3.Menunjukan terjadinya
Anisokor O proses pnyembuhan luka
Diameter : O 1 mm O 2 mm
O 3 mm O 4 mm
4. Ekstremitas : Sensorik O Ya
O Tidak
Motorik O Ya
O Tidak
5. Kekutan Otot : 5 5
5 5
3.Dapat
mengekspresikan nyeri
lisan maupun isyarat
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa : Resiko Infeksi NOC
Faktor Resiko Trauma - immune status
Mata Jaringan (Misal., trauma, - knowledge : infection control
Fungsi Penglihatan : Fungsi penglihatan pasien detruksi jaringan) - risk control
terganggu akibat adanya benda asing di mata.
Setelah dilakukan NOC
Palpebra : Terbuka / Tertutup tindakan keperawatan
selama ..... x 24 jam tidak 1. Monitor tanda dan gejala
Ukuran Pupil : Isokor / Unisokor, tidak bulat pada ada resiko infeksi dengan infeksi sitemik dan lokal
iridodialisis, melebar pada rupture iris. KH.
2. instruksikan pasien untuk
Akomodasi : Isokor/ Unisokor, dapat terjadi 1. Klien bebas dari tanda minum antibiotik sesuai resep
pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan dan gejala infeksi
bola mata. 3 monitor kerentangan
2. menunjukan terhadap infeksi
Konjungtiva : Hiperemi konjungtiva kemampuan untuk
mencegah timbulnya
Sklera : Pada pasien dengan dengan kasus infeksi
corpus alienum mata biasanya akan mengalami
kemerahan. 3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
Edema Palpebra : Pada palpebra biasanya akan
mengalami spasme akibat adanya benda asing.
KONSEPMEDIS
1. PENGERTIAN
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis.
Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea,
dan konjungtiva. Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan mata
(mangunkusumo, 1988)
Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu, kuku,
dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan
iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya klien mengeluh adanya sensasi
benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel
kornea cedera karna kornea mengandung saraf sensori berada dibawah epitel. Klien juga
bisa mengalami epifora dan fotopobia. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi
beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola
mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola
mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda
asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian
mengeluarkannya.
2. ETIOLOGI
1. Benda logam
Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit(emas, perak, platina)
3. Benda insert
Adalah benda yang terdiri atas bahan bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata,
ataupun jika ada reaksinya sangat ringan dan tidak menganggu fungsi mata. Kadang kadang
benda insert memberikan reaksi magnit yang mungkin dapat mengganggu fungsi
penglihatan.
BAB II
PATOFISOLOGI
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini
menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang
diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai
akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur,
perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan
berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi
efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible rays)
dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.
PATHWAY
Kerusakan Terputusnya N. II
Resiko Injury Optikus
Kornea Resiko nutrisi kurang
Edema retina
dari kebutuhan tubuh
Perdarahan
Ablasia retina Prognosa buruk
Kerusakan
penglihatan
Integritas Jaringan
Penurunan visus
Perawatan diri
Perdarahan iris
Gangguan
Kelopak Mata
Hifema
Gangguan
kelopak mata Hifema tidak
berkurang
dalam 5 hari
Kelumpuhan
N. VII Mual
Muntah
Resiko Infeksi
KOMPLIKASI
1. Endoftalmitis
Endoftalmitis adalah peradangan pada sebagian dalam mata yang disertai dengan nanah
(Supuratif)
2. Panoftalmitis
Panoftalmitis adalah adanya abses pada seluruh mata bagian dalam.
3. Ablasio retina
Ablasio retina adalah diakibatkan adanya robekan di retina sehingga cairan masuk ke
belakang dan mendorong retina (reimatogen) atau penimbunan eksudat di bawah retina
sehingga retina terangkat. Lapisan sensorik dari retina lepas, akibat robekan atau lubang
di retina.
4. Pendarahan intraokular
Akibat adanya benda tajam yang masuk di mata (corpus alienum) sehingga terjadi
perdarahan di intraokular sehingga terjadi penurunan TIO mata. Normal TIO mata adalah
10 – 20 mmHg. Pemeriksaan TIO mata.
a. Secara palpasi (dengan ujung jari telunjuk dua tangan)
5. Ftisis bulbi
Ftisis bulbi adalah pengecilan atau pengerutan bola mata akibat Vitreus Humor (cairan
pembentuk bola mata) mengalami kerusakan atau robekan.
1. IRIGASI PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM MATA
Penanganan:
Kompres dingin 3 kali sehari.
2. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan
suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
Penanganan:
Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata
kortisol.
4. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini
merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
Komplikasi hifema:
a. Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut
kamera okuli anterior.
b. Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea,
sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
Penanganan terhadap imhibisi kornea:Tindakan pembedahan yaitu keratoplastik.
5. Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap
midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
6. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di
sebut dengan pseudopupil.
Penanganan:
Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya
operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
7. Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan. Penanganan secara konservatif
adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
10. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang
di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
13. Anopthalmus
Merupkan pengecilan pada mata yang disebabkan oleh trauma pada mata
a. Cedera Mekanis
Apabila terjadi cedera mekanik, oleh karena benda tumpul, tajam, ledakan atau benda
asing, sebaiknya segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD) terdekat, dengan mata
tertutup. Bila terasa klilipan debu / pasir penanganan di rumah dapat dirimbang (aliri /
air mengalir). Bila Tidak membaik, segera bawa ke UGD
1. Cedera Termal
Apabiula terkena Panas Segera kompres dengan air matang dingin dengan menggunakan
kapas.
3. Cedera Elektrik
Jauhkan dari sumber, kompres dengan air dingin dan segera bawa ke Rumah Sakit
3. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah pengangkatan corpus alienum pada mata dengan jalan operasi,
ekstraksi juga dapat dilakukan pada organ mata yang telah mengalami kerusakan.
1. Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan
diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa
intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian komplikasi
setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
BAB III
JURNAL OFTALMOLOGI
INTRALENTICULAR FOREIGN BODY IN PENETRATING INJURY
ABSTRACT
Correspondence : Laksono Bagus Sasmito, c/o: Department/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
602286.
PENDAHULUAN
Mata merupakan organ manusia yang terekspos langsung dengan dunia luar yang mau tidak
mau akan rentan rentan terhadap trauma dari luar dan tentu saja akan mengakibatkan penyulit
hingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma dapat berupa tumpul, tembus, kimia maupun
radiasi dimana hal ini dapat mengenai semua jaringan mata tergantung berat ringannya trauma yang
terjadi. Trauma yang terjadi bisa merusak jaringan mata juga bisa menyebabkan komplikasi
komplikasi lainyang mungkin terjadi akibat adanya benda asing yang tertinggal di di dalam bola
mata. Salah satunya adalah mengenai lensa, baik di dalam maupun di kapsula lensa.
Sekitar 5% dari semua benda asing dalam bola mata akibat trauma tembus mata terdapat
pada lensa mata. Dan dari kesemuanya, benda asing berupa tembaga menempati urutan terbanyak
yaitu sekitar 80-85%. Adanya tembaga sebagai benda asing juga menyebabkan komplikasi yang
tidaka ringan, karena tembaga termasuk benda asing dalam bola mata yang bisa menyebabkan
reaksi inflamasi yang berat.
Penangan benda asing dalam bola mata perlu memerhatikan banyak hal antara lain jenis
trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi dari benda asing , besar dan posisi
benda asing, serta apakah benda asing tersebut diekstraksi tanpa menimbulkan kesulitan untuk
perbaikan bola mata. Pemeriksaan dengan slit lamp merupakan sangat penting untuk melihat
adanya kelainan dari lensa serta kelainan kelainan lain yang menyertai seperti adanya prolap dari
vietrous ataupun yang lainnya. Pengambilan benda asing berupa tembaga dikategorikan sebagai
emergency basis, dimana bila tembaga tidak segera diambil akan menimbulkan deposisi dari
tembaga atau chalcosis. Perlu tidaknya pengangkatan lensa masih menjadi perdebatan tetapi banyak
ahli yang mengemukakan bahwa lensa tidak perlu diekstraksi bila tidak ada katarak yang terjadi dan
atau bila kapsul anterior maupun posterior masih utuh walaupun ad lesi tetapi lesi tersebut masih
bisa menunjukkan tanda tanda penyembuhan. Bila lensa diekstraksi pemilihan teknik tergantung
operator baik lensektomi, ECCE, ICCE, atau kebanyakn kasus dapat memilih melakukan
phakoemulsifikasi dengan mempertimbangkan kemungkinan komplikasi terjadinya komplikasi prolap
dari vietrous selama operasi.
TATALAKSANA KASUS
Seorang wanita umur 34 tahun rujukan dari RS Umum sidoarjo dengan trauma mekanik
tajam pada mata kanan dan didapatkan korpus alienum kawat tembaga diantara lensa dan iris. Dari
anamnesa didapatakan pasien terkena pentalan kawat tembaga dengan diameter ± 2 mm pada
waktu menggulung kumparan pompa air sejak 4 jam sebelum datang ke RSU Dr Sutomo. Pasien
mengeluh mata kanannya nyeri, silau, pandangan kabur dan mengeluarkan darah pada kelopak
matanya.
Dari pemeriksaan fisik di IRD RSU Dr sutomo didapatkan tajam penglihatan mata kanan 2
meter hitung jari dengan pinhole 6/20 sedangkan mata kiri 6/30 dengan pinhole 6/6. Penderita
memiliki riwayat memakai kacamata. Sedangkan tekanan intra okuli mata kanan sedikit lebih rendah
yaitu 12,2 mmHg dan mata kiri 17,3 mmHg. Dari pemeriksaan segment anterior mata kanan
didapatkan laserasi pada palpebra atas berupa titik dengan diameter ± 0.5 mm yang merupakan port
d’entry dari korpus alienum berupa serpihan kawat tembaga diantara lensa dan iris.
Penderita telah di MRS kan dengan pertimbangan akan dilakukan ekstraksi korpus alienum
dengan lokal anasthesi yang terencana. Selama di RS penderita mendapat terapi cefotaxiem injeksi 1
gr IV, ATS injeksi 1 ampul IM, dexamethasone injeksi 2x1 ampul IV, atropin tetes mata 2 dd gtt 1 OD
serta poly-neo-dexa tetes mata 4 dd gtt 1 OD.
Dilakukan ekstraksi korpus alienum dalam lensa yang diikuti dengan tindakan
phakoemulsifikasi dan pemasangan lensa tanam. Insisi kornea dilakukan dengan keratom pada jam 9
lalu dilakukan eksplorasi dimana didapatkan korpus alienum serpihan tembaga di dalam massa lensa
dengan kapsul anterior yang intak. Korpus alienum diekstraksi menggunakn utrata dan didapatkan
serpihan kawat tembaga sepanjang ± 1 cm. Setelah terambil maka dilakukan prosedur
phakoemulsifikasi serta pemasangan lensa tanam. Kornea di jahit 1 jahitan dengan nilon 10.0 simpul
ditanam.
Untuk terapi pasca operasi diberikan tetes mata 4 dd gtt 1 OD methly prednisolon 3x8 mg
(tappering off). Satu hari setelah operasi tajam penglihatan mata kanan membaik menjadi 6/20
dengan pinhole 6/6,6 dan pada segment anterior didapatkan subkonjungtiva bledding. Kornea jernih
dengan 1 jahitan pada jam 9 serta pupil midriasi akibat pemberian atropin. Penderita dibolehkan
pulang 2 hari setelah operasi dengan mendapatakan terapi tambahan methly prednisolon 3x8 mg
tappering off dan kontrol ke poli mata 3 hari sesudahnya. Setelah 2 bulan pasca operasi pada
segment anterior di dapatkan tanda tanda inflamasi serta pada pemeriksaan tajam penglihatan di
dapatkan 5/40 S-1.25 C-1.50 A 90°5/5.
DISKUSI
Penangan benda asing dalam bola mata perlu memerhatika banyak hal antara lain jenis
trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi dari benda asing, besar dan posisi
benda asing, serta apakah benda asing tersebut dapat diekstraksi tanpa menimbulakan kesulitan
untuk perbaikan struktur bola mata. Pemeriksaan dengan slit lamp merupakan sangat penting untuk
melihat adanya kelainan dari lensa serta kelainan kelainan lain yang menyertai seperti adanya prolap
dari vietrous ataupun yang lainnya.
Pada penderita ini didapatkan benda asing berupa kawat tembaga yang masuk dari kelopak
mata atas, menbus sklera dan berhenti di dalam lensa. Tidak ada robekan yang tampak pada kapsul
anterior maupun posterior, lensa masih terlihat jernih dan belum tampak adanya deposit.
Pengambilan benda asing berupa tembaga dikategorikan sebagai emergency basis, dimana
bila tembaga tidak segera diambil akan menimbulkan deposisi dari tembaga atau chalcosis. Perlu
tidaknya pengangkatan lensa masih menjadi perdebatan tetapi banyak ahli yang mengemukakan
bahwa lensa tidak perlu diekstraksi bila tidak ada katarak yang terjadi dan atau bila kapsul anterior
maupun posterior masih utuh walaupun ad lesi tetapi lesi tersebut masih bisa menunjukkan tanda
tanda penyembuhan. Bila lensa diekstraksi pemilihan teknik tergantung operator baik lensektomi,
ECCE, ICCE, atau kebanyakn kasus dapat memilih melakukan phakoemulsifikasi dengan
mempertimbangkan kemungkinan komplikasi terjadinya komplikasi prolap dari vietrous selama
operasi.
Pada penderita ini diputuskan untuk dilakukan pengambilan benda asing kawat tembaga,
karena lokasinya berada di dalam lensa maka harus dilakukan capsuloreksis untuk membuka kapsul
lensa baru kemudian dilakukan ekstraksi benda asing tersebut. Dilanjutkan dengan
phakoemulsifikasi dan pemasangan lensa tanam dengan power yang sesuai untuk rehabilitasi tajam
penglihatan.
Kasus dengan trauma tembus dengan adanya korpus alienum dalam lensa memerlukan
pengnangan yang cepat dan tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan baik bagi pasien
maupun operator. Mulai penegakan diagnosa sampai penanganan setelah operasi perlu
mendapatkan perhatian lebih dikarenakan sedikit kesalahan baik sebelum maupun setelah operasi
bisa menyebabkan kerusakan lebih jauh dari mata.
Agustina
Dyan Kurnia
Hairuddin
Fasri Triana