Anda di halaman 1dari 7

RESUME KEPERAWATAN

PADA TN ” S” DENGAN DIAGNOSA medis


Corpus alineum kornea
DI RUANGAN POLI MATA
RSU tk 11 PELAMONIA

Wiwik mardianty marsyam, s,kep


D. 19. 07. 063

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Corpus alineum kornea adalah bahan asing atau di kornea, biasanyalogam,
kaca, atau bahan organik.Corpus alineum kornea umumnya merupakan kategori
trauma mata ringan. Partikel kecil dapat menetap di epitel kornea ataustroma,
terutama ketika diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan besar.
Corpus alienum dapat memicu inflamasi, sehingga pterjadi vasodilatasi
sekitarnya dan diikuti edema kelopak, konjungtiva, dan kornea. Leukosit juga
dapat dibebaskan, berakibat pada segmen anterior dan / atau menginfiltrasikornea.
Jika tidak dihapus, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan / ataunekrosis
jaringan.
2. ETIOLIGI
Corpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk
keadaan darurat mata. Kadang-kadang, benda asing mungkin tidak tampak
padasaat pemeriksaan, kecuali setelah meninggalkan abrasi kornea residual
dengan rasa sakit yang dihasilkan.
Superficial Corpus alineum kornea jauh lebih umum dari pada copusalineum
kornea yang profunda. Kemungkinan sebuah benda asing intraocular harus selalu
di pertimbangkan ketika pasien menyajikan dengan riwayat trauma.
3. FAKTOR RESIKO
Pada corpus alienum kornea mirip dengan cedera traumatis lainnya,kejadian
pada laki-laki jauh lebih tinggi dari pada wanita. Insiden puncak ditemukan dalam
dekade kedua dan umumnya terjadi pada orang yang lebih muda dari 40 tahun.
4. PATONEGESIS
Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa disengaja.
Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superficial atau dalam
(intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan kayu, logam,
plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada cuaca dengan
angin kencang atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin. Benda
asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan memerlukan perhatian
khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi
serta bersifat antigenik yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh
sebab itu pada pasien seperti ini harus dilakukan follow up ketat untuk komplikasi
infeksi.
Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma.
Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi
dilatasi pembuluh darah di sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva,
dan kornea. Jika tidak segera dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi
Dan atau nekrosis jaringan.
Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam
lapisan stroma kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama faseinisial, sel
epitel dan stroma pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-sel neutrofil
mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusisitokin ke
posterior (camera okuli anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion.Toksin dan
enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri yang pada
umumnya dijumpai adalah Streptococcus, Pseudomonas, Enterobactericeae, dan
Staphylococcus Sp.
5. MANIFESTASI KLINIS
Korpus alienum kornea merupakan kejadian trauma tumpul yang mengenai
kornea. Adapun gejala klinis yang ditimbulkan bergantung pula dengan
mekanisme trauma yang terjadi. Berikut ini adalah tiga hal yang dapat terjadi
apabila terjadi trauma tumpul pada kornea :
a. Edema korneaTrauma tumpul yang keras atau cepat dapat mengakibatkan
edema padakornea bahkan sampai mengakibatkan ruftur pada membran
descement.Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan
terlihat seperti pelangi disekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.
b. Erosi korneaErosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea
yang di sebabkan karena gesekan keras pada permukaan kornea. Pada erosi
epitel pasien akan mengeluhkan nyeri sekali karena akibat erosi merusak
kornea yang memiliki banyak serat sensibel, keluhan mata berair,
blefarospasme,lakrimasi, fotofobia dan penglihatan akan terganggu dengan
media kornea yang keruh. Pada erosi kornea hasil uji fluoreseins akan
berwarna hijau. Untuk kasus erosi, perlu diperhatikan tanda-tanda infeksi
yang timbul kemudian.
c. Erosi kornea rekurenKeadaan terjadinya erosi yang berulang akibat epitel
tidakdapatbertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel untuk menutup
permukaan korneakarena terjadinya pelepasan membrane basal epitel.
Membran basal epitel yang rusak akan kembali dalam waktu 6 minggu.
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi,dan
mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Benda asing yang terletak
di permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti usapan
cottonbud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc atau menggunakan
magnet. Setiap pasien dengan benda asing di kornea dilakukan dengan langkah-
langkah penatalaksanaan awal sebagai berikut:
a. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.
b. Berikan anestesi topikal pada mata yang terkena.
c. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril.
d. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.
e. Cobalah menggunakan jarum halus.
f. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp.
g. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.
h. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.
i. Berikan analgetik topikal.
j. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea
7. KOMPLIKASI
a. Rust ring
Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi, onsetnya 2-4
jam pertama dan komplit dalam 8 jam. Dapat dibuang dengan bantuan slit lap
menggunakan jarum halus ataupun burr.
b. Infeksi kornea
Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus
dan jaringan parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang
agresif dan penanganan dokter mata lebih lanjut.
c. Perforasi bola
mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan tinggi bisa juga
telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi
pembedahan.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas pasien
Nama
Umur
Suku/ bangsa
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit: Jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa,
tindakan yang telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke rumah sakit
b) Psikososial: Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat terkena
benda asing
3. Dasar Data Pengkajian Pasien
Kebutuhan sehari-hari pasien sebelum terkena trauma mata dapat dilakukan
secara mandiri tetapi setelah mengalami trauma mata terdapat gangguan dan
perubahan, seperti:
a) Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada mata sehingga mengakibatkan
terganggunya aktivitas istirahat / tidur.
b) Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu berhubungan
dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri.
c) Makanan / cairan: pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat dan menghindari rasa pedas
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
 Adanya perdarahan, perubahan struktur konjungtiva, warna, dan memar
 Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
 pembuluh darah perikornea
 Hifema
 Robek kornea
 Perdarahan dari orbita
 Blefarospasmae
 Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek
 Tes fluoresens positif
 Edema kornea
 Nekrosis konjungtiva/sclera
 Katarak
b) Palpasi
 Adanya nyeri pada mata
5. Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian pasien saat dilakukan tes adaptasi gelap, terjadinya
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan dan suhu, pada sinusitis
dan benda asing yang lama dalam mata terjadi peningkatan jumlah leukosit karena
terjadi infeksi yang lama.
B. Diagnosa
1) Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera
(fisik, kimiawi)
2) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis
3) Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
4) Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
C. Intervensi
1) Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera
(fisik,kimiawi)
Subjektif :
a. Mengatakan terkena benda asing.
b. Mengatakan nyeri.
c. Mengatakan ingin selalu memegang daerah yang luka.
Objektif :
a. Memegang daerah mata.
b. Meringis dan wajah tegang.
c. Pemeriksaaan terdapat kerusakan struktur mata atau terdapat benda
asin pada mata (edema kornea, ablasi kornea, dll).
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan struktur yang berlanjut
2) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis
Subjektif:
a. Menyatakan takut /khawatir terjadi kerusakan mata.
b. Menyatakan takut tidak bias melihat lagi.
Objektif :
a. Wajah tegang
b. Tanda vital meningkat
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan
3) Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
Subjektif :
Menyatakan nyeri pada mata
Objektif :
Wajah tegang, meringis.
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai