Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Trauma ginjal

Pengertian

Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering
terjadi.Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma
abdominal.Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ
penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan
organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul
yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.

Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh.Trauma ini
biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12.Jika terdapat
hematuria kausa trauma harus dapat diketahui.Laserasi ginjal dapat menyebabkan
perdarahan dalam rongga peritoneum.

Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis
trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin.Penanganan yang
efisien dengan tehnik resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan
untuk menjelaskan manajemen klinik yang tepat.Para radiologis memainkan peranan
yang sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang besar
dalam diagnosis dan stadium trauma.Lebih jauh, campur tangan dari radiologis
menolong penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi dengan
transkateter embolisasi.Sebagai bagian yang penting dar trauma, radiologi harus
menyediakan konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat
radiologis digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada
daerah abdominal.
B. MACAM - MACAM TRAUMA GINJAL

Macam - macam trauma ginjal itu antara lain :

1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat olahraga.
Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman. Trauma tumpul
dibedakan menjadi :
a. Trauma tumpul dan gross hematuria. Groos hamaturia merupakan
indicator terpecaya untuk mendeteksi adanya trauma urologi yang
serius. Kontusio ginjal dapat disertai groos hematuria, tapi avulse
pedikel atau thrombosis arteri segmental sering tanpa disertai
hematuria.
b. Trauma tumpul, microscopic hematuria dan syok. Mikroskopik
hematuria yang signifikan ( lebih dari 5 eritrosit/ lpb pada inisial
berkemih atau spesimen kateter ). Syok terjadi bila tekanan sistolik
kurang dari 90 mmHg selama transportasi atau di ruang gawat darurat.

Trauma tumpul dengan mikrohematuria dan tanpa syok sebagain besar


merupakan trauma ginjal minor.Jika ginjal mengalami luka berat, bisa terjadi
perdarahan hebat dan air kemih bisa merembes ke jaringan di sekitarnya. Jika ginjal
sampai terpisah dari tangkainya yang mengandung vena dan arteri, maka bisa terjadi
perdarahan hebat, syok dan kematian.

2. Trauma tajam
Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda tajam
misalnya : tusukan pisau , terkena tembakan .
C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari trauma ginjal antara lain :

1. Bengkak dan memar daerah pinggang ( swelling & bruising renal angle )
2. Distensi abdomen akibat penimbunan darah atau urine
3. Dapat terjadi ileus
4. Berkurangnya produksi air kemih
5. Bengkak tungkai, kaki atau pergelangan kaki
6. Nyeri pinggang hebat ( kolik )
7. Demam
8. Mual dan muntah

D. KOMPLIKASI

Komplikasi tercepat terjadi dalam 4 minggu setelah trauma dan termasuk


ekstravasasi urin dan bentuk urinoma, yang disertai perdarahan, infeksi urinoma
dan abses perinefrik, sepsis, fistula arteriovenous, pseudoanerysma dan
hipertensi . komplikasi yang lama termasuk hironefrosis, hipertensi, bentuk
kalkulus, dan pyelonefritis kronik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Human dan Moris didapatkan bahwa komplikasi lebih banyak ditemukan pasien
yang devaskularisasi dibandingkan dengan pasien yang vaskularisasi.
Komplikasi infeksi pada sistem urinari dan abses perinefrik umumnya didapatkan
pada pasien yang belum dilakukan pembedahan.

E. PATOFISIOLOGI

Pada pusat trauma utama, temukan cidera ginjal kurang dari 5% dari semua kasus
trauma yang ada. Trauma ginjal meliputi separuh dari seluruh kejadian trauma
traktus urogenitalis. Trauma tumpul merupakan kejadian yang tersering, sekitar 9
Kali dari jumlah trauma tajam. Ginjal terutama tergantung bebas pada lapisan
lemak didalam fasia Gerota. Ginjal terfiksasi di 2 tempat yaitu diureter dan pedikel
vascular. Karena lemahnya fiksasi, ginjal dengan mudah dislokasi Karena gaya
deselerasi dan junction atau tunika intima arteri renalis, sehingga akan terjadi
sumbatan total atau aselerasi yang mendadak. Dislokasi tersebut dapat
menyebabkan robeknya system collecting di ureterropelvic parsial pembuluh
darah. Contoh trauma deselerasi : jatuh dari ketinggian, trauma ekstensi - fleksi
yang berat seperti kecelakaan antara pejalan kaki dan sepeda motor. Secara
umum, semua trauma deselerasi harus dilakukan imaging walaupun tanpa disertai
hematuria.
1. Microscopic atau gross hematuria sesudah trauma tembus regio flank,
punggung atau trauma abdomen; atau luka tembak pada proyeksi ginjal.
Microscopic atau gross hematuria yang signifikan ( lebih dari 50 eritrosit/ lp ), atau
dengan trauma multi sistim sedang dan berat (tanpa melihat derajat hematuri)
kecurigaan adanya trauma ginjal harus dipikirkan, sehingga perlu dilakukan
imaging.

3. Trauma penyerta yang mengarah kemungkinan adanya trauma ginjal.


Trauma dan ekimosis regio flank, fraktur vertebra lumbal atau prosesus
transversus, fraktur iga 11- 12Pemeriksaan sinar X untuk ginjal dan saluran
kemih, misalnya urografi intravena dan CT scan, dapat secara akurat
menentukan lokasi dan luasnya cedera. Pengobatan diawali dengan langkah
untuk mengendalikan kehilangan darah dan mencegah syok. Diberikan cairan
intravena untuk menormalkan tekanan darah dan merangsang pembentukan
air kemih. Sedangkan untuk cedera ringan ( misalnya akibat terapi ESWL ),
dilakukan pengawasan ketat terhadap asupan cairan dan penderita menjalani
tirah baring.Cedera berat yang menyebabkan perdarahan hebat atau
kebocoran air kemih ke jaringan di sekitarnya seringkali harus diatasi dengan
pembedahan.Jika aliran darah ke ginjal berkurang, maka jaringan ginjal yang
normal bisa mati dan digantikan oleh jaringan parut.Hal ini bisa menyebabkan
tekanan darah tinggi yang terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa
bulan setelah terjadinya trauma. Biasanya jika terdiagnosis dan diobati
secara tepat dan cepat, maka sebagian besar trauma ginjal memiliki
prognosis yang baik.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologi
Sebagian besar trauma tumpul ginjal adalah derajat 1 ( kontusio ginjal ) yang
dapat sembuh spontan tanpa komplikasi lanjutan.

b. Intravenous Urography
Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat adanya ekstravasasi urin dan pada
trauma tajam untuk melihat alur peluru.pemeriksaan ini sangat akurat untuk
melihat adanya trauma ginjal.tetapi tidak sensitive dan spesifik untuk melihat
adanya cidera parenkim ginjal.
c. CT scan
Pada pasien yang stabil dapat dilakukan pemeriksaan yang sensitive dan
spesifik untuk menentukan laserasi parenkim, ekstravasasi urin, infark
segmental, dan melihat hematoma retroperitoneal atau cidera organ intra
abdomen yang lain ( hepar, limpa, pancreas, dan usus).

d. Ultrasonography
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk melihat adanya hemoperitoneum
pada trauma tumpul abdomen. Tapi tidak dianjurkan untuk mengevaluasi pada
trauma ginjal yang akut, mengingat terbatasnya visualisasi ginjal dan lebih
tergantung pada operator yang melakukan pemeriksaan.

e. Arteriograhy
Mempunyai peran selektif hanya untuk mengevaluasi dan terapi persistent
delayed renal bleeding atau symptomatic post traumatic arterio –venous
fistulas. Pemeriksaan sinar X untuk ginjal dan saluran kemih, misalnya urografi
intravena dan CT scan dapat secara akurat menentukan lokasi dan luasnya
cedera.

f. Pemeriksaan laboratorium

g. Pemeriksaan darah rutin

h. pemeriksaan kimia darah


pada stoke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai
250mg dalam serum dan kemudian berangsur- angsur turun kembali ( Jusuf
Misbach, 1999)

i. Pemeriksaan darah lengkap


Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri ( Linardi Widjaja, 1993 )

F. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data


tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien
( Nasrul Effendy, 1995 )
BAB II
C0NSEP MAPING

Trauma ginjal merupakan Trauma tajam Trauma tumpul Tanda & gejala
trauma pada sistem urologi tusukan benda kecelakaan
yang paling sering terjadi. 1. Bengkak dan memar
tajam misalnya kendaraan
daerah pinggang
tusukan pisau bermotor, terjatuh
( swelling & bruising
dan terkena atau trauma pada
renal angle )
tembakan saat berolahraga.
Kompilkasi
Luka tusuk pada 2. Distensi abdomen
disertai perdarahan, ginjal dapat karena akibat penimbunan
infeksi urinoma dan abses tembakan atau darah atau urine
perinefrik, sepsis, fistula tikaman
arteriovenous, Trauma traktus 3. Dapat terjadi ileus
pseudoanerysma dan
4. Berkurangnya
hipertensi
produksi air kemih
Ginjal Terfiksasi
5. Bengkak tungkai, kaki
Ureter atau pergelangan kaki

Nyeri Ginjal dislokasi


6. Nyeri pinggang hebat
vaskular
( kolik )

NOC : NIC: Sumbatan total / Aselerasi Gangguan 7. Demam


 Pain level  Mengkaji nyeri
 Pain control secara Eliminasi Urine
Kriteria hasil : komprehensif 8. Mual dan muntah
 Mampu ( Lokasi,
mengontrol nyeri karakteristik,
(tahu penyebab durasi,
nyeri, skala, frekuensi, dan Robekan system
kualitas)
intensitas,
frekuensi dan  Ajarkan pasien
colleting di Ketidakefektifan
tanda nyeri tentang teknik
relaksasi
ureteropelvic parsial perfusi Jaringan
 Mampu
menggunakan nonfarmakologi pembuluh darah perifer
tehnik relaksasi  Berikan
nonfarmakologi analgetik untuk
 Melaporkan mengurangi
nyeri
bahwa nyeri kolaborasikan
berkurang dengan dokter
 Kontrol
lingkungan
yang dapat Trauma Ginjal
mempengaruhi
nyeri

Inteloransi Aktivitas
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
            Keluhan utama atau alasan utama mengapa ia datang ke dokter atau ke rumah
sakit
            Adanya rasa nyeri : lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi,
faktor- faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
            Riwayat infeksi trauma urinarius:
§    Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menangani infeksi traktus
urinarius
§    Adanya gejala panas atau menggigil
§    Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil- hasil pemeriksaan
diagnostik renal atau urinarius.
            Gejala kelainan urinasi seperti disuria, hesitancy, inkontinensia
            Riwayat penyakit masa lalu, misal hematuria, nokturia, batu ginjal, Dm,
hipertensi, dll.
            Adanya riwayat lesi kongenital
            Adanya riwayat merokok
            Riwayat Penyalahgunaan obat dan alkohol
                                                                      
b. Pemeriksaan Fisik
       Inspeksi
      Mengkaji adanya gejala edema yang menunjukkan retensi cairan; daerah muka dan
ekstremitas dikaji secara khusus. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vulva, uretra, dan
vagina.
       Palpasi
      Pemeriksaan letak ginjal, pemeriksaan rektal, kelenjar prostat, pembesaran nodus
limfatikus, hernnia inguinal, atau femoral.
       Perkusi
      Penyakit renal dapat menimbulkan nyeri tekan atau ketuk pada daerah angulus
kostovertebralis yang terletak pada tempay iga ke-12 atau iga paling bawah.
       Auskultasi
Auskultasi kuadran atas abdomen dilakukan untuk mendeteksi bruit (suara vaskuler
yang dapat menunjukkan stenosis pembuluh arteri renal).
c. Pemeriksaan Penunjang
 Urinalisis
 Pemeriksaan Fungsi Ginjal
 Ultrasound (USG)
 Pemeriksaan Sinar X dan pencitraan lainnya
 Pemeriksaan Sistoskopi
 Brush Biopsy Ginjal dan Uretra
 Endeskopi Renal (Nefroskopi)
 Biopsi Ginjal

2. Diagnosa keperawatan
1.    Nyeri akut b/d trauma
2.    Gangguan eliminasi urine b/d agen cidera biologis
3.    Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
4.    intoleransi aktivtas b/d imobilisasi

3. Intervensi dan implementasi

DX.1 Nyeri akut b/d agen cidera biologis


NOC :
 Pain level
 Pain control
Kriteria hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri
 Mampu menggunakan tehnik relaksasi nonfarmakologi
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
NIC:
 Mengkaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan
kualitas)
 Ajarkan pasien tentang teknik relaksasi nonfarmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri kolaborasikan dengan dokter
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

Dx.2 Gangguan eliminasi urine b/d trauma

NOC:

 Urinary elimination
 Urinary Contiunence

Kriteria Hasil :

 Tidak ada residu urine >100-200cc


 Intake cairan dalam rentang normal
 Balance cairan seimbang

NIC:

 Monitor intake dan output


 Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
 Lakukan penilaian kemih yang komprehensif (misalnya, output urine, pola
berkemih, fungsi kognitif dan masalah kencing)

Dx.3 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

NOC:

 Circulation status
 Tissue perfusion : cerebral

Kriteria Hasil:

 Tekanan darah dalam rentang normal


 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
 Menunjukkan fungsi sensori motorik cranial yang utuh : tingkat kesadaran
baik

NIC:

 Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap


panas/dingin/tajam/tumpul
 Monitor ttv
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian analgetik
Dx.4 intoleransi aktivitas b/d imobilitas

NOC:

 Activity tolenrance
 Selfcare : ADLs

Kriteria hasil:

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,


nadi, dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs ) secara mandiri
 Ttv dalam rentang normal

NIC:

 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan


 Bantu untuk memilih aktivitas yang konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik
 Monitor respon fisik,emosi, sosial, dan spiritual
 Monitor ttv pasien
BAB III

PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENINGKATAN TEKANAN INTRAVESIKA URINARIA DENGAN

PERDARAHAN INTRAPERITONEAL AKIBAT TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

ABSTRAK

Diagnosis perdarahan intraperitoneal harus cepat dengan akurasi


yang tinggi, sebelum laparotomi eksplorasi akut . Penelitian inidilakukan
untuk mengetahui apakah pengukuran tekanan intravesical harus sebagai
indikator alternatif lavage peritoneal diagnostik di memprediksi perdarahan
intraperitoneal yang menunjukkan laparotomi eksplorasi akut .
Menggunakan eksploratif Cross Sectional Design.
 Hasil laparotomi eksplorasi yang digunakan sebagai standar untuk
menentukan keakuratan Diagnostic Peritoneal Lavage dan pengukuran
tekanan intravesical dalam memprediksi indikasi untuk laparotomi
eksplorasi . 18 dari 24 pasien memiliki hasil positif lavage peritoneal
diagnostik , tetapi perdarahan intraperitoneal aktif hanya ditemukan di 15
pasien , dengan nilai prediksi positif 83,33% , Nilai prediksi negatif 100 % .
Pengukuran tekanan intravesika urinaria dapat menjadi indikator
alternatif dari lavas peritoneal diagnostik pada cedera organ padat
akibat trauma tumpul abdomen. Dengan cara yang cepat, aman,
mudah dan murah tanpa memerlukan persiapan kamar operasi.
Prosedur pemeriksaan TIV tak akan merugikan penderitanya, bahkan
dapat mempersingkat waktu menuju ke terapi definitif.
Saran
Dengan demikian pengukuran tekanan intravesika urinaria dapat
dilakukan di PusKesMas tempat penderita pada saat awal dirawat,
sehingga bila diperlukan dapat segera dirujuk tanpa adanya penundaan.

Patut untuk disarankan bahwa masih diperlukan penelitian lanjutan


oleh karena jumlah n (sampel) pada penelitian ini masih sedikit. Prosedur
pemeriksaan TIV tak akan merugikan penderitanya, bahkan dapat
mempersingkat waktu menuju ke terapi definitive
Daftar pustaka
Departemen Kesehatan RI. (1995). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan atau Penyakit sistem Urogenital.Pusdiknas. Jakarta.
http://downloadaskepdonny.blogspot.com/2013/02/askep-pasien-dengan-trauma-
ginjal.html

1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
Nurarif, Amin Huda. (2011). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC. Medication publishing. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai