
Haus
urin gelap
lembut/sayu, boal mata cekung

ubun-ubun cekung

penurunan tekanan darah


cepat, denyut nadi
peningkatan hematokrit
penurunan berat badan
peningkatan suhu tubuh

karakter

sebelum dan sesudah kehilangan

darah
Monitor

tekanan

parameter

dan

darah

hemodinamik

dan
,

jika

tersedia ( misalnya , tekanan vena

intraseluler tubuh

dan

sentral dan kapiler paru / tekanan

arteri temporalis )
Pantau status cairan , termasuk

intake dan output


Pantau fungsi neurologis
Periksa perdarahan dari

selaput

lendir , memar setelah trauma


minimal,

mengalir

dari

bekas

tusukan , dan adanya peteki


Pantau adanya tanda dan gejala
perdarahan persisten (yaitu , periksa
semua sekresi darah terang atau

darah samar)
Lakukan tindakan pencegahan yang
tepat

dalam

menangani

produk

darah atau cairan berdarah


Mengevaluasi respon psikologis
pasien terhadap perdarahan dan
persepsi dari kejadian

32 | P a g e

instruksikan pasien dan keluarga


tanda dari perdarahan dan tindakan
yang tepat ( yaitu , memberitahu
perawat ) , jika terjadi perdarahan

lanjutan
Anjurkan pasien tentang pembatasan

aktivitas
Instruksikan pasien dan keluarga
pada beratnya kehilangan darah dan
tindakan yang tepat untuk dilakukan

Kerusakan Integritas Kulit 1. Integritas Jaringan : Kulit dan


b.d faktor mekanik (trauma)

Defenisi

perubahan

pada

epidermis dan / atau dermis.


Batasan karakteristik:

Kerusakan

kulit
Gangguan pada permukaan

kulit
Invasi.gangguan

pada

struktur tubuh

lapisan

pada

1 Perawatan Kulit :

Membran Mukosa

Temperatur kulit
Sensasi
Hidrasi
Tekstur
Perfusi Jaringan
Integritas Kulit
Pigmentasi abnormal
Lesi Kulit
Lesi Mukus dan Membran

mukosa
Jaringan Parut
Kulit mengelupas
Pucat
Nekrosis

Pengobatan Topikal

Defenisi

Penerapanzattopikalatau

manipulasiperangkatuntuk
meningkatkan

integritaskulit

danmeminimalkankerusakan kulit.
Aktivitas:

Hindari penggunaan sprei yang

bertesktur kasar.
Bersihkan
dengan

antibakteri, yang sesuai


Taburi kulit dengan obat bubuk,

yang sesuai
Berikan dukungan ke daerah-daerah

sabun

edematous (misalnya, bantal di


bawah

lengan

skrotum)
Tahan diri

dan
dari

dukungan
penggunaan

sabun basa pada kulit


Jaga sprei tetap bersih, kering

dan kerut
Gerakkan pasiensetidaknya
setiap2jam, sesuai dengan

33 | P a g e

jadwaltertentu
Gunakan perangkat di tempat
tidur (misalnya, kulit domba)

yang melindungi pasien.


Gunakan antibiotik topikal

didaerah terkena, sesuaikan


Terapkan agen antijamur di

daerah yang terkena, sesuaikan.


Periksa kulit sehari hari untuk
bagi mereka yang berisiko

kerusakan
Dokumentasikan kerusakan kulit
yang tidak sesuai

2. Pengawasan Kulit

Inspeksi Kulit
Monitor KlembapanKulit
Monitor warna kulitdan

temperatur
Monitor infeksi yangmungkin

menyerang pada pasien


Dokumentasi perubahan warna
kullitdan membran mukosa

BAB 3
ASUHAN KEPERWATAN
3.1 Kasus
Tn. Y masuk rumah sakit setelah sehari sebelumnya mengalami
cedera abdomen akibat menebang pohon dan kemudian tertimpa balok
kayu pada perut, setelah kejadian pasien di bawa ke RSUD Dr. Moewardi
di Surakarta .Tn . Y dengan diagnosa trauma abdomen post laparatomi atas
indikasi internal bleeding di ruang intensive care unit (ICU) RSUD Dr.
Moewardi di Surakarta. Klien mengeluh nyeri pada abdomen post operasi
laparatomi saat di gerakkan, terasa tertusuk-tusuk , hilang timbul dan skala
nyeri 7. Saat dilakukan pemeriksaan, tidak terdapat penumpukan sekret di

34 | P a g e

jalan nafas, bunyi nafas ronchi, lidah tidak jatuh ke belakang, jalan nafas
bersih. Frekuensi pernafasan (Respiratory rate) 23 x/menit, irama nafas
teratur, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas vesikuler
(lapang paru kanan dan kiri), SpO2: 95%, klien terpasang NRM (Non
Rebreathing Mask) O2 3 lpm. Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat,
capillary refill kembali dalam 3 detik, akral dingin, tidak sianosis,
kesadaran somnolen. Tanda-tanda vital: TD (Tekanan Darah) : 100/70
mmHg N (Nadi): 89 x/menit RR (Respiratory Rate) : 23 x/menit S
(Suhu) : 370C. Kesadaran compos mentis dengan GCS = E4V5M5 = 14
E4 = dapat membuka mata secara spontan V5 = dapat berbicara secara
teratur M5 = Mengidentifikasi nyeri yang terlokalisasi . Integritas kulit
baik, ada luka bekas post operasi laparatomi hari 1, tertutup kassa steril
dengan panjang 7cm, capillary refill kembali dalam 3 detik.
3.2 Pengkajian Dasar
Keluhan utama : Klien mengeluh Nyeri pada abdomen post
operasi laparatomi. P:

saat di gerakkan, Q:

tertusuk-tusukR:

Abdomen, S: 7, T: hilang timbul.


Alasan masuk ICU
Post laparatomi atas indikasi internal bleeding

Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1 hari sebelum masuk rumah sakit klien sedang menebang
pohon dan kemudian pasien ttertimpa balok kayu pada perut,
setelah kejadian kemudian pasien di bawa ke RSU Medika
Mulya wonogiri, tetapi karena keterbatasan sarana dan
prasarana pasien lalu di rujuk ke RSDM dengan

suspect

perdarahan intra abdomen.


b. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, Diabetes Mellitus,
jatung, asma dan alergi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga tidak ada riwayat hipertensi,

diabetes

mellitus, atau penyakit manular dan berbahaya lainnya.


3.3 Primary Survey
a. Airway

35 | P a g e

Tidak Terdapat penumpukan sekret di jalan nafas, bunyi nafas ronchi,


lidah tidak jatuh ke belakang, jalan nafas bersih.
b. Breathing
Frekuensi pernafasan (Respiratory rate) 23 x/menit, irama nafas
teratur, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas
vesikuler (lapang paru kanan dan kiri), SaO2: 95%, klien terpasang
NRM (Non Rebreathing Mask) O2 3 lpm.
c. Circulation
Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat, capillary refill kembali dalam
3 detik, akral dingin, tidak sianosis, kesadaran somnolen. Tandatanda vital: TD (Tekanan Darah)

: 100/70 mmHg

N (Nadi): 89

x/menit RR (Respiratory Rate) : 23 x/menit S (Suhu) : 37 0 C


d. Disability
Kesadaran compos mentis dengan GCS = E4V5M5 = 14 E4 = dapat
membuka mata secara spontan V5 = dapat bberbicara secara teratur
M5 = Mengidentifikasi nyeri yang terlokalisasi.
e. Exposure
Integritas kulit baik, ada luka bekas post operasi laparatomi hari 1,
tertutup kassa steril dengan panjang 7cm, capillary refill kembali
dalam 3 detik.
3.4 Secondary Survey
a. AMPLE
Alergi: Klien tidak mempunyai

alergi terhadap

obat-obatan,

makanan, minuman dan lingkungan.


Medikasi: Sebelum dibawa ke RS (Rumah Sakit), klien tidak

mengkonsumsi obat-obatan apapun dari dokter maupun apotik.


Past ilness: Sebelum dibawa ke RS, klien tidak mengalami sakit.
Last meal: Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan ayur 40 jam

yang lalu.
Environment: Klien tinggal di rumah sendiri bersama istri dan
anaknya di lingkungan padat penduduk, tempat tinggal cukup
dengan ventilasi, lantai sudah di keramik, pencahayaan cukup,

terdapat saluran untuk limbah rumah tangga (selokan).


b. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Bentuk mesocepal, rambut hitam, lurus, tidak ada hematoma

maupun jejas
Mata

36 | P a g e

Pupil isokor, ukuran 3mm/ 3mm, simetris kanan-kiri, sklera tidak


ikterik, konjungtiva tidak anemis, reaksi terhadap cahaya baik,

tidak menggunakan alat bantu penglihatan.


Hidung
Bentuk simetris, tidak ada polip maupun sekret, terpasang NRM 3

lpm, dan terpasang NGT (Naso Gastric Tube).


Telinga
Simetris kanan-kiri, tidak ada penumpukan

serumen,

tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

Mulut
Mulut tidak ada perdarahan pada gusi, mukosa bibir kering, tidak

ada sariawan, tidak menggunakan gigi palsu, dan tidak terdapat lesi.
Leher
Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP

(Jugularis Vena Presure).


Pernafasan (paru)
I : Pengembangan dada simetris antara

kanan-

kiri,

tidak

menggunakan otot bantu pernafasan, RR:23x/ menit.


P : Sonor seluruh lapang paru
P : Fremitus vokal sama antara kanan- kiri.
A : vesikuler
Sirkulasi (jantung)
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba kuat di mid
klavikula intercosta V sinistra
P : Pekak
A : Bunyi jantung (S1- S2) reguler, tidak ada suara jantung
tambahan.
Abdomen
I : Perut datar, terdapat luka post operasi laparatomi hari 1 ,
tertutup dengan kain steril 7cm. klien terpasang drain, jumlah
pengeluaran darah pada drain 4cc
A : Peristaltik usus 4x/ menit
P : mengalami nyeri tekan pada luka bekas operasi , hepar dan lien

tidak teraba.
P : Tympani
Genitoririnaria
Bersih, terpasang DC (Dower Cateter) sejak tanggal 7 Juli 2012
Kulit

37 | P a g e

Turgor kulit elastis, kembali kurang dari 3 detik, tidak ada lesi, tidak
ada kelainan pada kulit.
Ekstremitas
Ekstremitas atas: kekuatan otot (4), tidak oedema, capillary refill 3

detik, terpasang infus RL di tangan kanan Ekstremitas bawah :


kekuatan otot (4), tidak oedema, capillary refill 3.
3.5 Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai
berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (luka post op hari 1)
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan trauma jaringan
3.6 Aplikasi Diagnosa NANDA, Kriteria hasil NOC dan Intervensi NIC
NANDA
1 Nyeri akut berhubungan dengan Kontrol

NOC
Nyeri:

NIC
Perilaku Manajemen Nyeri

agen injury fisik (luka post op hari mengontrol nyeri.

Mengalami perbaikan dalam 1 x 24 Lakukan

1).
Data Subjektif:

Tindakan:

jam.

post

laparatomi
P: saat di gerakkan
Q: tertusuk-tusuk
R: Abdomen
S: 7
T: hilang timbul
Data Objektif:
klien
meringis
menehan

nyeri:

operasi

nampak
tegang,

TD

100/70mmHg, Nadi 89 x/menit,

RR 23x/menit, Suhu 37c

lokasi,

Mampu menilai lamanya nyeri


Menilai faktor penyebab
Penggunaan non analgesic
untuk mengurangi nyeri
Penggunaan analgesic

nyeri

secarakomprehensif dimulai dari

Klien mengeluh Nyeri pada Indikator:


abdomen

penilaian

yang

karakteristik,

durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas dan


penyebab.
Pastikan

pasien

mendapatkan

perawatan dengan analgesic

Gunakan komunikasi yang terapeutik


disarankan
Melaporkan tanda/ gejala yang
agarpasien dapat menyatakan
tidak terkontrol pada tenaga
pengalamannya terhadap nyeri
profesional
Menilai gejala nyeri
Melaporkan
bila
terkontrol

serta dukungan dalam merespon


nyeri

nyeri
Pertimbangkan

pengaruh

budaya

terhadap nyeri
Tingkat Nyeri: berat yeri diamati Bantu pasien dan keluarga mencari
atau dilaporkan.

dan menyediakan dukungan.

Mengalami perbaikan dalam .....x Tentukan tingkat kebutuhan pasien

38 | P a g e

24 jam.

yang

Indikator:

kenyamanan pada pasien dan

Nyeri dilaporkan
Panjang episode nyeri
Tidak
mengerang

peduli
Eksperi wajah
Kegelisahan
dengan klien mengatakan

memberikan

rencana keperawatan
dan

nyeri berkurang pada post

dapat

Mengurangi

atau

menghapuskan

faktor-faktor yang mempercepat


atau

meningkatkan

(spt:ketakutan,

nyeri

fatique,

membosankan,

sifat

ketiadaan

pengetahuan)

operasi hari ke 3,
Pilihlah
variasi
dari
ukuran
klien mampu melakukan
pengobatan
(farmakologis,
relaksasi progresif dan nafas
nonfarmakologis, dan hubungan
dalam
atar pribadi) untuk mengurangi
nyeri
Mendorong pasien dalam memonitor
nyerinya sendiri
Ajari untuk menggunakan tehnik
non-farmakologi

(spt:

biofeddback, TENS, hypnosis,


relaksasi, terapi musik, distraksi,
terapi

bermain,

acupressure,

apikasi hangat/dingin, dan pijatan


) sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, selama puncak
nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan sepanjang nyeri
itu masih terukur.
Ajarkan tentang metode farmakologi
dalam menghialngkan nyeri
Kolaborasikan dengan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya untuk
memilih
39 | P a g e

dan

mengimplementasikan

metoda

dalam mengatasi nyeri secara


non-farmakologi.
Kaji

tingkat

ketidaknyamanan

bersama pasien, catat perubahan


dalam

catatan

informasikan

medis

kepada

dan
tenaga

kesehatan yang lain


kaji skala nyeri secara komprehensif
relaksasi

dan

lingkungan

distraksi,

yang

nyaman,

observasi isyaratisyarat

non

verbal

klien,

dan

kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian analgetik.
2

berhubungan Kontrol Risiko


dengan trauma jaringan
Indikator :
Data Subejektif:Data Objektif :
terdapat luka post op hari 1.luka Mengetahui faktor risiko
Memonitor faktor risiko
bersih, kering,
lingkungan
tidak ada
pengeluaran cairan
Mengembangkan strategi
maupun pus,
pengendalian risiko yang
luka di tutup dengan kassa steril,
tidak ada tanda-tanda infeksi,
efektif
tidak ada kemerahan, bengkak, Menghindari paparan ancaman

Resiko

Infeksi

panas, maupun fungsiolesa


Leukosit : 12,4ribu/u l
Hemoglobin 10.2g/dl

Kontrol Infeksi
Aktivitas :
1. Membersihkan lingkungan tepat
setelah setiap kali digunakan
pasien
2. Membatasi jumlah pengunjung,
yang sesuai
3. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan

kesehatan
Memantau perubahan status

perawatan pasien
4. Lembaga kewaspadaan

kesehatan

universal
5. Mendorong asupan cairan, yang
sesuai

Kontrol Risiko : Proses Infeksi

Perlindungan terhadap Infeksi

Indikator :

Aktivitas :

Mencari validasi risiko infeksi

1. Memantau tanda-tanda dan

40 | P a g e

yang dirasakan
Memonitor lingkungan untuk

gejala infeksi sistemik dan lokal


2. Memonitor jumlah granulosit,

faktor yang terkait dengan

WBC, dan hasil diferensial


3. Mempertahankan asepsis untuk

risiko infeksi
Mempertahankan lingkungan

yang bersih
Menggunakan kewaspadaan

universal
Memantau perubahan status

pasien berisiko
4. Mendorong asupan cairan, yang
sesuaI ,Mendorong istirahat

kesehatan umum
3

Intoleransi

aktivitas Toleransi

respon Bantuan Perawatan Diri : IADL


Tindakan:
berhubungan dengan kelemahan fisiologis
terhadap
gerakan
Tentukan kebutuhan individu
fisik
konsumen energi dengan kegiatan
yang akan dibantu dengan
Data Subjektif:
sehari-hari.
kegiatan sehari-hari.
Mengalami perbaikan dalam ..... x
pasien
mengatakan
semua
Ajarkan
individu
metode
24 jam.
kebetuhan ADL di bantu perawat Indikator:
pengganti pembalut luka yang
Saturasi
oksigen
dengan
dan keluarga
tepat, dan membuang nya di
Data Objektiff:

ADL di bantu perawat

keluarga
Kekuatan otot 4- Pasien lemas

dan

Aktivitas:

aktivitas
Denyut nadi dengan aktivitas

Tingkat pernafasan dengan


aktivitas
Kemudahan

aktivitas

hidup

tempat yang tepat.


Pastikan individu bisa membuka
kemasan obat

Manajemen Energi

Tindakan:
sehari-hari ( ADL ) melakukan
Kemampuan untuk berbicara Menilai status fisiologi pasien
dengan aktivitas fisik.

Daya Tahan : kapasitas untuk

Mengalami perbaikan setelah ......

rutin

kelelahan

sesuai

umur

dan

perkembangannya
Periksa
status

kekurangan

(kemoterapi-untuk

anemia) sebagai prioritas utama


Tentukan apa dan berapa banyak
aktivitas yang diperlukan untuk

Indikator:
1. Mampu

mengurangi

fisiologis

mempertahankan aktivitas
x jam

untuk

kinerja

kegiatan

membangun ketahanan
Monitor intake nutrisi

untuk

memastikan sumber energi yang


41 | P a g e

2.
3.
4.
5.

Aktivitas fisik
Konsentrasi

Ketahanan otot
Pemulihan energi setelah

adekuat
Konsultasi

dengan

ahli

diit

tentang cara untuk menambah

istirahat
6. Kadar oksigen darah saat

intake dari makanan energi tinggi


Monitor
pasien
untuk

beraktivitas
7. Hemoglobin
8. Hematokrit
9. Glukosa darah
10. Elektrolit serum
11. Kelelahan
12. Kelesuan
13. keletihan

menunjukkan fisik berlebihan dan

kelelahan emosional
Monitor
respon

aktivitas

kardiorespiratori
disritmia

lainnya,

diaphoresis,

(takikardi,
sianosis,

TD,

frekuensi pernapasan).
Monitor lokasi dan dasar dari
ketidaknyamanan

dispnea,

atau

nyeri

selama bergerak/aktivitas.
Kurangi ketidaknyamanan fisik
yang dapat mengganggu dengan
fungsi

kognitif

dan

monitor

diri/peraturan beraktifitas.
Bantu pasien memahami prinsip
menjaga energi (keperluan untuk
membatasi

aktivitas

atau

istirahat).
Batasi jumlah pengunjung, jika

perlu
Tingkatkan

istirahat/

batasi

aktifits(menambah jumlah waktu


istirahat)

dengan

memelihara

waktu istirahat sebagai pilihan


Anjurkan mengganti istirahat dan

waktu aktfitas
Sediakan pengalihan
tenang

relaksasi
Tawarkan

untuk

meningkatkan

bantuan

42 | P a g e

aktifitas

untuk

meningkatkan tidur (musik atau

medikasi)
Anjurkan istirahat siang, jika

perlu
Evaluasi

tingkat aktifitas
Instruksikan pasien dan teknik

program

menambah

penting lainnya dalam menjaga


diri yang akan meminimalkan
pemakaian oksigen (monitor diri
dan

teknik

lompatan

untuk

menunjukkan aktifitas sehari-hari

43 | P a g e

TRAUMA ABDOMEN
Trauma, iritasi, operasi, obstruksi, kekuatan kuat eksternal (kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian)

Terjadi
robekan/perforasi
Lapisan
abdomen( Kontusio
laserasi

Presdiposisi trauma >


elastitisitas dan viskositas tubuh

Terjepitnya organ
intra abdominal

Gaya akselerasideselarasi

trauma penetrasi

Meningkatnya tekanan intra


abdominal yang mendadak dan
hebat

Ruptur rongga
abdomen

Robek organ,
pedikel vaskuler

ruptur dari organ padat maupun

pendarahan intra
abdomen

Rusak jaringan

Cardiac output
menurun

MK: Kerusakan
Integritas Kulit

1
atau non-pnetrasi

Perdarahan intra
abdomen

organ berongga.

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan


cairan aktif
Noc :Fluid balance
Nic : Pengurangan pendarahan

kulit

Tanda-tanda iritasi
Iritasi peritonium
Penurunan sel darah
merah

Nyeri Akut

Berhubungandengan Agens cedera Biologis.


Nyeri tekan,nyeri lepas

Penurunan suplai
O2

Noc ; Integritas Jaringan : Kulit dan


Membran Mukosa
Nic : Perawatan Kulit : Pengobatan Topikal

44 | P a g e

Syok hemorogik
MK: Kekurangan
Volume cairan
MK: Nyeri Akut
Jika syok berlanjut
Takikardia,
peningkatan suhu

Hipoksia
MK: Hipertemi

Menurunnya
mortalitas usus

MK: pola nafas


tidak efektif

1. Pola nafas tidak efektif b.dsindrom

Leukositosis
Dilakukan tindakan invansif
drain

Nic : Terapi aktivitas

suplai O2)
Noc :Status pernapasan
Nic : Manajemen jalan napas

MK: Resiko
Infeksi

Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik
Noc : Toleransi aktivitas

Luka terbuka

hipoventilasi, hiperventilasi (penurunan

MK: Gangguan
kebutuhan nutrisi
Kelemahan fisik
MK: Intoleransi Aktivitas

Diagnosa: Resiko Infeksi


berhubungan dengan trauma
jaringan
Noc : Infeksi Severity

Nic : Kontrol Infeksi


Sumber: Mansjoer( 2001), sjamsuhidayat (2010), Doengoes (2000)

45 | P a g e

Mekanisme Trauma Abdomen Tn. Y


akibat menebang pohon dan
kemudian tertimpa balok kayu
pada perut

Trauma abdomen
Perdarahan dalam

Tindakan invansif drain

Mendapatkan tindakan: operasi

Nyeri saat di
gerakan
Terasa ditusuktusuk, hilang
timbul, skala 7

Operasi post laparatomi

MK: resiko Infeksi

MK: Nyeri AKut


Diagnosa: Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury fisik (luka
post op hari 1).
Data Subjektif:
Klien
mengeluh
Nyeri
pada
abdomen
post
operasi
laparatomi
P:
saat
di
gerakkan
Q: tertusuk-tusuk
R: Abdomen
S: 7
T: hilang timbul
Data Objektif:
klien
meringis
nampak menehan
nyeri: tegang, TD
100/70mmHg,
Nadi 89 x/menit,
RR
23x/menit,
Suhu 37c
NOC: Kontrol
Nyeri, tingkatan
nyeri
NIC: manajemen
nyeri

MK: Intoleransi Aktivitas


Intoleransi
aktivitas

Diagnosa: Resiko Infeksi

berhubungan

berhubungan

dengan

dengan

kelemahan fisik

trauma

Data Subjektif:

Data Objektif :
terdapat luka post op hari

pasien

mengatakan

semua

kebetuhan ADL di bantu perawat

dan

keluarga Kekuatan otot 4- Pasien


Toleransi Aktivitas, daya

ada

Bantuan perawatan diri:

IADL, Manajemen energi,

steril, tidak

tanda-tanda infeksi,
ada

bengkak,

kemerahan,

panas, maupun

fungsiolesa,

tahan
NIC:

dengan kassa
tidak

lemas.
NOC:

pengeluaran cairan

maupun pus, luka di tutup

Data Objektiff:
ADL di bantu perawat

1.luka bersih, kering, tidak


ada

dan keluarga

jaringan.

Leukosit

12,4ribu/ul,Hemoglobin
10.2g/dl
NOC: kontrol resiko, kontrol
resiko:proses infeksi
NIC:
kontrol
infeksi,
perlindungan
infeksi

46 | P a g e

terhadap

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Brooker (2001), trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau
cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat. Trauma adalah
cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat,
1998). Prinsipprinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan Y
(Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability), E (Exposure). Pada
kasus di atas Tn. Y mengalami Trauma abdomen akibat tertimpa balok kayu
yang ia tebang. Masalah keperawatan yang timbul pada klien antara lain:nyeri
akut berhubungan dengan agen injury fisik (luka post op hari 1), resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan, dan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan trauma jaringan.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.

47 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Terry,

Lee

Cynthia

dan

Aurora

Weaver.

2011.KeperawatanKritisEdisi1

.Yogyakarta: Rapha Publishing.


Suddarth& Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
FKUI.1995. Kumpulan KuliahIlmu Bedah. Jakarta: BinarupaAksara
Brooker, Christine. 2001. KamusSakuKeperawatan Ed.31. Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. KeperawatanMedikal-Bedah Brunner and Suddarth

Ed.8

Vol.3. : Jakarta: EGC


Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta

Snell, Richard. S. 2006.Anatomi KlinisuntukMahasiswaEdisi6 .EGC. Jakarta. hal.


173-210
Moore, Keith. L, Anne M. R. Agur. 2002.AnatomiKlinikDasar . Hiopokrates.Jakarta.Hal
80, 101, 105-106, 109-129
Terry, Lee Cynthia dan Aurora Weaver. 2011. Keperawatan Kritis Edisi 1 .
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Doenges Marilynn E, Rencana asuhan keperawatan,jakarta:EGC,2000
NANDA., 2012-2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification.
Philadelphia, USA.

48 | P a g e

NIC., Gloria, M. Bulechek, et al., 2008.Nursing Intervention Classification, 5th ed.


Mosby Elsevier, USA
NOC., Sue, Moorhead, et al., 2007. Nursing Outcomes Classification, 4th ed.
Elsevier, USA.

49 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai