Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH DIETETIKA LAN1UT

BEDAH DICES1IJE















DISUSUN OLEH :
ARYANCE DJOJAMI
LILIS SULISTIANI




PRODI DIII GIZI
STIKES KARYA HUSADA PARE - KEDIRI
2011/2012

KATA PENGANTAR

Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia Nya,
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah Dietetika Lanjut yang berjudul ' BEDAH
DIGESTIVE '. Makalah ini Kami selesaikan sebagai tugas Dietetika Lanjut.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Rodlia, S.Gz., selaku dosen pembimbing mata kuliah Dietetika Lanjut
2. Ibu Mirthasari Palupi, S.ST.,selaku dosen pembimbing mata kuliah Dietetika Lanjut
3. Seluruh teman yang telah memberikan dorongan moril kepada Kami serta rekan lainnya
yang tidak dapat Kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanIaat bagi pembaca umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri. Amin.




Pare, 30 September 2011
Penulis,

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ................................................................................................
DaItar isi .................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ....................................................................................
1.2Tujuan ..................................................................................................
1.3ManIaat ................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1DeIinisi Penyakit ..................................................................................
2.2Etiologi.................................................................................................
2.3Gejala Klinis.........................................................................................
2.4 PatoIisiologi .........................................................................................
2.5 Penegakan Diagnosis ............................................................................
2.6 Penatalaksanaan....................................................................................
2.6.1 Penatalaksanaan Medis ................................................................
2.6.2 Penatalaksanaan Diet ...................................................................
BAB 3 PENYELESAIAN KASUS NCP ..........................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Ilmu bedah dideIinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran yang berkaitan dengan
pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau
operasi.

Pembedahan pada dasarnya merupakan tindakan invasive yang akan merusak struktur
jaringan tubuh, dimana pada masa setelah operasi terjadi suatu Iase metabolisme baik
anabolisme maupun katabolisme (Riou et al, 1992). Pasien yang menjalani operasi beresiko
mengalami malnutrisi akibat menjalani puasa, stress operasi, dan peningkatan metabolisme
yang terjadi (Pennington, et al. 2000).
Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah (Bistrian, 1974).
Satu survai populasi pasien bedah disebuah rumah sakit pendidikan mendapat 1 dari 5 pasien
mengalami PEM (Pattigrew, 1984). Pada pasien bedah umum dengan penyakit
gastrointestinal mayor, 1 dari 2 sampai 3 pasien memperlihatkan bukti PEM, walaupun
derajatnya mungkin ringan dan tidak bermakna klinis (Hill, 2000).

Malnutrisi akan menyebabkan gangguan pada semua sistem dan organ tubuh. Sehubungan
dengan kondisi klinisnya, seringkali penderita tidak dapat mengkonsumsi makanan yang
diberikan kepadanya, atau makanan yang dikonsumsinya tidak mencukupi kebutuhannya.
Selain menurunkan daya tahan dan mempermudah inIeksi, keadaan malnutrisi juga dapat
menyebabkan komplikasi lain seperti luka yang sukar sembuh, hipoproteinemia edema
anasarka, gangguan motilitas usus, gangguan enzim dan metabolisme, kelemahan otot, atau
hal-hal lain yang semuanya memperlambat penyembuhan pasien (Makhmudi,2005).
Nutrisi perioperatiI adalah nutrisi yang diberikan pada pra bedah , durante, dan pasca bedah.
Tujuan nutrisi perioperatiI adalah untuk mencapai hasil yang optimal dari operasi, dan
mengurangi morbiditas operasi diantaranya inIeksi luka operasi, penyembuhan luka,
pneumonia, dan sepsis. Nutrisi pada bedah digestiI, harus lebih diperhitungkan lagi karena
disamping Iaktor pembedahan itu sendiri, juga karena yang dibedah adalah organ-organ
pencernaan, sebagai alat mencerna dan menyerap makanan .

1.2TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
O Untuk mengetahui deIinisi bedah digestive.
O Untuk mengetahui etiologi bedah digestive.
O Untuk mengetahui gejala klinis bedah digestive.
O Untuk mengetahui klasiIikasi bedah digestive.
O Untuk mengetahui penegakan diagnosis.
O Untuk mengetahui penatalaksanaan bedah digestive baik secara medis maupun diet.

1.3MANFAAT

O Bagi Penulis
Hasil penulisan makalah ini digunakan sebagai salah satu sumber pengetahuan tentang
bedah digestive.

O Bagi Institusi
Hasil penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai media inIormasi bagi institusi.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Bedah digestiI yaitu pembedahan yang dilakukan pada organ-organ pencernaan yang
mana itu berIungsi sebagai alat mencerna dan menyerap makanan. Jenis penyakit yang
memerlukan tindakan bedah digestive diantaranya adalah :

a. Trauma Abdomen
Trauma dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul. Akibat dari trauma
abdomen dapat berupa perIorasi ataupun pendarahan. Kematian karena trauma
abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan. Sebagian besar dapat
dicegah.
b. Abdomen Akut
Yaitu kelainan mendadak non traumatic yang timbul mendadak dengan gejala utama
didaerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah segera.
c. Apendisitis
Yaitu peradangan dari apendiks vermiIormis, dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 30 tahun.
d. Hernia
Yaitu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu deIek pada Iasia
dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara congenital atau didapat, yang
member jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Ada 2 jenis hernia :
O Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)
Yaitu hernia yang melalui annulus Inguinalis internus yang terletak disebelah
lateral vasa epigastrika inIerior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus.
O Hernia Inguinalis Medialis (Direk)
Yaitu hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inIerior didaerah yang dibatasi segitiga Hasselbach.
e. Ileus obstruktiI
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruktiI dibagi menjadi 2 :
O Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.
Yang terlibat hanya lumen usus, sedangkan pada strangulasi peredaran darah juga
terganggu dan dapat mengakibatkan nekrosis dinding usus.
O Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar.
Obstruksi dapat terjadi disetiap bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid.
I. PerIorasi
PerIorasi (perlubangan) alat-alat saluran pencernaan dibagi dalam :
O PerIorasi non trauma misalnya pada ulkus ventrikuli, tiIoid, dan apendisitis
O PerIorasi oleh trauma (tajam dan tumpul).
g. Pendarahan PerAnum
Usus besar dan anus adalah tempat penyakit yang cukup serius dan dalam tingkat
awal penyakit tidak menimbulkan keluhan yang berarti (asimtomatik). Yang
dimaksud dengan pendarahan disini adalah pendarahan yang segar dengan atau tanpa
disertai lendir, tidak termasuk melena dan hematoskesia yaitu pendarahan yang
berasal dari bagian esophagus, lambung, dan usus halus.

2.2 ETIOLOGI
a. Trauma abdomen
O Trauma tembus abdomen : disebabkan karena luka tembus abdomen yang biasanya
paling sering mengenai usus karena usus mengisi sebagian besar rongga abdomen
(missal : Tikam, bacok, tembak).
O Trauma tumpul abdomen : disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-
organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncompliant organ) seperti hati, limpa,
pancreas, dan ginjal.
b. Abdomen akut
Penyebab abdomen akut tersering adalah :
O Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri nonspesiIik, apendisitis, obstruksi usus
halus dan usus besar, hernia strangulate, perIorasi ulkus peptic, perIorasi usus,
diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve, kelainan inIlamasi usus, sindrom
Mallory weiss, gastroenteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.
O Kelainan pancreas : pancreatitis akut
O Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau uretenal, pieloneIritis akut, sistitis
akut, inIark renal.
O Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolesistitis akut, kolangitis akut, abses
hati, rupture tumor hepar, rupture spontan limpa, inIark limpa, kolik bilier,
hepatitis akut.
O Kelainan ginekologi: kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium terpuntir,
ruptur kista Iolikel ovarium. Salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
O Kelainan vaskular: ruptur aneurisma aorta dan viseral, iskemia kilitis akut,
thrombosis mesenterika.
O Kelainan peritoneal: abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.
O Kelainan retroperitoneal: perdarahan retroperitoneal.
c. Apendisitis
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
Iolikel limIoid, Iekalit, benda asing, striktur karena Iibrosis akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma.
d. Hernia
Disebabkan karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat
tekanan rongga perut yang meninggi.
e. Ileus obstruktiI
O Obstruksi usus halus : disebabkan oleh perlekatan usus, hernia, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus melalui
Iistula kolesisenterik.
O Obstruksi usus besar: Penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, kelainan
divertikuler, inIlamasi, tumor jinak, impaksiIekal, dan lain-lain.
I. PerIorasi
O PerIorasi nontrauma, misalnya :
- akibat volvulus gaster karena overdistensi dan iskemia
- Spontan pasca bayi baru lahir yang terimplikasi syok dan stress ulcer
- Ingesti aspirin, anti inIlamasi non steroid, dan steroid : terutama pada pasien
usia lanjut
- Adanya Iactor predisposisi : termasuk ulkus peptic
- PerIorasi oleh malignasi intraabdomen atau limIona
- Benda asing (misalnya jarum pentul)dapat menyebabkan perIorasi esophagus,
gaster, atau usus dengan inIeksi intraabdomen, peritonitis, dan sepsis.

O PerIorasi trauma (tajam atau tumpul), misalnya :
- Trauma iatrogenic setelah pemasangan pipa nasogastrik saat endoskopi.
- Luka penetrasi kedalam bagian dada bagian bawah atau abdomen (misalnya
tusukan pisau)
- Trauma tumpul pada gaster : trauma seperti ini lebih umum pada anak
daripada dewasa.
g. Perdarahan per anum
Penyebab perdarahan per anum pada umumnya adalah:
Pada dewasa: hemoroid, polipus ani, karsinoma, dan Iisura ani.
Pada anak-anak: polypus ani dan invaginasi.

2.3 GEJALA KLINIS
a. Trauma abdomen
O Trauma tembus abdomen
Trauma tembus dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila
mengenai organ yang berongga intra peritoneal. Rangsangan peritoneal yang timbul
sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersiIat kimia
sampai dengan kolon yang berisi Ieses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat
dan Iases paling lambat.

Bila perIorasi terjadi di bagaian atas, misalnya di daerah lambung, maka akan
terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis
hebat. Sedangkan bila bagaian bawah, seperti kolon, mula-mula tidak terdapat
gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang-biak baru
setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.

O Trauma tumpul abdomen
Adanya darah atau cairan usus akan menimbulkan rangsangan peritoneum berupa
nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas, dan kekakuan dinding perut. Adanya darah
dapat pula ditentukan dengan shiIting dullness, sedangkan adanya udara bebas
dapat diketahui dengan hilang atau beranjaknya pekak hati. Bising usus biasanya
melemah atau menghilang. Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih
didaerah bahu terutama sebelah kiri.

Pada luka tembak atau luka tusuk tidak perlu lagi dicari tanda-tanda peritonitis
karena ini merupakan indikasi untuk segera dilakukan laparatomi eksplorasi.
Namun pada trauma tumpul seringkali diperlukan observasi dan pemeriksaan
berulang karena tanda rangsangan peritoneum bisa timbul perlahan-lahan.

b. Abdomen akut
Keluhan yang menonjol ialah nyeri perut. Untuk menentukan penyebabnya, kita
harus mencari lokasi, jenis awitan, dan progresivitas, serta karakter nyeri. Perlu pula
dicari gejala lain yang berkaitan dengan nyeri, seperti muntah, konstipasi, diare, dan
gejala gastrointestinal yang spesiIik. Juga aspek lain yang berkaitan dengan riwayat
penyakit, riwayat menstruasi, riwayat pemakaian obat, riwayat penyakit keluarga,
dan riwayat melakukan perjalanan sebelumnya.

Keadaan umum dapat menunjukkan beratnya penyakit. Gejala sistemik biasanya
timbul pada kelainan lanjut atau progresiI yang berkaitan dengan abdomen akut,
misalnya ada demam atau tidak.

c. Apendisitis
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilicus dan
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 12 jam nyeri akan
beralih kekuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk.terdapat juga keluhan anoreksia.malaise, dan demam yang tidak terlalu
tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual,
dan muntah.

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap.
Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresiI,
dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri
maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan
lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, dan
obturator positiI, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.
d. Hernia
O Hernia Ingunalis lateralis (Indirek ) : umumnya pasien mengatakan turun berok,
burut, atau kelingsir, atau mengatakan adanya benjolan diselangkangan/
kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur,
dan bila menangis, mengejan, atau megangkat benda berat atau bila posisi
pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat
ditemukan nyeri.
O Hernia inguinalis medialis (direk ) : Pada pasien terlihat adanya massa bundar
pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena
besarnya deIek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
e. Ileus obstruktiI
O Obstruksi usus halus
Obstruksi sederhana : Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul
gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah Iekal walaupun
obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak diperut bagian atas. Obstruksi bagian tengan
atau distal menyebabkan kejang didaerah periumbilikal atau nyeri yang sulit
dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya Iase bebas
keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung
letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan
semakin Iekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Obstruksi disertai proses strangulasi : Gejalanya seperti obstruksi sederhana
tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu
diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
O Obstruksi usus besar
Obstruksi mekanis dikolon timbul perlahan lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa didaerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplet. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup
ileosekal mampu mencegah reIluks. Bila akibat reIluks isi kolon terdorong
kedalam usus halus,akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah Iekal akan
terjadi kemudian

I. PerIorasi
Gejala klinis perIorasi saluran cerna adalah nyeri yang datang tiba-tiba, nausea
dan muntah, deIans muscular, ileus paralitik, dan syok.
Gejala yang patognomonik adalah pneumoperitoneum dengan tanda klinis
berupa mengecil atau menghilangnya pekak hati, terdapatnya udara bebas antara
diaIragma dan hepar pada pemeriksaan radiologi.

g. Perdarahan per Anum
O Hemoroid : Tanda utama biasanya adalah pendarahan. Darah yang keluar
berwarna merah segar, tidak bercampur Ieses, dan jumlahnya bervariasi. Bila
hemoroid bertambah besar maka dapat terjadi prolaps.
O Polip kolorektal : Gejala utama adalah perdarahan per Anum bercampur
dengan lendir. Darah yang keluar berwarna terang atau gelap tergantung
lokasi polip dan perdarahan yang terjadi bersiIat intermiten. Disamping itu
umumnya sering disertai gangguan deIekasi yang sering dikacaukan dengan
gejala disentri amuba. Polip yang besar dapat menimbulkan tenesmus,
konstipasi, atau peningkatan Irekuensi buang besar. Beberapa polip
menghasilkan mucus yang keluar melalui rectum.
O Karsinoma kolon dan rectum : gejala tergantung lokalisasi, jenis keganasan,
penyebaran, dan komplikasi (perIorasi, obstruksi, dan perdarahan)
2.4 PATOFISIOLOGI
a. Trauma abdomen
O Perdarahan
O PerIorasi
O InIlamasi khusus (Pankreatitis pascatrauma)
b. Abdomen akut
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau tidak oleh pasien
tergantung pada nyeri itu sendiri. Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam
abdomen termasuk nyeri viseral, dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri
somatic). Nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan
berbentuk khas, sehingga nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut
biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan
berkeringat dan disertai Ienomena viseral yaitu muntah dan diare. Lokasi dari
nyeri abdomen bisa mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri
tersebut. Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari
tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari
nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
c. Apendisitis
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia Iolikel limIoid, Iekalit, benda asing, striktur karena Iibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limIe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi apendisitis akut Iokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

d. Hernia
O Hernia Ingunalis Lateralis (Indirek)
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada Ietus. Pada bulan ke- 8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
O Hernia inguinalis medialis (Direk)
Akibat peningkatan tekanan intra abdominal :
4 Konstipasi
4 Batuk kronik
4 Hiper-prostat

e. Ileus obstruktiI
Akumulasi isi usus, cairan dan gas terjadi di daerah diatas usus yang mengalami
obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorbs cairan dan merangsang
lebih banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan dalam
lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan
arteriola pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis,
dan akhirnya rupture, atau perIorasi dari dinding usus, dengan akibat peritonitis.
Muntah ruIluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan
kehilangan ion hydrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan
klorida dan kalium dalam darah, yang akhirnya mencetuskan alkalosis metabolic.
Dehidrasi dan asidosis yang terjadi kemudian, disebabkan karena hilangnya cairan
dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi.
I. PerIorasi
Dalam keadaan normal, lambung relatiI bersih dari bakteri dan mikroorganisme
lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang
mengalami trauma abdominal memiliki Iungsi gaster normal dan tidak berada
dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perIorasi gaster. Namun, mereka yang
sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko terhadap kontaminasi
peritoneal dengan perIorasi gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke rongga
peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak
ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal, peritonitis kimia
bertahap menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk
beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis bakterial kemudian.

Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang inIluks sel-sel inIlamasi akut.
Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inIlamasi,
membentuk Ilegmon (ini biasanya terjadi pada perIorasi usus besar). Hipoksia
yang diakibatkan di area memIasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan
menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada
peningkatan aktivitas Iagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan
membentuk abses, eIek osmotik, mengalirnya lebih banyak cairan ke area abses,
dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis general,
kegagalan multi organ, dan syok dapat terjadi.

g. Pendarahan PerAnum
O Hemoroid
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Beberapa Iaktor etiologi telah diajukan, termasuk
konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,
pembesaran prostat, Iibroma uteri, dan tumor rectum. Penyakit hati kronik
yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu
sistem portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik .
O Polip Kolorektal
Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus atau dubur yang
menonjol ke dalam usus atau dubur dan bisa berupa bukan kanker (benign)
atau kanker (ganas). Polyps bervariasi tergantung ukuran, semakin besar polip
semakin besar risiko menjadi kanker atau pra-kanker. Polyps mungkin
bertambah besar dengan atau tanpa sel induk. Dimana yang tanpa sel induk
lebih mungkin menjadi kanker daripada dengan sel induk. Adenomatous
polyps, yang terdiri terutama atas sel kelenjar yang ada dipermukaan dalam
usus besar, mungkin menjadi kanker (pra-kanker).
O Karsinoma kolon dan rectum
perubahan Iungsi mekanik, Iisik, dan biokimia normal, baik yang disebabkan
oleh penyakit, atau dihasilkan dari suatu sindrom yang abnormal pada kolon.

2.5 PENEGAKAN DIAGNOSIS
a. Trauma abdomen
O Trauma tembus abdomen
Pada trauma tembus, usahakan untuk memperoleh keterangan selengkap
mungkin, mengenai senjata yang dipakai, arah tusukan, atau pada trauma
tumpul harus diketahui bagaimana terjadinya kecelakaan. Namun kadang
terjadi kesulitan bila pasien dalam keadaan syok atau tidak sadar. Setelah
pasien stabil yaitu airway, breathing dan circulation stabil baru kita lakukan
pemeriksaan Iisik. Syok dan penurunan kesadaran dapat menimbulkan
kesulitan dalam pemeriksaan abdomen karena akan menghilangkan gejala
perut. Jejas di dinding perut menunjang terjadinya trauma abdomen.
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan color dubur untuk
mengetahui adanya cedera anorektal atau uretra, pemasangan kateter
dilakukan setelah dipastikan tidak terdapat cedera uretra dengan colok dubur,
dan pemasangan NGT untuk mengetahui adanya perdarahan saluran cerna
atas dan dekompresi lambung. Pemeriksaan penunjangnya adalah DPL,
UltrasonograIi, dan CT Scan.

O Trauma tumpul abdomen
Untuk membantu menentukan apakah ada perdarahan dapat dibantu dengan
menggunakan metode van lany dengan membandingkan leukosit/ mm
3
dengan
eritrosit/ mm
3
setiap setengah jam. Bla leukosit terus meningkat sedangkan
eritrosit menurun tanpa ada tanda-tanda radang, ini memberikan petunjuk
adanya perdarahan.
Pemeriksaan laboratorium yang menunjang adalah kadar hemoglobin,
hematokrit, leukosit, dan analisis urin. Tetapi yang terpenting adalah
monitoring gejala klinis oleh seorang dokter dengan seksama. Bila terjadi
perdarahan akan terjadi penurunan hemoglobin dan hematokrit dan bisa
disertai lekositosis. Bila meraguka harus dilakukan pemeriksaan serial.
Sedangkan adanya eritrosit didalam urine menunjang terjadinya trauma
saluran kencing. Kadar serum amylase 100 unit dalam 100 ml cairan abdomen
menunjang bahwa telah terjadi trauma pancreas.
Pemeriksaan radiologis yang biasa dilakukan adalah Ioto polos abdomen 3
posisi. Yang perlu diperhatikan adalah tulang vertebrata dan pelvis, benda
asing, bayangan otot psoas, dan udara bebas intra atau retroperitoneal.
Sedangkan IVP atau sistogram hanya dilakukan bila dicurigai adanya trauma
pada saluran kencing. Selain itu dapat juga dilakukan CT scan untuk
membantu menegakkan diagnosis pada trauma tumpul. Tindakan lainnya yang
eIektiI tetapi inIasiI adalah lavase peritoneal diagnostic, untuk mengetahui
adanya cairan intra abdomen dan jenisnya.
Tindakan lavase peritoneal adalah tindakan melakukan bilasan rongga perut
dengan memasukkan cairan garam Iisiologis sampai 1000 ml melalui kanul,
setelah sebelumnya pada pengisapan tidak ditemukan darah atau cairan.
Hasilnya positiI bila cairan yang keluar kemerahan, adanya empedu,
ditemukan bakteri atau eritrosit ~ 100.000/m
3
, leukosit ~ 500/m
3
, dan kadar
amylase ~100/100 ml.
Walaupun berbagai urutan penatalaksanaan trauma tumpul telah dijelaskan,
lavase peritoneal dan CT scan adalah prosedur diagnosis yang banyak
digunakan pada pasien tanpa indikasi laparatomi yang jelas.
b. Abdomen akut
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain pemeriksaan darah, urine,
dan Ieses. Sedangkan pemeriksaan radiologis adalah Ioto polos dada, Ioto polos
abdomen, angiograIi, pemeriksaan dengan kontras, ultrasonograIi (USG), CT
scan, endoskopi, parasentesis.
c. Apendisitis
Akan terjadi leukositosis ringan (10.000 20.000/ml) dengan peningkatan jumlah
netroIil. Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan
kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan barium enema, sedangkan pada
apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan. Pemeriksaan USG dilakukan bila
terjadi inIiltrate apendikularis.
d. Hernia
Perlu pemeriksaan cincin hernia. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan keatas
lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti Iasikulus spermatikus sampai ke annulus
inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien
diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan .
bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis
lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya aalah hernia
inguinalis medialis.
e. Ileus obstruktiI
Nilai laboratorim pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,
leukositosis, dan gangguan elektrolit.
Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak dan telentang dan lateral
dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami
dilatasi dengan air-Iluid level. Pemeriksaan kontras akan menunjukkan adanya
obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileus obstruktiI letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in loop) untuk
mencari penyebabnya. Periksa pula terjadinya hernia.
I. PerIorasi
Metode yang dapat dilakukan adalah : Ioto polos abdomen pada posisi berdiri,
ultrasonograIi dengan vesika urinaria penuh, CT-scan murni dan CT-scan dengan
kontras. Jika temuan Ioto Rontgen dan ultrasonograIi tidak jelas, sebaiknya
jangan ragu untuk menggunakan CT-scan, dengan pertimbangan metode ini dapat
mendeteksi cairan dan jumlah udara yang sangat sedikit sekali pun yang tidak
terdeteksi oleh metode yang disebutkan sebelumnya.
g. Perdarahan per Anum
O Hemoroid : dilakukan pemeriksaan dalam rectal secara digital dan dengan
anoskopi. Pada pemeriksaan rectal secara digital mungkin tidak ditemukan
apa-apa bila masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan
untuk melihat hemoroid interna yang tidak mengalami penonjolan. Pada
pemeriksaan ini kita tidak boleh mengabaikan pemeriksaan umum karena
keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti syndrome hipertensi
portal.
O Polip kolorektal : pada keadaan yang meragukan pemeriksaan dilanjutkan
dengan barium enema. Polip akan tampak berupa Iilling deIect berbentuk
bulat dengan batas tegas. Dianjurkan melakukan pemeriksaan dengan kontas
ganda (pneumokolon). Pemeriksaan yang paling dipercaya untuk melihat
polip adalah dengan kolonoskopi, dan polipektomi dapat dilakukan dalam
waktu yang bersamaan.
O Karsinoma kolon dan rectum : Pemeriksaan radiologis dengan barium enema
dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain.
Pemeriksaan khusus yang lain adalah Proktosigmoidoskopi, kolonoskopi,
sistoskopi.
2.6 PENATALAKSANAAN
2.6.1 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Trauma abdomen
O Trauma tembus abdomen
Hal umum yang perlu mendapat perhatian atasi dahulu ABC bila pasien
telah sabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri.
Pipa lambung, selain untuk diaknostik, harus segera di pasang untuk
mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter di
pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin.
Peningkatan nyeri di daerah abdomenmembutuhkan eksplorasi bedah.
Luka tembus dapat mengakibatkan renjatan berat bila mengenai
pembuluh darah atau hepar.
Penetrasi ke limpa,pancreas,utau ginjal biasanya mengakibatkan
pendarahan massiI, kecuali bila ada pembuluh darah yang
terkena.Pendarahan tersebut harus diatasi segera, sedangkan pasiien
yang tidak tertolong dengan resusitasi cairan harus menjalani
pembedahan segera.
Penatalaksanaan trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada
bagian bawah atau abdomen berbeda-beda. Namun semua ahli bedah
sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovelemia harus
menjalani eksplorasi bedah, tapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanda-
tanda sepsis hemodinamik stabil.
Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus diekplorasi
teerlebih dahulu.bila luka menembus peritoneum maka tindakan
laporatomi di perlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok,
hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan
rectum, adanya udara bebas intraperitoneal, dan levase peritoneal yang
positiI juga merupakan indikasi melakukan laporatomi. Bila tidak ada,
pasien harus di observasi selama 24-48 jam. Sedangakan pada pasien
luka tembak di anjurka agar dilakukan laporatomi.
O Trauma tumpul abdomen
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila
pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu
sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera di pasang
untik mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan
kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencinng dan menilai
urin.
Pada trauma tumpul, bila terdapat tanda kerusakan intra peritoneum
harus dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien di observasi
selama 24-48 jam.
Tidakan lapparotomi dilakukan untuk mengetahui organ yang
mengalami kerusakan. Bila terdapat pendarahan, tindakan yang harus
dilakukan adalah penghentian pendarahan. Sedangkkan pada organ
berongga, pennanganan kerusakan berkisar dari penutupan sederhana
sampai reseksi sebagian

b. Abdomen akut
Terminology abdomen akut telah banyak diketahui namun sulit untuk di
deIinisikan secara tepat. Tapi sebagai acuannya adalah kelainan traumatic yang
timbul mandadak dengan gejala utama di daerah abdomen dan memerlukan
tindakan bedah segera.
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis besar,
keadaan tersebut dapat dikelompokan dalam lima hal, yaitu :
1. Proses peradangan bacterial-kimiawi,
2. Obstruksi mekanis; seperti pada volvvulus, hernia, atau perleengketan,
3. Noeplasma/tumor; karsinoma, polypus, atau kehanilan ektopik,
4. Kelainan vaskuler; emboli, Trombeomboli, perIorasi, dan Iibrosis,
5. Kelainan congenital.

Adapun penyebab abdomen akut tersering adalah :
O Kelainan traktis gastrointestinal: nyeri nonspesiIik, apendisitis, obstruksi, obstruksi
usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perIorasi ulkus peptic, perIorasi usus,
diverticulitis, mecel, sindrom boerhaeve, kelainan inIlamasi usus, sindrom Mallory
weiss, gastroenteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.
O Kelainan pangkreas: penkreatitis akut.
O Kelainan traktus urinarius: kolik renal atau ureteral, pieloneIritis akut, inIark renal.
O Kalainan hati, limpa, dan trakus biliaris: kolesistesis akut, kolangitis akut, abses hati,
rupture tumor hepar, ruptur spontan limpa, inIark limpa, kolik bilier, hepatitis akut.
O Kelainan ginekologi: kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium terpuntir, rupture
kista Iolikel ovarium, salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
O Kelainan vaskular: rupture aneurisma aorta dan visceral, iskemia colitis akut, trobosis
mesenterika.
O Kelainan peritoneal: abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.
O Kelainan retroperitoneal: pendarahan retroperitoneal.

c. Apendisitis
1. Sebelum operasi,
a. Observasi
Dalam 8 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala timbulnya
apendisitis seringkali masi belum jelas. Dalam keadaan ini obserIasi ketat perlu
di lakukan. Pasien di minta melakukan tirah bring dan di puasakan. LaksatiI tidak
boleh di berikan bila di curigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis
lainnya. Pemeriksaan aabdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leokosit dan
hitung jenis) di ulang secara periodic. Foto abdomen dan toraks tegak di lakukan
untuk mencari kemungkunan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis di tegakan dengan lokalisi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam
setalah timbulnya keluhan.
b. Intubasi bila perlu
c. Antibiotik
2. Operasi apendiktomi
3. Pascaoperasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan
di dalam, syaok, hipertermia, atau ganggun pernapasan. Angkat sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat di cegah. Baringkan
pasien dalam posisi Iolwer. Bila tidakan operasi lebih besar,misalnya pada perIrosi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai usus kembali normal.
Kemudian berikan minuman mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi
30ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
Satu hari pascaoperasi pasien di anjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2
x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari
ketujuh jahitan dapat di angkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4. Penatalaksanaan gawat non-operasi
Bila tidak ada Iasilitas bedah, di berikan penatalaksanaan seperti dalam peritonitis
akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda, dan kemungkinan
terjadinya komplikasi akan berkurang.
d. Hernia
- Hernia ingunalis lateralis
pada hernia iguinalis reponibilis dan irepobinilis dilakukan tindakan bedah
elektiI karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi
proses strangulasi tindakan badah harus dilakukan secepat mungkin sebelum
terjadinya nekrosit usus.
Prinsip terapi operatiI pada hernia iguinalis:
O Untuk memperoleh keberhasilan maka Iaktor-Iaktor yang menimbulkan
terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, tumor, asites,
dan lain-lain) dan deIek yang ada harus direkontruksi dan diaproksimasi
tanpa tegangan.
O Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan
diiligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi iguinal
normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan
mengecilkan cincin keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan hernia
orang dewasa, dasar iguinal juga harus direkontruksi. Cinci iguinal juga
dikecilkan. Pada wanita, cincin iguinal dapat ditutup total untuk mencagah
rekurenasi dari tempat yang sama.
O Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren ayng
terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung disebabkan oleh timbunya
kelemahan yng progresiI pada Iasia pasien. Rekurensi berulang setelah
repair berhati-hati yang dilakkan oleh seorang ahli menunjukan adanya
deIek dalam sinteis kolagen.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan hernioraIi. Pada bedah
eIektiI, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan
I-assiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang
kanalisiguinalis.
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah eIektiI. Cincin
hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila
vital dikembalikan ke rongga perut, sedangkan bila tidak,dilakukan reseksi dan
anastomosis end to end. Untuk Iasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin
hernia dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah
sakit dengan Iasilitas lebih lengkap.
- Hernia inguinalis medialis
Terapi deIinitiI adalah pembedahan. Kantong hernia tidak perlu dieksisi tetapi
cukup dikembalikan pada rongga perut. Kemudian perlu dilakukan perbaikan
terhadap kelemahan atau kerusakan dinding perut. Sebelum diperbaiki, dilihat
dulu keadaan anulus inguinalis interna untuk melihat kemungkinan adanya
hernia inguinalis literalis Iemoralis.
e. Ileus ObstruktiI
- Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi,
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Kemudian lakukan juga
resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah
keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.
- Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ organ vital
berIungsi secara memuaskan.
- Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup. Perlu di ingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
keadaan paralitik.
I. PerIorasi
Penatalaksanaan PerIorasi yang paling tepat adalah tindakan operatiI, dengan
mengatasi syok terlebih dahulu. Pada perIorasi ulkus ventrikuli :
- Bila keadaan pasien baik dilakukan reseksi primer lambung dan dilakukan
gastroenterostomosis
- Bila keadaan pasien tidak baik, dilakukan eksisi luka perIorasi dan penutupan
lubang sebaik baiknya. Dilanjutkan dengan eradikasi dari helikobakter. Untuk
yang tidak dapat dengan pengobatan diatas dilakukan operasi untk ulkusnya
yaitu vagotomi dan pilorplasty.
Demikian juga pada perIorasi tiIoid dilakukan laparatomi, Eksisi tepi luka, dan
ditutup primer. Pada apendisitis perIorasi dilakukan laparatomi, apendektomi.
Dan pencucian rongga abdomen secara utuh.
g. Pendarahan perAnum
O Hemoroid
Kebanyakan pasien dengan hemoroid (tingkat I dan II) dapat diobati dengan
tindakan local dan anjuran diet. Bila ada inIeksi berikan antibiotic per oral.
Bila terdapat nyeri yang terus menerus dapat diberikan supositoria atau salep
rectal untuk anastesi dan pelembab kulit. Untuk melancarkan deIekasi saja
dapat diberikan cairan paraIin atau larutan magnesium sulIat 10. Tindakan
bedah diperlukan bagi pasien dengan keluhan kronis dan hemoroid dengan
derajat tiga atau empat. Prinsip utama hemoroidektomi adalah eksisi hanya
pada jaringan yang menonjol dan eksisi konservatiI kulit serta anoderm
normal. Selain itu ada juga teknik bedah lain.
O Polip Kolorektal
Polip yang berukuran kecil dapat dihilangkan dengan kauter elektrik.
Sedangkan pada polip yang potensial menjadi ganas harus dilakukan eksisi dan
pemeriksaan histopatologis terutama pada pangkalnya. Polip yang terletak
dikolon sigmoid atau lebih atas lagi, sebaiknya diangkat dengan Iorsep biopsy
pans atau kauter elektrik melalui kolonoskopi. Laparatomi dilakukan bila
kolonoskopi tidak berhasil.
O Karsinoma kolon dan rectum
Pengobatan terpilih adalah operasi. Pada karsinoma kolon adalah reseksi lesi
dan kelenjar regional(en bloc). Kemoterapi diberikan sebagai ajuvan terapi.
Pada karsinoma rekti, pemilihan jenis operasi tergantung stadium klinis, lokasi
tumor, resktabilitas, dan keadaan umum pasien. Colok dubur sangat penting
untuk menentukan lokasi dan resktabilitas tumor.

2.6.2 PENATALAKSANAAN DIET
a. Diet Pra Bedah
Adalah pengaturan pola makan yang diberikan pada pasien yang akan
menjalani pembedahan.
Sesuai dengan jenis dan siIat pembedahan, diet pra bedah diberikan
dengan indikasi sebagai berikut :
O Pra bedah darurat atau cito
Sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu.
O Pra bedah berencana atau elektiI
- Pra bedah minor atau kecil elektiI, seperti tonsilektomi tidak
membutuhkan diet khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum
pembedahan. Sedangkan pada pasien yang akan menjalani
apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi, dan sebagainya
diberikan diet rendah sisa sehari sebelumnya.
- Pra bedah mayor atau besar elektiI seperti :
Pra bedah besar saluran cerna diberikan diet sisa rendah
selama 4-5 hari, dengan tahapan :
Hari ke-4 sebelum pembedahan diberikan makanan
lunak.
Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi makanan saring.
Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberi
Iormula enteral sisa rendah.
Pra bedah besar diluar saluran cerna diberi Iormula enteral
sisa rendah selama 2-3 hari. Pemberian makanan terakhir
pada prabedah besar dilakukan 12-18 jam sebelum
pembedahan, sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya.
b. Diet Pasca Bedah
Adalah makanan yang diberikan pada pasien setelah menjalani
pembedahan.
O Diet pasca bedah I
Diet ini diberikan kepada setiap pasien pasca bedah :
Pasca bedah kecil : setelah sadar atau rasa mual hilang
Pasca bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada
tanda tanda usus sudah mulai bekerja.
Cara memberikan makanan :
Selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang diberikan
berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan
cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat
mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan
makanan parenteral sesuai kebutuhan.

O Diet pasca bedah II
Diberikan pada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari diet pasca bedah I
Cara memberikan makanan :
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,
sirup, sari buah, sup, susu, dan pudding rata rata 8-10 kali
sehariselama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan
makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan dalam waktu
sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
Makanan yang tidak diperbolehkan : air jeruk dan minuman yang
mengandung karbon dioksida.

O Diet pasca bedah III
Diberikan pada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari diet pasca bedah II.
Cara memberikan makanan :
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.
Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan.
Makanan yang tidak dianjurkan : makanan dengan bumbu tajam
dan minuman yang mengandung karbon dioksida.

O Diet pasca bedah IV
Diberikan pada :
- Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca bedah I
- Pasien pasca bedah besar, setelah pasca bedah III
Cara memberikan makanan :
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali makan lengkap dan 1 kali makanan selingan.
Makanan yang tidak dianjurkan : makanan dengan bumbu tajam
dan minuman yang mengandung karbon dioksida.













BAB III
PENYELESAIAN KASUS MENGGUNAKAN ADIME (NCP)

KASUS :

Ny. LWE berusia 33 tahun, mempunyai TB 143 cm, BB tidak dapat diukur. Px mengalami
keluhan muntah muntah, dan nyeri tekan pada bagian perutnya. Px telah menjalani operasi/ post
operasi reseksi karena ileus obstruksi, luka operasi terlihat baik, pasien sudah bisa Ilatus dan
bising usus positiI normal.Hasil pemeriksaan :
- Leukosit 14.600/l
- Hb 7,9 g/dl
- PCV 24,6
- Trombosit 195.000/l
- Ureum 89,9 mg/dl
- Kreatinin 1,34 mg/dl
- Albumin 2,7 g/dl
- Tensi 130/80 mmHg
- Nadi 80x/menit
- Pernapasan 20x
Pasien juga mendapatkan cairan I.V berupa D5, 25 tetes/menit/makro
Diagnosa : post ops laparatomy karena ileus obstruksi (4 hari setelah operasi)
Recall : Energi 670 kal, Protein 12 gram, Lemak 27 gram, KH 125 gram




A D I M/E
A.Antropometri

Nama : Ny. LWE
Usia : 33 tahun
TB : 143 Cm
BB : -

BBI : (TB-100)
: 43 kg


.iokimia

- Leukosit 14.600/l
(N : 5000-10.000 l)
Tinggi

- Hb 7,9 g/dl
(N : 12-14 g/dl)
Rendah

- PCV 24,6

- Trombosit 195.000/l
(N : 150.000-400.000/l)
Normal

- Ureum 89,9 mg/dl
(N : 20-40 mg/dl)
Tinggi

- Kreatinin 1,34 mg/dl
P E S A.Perhitungan Energi dan Zat
Gizi

. 655 (9,6x (1,8xT
- (4,7xU
: 655 (9,6x43) (1,8x143)
(4,7x33)
: 655 412,8 257,4 155,1
: 1170,1 kkal

FA : 1,2
FS : 1,4

T . x FA x FS
: 1170,1 x 1,2 x 1,4
: 1965,77 kkal

ZAT GZ :

- Protein
: (20 x 1965,77)/4
: 98,29 gram


O Asupan makan
pasien
dimonitoring
setiap hari
O BB
dimonitoring
setiap 3 hari
sekali
O Pemeriksaan lab
dimonitoring
setiap 3 hari
sekali
O NC 1.4
Asupan
energi & zat
gizi kurang
dari
kebutuhan


O NC 2.2

Perubahan
nilai
laboratorium
yang terkait
gizi
OBerkaitan
dengan
penyakit
ileus
obstruktiI



OTerkait post
ops reseksi
karena ileus
obstruksi
O Ditandai
dengan
tingkat
konsumsi
kurang dari
kebutuhan.


O Ditandai
dengan Hb
rendah,
leukosit
tinggi, ureum
tinggi,
albumin
rendah.
(N : 0,5-1,5 mg/dl)
Normal

- Albumin 2,7 g/dl
(N : 4-5,2 g/dl)
Rendah

(Status Gizi :
MALNUTRISI SEDANG )

riteria Status gi:i memakai
al-umin .
- Malnutrisi Ringan (3,0
3,5 mg/dl)
- Malnutrisi sedang (2,1
3,0 mg/dl)
- Malnutrisi berat ( 2,1)


.Klinis

- Mengalami keluhan
muntah-muntah dan nyeri
tekan pada bagian
perutnya
- Px telah menjalani operasi
/post op reseksi karena
ileus obstruksi, luka
operasi terlihat baik, px

- Lemak
: (20 x 1965,77)/9
: 43,68 gram

- Karbohidrat
: (60 x 1965,77)/ 4
: 294,87 gram

. Tujuan Diet

Untuk mengupayakan agar status
gizi pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses
penyembuhan dan meningkatkan
daya tahan tubuh pasien, dengan
cara sebagai berikut :
-Memberikan kebutuhan dasar
(Cairan, energy, protein)
-Mengganti kehilangan protein,
glikogen, zat besi, dan zat gizi
lain.
-Memperbaiki ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan.
sudah bisa Ilatusdan
bising usus positiI normal.
- Nadi 80x/mnt
- Pernapasan 20x/mnt

D.Dietary

- #iwayat Gi:i Dahulu
(#GD


- #iwayat Gi:i
Sekarang(#GS

E : 670 kal
P : 12 g
L : 27 g
KH : 125 g

Tk onsumsi :

Asupan/Kebutuhan x100

E : 670/1965,77 x 100
: 34 (kurang)

P : 12/98,29 x 100
: 12,2 (kurang)

.Prinsip Diet

O Cukup Energi
O Tinggi protein
O Cukup lemak
O Cukup karbohidrat
O Cukup cairan
D.Syarat Diet

Syarat diet pasca bedah adalah
memberikan makanan secara
bertahap mulai dari bentuk cair,
saring, lunak, dan biasa. Pemberian
makanan dari tahap ketahap
tergantung pada macam
pembedahan dan keadaan pasien
seperti :
- Pasca bedah kecil
Makanan diusahakan secepat
mungkin kembali ke biasa atau
normal.
- Pasca bedah besar
Makanan diberikan secara hati-
L : 27/43,68 x 100
: 61,8 (kurang)

KH : 125/294,87 x 100
: 42,4 (kurang)


Kriteria Tingkat Konsumsi
Menurut Widya Karya
Pangan dan Gizi, 2002 :

- Lebih : ~ 100
- Normal : 80-100
- Kurang : 80


hati disesuaikan dengan
kemampuan pasien untuk
menerimanya.
Makanan yang tidak dianjurkan :
makanan dengan bumbu tajam dan
minuman yang mengandung karbon
dioksida.

E. Konseling Gizi

1.Tujuan
- Agar pasien dan keluarganya
tahu tentang diet pasca bedah
Laparatomy.
- Agar pasien dan keluarganya
mengerti tentang tujuan, prinsip
dan syarat diet pasca bedah.
- Agar Pasien dan kelurganya
mengerti tentang bahan makanan
yang boleh dan tidak boleh
diberikan kepada pasien
- Agar keluarga pasien termotivasi
untuk mematuhi diet yang
diberikan
- Agar keluarganya mampu
menerapkan pemberian makanan
yang baik bagi pasien.
2. Materi
- Pengertian diet pasca bedah
- Tujuan dan prinsip diet pasca
bedah
- Makanan Yang boleh dan tidak
boleh diberikan
3. Sasaran
Pasien dan keluarganya
4. Metode
Tanya jawab
5. Tempat
Ruang Mawar/14
6.Waktu
15 menit
7.Alat peraga
LeaIlet
8.Pelaksana
Mahasiswa PKL MAGK AKZI
Karya Husada Pare Kediri

Evaluasi Menanyakan kepada
pasien keluarganya apakah
sudah mengerti tentang
penjelasan yang diberikan .














O Kebutuhan
Energy : 1965,77 kal; P : 98,29 gram; L : 43,68 gram; KH : 294,87 gram
O Pasien mendapat cairan I.V berupa D5, 25 tetes/menit/makro
I.V makro : tetes x menit x 8 jam
15
: 25 x 60 x 8
15
: 800 ml/hari

Perhitungan Energi : sampul botol : 500 ml
E D 5 : 200 ml

Cairan : 800/500 x 200
: 320 kkal

Asupan dari makanan E : 1965,77 kkal 320 kkal 1645,77 kkal

- Protein - Karbohidrat
: (20 x 1645,77)/4 : (60 x 1645,77)/4
: 82,29 gram : 246,87 gram

- Lemak
: (20 x 1645,77)/9
: 36,57 gram

BAB IV
KESIMPULAN

O Bedah digestiI yaitu pembedahan yang dilakukan pada organ-organ pencernaan yang mana
itu berIungsi sebagai alat mencerna dan menyerap makanan. Jenis penyakit yang
memerlukan tindakan bedah digestive diantaranya adalah :
- Trauma abdomen
- Abdomen akut
- Apendisitis
- Hernia
- Ileus obstrultiI
- PerIorasi
- Pendarahan per Anum
O Persiapan pra bedah penting sekali untuk memperkecil risiko operasi karena hasil akhir
suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan pre
bedah
O Tujuan diet pasca bedah adalah agar status gizi pasien kembali normal, mempercepat proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memenuhi kebutuhan gizi,
mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi serta memperbaiki ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan. Pemberian makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring,
lunak dan biasa dan perpindahan pentahapan diet tergantung macam pembedahan dan
keadaan pasien.








DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. !enuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Anonymous. 2009. Nutrisi !erioperatif. Jakarta : Kuliah Gizi Klinik S2 Universitas Indonesia .
Diakses tanggal 30 September 2011
Brunner dan suddarth. 2002. uku Afar eperawatan Medical edah edisi 8. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC

Fakultas Kedokteran UI. 2000. apita Selekta edokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Hartono, Andry. 2005. Terapi Gi:i & Diet #umah Sakit. Yogyakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai