Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA An. N DENGAN EKSISI EORPAL

TEKNIK ANESTESI UMUM DI RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun Oleh:

Nama : Rumantika

NIM : 180106012

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...................................................) (...................................................)

PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
A. Konsep Teori Penyakit

1. Definisi
Corpus alienum merupakan istilah medis yang berarti benda asing. Corpus
alienum merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai
sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa
cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk kedalam bola mata
maka akan terjadi reaksi infeksi yang berat serta timbul kerusakan dari isi bola mata.
Oleh karena itu, perlu segera dikeluarkan dengan cepat. Corpus alienum
dipermukaan mata hanya menyebabkan sedikit atau tidak ada kerusakan, bila terbatas
pada forniks konjungtiva, walaupun penyebab lain akan menyebabkan kerusakan
akibat gesekan atau sifat kimiawinya.

2. Etiologi / Faktor Resiko


Benda asing yang masuk ke konjungtiva sebagian besar merupakan akibat dari
kecelakaan yan terjadi selama melakukan aktivitas sehari-hari. Jenis benda asing
yang paling banyak masuk kedalam mata adalah:
a. Bulu mata
b. Serbuk gergaji
c. Kosmetik
d. Lensa kontak
e. Partikel logam
f. Pecahan kaca

Faktor resiko terjadinya corpus alienum pada mata dapat berupa:

- Pekerja di bidang industri yang tidak memakai pelindung mata

- Pekerja las

- Pemotong keramik

- Tukang kayu

3. Tanda dan Gejala


Jika terdapat benda asing pada mata, gejala-gejala yang dirasakan dapat berupa:

a. Ekstra ocular
Merupakan kerusakan yang terjadi di kornea. Gejala yang dirasakan ialah:
- Sensasi akan adanya benda asing dalam mata. Hal ini akan membuat Anda
ingin berkedip terus-menerus
- Rasa tidak nyaman
- Silau saat melihat cahaya
- Produksi air mata berlebihan
- Mata merah
- Nyeri hebat pada mata

a. Intra okuler

Merupakan kerusakan yang terjadi di bagian yang lebih dalam dari kornea,
seperti iris dan lensa. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh hantaman keras.
Contohnya pada ledakan, atau dapat berupa benda tajam yang menusuk bola mata.
Gejala yang dirasakan ialah keluar cairan maupun darah dari dalam mata.

Beratnya kerusakan pada organ di dalam bola mata dipengaruhi oleh:


1. Besarnya corpus alienum
2. Kecepatan masuknya
3. Ada tidaknya terjadi infeksi
4. Jenis benda asing

4. Klasifikasi
Corpus alienum di klasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Benda hidup misalnya: serangga berukuran kecil.
2. Benda mati misalnya: percikan kaca, partikel yang terbawa angin, debu,
ranting pohon.

Benda yang masuk kedalam mata dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:

a. Benda logam : emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga
besi
b. Benda bukan logam : batu, kaca, perselin, karbon,, pakaian, dan bulu mata.
c. Benda inert : benda yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi
pada mata, walaupun di beberapa kasus terdapat reaksi yang ringan dan tidak
mengganggu fungsi mata seperti emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, dan
plastik jenis tertentu.
d. Benda reaktif : yaitu benda yang menimbulkan reaksi pada mata sehingga
mengganggu fungsi mata seperti timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga,
kuningan, besi, tumbuh-tumbuhan, pakaian, dan bulu ulat

5. Patofisiologi
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera
atau kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian bersarang dalam bola mata
dan menimbulkan perforasi sehingga benda asing tersebut bersarang di dalam rongga
orbita. Hal ini biasanya akan ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi
prolaps iris, lensa, maupun badan kaca.

Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari
ketiga perubahan berikut :

1. Mechanical effect Benda asing masuk ke dalam bola mata menembus kornea
ataupun sklera. Setelah benda itu menembus kornea maka beda akan ke dalam
kamera okuli anterior dan mengendap ke dasar. Jika ukuran benda sangat kecil
benda dapat mengendap di sudut bilik mata. Jika benda menembus lebih dalam
lagi maka bisa menggakibatkan katarak dan trauma. Benda ini bisa juga tinggal di
dalam corpus vitreus. Bila benda melekat di retina, akan terlihat sebagai bagian
yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel
darah merah. Hingga akhirnya terjadi degenerasi retina.
2. Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul
infeksi. Corpus alienum dan lensa merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman sehingga sering menimbulkan infeksi supuratif, khususnya
infeksi kuman tetanus.
3. Terjadi perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of
ocular tissue)
Reaksi yang timbul bergantung pada jenis benda tersebut apakah inert atau
reaktif. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi yang
mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan udem kelopak mata, konjungtiva, dan
kornea. Sel darah putih juga ikut berperan dalam reaksi inflamasi yang
mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infltrasi kornea.
Jika tidak dihilangkan benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis
jaringan.
Reaksi jaringan mata lainnya adalah:
- Siderosis
Reaksi jaringan mata akibat penyebaran ion besi ke seluruh mata. Pada
gambaran klinis tampak kornea berwarna kuning kecoklatan, bintik-bintik
kebutaan pada lensa, dan iris berubah warna.
- Kalkalosis
Reaksi jaringan mata akibat pengendapan/deposisi ion tembaga di
dalam jaringan mata.

6. Komplikasi
Komplikasi meliputi abrasi kornea, ulkus kornea, konjungtivitis, infeksi okular
dalam, dan jaringan parut. Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran posisi,
kedalaman, dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di
bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka dapat
mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang
mengenai mata merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga
bisa timbul jika menembus cukup dalam.

Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder
seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media
refraksi yang berarti prognosis bagi pasien adalah baik.

7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, maupun konfirmasi diagnosis
memerlukan pemeriksaan fisik yang cermat, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
Untuk menentukan ada tidaknya benda asing serta lokasinya di dalam
mata, perlu ditanyakan riwayat terjadinya trauma. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan serta letak dari benda asing tersebut.
Keluhan rasa tidak enak atau penglihatan kabur pada satu mata dengan
riwayat benturan antara logam dengan kogam, ledakan atau cidera proyektil
berkecepatan tinggi seharusnya memberikan kecurigaan adanya benda asing
intraocular.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah :
i. Visus normal atau menurun
ii. Injeksi konjungtiva
iii. Injeksi siliar
iv. Flare positif
v. Benda asing positif
vi. Defek epitel positif
vii. Flourescein positif
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan keadaan mata akibat trauma
Benda asing pada mata terutama kornea dan konjungtiva harus
dikeluarkan. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik diperlukan
suatu lampu dengan penerangan yang baik (sentolop) dan kaca pembesar
(loupe), pemeriksaan yang lebih baik lagi adalah menggunakan lamp untuk
mempermudah pengeluaran karena memberikan pembesaran dan
visualisasi yang adekuat. Setelah pengeluaran, kerusakan pada kornea
ataupun konjungtiva harus dievaluasi. Pemberian siklopegik dan antibiotik
topikal dilakukan pada sebagian kasus. Bila pada konjungtiva bulni, sklera,
kornea tidak tampak benda asing atau luka perforasi, selalu harus dicari
kemungkinan adanya benda asing pada forniks dan konjungtiva palpebra.
Untuk hal ini kelopak mata harus dibuka dan dilipat keluar.
2. Pemeriksaan dengan oftalmoskop
Dengan oftalmoskop dapat diperiksa keadaan badan kaca dan retina
sehingga dapat juga dilihat bila ada benda asing di badan kaca dan retina.
Pemeriksaan funduskopi sebaiknya segera dilakukan karena bila lensa
terkena, maka lensa akan menjadi keruh secara perlahan-lahan sehingga
memberikan kesukaran untuk melihat jaringan di belakang lensa.
Oftalmoskop dapat meramalkan prognosis fungsi penglihatan
3. Pemeriksaan radiologi
Setiap luka perforasi, selalu harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan radiologi ini akan memperlihatkan bentuk atau besar benda
asing yang terletak intraokuler. Pemeriksaan yang paling sederhana untuk
menentukan ada tidaknya benda asing yang radioopaque di dalam mata
adalah melakukan Plane X-Ray.
Apabila dengan cara ini dapat dipastikan ada benda asing radioopaque
di dalam orbita, maka tahap berikutnya adalah menentukan apakah benda
asing tersebut intraokuler atau ekstraokuler. Untuk hal-hal ini dibutuhkan
teknik-teknik khusus, seperti metode Sweet, metode Comberg, dengan
menggunakan lensa kontak. Bila benda asing itu bukan radioopaque
dibutuhkan pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan letaknya, yaitu:
o Metode Sweet
Digunakan alat bantu “lokalisir dan film tunnel”. Keuntungan
dari metode Sweet ini antara lain gambaran berupa 3 dimensi, Bila
benda asing lebih dari satu.
o Metode Comberg
Alat yang digunakan: lensa kontak, dipasang 4 marker dari
masing-masing sudut 90° yang menunjukkan garis horizontal dan
vertikal. Keuntungan dari metode Comberg yaitu teliti dan bisa
melihat lebih dari satu benda asing. Dengan pemeriksaan CT-scan
orbita dapat diketahui benda tersebut apakah pada bilik mata
depan, lensa, segmen posterior, retina, retrobulbar, ekstraokuler,
atau ekstra orbital.

8. Penatalaksanaan Medis
Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan berupa pembedahan ekstraksi
corpus alienum. Ekstraksi dilakukan untuk membuang corpus alienum dan daerah
sklera yang terkena benda asing tidak dilakukan penjahitan karena kedalaman hanya
1/3 ketebalan sklera (partial thickness). Untuk menutup luka yang dihasilkan oleh
corpus alienum dilakukan penjahitan konjungtiva sehingga sklera tidak terekspos.
Pada pasien ini menggunakan metode general anestesi vima (Volatile Induction and
Maintenance of Anesthesia) diberikan MAC sevoflurance bersama oksigen.

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi pada Pediatrik
Anestesia pediatrik merupakan anestesi pada pasien anak-anak yang dapat dibagi
menjadi 4 kelompok umur yaitu neonatus (umur 1-28 hari), bayi (sampai 1 tahun),
anak pra sekolah (2-5 tahun), dan anak usia sekolah (6-14 tahun).
Analisis kata “anestesi” (an = tidak, aestesi = rasa), maka anestesi merupakan
upaya menghilangkan rasa nyeri atau sakit. Tujuan pemberian anestesi ialah untuk
mencapai tekanan parsial yang adekuat dari obat anestesi tersebut di dalam otak,
sehingga didapatkan efek yang diinginkan. (Lewar, 2015)
2. Jenis Anestesi
General anesthesia atau anestesi umum merupakan suatu tindakan yang bertujuan
menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar dan menyebabkan amnesia yang bersifat
reversible dan dapat diprediksi, anestesi umum menyebabkan hilangnya ingatan saat
dilakukan pembiusan dan operasi sehingga saat pasien sadar pasien tidak mengingat
peristiwa pembedahan yang dilakukan.
3. Teknik Anestesi
Teknik inhalasi VIMA (Volatile Induction and Maintenance of Anesthesia)
dimana induksi dan rumatan anestesi menggunakan inhalasi. Pada pasien ini
menggunakan sevoflurance bersama oksigen.
4. Rumatan Anestesi
Karena pada pasien ini menggunakan teknik vima jadi pada rumatan anestesi
menggunakan sevoflurance 2% dan oksigen.
5. Resiko
- Reaksi alergi terhadap obat anestetik
- Rasa mual muntah
- Penurunan suhu tubuh hingga hipoksemia
- Kegagalan fungsi pernapasan
B. Web of caution (WOC)

Corpus Alienum superficial yang dalam

Toksik, dan
Non toksik, kecil,tidak nyeri, tidak menggangu cenderung mengakibatkan infeksi
visualisasi
Pasien dengan corpus alienum pada mata

Diangkat tapi tidak diberi antibiotik


Diangkat dan diberikan antibiotik

Post anestesi
Pre anestesi Intra anestesi Monitoring di RR
Assesmen pra induksi Managemen nyeri
Assesmen pra anestesi
Induksi maintanance, monitoring Scoring pasca anestesi
Edukasi anestesi
Pengakhiran anestesi Scoring transfer
Informed consent
Edukasi pasca anestesi
Menentukan jenis anestesi
Teknik anestesi
Persiapan mesin anestesi
Persiapan obat anestesi dan obat emergency

Masalah kepenataan : Masalah kepenataan :


Ketidakefektifan
Resiko komplikasi disfungsi pernafasan bersihan
berhubungan jalanefek
dengan nafas berhubungan
obat anestesi dengan penumpuk
Ketidakefektifan
Resiko aspirasi berhubungan dengan anestesia pola nafas berhubungan dengan pengaruh obat anest
Masalah kepenataan:
komplikasi disfungsi pernafasan berhubungan dengan efek obat anestesi
C. Tinjauan Teori Askan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini
mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan
masalah kesehatan serta keperawatan.
a. Data Objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,
pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta
warna kulit.
b. Data subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,
atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.
2. Masalah Kepenataan Anestesi

a. Pre anestesi
- Resiko komplikasi disfungsi pernafasan berhubungan dengan efek obat
anestesi.
b. Intra anestesi
- Resiko komplikasi disfungsi pernafasan berhubungan dengan efek obat
anestesi.
- Resiko aspirasi berhubungan dengan anestesia.
c. Pasca anestesi
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
lendir sekret.
- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengaruh obat anestesia.

Anda mungkin juga menyukai