Anda di halaman 1dari 10

1.

MATA KERING/DRY EYE berkurang setelah terapi atau timbul


komplikasi.
A. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan Pasien datang dengan keluhan mata 2. BUTA SENJA
terasa gatal dan seperti berpasir. Keluhan dapat
Keluhan Penglihatan menurun pada malam hari atau
disertai sensasi terbakar, merah, perih dan silau.
pada keadaan gelap, sulit beradaptasi pada cahaya yang
Pasien seringkali menyadari bahwa gejala terasa
redup. Pada defisiensi vitamin A, buta senja merupakan
makin berat di akhir hari (sore/malam).
keluhan paling awal.
Faktor Risiko :
1. Usia > 40 tahun Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
2. Menopause (Objective)
3. Penyakit sistemik, seperti: sindrom Sjogren,
sklerosis sistemik progresif, sarkoidosis, Pemeriksaan Fisik Dapat ditemukan tanda-tanda lain
leukemia, limfoma, amiloidosis, dan defisiensi vitamin A:
hemokromatosis
4. Penggunaan lensa kontak 1. Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral
5. Penggunaan komputer dalam waktu lama 2. Terdapat bercak bitot pada konjungtiva
3. Xerosis kornea
B. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang 4. Ulkus kornea dan sikatriks kornea
Sederhana (Objective) 5. Kulit tampak xerosis dan bersisik
6. Nekrosis kornea difus atau keratomalasia
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan.
1. Visus normal
2. Terdapat foamy tears pada konjungtiva Penegakan Diagnostik (Assessment) : Diagnosis Klinis
forniks Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
3. Penilaian produksi air mata dengan tes pemeriksaan fisik.
Schirmer menunjukkan hasil <10 mm
(nilai normal ≥20 mm). Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penegakan Diagnostik (Assessment) Penatalaksanaan


Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan
1.Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis
berdasarkan:
tinggi.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2.Lubrikasi kornea.
2.Tes Schirmer bila diperlukan
3.Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes
mata antibiotik.
Komplikasi
 Keratitis Konseling dan Edukasi
 Penipisan kornea
 Infeksi sekunder oleh bakteri 1. Memberitahu keluarga bahwa rabun senja
 Neovaskularisasi kornea disebabkan oleh kelainan mendasar, yaitu
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) defisiensi vitamin A dan retinitis pigmentosa.
2. Pada kasus defisiensi vitamin A, keluarga perlu
 Penatalaksanaan Pemberian air mata diedukasi untuk memberikan asupan makanan
buatan, yaitu tetes mata bergizi seimbang dan suplementasi vitamin A
karboksimetilselulosa atau sodium dosis tinggi.
hialuronat. Pemeriksaan Penunjang
Lanjutan Umumnya tidak diperlukan.

 Konseling & Edukasi Keluarga dan pasien


harus mengerti bahwa mata kering
adalah keadaan menahun dan pemulihan
total sukar terjadi, kecuali pada kasus
ringan, saat perubahan epitel pada
kornea dan konjungtiva masih reversibel.

 Kriteria Rujukan : Dilakukan rujukan ke


spesialis mata jika keluhan tidak
3. BENDA ASING DI KONGJUNTIVA 2. Medikamentosa : Antibiotik topikal (salep atau tetes
mata), misalnya Kloramfenikol tetes mata, 1 tetes setiap
Hasil Anamnesis (Subjective) 2 jam selama 2 hari
Keluhan Pasien datang dengan keluhan adanya benda Konseling dan Edukasi
yang masuk ke dalam konjungtiva atau matanya. Gejala
yang ditimbulkan berupa nyeri, mata merah dan berair, 1. Memberitahu pasien agar tidak menggosok
sensasi benda asing, dan fotofobia. matanya agar tidak memperberat lesi.
2. Menggunakan alat/kacamata pelindung pada saat
Faktor Risiko Pekerja di bidang industri yang tidak bekerja atau berkendara.
memakai kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda, 3. Menganjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan
pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait bertambah berat setelah dilakukan tindakan,
dengan bahan-bahan kimia (asam-basa). seperti mata bertambah merah, bengkak, atau
disertai dengan penurunan visus.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective) PENULISAN RESEP :
Pemeriksaan Fisik - Tetes pantokain 2% 1-2 tetes pada mata yang
terkena benda asing
1. Visus biasanya normal.
- Identifikasi benda asing menggunakan kaca
2. Ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan/atau
pembesar
bulbi.
- Ambil benda asing menggunakan jarum suntik
3. Ditemukan benda asing pada konjungtiva tarsal
32G atau lidi kapas (arah pengambilan dari
superior dan/atau inferior dan/atau konjungtiva
tengah ke tepi)
bulbi.
- Beri antibiotic topical :
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan melalui


anamnesis dan pemeriksaan fisis.

Diagnosis banding Konjungtivitis akut


4. KONJUNGTIVITIS
Komplikasi
Hasil Anamnesis (Subjective)
1. Ulkus kornea
2. Keratitis Terjadi bila benda asing pada Keluhan Pasien datang dengan keluhan mata merah, rasa
konjungtiva tarsal menggesek permukaan kornea mengganjal, gatal dan berair, kadang disertai sekret.
dan menimbulkan infeksi sekunder. Reaksi Keluhan tidak disertai penurunan tajam penglihatan.
inflamasi berat dapat terjadi jika benda asing
merupakan zat kimia. Faktor Risiko

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 1. Daya tahan tubuh yang menurun


2. Adanya riwayat atopi
Penatalaksanaan 3. Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang
tidak baik
1. Non-medikamentosa: Pengangkatan benda asing 4. Higiene personal yang buruk
Berikut adalah cara yang dapat dilakukan:
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
a. Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak (Objective)
1-2 tetes pada mata yang terkena benda asing.
b. Gunakan kaca pembesar (lup) dalam Pemeriksaan Fisik
pengangkatan benda asing.
c. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi 1. Visus normal
kapas atau jarum suntik ukuran 23G. 2. Injeksi konjungtival
d. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari 3. Dapat disertai edema kelopak, kemosis
tengah ke tepi. 4. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen,
e. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon atau purulen tergantung penyebab
Iodin pada tempat bekas benda asing.
5. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, mengoleskan obat, penderita harus mencuci
papil atau papil raksasa, flikten, membrane, atau tangannya bersih-bersih.
pseudomembran. 2. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-
sama dengan penghuni rumah lainnya.
Pemeriksaan Penunjang (bila diperlukan) 3. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan
sekitar.
1. Sediaan langsung swab konjungtiva dengan
perwarnaan Gram atau Giemsa Kriteria rujukan
2. Pemeriksaan sekret dengan perwarnaan biru metilen 1. Jika terjadi komplikasi pada kornea
pada kasus konjungtivitis gonore 2. Bila tidak ada respon perbaikan terhadap
pengobatan yang diberikan
Penegakan Diagnostik (Assessment)
RESEP OBAT :
Diagnosis Klinis Penegakan diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Klasifikasi - BAKTERI :
Konjungtivitis

1. Konjungtivitis bakterial: Konjungtiva hiperemis,


sekret purulen atau mukopurulen dapat disertai
membran atau pseudomembran di konjungtiva
tarsal. Curigai konjungtivitis gonore, terutama
pada bayi baru lahir, jika ditemukan
konjungtivitis pada dua mata dengan sekret
purulen yang sangat banyak.
2. Konjungtivitis viral: Konjungtiva hiperemis, sekret
umumnya mukoserosa, dan pembesaran kelenjar
preaurikular
3. Konjungtivitis alergi: Konjungtiva hiperemis,
riwayat atopi atau alergi, dan keluhan gatal.

Komplikasi : Keratokonjuntivitis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan Pemberian obat mata topikal

1. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes


sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata 3
kali sehari selama 3 hari.
2. Pada alergi: Flumetolon tetes mata dua kali
sehari selama 2 minggu.
3. Pada konjungtivitis gonore: Kloramfenikol tetes
mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap jam dan
suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap
hari sampai tidak ditemukan kuman GO pada
sediaan apus selama 3 hari berturut-turut. 5.PERDARAHAN SUBKONGJUNGTIVA
4. Pada konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5 Hasil Anamnesis (Subjective)
kali sehari selama 10 hari.
Keluhan
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
1. Pasien datang dengan keluhan adanya darah
Umumnya tidak diperlukan, kecuali pada kecurigaan pada sklera atau mata berwarna merah terang
konjungtivitis gonore, dilakukan pemeriksaan sediaan (tipis) atau merah tua (tebal).
apus dengan pewarnaan Gram 2. Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis
Konseling dan Edukasi yang berhubungan dengan perdarahan
subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sklera.
sebelum dan sesudah membersihkan atau
3. Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam 2. Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang
pertama setelah itu kemudian akan berkurang cukup tinggi dengan angka terjadinya
perlahan ukurannya karena diabsorpsi. perdarahan subkonjungtiva sehingga diperlukan
pengontrolan tekanan darah pada pasien dengan
Faktor Risiko hipertensi.
1. Hipertensi atau arterosklerosis Kriteria rujukan
2. Trauma tumpul atau tajam
3. Penggunaan obat, terutama pengencer darah Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke
4. Manuver valsava, misalnya akibat batuk atau spesialis mata jika ditemukan penurunan visus.
muntah
5. Anemia
6. Benda asing
7. Konjungtivitis

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


(Objective)

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan status generalis


2. Pemeriksaan

oftalmologi:

a. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan


warna merah terang (tipis) atau merah tua
(tebal).
b. Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan
umumnya 6/6, jika visus <6/6 maka dicurigai
terjadi kerusakan selain di konjungtiva
c. Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada 6.BLEFARITIS
setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma. Hasil Anamnesis (Subjective)

Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan Keluhan

Penegakan Diagnostik (Assessment) 1. Gatal pada tepi kelopak mata


2. Rasa panas pada tepi kelopak mata
Diagnosis Klinis Penegakan diagnosis berdasarkan 3. Merah/hiperemia pada tepi kelopak mata
anamnesis dan pemeriksaan fisik. 4. Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama
di sekitar dasar bulu mata
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan) 5. Kadang disertai kerontokan bulu mata
Penatalaksanaan (madarosis), putih pada bulu mata (poliosis), dan
trikiasis
1. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau 6. Dapat keluar sekret yang mengering selama
diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati. tidur, sehingga ketika bangun kelopak mata sukar
2. Pengobatan penyakit yang mendasari bila ada. dibuka

Pemeriksaan penunjang lanjutan Tidak diperlukan Faktor Risiko

Konseling dan Edukasi 1. Kelainan kulit, misalnya dermatitis seboroik


2. Higiene personal dan lingkungan yang kurang
Memberitahu keluarga bahwa: baik

1. Tidak perlu khawatir karena perdarahan akan Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
terlihat meluas dalam 24 jam pertama, namun (Objective)
setelah itu ukuran akan berkurang perlahan
karena diabsorpsi. Pemeriksaan Fisik

1. Skuama atau krusta pada tepi kelopak.


2. Bulu mata rontok.
3. Dapat ditemukan tukak yang dangkal pada tepi
kelopak mata.
4. Dapat terjadi pembengkakan dan merah pada
kelopak mata.
5. Dapat terbentuk krusta yang melekat erat pada
tepi kelopak mata. Jika krusta dilepaskan, bisa
terjadi perdarahan.

Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan

Penegakan Diagnostik (Assessment)


7.HORDEOLUM
Diagnosis Klinis : Penegakan diagnosis dilakukan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Masalah Kesehatan
Komplikasi Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Biasanya merupakan infeksi
- Blefarokonjungtivitis
Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Dikenal
- Madarosis
dua bentuk hordeolum internum dan eksternum.
- Trikiasis
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Penatalaksanaan Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita
blefaritis dan konjungtivitis menahun.
1. Non-medikamentosa
a. Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas Hasil Anamnesis (Subjective)
yang dibasahi air hangat
b. Membersihkan dengan sampo atau sabun Keluhan Pasien datang dengan keluhan kelopak
c. Kompres hangat selama 5-10 menit yang bengkak disertai rasa sakit. Gejala utama
hordeolum adalah kelopak yang bengkak dengan rasa
2. Medikamentosa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, serta
perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada
Apabila ditemukan ulkus pada kelopak mata, dapat kelopak mata
diberikan salep atau tetes mata antibiotik hingga gejala
menghilang. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective)
Konseling & Edukasi
- Pemeriksaan Fisik Oftalmologis Ditemukan
1. Memberikan informasi kepada pasien dan kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada
keluarga bahwa kulit kepala, alis mata, dan tepi perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal
palpebra harus selalu dibersihkan terutama pada rambut (hordeolum eksternum). Apabila sudah
pasien dengan dermatitis seboroik. terjadi abses dapat timbul undulasi.
2. Memberitahu pasien dan keluarga untuk - Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
menjaga higiene personal dan lingkungan.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Kriteria Rujukan
Diagnosis Klinis : Penegakan diagnosis dengan anamnesis
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke layanan dan pemeriksaan fisik.
sekunder (dokter spesialis mata) bila terdapat minimal
satu dari kelainan di bawah ini: Diagnosis Banding

1. Tajam penglihatan menurun 1. Selulitis preseptal


2. Nyeri sedang atau berat 2. Kalazion
3. Kemerahan yang berat atau kronis 3. Granuloma piogenik
4. Terdapat keterlibatan kornea
Komplikasi
5. Episode rekuren
6. Tidak respon terhadap terapi 1. Selulitis palpebra
2. Abses palpebra
RESEP OBAT :
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) seperti nyeri, erosi, infeksi, dan ulkus kornea. Data
mengenai tingkat prevalensi penyakit ini di Indonesia
Penatalaksanaan tidak ada. Dokter di pelayanan kesehatan primer harus
memiliki kompetensi menangani kasus trikiasis karena
1. Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15
pasien-pasien yang mengalami tanda maupun komplikasi
menit setiap kalinya untuk membantu drainase.
dari trikiasis sangat mungkin mencari pertolongan di
Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
layanan primer terlebih dahulu.
2. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau
pun dengan sabun atau sampo yang tidak Hasil Anamnesis (Subjective)
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan. Keluhan
Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal 1. Keluhan pasien dapat bermacam-macam,
ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. misalnya: mata berair, rasa mengganjal, silau bila
4. Hindari pemakaian make-up pada mata, karena terpapar cahaya, atau kelilipan. Penglihatan
kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi. dapat terganggu bila sudah timbul ulkus pada
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat kornea.
menyebarkan infeksi ke kornea. 2. Keluhan dapat dialami pada satu atau kedua
6. Pemberian terapi topikal dengan Oxytetrasiklin mata.
salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 3. Bila telah terjadi inflamasi, dapat timbul keluhan
8 jam. Apabila menggunakan kloramfenikol tetes mata merah.
mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam. 4. Terdapat riwayat penyakit yang berkaitan
7. Pemberian terapi oral sistemik dengan dengan faktor predisposisi, misalnya: blefaritis,
Eritromisin 500 mg pada dewasa dan anak sesuai trakoma, trauma mekanik atau kimiawi, herpes
dengan berat badan atau Dikloksasilin 4 kali zoster oftalmik, dan berbagai kelainan yang
sehari selama 3 hari. menyebabkan timbulnya sikatriks dan entropion.
5. Keluhan dapat dialami oleh pasien dari semua
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Tidak diperlukan kelompok usia.

Konseling & Edukasi : Penyakit hordeolum dapat Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga (Objective)
untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan.
1. Beberapa atau seluruh bulu mata berkontak
Rencana Tindak Lanjut : Bila dengan pengobatan dengan permukaan bola mata.
konservatif tidak berespon dengan baik, maka prosedur 2. Dapat ditemukan entropion, yaitu terlipatnya
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat margo palpebra ke arah dalam.
drainase pada hordeolum. 3. Bila terdapat inflamasi atau infeksi, dapat
ditemukan injeksi konjungtival atau silier.
Kriteria rujukan 4. Kelainan pada kornea, misalnya: abrasi, ulkus,
nebula / makula / leukoma kornea.
1. Bila tidak memberikan respon dengan
5. Bila telah merusak kornea, dapat menyebabkan
pengobatan konservatif
penurunan visus.
2. Hordeolum berulang
6. Bila terdapat ulkus pada kornea, uji fluoresein
RESEP OBAT akan memberi hasil positif.
7. Pemeriksaan harus dilakukan pada kedua mata,
terlepas dari ada tidaknya keluhan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis trikiasis ditegakkan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisis sebagaimana disebutkan sebelumnya.
8.TRIKIASIS Tes fluoresens dapat menunjukkan erosi atau ulkus
kornea.
Masalah Kesehatan
Diagnosis banding: Penyebab inflamasi lain pada mata
Trikiasis adalah kondisi di mana bulu mata
tumbuh mengarah ke dalam, yaitu ke arah permukaan Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
bola mata, sehingga dapat menggores kornea atau
Penatalaksanaan
konjungtiva dan menyebabkan berbagai komplikasi,
1. Non-medikamentosa Epilasi, yaitu pencabutan bulu aktifitas sehari-hari. Bila keluhan dirasakan amat
mata dengan pinset. Hal ini bertujuan mengurangi gejala parah, maka perlu dipikirkan diagnosis lain
dan mencegah komplikasi pada bola mata. Namun, bulu 4. Keluhan biasanya mengenai satu mata dan dapat
mata akan tumbuh kembali dalam waktu 4 – 6 minggu, berulang pada mata yang sama atau bergantian
sehingga epilasi perlu diulang kembali. 5. Keluhan biasanya bersifat akut, namun dapat
pula berlangsung beberapa minggu hingga
2. Medikamentosa Pengobatan topikal diberikan sesuai beberapa bulan
indikasi, misalnya: salep atau tetes mata antibiotik untuk 6. Dapat ditemukan gejala-gejala terkait penyakit
mengatasi infeksi. dasar, di antaranya: tuberkulosis, reumatoid
artritis, SLE, alergi (misal: eritema nodosum),
Konseling dan Edukasi
atau dermatitis kontak
1. Pasien perlu diinformasikan untuk menjaga
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
kebersihan matanya dan menghindari trauma
(Objective)
pada mata yang dapat memperparah gejala. 2
2. Dokter perlu menjelaskan beberapa alternatif Episkleritis terbagi menjadi dua tipe, yaitu nodular dan
pilihan terapi, mulai dari epilasi dan pengobatan simpel. Secara umum, tanda dari episkleritis adalah:
topikal yang dapat dilakukan oleh dokter di
pelayanan kesehatan primer hingga operasi yang 1. Kemerahan hanya melibatkan satu bagian dari
dilakukan oleh spesialis mata di layanan area episklera. Pada penyinaran dengan senter,
sekunder. Terapi yang akan dijalani sesuai tampak warna pink seperti daging salmon,
dengan pilihan pasien. sedangkan pada skleritis warnanya lebih gelap
dan keunguan.
Kriteria Rujukan 2. Kemerahan pada episkleritis disebabkan oleh
kongesti pleksus episklera superfisial dan
1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien,
konjungtival, yang letaknya di atas dan terpisah
dapat dilakukan rujukan ke layanan sekunder
dari lapisan sklera dan pleksus episklera
2. Bila telah terjadi penurunan visus
profunda di dalamnya. Dengan demikian, pada
3. Bila telah terjadi kerusakan kornea
episkleritis, penetesan Fenil Efedrin 2,5% akan
4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di
mengecilkan kongesti dan mengurangi
layanan sekunder
kemerahan; sesuatu yang tidak terjadi pada
9.EPISKLERITIS skleritis.
3. Pada episkleritis nodular, ditemukan nodul
Masalah Kesehatan kemerahan berbatas tegas di bawah konjungtiva.
Nodul dapat digerakkan. Bila nodul ditekan
Episkleritis merupakan reaksi radang pada dengan kapas atau melalui kelopak mata yang
episklera, yaitu jaringan ikat vaskular yang terletak di dipejamkan di atasnya, akan timbul rasa sakit
antara konjungtiva dan permukaan sklera. Penyakit ini yang menjalar ke sekitar mata.
termasuk dalam kelompok “mata merah dengan 4. Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal.
penglihatan normal”. Tidak ada data yang spesifik 5. Dapat ditemukan mata yang berair, dengan
mengenai tingkat insiden episkleritis di Indonesia. sekret yang jernih dan encer. Bila sekret tebal,
Episkleritis umumnya terjadi pada usia 20-50 tahun dan kental, dan berair, perlu dipikirkan diagnosis lain.
membaik dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. 6. Pemeriksaan status generalis harus dilakukan
Umumnya, episkleritis bersifat ringan, namun dapat pula untuk memastikan tandatanda penyakit sistemik
merupakan tanda adanya penyakit sistemik, seperti yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis,
tuberkulosis, reumatoid artritis, dan systemic lupus seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE,
erythematosus (SLE). eritema nodosum, dermatitis kontak. Kelainan
sistemik umumnya lebih sering menimbulkan
Hasil Anamnesis (Subjective)
episkleritis nodular daripada simpel.
Keluhan

1. Mata merah merupakan gejala utama atau satu-


satunya
2. Tidak ada gangguan dalam ketajaman
penglihatan
3. Keluhan penyerta lain, misalnya: rasa kering,
nyeri, mengganjal, atau berair. Keluhan-keluhan
tersebut bersifat ringan dan tidak mengganggu
Penegakan Diagnosis (Assessment) : Diagnosis dapat 10.HIPERMETROPIA RINGAN
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis
sebagaimana dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Masalah Kesehatan

Diagnosis banding: Hipermetropia (rabun dekat) merupakan keadaan


gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar
1. Konjungtivitis jauh tidak cukup kuat dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina. Kelainan ini menyebar merata
2. Skleritis Cara membedakan episkleritis dengan skleritis di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.
adalah dengan melakukan tes Fenil Efrin 2,5% (tetes
mata), yang merupakan vasokonstriktor. Pada Hasil Anamnesis (Subjective)
episkleritis, penetesan Fenil Efrin 2,5% akan mengecilkan
kongesti dan mengurangi kemerahan (blanching / Keluhan
memucat); sedangkan pada skleritis kemerahan
1. Penglihatan kurang jelas untuk objek yang dekat.
menetap.
2. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) kuat pada penggunaan mata yang lama dan
membaca dekat. Penglihatan tidak enak
Penatalaksanaan (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama
bila melihat pada jarak yang tetap dan
1. Non-medikamentosa diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu
yang lama, misalnya menonton TV dan lain-lain.
a. Bila terdapat riwayat yang jelas mengenai
3. Mata sensitif terhadap sinar.
paparan zat eksogen, misalnya alergen atau
4. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan
iritan, maka perlu dilakukan avoidance untuk
pseudomiopia. Mata juling dapat terjadi karena
mengurangi progresifitas gejala dan mencegah
akomodasi yang berlebihan akan diikuti
rekurensi.
konvergensi yang berlebihan pula.
b. Bila terdapat gejala sensitifitas terhadap cahaya,
penggunaan kacamata hitam dapat membantu. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective)
2. Medikamentosa
- Pemeriksaan Fisik
a. Episkleritis simpel biasanya tidak membutuhkan
- Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
pengobatan khusus.
- Pemeriksaan refraksi dengan trial lens dan trial
b. Gejala ringan hingga sedang dapat diatasi
frame
dengan tetes air mata buatan.
c. Gejala berat atau yang memanjang dan Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
episkleritis nodular dapat diatasi dengan tetes
mata kortikosteroid, misalnya: Prednisolon 0,5%, Penegakan Diagnostik (Assessment) : Diagnosis Klinis
Deksametason 0,1%, atau Betametason 0,1%. Penegakan diagnosis dengan anamnesis dan
d. Episkleritis nodular yang tidak membaik dengan pemeriksaan refraksi.
obat topikal, dapat diberikan anti-inflamasi non-
steroid (NSAID), misalnya Ibuprofen. Komplikasi

Konseling dan Edukasi 1. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat


pasien selamanya melakukan akomodasi
Dokter perlu memberikan informasi kepada pasien 2. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot
mengenai penyakit yang dideritanya, serta memberikan siliar pada badan siliar yang akan mempersempit
reassurance dan informasi yang relevan, di antaranya sudut bilik mata
tentang natur penyakit yang ringan, umumnya 3. Ambliopia
selflimited, dan hal-hal yang pasien dapat lakukan untuk
menyembuhkan penyakitnya. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

RESEP OBAT : Penatalaksanaan Koreksi dengan lensa sferis positif


terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik.

Konseling dan Edukasi : Memberitahu keluarga jika


penyakit ini harus dikoreksi dengan bantuan kaca mata.
Karena jika tidak, maka mata akan berakomodasi terus
menerus dan menyebabkan komplikasi.
Kriteria rujukan : Rujukan dilakukan jika timbul 1. Membaca dalam cahaya yang cukup dan tidak
komplikasi. membaca dalam jarak terlalu dekat.
2. Kontrol setidaknya satu kali dalam setahun untuk
RESEP OBAT pemeriksaan refraksi, bila ada keluhan.

Kriteria rujukan

1. Kelainan refraksi yang progresif


2. Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi
atau tidak ditemukan ukuran lensa yang
memberikan perbaikan visus
3. Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.

12.ASTIGMATISME

Masalah Kesehatan : Astigmatisme adalah keadaan di


mana sinar sejajar tidak dibiaskan pada satu titik fokus
yang sama pada semua meridian. Hal ini disebabkan oleh
kelengkungan kornea atau lensa yang tidak sama pada
berbagai meridian.

Hasil Anamnesis (Subjective) : Keluhan Pasien biasanya


datang dengan keluhan penglihatan kabur dan sedikit
11.MIOPIA RINGAN distorsi yang kadang juga menimbulkan sakit kepala.
Pasien memicingkan mata, atau head tilt untuk dapat
Miopia ringan adalah kelainan refraksi dimana melihat lebih jelas.
sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibiaskan ke titik fokus di depan Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
retina. (Objective)

Hasil Anamnesis (Subjective) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum biasanya baik.


Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart akan
Keluhan Penglihatan kabur bila melihat jauh, menunjukkan tajam penglihatan tidak maksimal dan
mata cepat lelah, pusing dan mengantuk, cenderung akan bertambah baik dengan pemberian pinhole.
memicingkan mata bila melihat jauh. Tidak terdapat
riwayat kelainan sistemik, seperti diabetes mellitus, Penegakan Diagnostik (Assessment)
hipertensi, serta buta senja.
Diagnosis Klinis Penegakan diagnosis dilakukan
Faktor Risiko : Genetik dan faktor lingkungan meliputi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan refraksi. Tajam
kebiasaan melihat/membaca dekat, kurangnya aktivitas penglihatan akan mencapai maksimal dengan pemberian
luar rumah, dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. lensa silindris.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana Diagnosis Banding Kelainan refraksi lainnya.
(Objective)
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) :Penatalaksanaan
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan visus dengan Snellen Penggunaan kacamata lensa silindris dengan koreksi yang
Chart sesuai.

Penegakan Diagnostik (Assessment) : Diagnosis Klinis Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Tidak diperlukan.
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
Konseling dan Edukasi : Memberitahu keluarga bahwa
pemeriksaan refraksi.
astigmatisma merupakan gangguan penglihatan yang
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) : dapat dikoreksi.
Penatalaksanaan Koreksi dengan kacamata lensa sferis
Pasien perlu dirujuk ke layanan sekunder bila:
negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan
terbaik 1. koreksi dengan kacamata tidak memperbaiki
visus, atau
Konseling dan Edukasi
2. ukuran lensa tidak dapat ditentukan (misalnya
astigmatisme berat).
13.PRESBIOPIA Konseling & Edukasi

Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan 1. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa
dengan usia dimana penglihatan kabur ketika melihat presbiopia merupakan kondisi degeneratif yang
objek berjarak dekat. Presbiopia merupakan proses dialami hampir semua orang dan dapat dikoreksi
degeneratif mata yang pada umumnya dimulai sekitar dengan kacamata.
usia 40 tahun. Kelainan ini terjadi karena lensa mata 2. Pasien perlu kontrol setiap tahun, untuk
mengalami kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memeriksa apakah terdapat perubahan ukuran
berubah bentuk. lensa koreksi.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

1. Penglihatan kabur ketika melihat dekat.


2. Gejala lainnya, setelah membaca mata terasa
lelah, berair, dan sering terasa perih.
3. Membaca dilakukan dengan menjauhkan kertas
yang dibaca.
4. Terdapat gangguan pekerjaan terutama pada
malam hari dan perlu sinar lebih terang untuk
membaca.

Faktor Risiko : Usia lanjut umumnya lebih dari 40 tahun.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


(Objective)

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan refraksi untuk penglihatan jarak


jauh dengan menggunakan Snellen Chart
dilakukan terlebih dahulu.
2. Dilakukan refraksi penglihatan jarak dekat
dengan menggunakan kartu Jaeger. Lensa sferis
positif (disesuaikan usia - lihat Tabel 1)
ditambahkan pada lensa koreksi penglihatan
jauh, lalu pasien diminta untuk menyebutkan
kalimat hingga kalimat terkecil yang terbaca pada
kartu. Target koreksi sebesar 20/30.

Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan

Penegakan Diagnostik (Assessment) : Diagnosis Klinis


Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) :


Penatalaksanaan Koreksi kacamata lensa positif

Tabel 4.1 Koreksi lensa positif disesuaikan usia

Anda mungkin juga menyukai