Anda di halaman 1dari 18

KONSEP PENGKAJIAN KEPERAWATAN

D. Disability Diagnosa: Kerusakan NOC


PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM MATA
Integritas Jaringan b/d - Wound healing : primary and
1. Tingkat Kesadaran : Pada pasien dengan Corpus Faktor Mekanik (misal., secodary intention
Pengkajian
Alienum biasanya Keperawatan
tidak Masalah Keperawatan
terdapat gangguan tekanan, - Tissue NOC DAN: skin
Integrity NICand
kesadaran kecuali ada komplikasi lain yang koyakan/robekan, friksi) mocus
menyertai
Setelah dilakukan NIC
2. Nilai GCS : E = Pada pasien dengan corpus tindakan keperawatan
alienum biasanya akan mengalami pembatasan atau selama .... x 24 tidak 1. Observasi luka : lokasi,
hilangnya sebagian pergerakan bola mata serta terdapat kerusakan dimensi, kedalaman luka,
reaksi pupil terhadap cahaya akan melambat atau integritas jaringan jaringan nekrotik, tanda-tanda
hilang. dengan KH. infeksi lokal, formasi traktus.

M=5 1. Perfusi jaringan 2. Ajarkan keluarga tentang


normal luka dan perawatan luka
V =6
2. Tidak ada tanda-tanda 3. lakukan tekhnik perawatan
3. Pupil : Isokor O infeksi luka dengan steril.

3.Menunjukan terjadinya
Anisokor O proses pnyembuhan luka

Respon Cahaya : +/- (pada pasien dengan corpus


alienum mata biasanya reaksi pupil terhadap cahaya
akan melambat atau hilang.

Diameter : O 1 mm O 2 mm
O 3 mm O 4 mm

4. Ekstremitas : Sensorik O Ya
O Tidak

Motorik O Ya
O Tidak

5. Kekutan Otot : 5 5
5 5

E. Exposure Diagnosa : Nyeri b/d NOC


Agen Injury Fisik - Pain level
1. Adanya trauma pada daerah : Pasien mengatakan - Pain cotrol
Mata kanannya terasa sakit dan nyeri. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan NIC.
2. Adanya jejas/luka pada daerah : Pasien selama ........ x 24 jam Pain management
mengatakan mata kanannya berdarah akibat nyeri berkurang dengan
tertusuk benda tajam yang tidak diketahui. KH : 1.1 kaji nyeri secara
komprehensif
3. Ukuran luka : 0,5 cm 1.Melaporkan tidak 1.2 ajarkan teknik
adanya nyeri relaksasi
4. Kedalaman Luka : 1,5 cm
2.Tidak adanya gangguan 1.3 berikan analgetik
5. Lain-lain : tidur karena nyeri

3.Dapat
mengekspresikan nyeri
lisan maupun isyarat
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa : Resiko Infeksi NOC
Faktor Resiko Trauma - immune status
Mata Jaringan (Misal., trauma, - knowledge : infection control
Fungsi Penglihatan : Fungsi penglihatan pasien detruksi jaringan) - risk control
terganggu akibat adanya benda asing di mata.
Setelah dilakukan NOC
Palpebra : Terbuka / Tertutup tindakan keperawatan
selama ..... x 24 jam tidak 1. Monitor tanda dan gejala
Ukuran Pupil : Isokor / Unisokor, tidak bulat pada ada resiko infeksi dengan infeksi sitemik dan lokal
iridodialisis, melebar pada rupture iris. KH.
2. instruksikan pasien untuk
Akomodasi : Isokor/ Unisokor, dapat terjadi 1. Klien bebas dari tanda minum antibiotik sesuai resep
pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan dan gejala infeksi
bola mata. 3 monitor kerentangan
2. menunjukan terhadap infeksi
Konjungtiva : Hiperemi konjungtiva kemampuan untuk
mencegah timbulnya
Sklera : Pada pasien dengan dengan kasus infeksi
corpus alienum mata biasanya akan mengalami
kemerahan. 3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
Edema Palpebra : Pada palpebra biasanya akan
mengalami spasme akibat adanya benda asing.

Keluhan : Klien mengatakan matanya terasa sakit


dan apabila digerakan akan terasa nyeri.
BAB I

KONSEPMEDIS

1. PENGERTIAN

Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis.
Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea,
dan konjungtiva. Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan mata
(mangunkusumo, 1988)

Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu, kuku,
dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan
iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya klien mengeluh adanya sensasi
benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel
kornea cedera karna kornea mengandung saraf sensori berada dibawah epitel. Klien juga
bisa mengalami epifora dan fotopobia. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi
beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola
mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola
mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda
asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian
mengeluarkannya.

2. ETIOLOGI

1. Benda logam

Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit(emas, perak, platina)

2. Bukan benda logam

Batu kaca, porselin, bahan pakaian, bulu mata

3. Benda insert

Adalah benda yang terdiri atas bahan bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata,
ataupun jika ada reaksinya sangat ringan dan tidak menganggu fungsi mata. Kadang kadang
benda insert memberikan reaksi magnit yang mungkin dapat mengganggu fungsi
penglihatan.
BAB II

PATOFISOLOGI

Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini
menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang
diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai
akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur,
perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.

Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan
berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi
efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible rays)
dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.

PATHWAY

Mekanik Non mekanik


Trauma tumpul Trauma kimia
Trauma tajam Trauma Termik (hipertermik)
Trauma benda asing Trauma radiasi

Trauma organ mata -> inflamasi -> pengeluaran media kimia

Kerusakan Kerusakan sudut Rangsang nosi


Perdarahan
Jaringan titik mata depan Recptor
merembes
sepanjang orbita
Spinal Cord
Erosi Penaikan tekanan
kornea bola mata
Hematoma (penaikan TIO) Informasi
Kelopak mata
cortex cerebral
Laserasi
Glaukoma Nyeri
Penglihatan kornea bagian
traumatika
kabur sentral
Mual muntah

Kerusakan Terputusnya N. II
Resiko Injury Optikus
Kornea Resiko nutrisi kurang
Edema retina
dari kebutuhan tubuh
Perdarahan
Ablasia retina Prognosa buruk
Kerusakan
penglihatan
Integritas Jaringan
Penurunan visus

Perawatan diri
Perdarahan iris
Gangguan
Kelopak Mata
Hifema

Gangguan
kelopak mata Hifema tidak
berkurang
dalam 5 hari
Kelumpuhan

N. VII Mual

Muntah

Kelopak mata tidak


membuka / menutup Ansietas
dengan sempurna

Resiko Infeksi
KOMPLIKASI
1. Endoftalmitis
Endoftalmitis adalah peradangan pada sebagian dalam mata yang disertai dengan nanah
(Supuratif)

2. Panoftalmitis
Panoftalmitis adalah adanya abses pada seluruh mata bagian dalam.

3. Ablasio retina
Ablasio retina adalah diakibatkan adanya robekan di retina sehingga cairan masuk ke
belakang dan mendorong retina (reimatogen) atau penimbunan eksudat di bawah retina
sehingga retina terangkat. Lapisan sensorik dari retina lepas, akibat robekan atau lubang
di retina.

4. Pendarahan intraokular
Akibat adanya benda tajam yang masuk di mata (corpus alienum) sehingga terjadi
perdarahan di intraokular sehingga terjadi penurunan TIO mata. Normal TIO mata adalah
10 – 20 mmHg. Pemeriksaan TIO mata.
a. Secara palpasi (dengan ujung jari telunjuk dua tangan)

b. Dengan tonometer Schiotz

c. Dengan tonometer aplanat

d. Dengan tonometer non kontak (NCT)

5. Ftisis bulbi
Ftisis bulbi adalah pengecilan atau pengerutan bola mata akibat Vitreus Humor (cairan
pembentuk bola mata) mengalami kerusakan atau robekan.
1. IRIGASI PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM MATA

Irigasi mata dilakukan untuk melakukan pembersihan konjungtiva mata. Di RS,


peralatan steril biasanya digunakan. Obat-obat unuk mata diberikan dalam bentuk cairan
atau salep. Tetes mata dibuat dalam plastik monodrips yang digunakan untuk memasukkan
sediaan obat. Salep biasanya dibuat dalam tabung kecil.
Semua tempat obat harus tercantum bahwa obat untuk penggunaan mata. Biasanya
sediaan steril digunakan, tapi teknik steril tidak selalu diindikasikan. Biasanya sediaan steril
digunaakn, tapi teknik steril tidak selalu diindikasikan. Cairan yang diresepkan biasanya
encer. Misalnya kepekatan kurang dari 1 %
Prosedur : memberikan irigasi dan instilasi mata
Peralatan:
1. Tempat steril untuk cairan irigasi (bengkok)
2. Cairan irigasi (biasanya 60 s/d 240 ml (2 s/d 8 oz) pada suhu 37 0 C (98,6 F) yang
sesuai
3. Spoit mata steril atau irigator mata (penetes mata dapat digunakan jika hanya
sejumlah kecil cairan yang diperlukan)
  4. Bola kapas steril
      5. Normal saline steril (NaCl 0,9%)
     6. Kain lembab
7. Duk steril
     8. Handscoon
9. Salep atau Obat tetes mata antibiotik
10. Plaster
Intervensi :

1)    Periksa resep pengobatan atau irigasi


      Cek resep dokter tentang sediaan, kepekatan dan jumlah tetesan juga perjelas (frekuensi
instilasi yang diminta dan mata yang mana yang dirawat). Singkatan seringkali digunakan
untuk mengidentifikasi mata OD (mata kanan), OS (mata kiri) dan OU (kedua mata) Pada
irigasi Cek jenis jumlah, suhu, kepekaan larutan dan frekuensi irigasi.
2)    Siapkan klien
      Jelaskan teknik kepada klien. Pemberian cairan atau obat irigasi mata biasanya tidak nyeri.
Salep seringkali menyejukkan mata, tapi beberapa sediaan cairan mungkin terasa perih
awalnya.     Bantu klien pada posisi yang menyenangkan, baik duduk atau berbaring.
Miringkan kepala klien pada mata yang diobati, dan pastikan bawah sumber cahaya tidak
menyilaukan mata klien. Kepala dimiringkan sehingga cairan akan mengalir dari mata ke
bengkok disampingnya, tidak kemata lain. Sumber cahaya diarahkan agar jauh dari mata.
Khususnya jika klien fotophobia. Tempatkan kain lembab untuk melindungi klien dan kain
sepresi, dan atur posisi bengkok pada pipi di bawah mata pada sisi yang diobati.
3)    Kaji mata
      Kaji mata adanya kemerahan, lokasi dan sifat dari berbagai kotoran, air, mata pembengkakan
kelopak mata atau kelenjar air mata. Catat adanya keluhan, misalnya gatal, terbakar, nyeri,
penglihatan kabur atau fotophobia. Observasi perilaku klien misalnya mengedip, berkedip
berlebihan, mengerutkan dahi atau menggosok mata.
4)    Bersihkan kelopak mata dan bulu mata
      Gunakan bola kapas steril yang lembab dengan cairan irigasi steril atau normal saline steril
dan usapkan dari kantus bagian dalam ke atas bagian luar, jika tidak keluar, benda pada
kelopak dan bulu mata dapat dicuci dalam mata. Pencucian pada bagian luar kantus
mencegah kontaminasi dari mata lain dan kelenjar air mata.
5)    Berikan irigasi atau obat mata
Pada irigasi :
      Perlihatkan konjungtiva bahwa dengan memisahkan kelopak mata dengan jari dan jari
telunju, atau untuk mengirigasi, pertama tahan kelopak mata ke bawah, kemudian tahan
kelopak mata atas. Gunakan tekanan pada tulang yang menonjol dari tulang pipi dan dekat
alis ketika menahan kelopak mata. Memisahkan kelopak mata mencegah refleks men gedip.
Penggunaan tekanan pada tulang yang menonjol mengurangi kemungkinan penekanan pada
bola mata dan menyebabkan rasa tidak nyaman. Isi dan pegang irigator sekitar 2,5 cm (1 in)
di atas mata. Pada ketinggian ini tekanan cairan tidak akan merusak jaringan mata dan
irrigator tidak akan menyentuh mata.Irigasi mata, arahkan cairan pada kantung konjungtiva
bawah dari kantus sebelah dalam keluar, mengarahkan cairan pada cara ini mencegah
kemungkinan injuri kornea dan mencegah cairan dan kontaminasi dari aliran ke bawah
kelenjar air mata.Irigasi sampai cairan yang meninggalkan mata bersih (tidak ada kotoran)
atau sampai semua cairan telah digunakan. Anjurkan klien untuk menutup dan
menggerakkan mata secara periodik. Penutupan dan pergerakan mata membantu
pergerakan pergerakan sekresi dari kantung konjunctiva atas ke bawah.
      Keringkan sekitar mata dengan bola kapas
Pada instilasi :
Cek sediaan mata seperti nama, kepekatan, jumlah tetesan jika cairan digunakan. Isap
jumlah tetes yang tepat ke dalam batang dari pengisap, jika pengisap digunakan. Jika salep
yang dipakai, buang butiran pertama. Cek obat perlu untuk mencegah kesalahan obat.
Butiran pertama dari salep dianggap terkontaminasi. Anjurkan klien untuk melihat ke atas
pada langit-langit. Berikan klien selembar tissue. Klien kemungkinan kecil untuk mengedip
jika melihat ke atas. Sambil klien melihat ke atas, kornea dilindungi sebagian dengan bagian
atas kelopak mata. Tissue diperlukan untuk menekan kelenjar lakrimalis setelah instilasi
cairan atau untuk menghapus kelebihan salep dari bulu mata setelah pasti di instilasi. Buka
kantong konjunctiva bawah dengan menempatkan ibu jari atau jari-jari tangan kanan pada
tulang pipi klien di bawah mata dan dengan hati-hati tarik ke bawah kulit pada pipi. Jika
jaringan edema, pegang jaringan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakannya.
Menempatkan jari-jari pada tulang pipi mengurangi kemungkinan menyentuh kornea,
menghindari adanya tekanan pada bola mata dan mencegah klien mengedip atau berkedip-
kedip. Gunakan pendekatan sisi, instilasi sejumlah obat yang tepat pada sepertiga luar dari
kantong konjunctiva bawah. Pegang penetes 1 sampai 2 cm (0,4 sampai 0,8 in) di atas
kantong. Klien kemungkinan kecil untuk mengedip jika pendekatan sisi digunakan. Jika
diinstilasi ke dalam kantong konjunctiva, tetesan tidak akan membahayakan kornea jika
diteteskan secara langsung. Penetes tidak boleh menyentuh kantong atau kornea atau
Pegang tabung di atas kantong konjunctiva bawah, tekan 3 cm (0,8 in) salep dari tabung ke
kantong konjunctiva bawah dari bagian dalam kantus keluar.   Anjurkan klien untuk menutup
mata tapi tidak menekannya untuk menutup. Menutup mata menyebarkan obat pada bola
mata. Penekanan dapat mengakibatkan injuri dan menekan keluar obat. Pada obat cair,
tekan dengan mantap atau klien menekan dengan mantap pada kelenjar nasolakrimalis
tidak 30 detik. Penekanan pada kelenjar air mata mencegah obat keluar dari mata dan ke
bawah kelenjar.
6)    Bersihkan kelopak mata jika diperlukan
      Usap kelopak mata dengan pelan-pelan dari dalam keluar kantus untuk mengumpulkan obat
yang berlebih
7)    Pasang alas mata jika diperlukan dan amankan dengan plester mata
8)    Kaji respon klien
      Kaji respon segera setelah instilasi atau irigasi dan ulangi setelah obat telah bekerja.
9)    Catat informasi yang relevan
      Catat pengkajian dan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan instilasi atau
irigasi, termasuk nama obat, kepekatan, jumlah tetesan cairan, waktu dan respon klien.

2. PENANGANAN GAWAT DARURAT PADA CORPUS ALIENUM MATA


1. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi
pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.

Penanganan:
Kompres dingin 3 kali sehari.

2. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan
suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.

3. Ruptura membran descement


Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit
menjadi jernih kembali.

Penanganan:
Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata
kortisol.

4. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini
merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:

a. Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.

b. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.


Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi
visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
Penanganan:
Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan
glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu
membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di
tutup dengan verband.

Komplikasi hifema:

a. Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut
kamera okuli anterior.

b. Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea,
sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
Penanganan terhadap imhibisi kornea:Tindakan pembedahan yaitu keratoplastik.

5. Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.

Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap
midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.

6. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di
sebut dengan pseudopupil.

Penanganan:
Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya
operasi untuk memfixasi iris yang lepas.

7. Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan. Penanganan secara konservatif
adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.

8. Subluksasio lentis- luksasio lentis


Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan
menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi
gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di
lakukan secara konservatif.

9. Hemoragia pada korpus vitreum


Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit
pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

10. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang
di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.

11. Ruptura sklera


Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.

12. Ruptura retina


Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di
lakukan operasi.

13. Anopthalmus
Merupkan pengecilan pada mata yang disebabkan oleh trauma pada mata

D. Penanganan Terhadap Cidera

a. Cedera Mekanis

Apabila terjadi cedera mekanik, oleh karena benda tumpul, tajam, ledakan atau benda
asing, sebaiknya segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD) terdekat, dengan mata
tertutup. Bila terasa klilipan debu / pasir penanganan di rumah dapat dirimbang (aliri /
air mengalir). Bila Tidak membaik, segera bawa ke UGD

b. Cedera Non mekanis

Bahan Kimia (Asam /Basa)


Sebagai langkah awal bias dilakukan irigasi sendiri dengan air mengalir. Selanjutnya
Bawa ke RS dengan mata tertutup.

1. Cedera Termal
Apabiula terkena Panas Segera kompres dengan air matang dingin dengan menggunakan
kapas.

2. Cedera Sinar las


Segera Tutup mata dengan kain yang sudah dibasahi air bersih dan bawa Ke UGD

3. Cedera Elektrik
Jauhkan dari sumber, kompres dengan air dingin dan segera bawa ke Rumah Sakit

3. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah pengangkatan corpus alienum pada mata dengan jalan operasi,
ekstraksi juga dapat dilakukan pada organ mata yang telah mengalami kerusakan.

1. Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan
diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa
intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut.  Kejadian komplikasi
setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.

2. Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang


menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang
kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini
kurang efektif pada katarak yang padat.

BAB III

JURNAL OFTALMOLOGI
INTRALENTICULAR FOREIGN BODY IN PENETRATING INJURY

Wimbo Sasono, Laksono Bagus Sasmito, Miftakhur Rochmah

Department of ophtalmology Medical faculty Airlangga University/Dr. Soetomo General Hospital


Surabaya

ABSTRACT

Objective: To report an unusual case and succesful management of intrlenticular foreign


body extraction followed by phacoemulsification and intraocular lens implantation in penetrating
injury patient. Methods : Case report, a thirty four years old woman was referred from Sidoarjo
general hospital with pentrating injury in the right eye pricked by copper wire 4 hours before coming
to the hospital. Visual acuity in right eye was finger counting in the 2 meters. Opthalmologi
examination showed vulnus ictum in the upper eyelid. Subconjunctivital hemorrhage and anterior
intralenticular yellowish foreign body was identified with slit-lampexamination. Patient was admitted
to the hospital for planning foreign body extraction with local anathesia. We had done intrlenticular
foreign body extraction followed by phacoemulsification procedure with intra ocular lens
implantation. Result : Best corrected visual acuity (BCVA) in the right eye improved as it became 5/5
with s-1.25 C-1.50 A 90°. Systemic steroid had been succesfully tappered off without any sign of
inflammation in the anterior segment until minimal dose (1X4 mg) as it was needed to control the
inflammation reaction. Conclusion : foreign body extraction followed by phacoemusification
procedure may give good result for penetrating injury with foreign body inside the lens.

Keyword : intralenticular foreign body, foreign extraction, phocoemulsification.

Correspondence : Laksono Bagus Sasmito, c/o: Department/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
602286.

PENDAHULUAN
Mata merupakan organ manusia yang terekspos langsung dengan dunia luar yang mau tidak
mau akan rentan rentan terhadap trauma dari luar dan tentu saja akan mengakibatkan penyulit
hingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma dapat berupa tumpul, tembus, kimia maupun
radiasi dimana hal ini dapat mengenai semua jaringan mata tergantung berat ringannya trauma yang
terjadi. Trauma yang terjadi bisa merusak jaringan mata juga bisa menyebabkan komplikasi
komplikasi lainyang mungkin terjadi akibat adanya benda asing yang tertinggal di di dalam bola
mata. Salah satunya adalah mengenai lensa, baik di dalam maupun di kapsula lensa.

Sekitar 5% dari semua benda asing dalam bola mata akibat trauma tembus mata terdapat
pada lensa mata. Dan dari kesemuanya, benda asing berupa tembaga menempati urutan terbanyak
yaitu sekitar 80-85%. Adanya tembaga sebagai benda asing juga menyebabkan komplikasi yang
tidaka ringan, karena tembaga termasuk benda asing dalam bola mata yang bisa menyebabkan
reaksi inflamasi yang berat.

Penangan benda asing dalam bola mata perlu memerhatikan banyak hal antara lain jenis
trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi dari benda asing , besar dan posisi
benda asing, serta apakah benda asing tersebut diekstraksi tanpa menimbulkan kesulitan untuk
perbaikan bola mata. Pemeriksaan dengan slit lamp merupakan sangat penting untuk melihat
adanya kelainan dari lensa serta kelainan kelainan lain yang menyertai seperti adanya prolap dari
vietrous ataupun yang lainnya. Pengambilan benda asing berupa tembaga dikategorikan sebagai
emergency basis, dimana bila tembaga tidak segera diambil akan menimbulkan deposisi dari
tembaga atau chalcosis. Perlu tidaknya pengangkatan lensa masih menjadi perdebatan tetapi banyak
ahli yang mengemukakan bahwa lensa tidak perlu diekstraksi bila tidak ada katarak yang terjadi dan
atau bila kapsul anterior maupun posterior masih utuh walaupun ad lesi tetapi lesi tersebut masih
bisa menunjukkan tanda tanda penyembuhan. Bila lensa diekstraksi pemilihan teknik tergantung
operator baik lensektomi, ECCE, ICCE, atau kebanyakn kasus dapat memilih melakukan
phakoemulsifikasi dengan mempertimbangkan kemungkinan komplikasi terjadinya komplikasi prolap
dari vietrous selama operasi.

TATALAKSANA KASUS

Seorang wanita umur 34 tahun rujukan dari RS Umum sidoarjo dengan trauma mekanik
tajam pada mata kanan dan didapatkan korpus alienum kawat tembaga diantara lensa dan iris. Dari
anamnesa didapatakan pasien terkena pentalan kawat tembaga dengan diameter ± 2 mm pada
waktu menggulung kumparan pompa air sejak 4 jam sebelum datang ke RSU Dr Sutomo. Pasien
mengeluh mata kanannya nyeri, silau, pandangan kabur dan mengeluarkan darah pada kelopak
matanya.

Dari pemeriksaan fisik di IRD RSU Dr sutomo didapatkan tajam penglihatan mata kanan 2
meter hitung jari dengan pinhole 6/20 sedangkan mata kiri 6/30 dengan pinhole 6/6. Penderita
memiliki riwayat memakai kacamata. Sedangkan tekanan intra okuli mata kanan sedikit lebih rendah
yaitu 12,2 mmHg dan mata kiri 17,3 mmHg. Dari pemeriksaan segment anterior mata kanan
didapatkan laserasi pada palpebra atas berupa titik dengan diameter ± 0.5 mm yang merupakan port
d’entry dari korpus alienum berupa serpihan kawat tembaga diantara lensa dan iris.

Penderita telah di MRS kan dengan pertimbangan akan dilakukan ekstraksi korpus alienum
dengan lokal anasthesi yang terencana. Selama di RS penderita mendapat terapi cefotaxiem injeksi 1
gr IV, ATS injeksi 1 ampul IM, dexamethasone injeksi 2x1 ampul IV, atropin tetes mata 2 dd gtt 1 OD
serta poly-neo-dexa tetes mata 4 dd gtt 1 OD.

Dilakukan ekstraksi korpus alienum dalam lensa yang diikuti dengan tindakan
phakoemulsifikasi dan pemasangan lensa tanam. Insisi kornea dilakukan dengan keratom pada jam 9
lalu dilakukan eksplorasi dimana didapatkan korpus alienum serpihan tembaga di dalam massa lensa
dengan kapsul anterior yang intak. Korpus alienum diekstraksi menggunakn utrata dan didapatkan
serpihan kawat tembaga sepanjang ± 1 cm. Setelah terambil maka dilakukan prosedur
phakoemulsifikasi serta pemasangan lensa tanam. Kornea di jahit 1 jahitan dengan nilon 10.0 simpul
ditanam.

Untuk terapi pasca operasi diberikan tetes mata 4 dd gtt 1 OD methly prednisolon 3x8 mg
(tappering off). Satu hari setelah operasi tajam penglihatan mata kanan membaik menjadi 6/20
dengan pinhole 6/6,6 dan pada segment anterior didapatkan subkonjungtiva bledding. Kornea jernih
dengan 1 jahitan pada jam 9 serta pupil midriasi akibat pemberian atropin. Penderita dibolehkan
pulang 2 hari setelah operasi dengan mendapatakan terapi tambahan methly prednisolon 3x8 mg
tappering off dan kontrol ke poli mata 3 hari sesudahnya. Setelah 2 bulan pasca operasi pada
segment anterior di dapatkan tanda tanda inflamasi serta pada pemeriksaan tajam penglihatan di
dapatkan 5/40 S-1.25 C-1.50 A 90°5/5.

DISKUSI

Penangan benda asing dalam bola mata perlu memerhatika banyak hal antara lain jenis
trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi dari benda asing, besar dan posisi
benda asing, serta apakah benda asing tersebut dapat diekstraksi tanpa menimbulakan kesulitan
untuk perbaikan struktur bola mata. Pemeriksaan dengan slit lamp merupakan sangat penting untuk
melihat adanya kelainan dari lensa serta kelainan kelainan lain yang menyertai seperti adanya prolap
dari vietrous ataupun yang lainnya.

Pada penderita ini didapatkan benda asing berupa kawat tembaga yang masuk dari kelopak
mata atas, menbus sklera dan berhenti di dalam lensa. Tidak ada robekan yang tampak pada kapsul
anterior maupun posterior, lensa masih terlihat jernih dan belum tampak adanya deposit.

Pengambilan benda asing berupa tembaga dikategorikan sebagai emergency basis, dimana
bila tembaga tidak segera diambil akan menimbulkan deposisi dari tembaga atau chalcosis. Perlu
tidaknya pengangkatan lensa masih menjadi perdebatan tetapi banyak ahli yang mengemukakan
bahwa lensa tidak perlu diekstraksi bila tidak ada katarak yang terjadi dan atau bila kapsul anterior
maupun posterior masih utuh walaupun ad lesi tetapi lesi tersebut masih bisa menunjukkan tanda
tanda penyembuhan. Bila lensa diekstraksi pemilihan teknik tergantung operator baik lensektomi,
ECCE, ICCE, atau kebanyakn kasus dapat memilih melakukan phakoemulsifikasi dengan
mempertimbangkan kemungkinan komplikasi terjadinya komplikasi prolap dari vietrous selama
operasi.

Pada penderita ini diputuskan untuk dilakukan pengambilan benda asing kawat tembaga,
karena lokasinya berada di dalam lensa maka harus dilakukan capsuloreksis untuk membuka kapsul
lensa baru kemudian dilakukan ekstraksi benda asing tersebut. Dilanjutkan dengan
phakoemulsifikasi dan pemasangan lensa tanam dengan power yang sesuai untuk rehabilitasi tajam
penglihatan.

Kasus dengan trauma tembus dengan adanya korpus alienum dalam lensa memerlukan
pengnangan yang cepat dan tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan baik bagi pasien
maupun operator. Mulai penegakan diagnosa sampai penanganan setelah operasi perlu
mendapatkan perhatian lebih dikarenakan sedikit kesalahan baik sebelum maupun setelah operasi
bisa menyebabkan kerusakan lebih jauh dari mata.

MAKALAH DAN JURNAL KEGAWATDARURATAN

CORPUS ALIENUM MATA


Disusun Oleh :

Agustina

Dyan Kurnia

Hairuddin

Fasri Triana

Taqiyuddin Akhmad Al-Hakim

Tri Roeyhan Noor

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH SAMARINDA


2014

Anda mungkin juga menyukai