JUDUL:
Penyusun:
Fitri Setyani Rokim, dr.
Pembimbing:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma pada mata dapat menyebabkan gangguan tajam penglihatan berupa kebutaan
baik sementara ataupun permanen, penglihatan ganda, nyeri dan gangguan kosmetik. Secara
epidemiologi, kejadian trauma pada bola mata lebih banyak terjadi pada laki-laki dan terkait
dengan aktivitas di tempat kerja ataupun olah raga. Pada trauma mata yang disebabkan benda
tajam pada yang menyebablan rupture bola mata dan perlu diwaspadai bahwa 40% berisiko
adanya benda asing intraokuli.
Open globe injury dengan laserasi pada ketebalan penuh kornea merupakan keadaan
gawat darurat yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah kebutaan permanen.
Laserasis pada bola mata dapat menyebabkan perdarahan dan keluarnya isi bola mata termasuk
iris, lensa ataupun vitreous. Pada kasus berat dapat menyebabkan perdarahan pada koroid dan
apabila didapatkan benda asing di dalam mata dapat meningkatkan risiko endoftalmitis.
Kornea merupakan struktur transparan yang berfungsi untuk meneruskan cahaya masuk
ke dalam mata. Abrasi ringan pada kornea memiliki prognosis yang lebih baik karena adanya
proses penyembuhan kornea sangat dipengaruhi luas dan kedalaman luka. Akan tetapi,
kerusakan anatomi yang dalam dan luas pada permukaan kornea yang dapat menyebabkan
gangguan pada proses cahaya masuk dan berisiko memiliki prognosis yang buruk.
Penyembuhan kornea melibatkan proses migrasi, proliferasi dan diferensiasi sel bersamaan
dengan remodeling dari matriks ekstraseluler. Sel punca pada area limbus memiliki peran
penting udalam regenerasi epitelium kornea, menutup luka dan mengembalikan ketebalan
kornea. Secara normal, proses penyembuhan terjadi hingga enam minggu. Pada luka yang
terlalu dalam dapat mengubah keratosit menjadi fibroblast yang berpotensi terbentuknya
jaringan patologis yaitu jaringan parut. Proses penyembuhan yang tidak sempurna dapat
menyebabkan erosi kornea berulang.
Studi kasus yang akan dibahas menampilkan trauma tajam berulang pada bola mata,
dengan tantangan tambahan karena adanya kondisi patologis pada kornea. Dalam laporan ini,
akan dirangkum teori-teori terkait definisi, patofisiologi, diagnosis, serta tata laksana dan
prognosis untuk trauma bola mata terbuka.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prevalensi cedera bola mata terbuka bervariasi antara 0,5% hingga 1,6% dari semua
cedera trauma. Pria memiliki risiko sekitar 3 hingga 6 kali lebih tinggi untuk mengalami cedera
bola mata terbuka dibandingkan dengan wanita. Kelompok usia produktif, seperti orang
dewasa berusia 15-44 tahun, mungkin memiliki persentase yang lebih tinggi dari total cedera
bola mata terbuka, mungkin sekitar 60-70%. Berdasarkan data dari Kementerian kesehatan
tahub 2018 dari 34 provinsi di Indonesia, trauma bola mata termasuk dalam jenis trauma yang
paling banyak. Di Indonesia pada tahun yang sama diperkirakan sebanyak 46.488 kasus,
sementara di Jawa Timur terdapat 8236 kasus per tahun2. Faktor risiko paling banyak
menyebabkan cedera bola mata terbuka adalah kecelakaan yang mencapai 40-50% dari total
kasus, pekerjaan yang berisiko tinggi seperti pekerjaan konstruksi atau pertanian terjadi sekitar
20-30% dari total kasus cedera bola mata terbuka.
• Closed injury ditandai dengan struktur kornea dan sklera yang masih intak dan paling
banyak disebabkan karena benda tumpul.
• Open injury merupakan trauma yang melibatkan keseluruhan tebal dari kornea dan
sklera.
• Contusion disebabkan oleh trauma tumpul yang mana kerusakannya tidak langsung
terjadi pada titik luka.
3
• Rupture luka yang melibatkan keseluruhan tebal dari dinding bola mata akibat dari benda
tumpul yang mana kerusakannya tidak langsung terjadi pada titik luka.
• Laceration luka yang melibatkan keseluruhan tebal dinding bola mata akibat robekan
secara langsung.
• Lamellar laceration laserasi dengan ketebalan parsial dari dinding bola mata.
• Incision injury merupakan luka akibat insisi dengan benda tajam seperti pisau atau kaca.
• Penetrating injury merupakan satu luka yang melibatkan keseluruhan tebal dinding bola
mata tanpa adanya luka keluar dan sering dikaitkan dengan adanya benda asing
intraokuli.
• Perforation merupakan luka yang melibatkan keseluruhan tebal dinding bola mata yang
terdiri dari luka masuk dan luka keluar.
Pemeriksaan klinis
4
Pemeriksaan slit lamp untuk mengevaluasi:
• Konjungtiva: perdarahan konjungtiva, laserasi, iskemik
• Kornea: abrasi, laserasi, benda asing, rust ring, infiltrate,
edema, limbitis
• Anterior chamber: kedalaman, flare, cells (eritrosit, leukosit),
pigmen
• Iris: RAPD, anisocoria, midriasis traumatikum, iridodialisis,
iridodenesis, defek transiluminasi, benda asing
• Lensa: katarak, benda asing, subluksasi, phacodenesis, Vossius
ring
• Vitreous: perdarahan, pigmen, posterior vitreous detachment
(PVD)
• Fundus: Commotio retina hemorrhage, tear, detachment,
dialysis, rupture koroid, avulsi saraf optic
• Pemeriksaan gonioscopy: mengevaluasi benda asing / resesi /
dialysis pada iridocorneal angle
Pemeriksaan penunjang pentig dilakukan untuk mengevaluasi ada tidaknya benda asing di
dalam mata3.
• Ultrasonography / USG dapat membantu mendeteksi benda asing intraokuli, rupture bola
mata, perdarahan suprakoroidal dan retinal detacthment. Akan tetapi, interpretasi USG
sangat subjektif dan perlu dilakukan dengan tekanan yang minimal pada kasus ruptu bola
mata. Selain untuk diagnosis, USG membantu mengarahkan infusion port untuk vitrektomi
dan drainase perdarahan suprakoroid.
• Computed tomography (CT) lebih disarankan untuk evaluasi kasus trauma, benda asing
intraokuli dan struktur intracranial.
• Pemeriksaan elektrodiagnosis dapat digunakkan untuk mengevaluasi saraf optic dan retina
pada kasus trauma yang telah berlangsung lama.
5
Penatalaksanaan
• Pada open globe injury dan kemungkinan adanya benda asing intraokuli berisiko tinggi
menyebabkan endoftalmitis. Pemberian antibiotic profilaksis spektrum luas untuk gram
positif dan negative dengan Vancomycin atau Cephalosporin generasi ketiga seperti
Cefazidime dapat digunakan untuk mencegah endoftalmitis sebelum dilakukan tindakan
operasi. Pemberian antibiotic profilaksis dapat dilakukan secara sistemik, topikal dan/atau
intravitreal.
• Selain antibiotic profilaksis, obat-obatan simtomatik seperti anti-emetic dan analgetic
dapat diberikan untuk mengurangi gejala.
• Anti-tetanus harus diberikan untuk mencegah endoftalmitis 4. Open orbital injury rentan
terhadap tetanus karena kondisi luka yang rentant terkontaminasi dengan tanah, atau benda
organic yang mungkin mengandung spora bakteri Clostridium tetani.
• Globe exploration atau eksplorasi bola mata dan vitrektomi diindikasikan pada perdarahan
vitreous, adanya benda asing intraokuli dan retinal detachtment. Apabila mata telah stabil,
tindakan penetrating keratoplasty dapat dilakukan untuk mata bagian depan.
• Enukleasi primer diindikasikan untuk kasus trauma yang berat pada kornea atupun sklera
sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi penglihatannya. Enukleasi sekunder
dilakukan setelah tindakan / prosedur pertama yang menghasilkan kerusakan permanen
pada mata.
The Ocular Trauma Score (OTS) adalah sistem yang digunakan untuk memprediksi hasil visual
pada pasien dengan trauma bola mata. Sistem skoring ini untuk menilai keparahan trauma mata,
menentukan terapi dan prognosis6.
6
7
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nomor RM : 000670-24
Umur : 43 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Anamnesis
Pasien tiba di IGD RSMM Jawa Timur dengan keluhan mata kanan terkena pecahan kaca
akibat batu yang terpental saat menggunakan mesin pemotong rumput. Kejadian pada tanggal
24 Januari 2024, 4 jam sebelum tiba di IGD. Keluhan saat ini mata kanan terasa nyeri dan
memerah.
Riwayat trauma: sepuluh tahun yang lalu mata kanan pasien terkena pentalan batu saat
menggunakan mesin pemotong rumput menyebabkan luka pada bola mata dan penurunan
tajam penglihatan.
8
Riwayat penyakit sistemik / alergi: tidak ada
Pemeriksaan mata
23/01/24 OD OS
Visus LP+ (4Q) 6/6
9
Ultrasonography mata kanan tanggal 25 Januari 2024
Susp. katarak
Tatalaksana
24 Januari 2024
OD Eksplorasi + debridement
Inj. Anbacim 2x1 IV (profilaksis)
Inj. Antrain 2x1 IV
Eyedrop LFX 6x1 OD
Tirah baring
Follow-up
Pasien kontrol di poli mata pada tanggal 31/1/24. Keluhan saat ini mata terasa seperti ada yang
mengganjal. Keluhan nyeri pada mata disangkal. Penglihatan pada mata kanan hanya jelas
melihat cahaya. Mata kiri tidak ada keluhan.
10
Foto klinis pasien:
31/01/24 OD OS
Visus LP+ (4Q) 6/6
Konjungtiva Hiperemi
Kornea Hyphema-, leukoma+, dehiscence+ Dalam batas normal
BMD Sulit dievaluasi
Lensa Sulit dievaluasi
Diagnosis:
OD post-repair open globe injury + wound dehiscence + prolaps vitreous + riw. Leukoma
+ dekompensasi kornea
11
Tatalaksana
1 Februrari 2024
OD vitrektomi anterior + debridement + hecting
Diflox eyedrop 8 dd gtt 1 OD
Cefixim 200 mg 1 dd caps 1
• Konjungtiva hiperemis
• Leukoma
• Neovaskularisasi kornea
12
BAB IV
DISKUSI
Hal yang menarik dari kasus ini adalah luka penetrasi yang terjadi di mata dan
mekanisme luka yang sama dengan riwayat trauma pada mata sepuluh tahun yang lalu sehingga
fungsi penglihatan mata saat ini tidak ada. Meskipun demikian, tindakan eviserasi tidak
diutamakan untuk pasien tersebut yang bertujuan untuk mempertahankan isi bola mata.
Eviserasi diindikasikan untuk mata dengan tajam penglihatan sentral kurang dari 20/200
dengan koreksi disertai keluhan nyeri. Beberapa kontraindikasi eviserasi adalah adanya tumor
intraokuli, kondisi phtisis bulbi dan riwayat trauma penetrasi atau perforasi yang berisiko
menyebabkan simpatetik oftalmia8.
Pada kasus ini, kekeruhan kornea menyulitkan evaluasi segmen anterior dan posterior
mata kanan, sehingg9a B-scan USG digunakan untuk mengevaluasi isi bola mata. Melalui B-
scan USG dapat diketahui adanya perdarahan pada vitreous, benda asing intraokuli dan juga
retinal detachtment yang terkait dengan mekanisme trauma. Perdarahan pada badan vitreous
secara yang terjadi secara akut akibat trauma dapat bersifat self-limited. Akan tetapi, pada kasus
perdarahan badan vitreous yang berat diperlukan tindakan vitrectomy untuk menurunkan
tekanan intraokuli9.
Dehisensi luka operasi yang terjadi secara spontan merupakan kondisi emergensi di
bidang oftalmologi dan memerlukan tindakan penjahitan ulang untuk mencegah kontaminasi.
Dehisensi luka dapat disebabkan banyak factor seperti permukaan kornea yang tidak stabil
karena leukoma, tekanan intraokuli yang tinggi meningkatkan tekanan ke arah dinding bola
mata, kondisi sistemik pasien serta teknik operasi. Pada pasien ini, luka ditutup ditutup dengan
menggunakan teknik simple interrupted sutures. Berbeda dengan studi meta analisi yang
13
dilakukan oleh Zheng et al. yang menyimpulkan bahwa teknik continuous sutures lebih banyak
dipilih karena lebih sedikit menimbulkan komplikasi10. Meskipun demikian, pada pasien ini
terdapat kondisi patologis yang menjadi faktor penyulit sebelumnya yaitu leukoma. Selain itu,
tidak penelitian yang melaporkan kejadian dehisensi luka pada kornea dengan leukoma terkait
dengan teknik penjahitan masih sangat terbatas.
Faktor lain penyebab dehisennsi luka adanya benda asing intraokuli. Sebuah studi
melaporkan hampir 40% komplikasi kasus trauma penetrasi pada mata disebabkan karena
adanya benda asing intraokuli. Akan tetapi, pada B-scan USG yang dilakukan pada pasien ini
tidak mengindikasikan adanya benda asing intraokuli11. Neovaskularisasi kornea dapat
terbentk akibat proses inflamasi, iskemik, degenerasi dan trauma yang menyebabkan kerusakan
pada area limbus12. Pasien ini sudah memiliki leukoma kornea yang luas dan kondisi
penglihatan yang terganggu, menandakan prognosis visual yang kurang baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
OPEN GLOBE INJURY
TRAUMA MATA TERBUKA
Fitri Setyani Rokim, dr.
Pembimbing Lapangan:
dr. Budy Surakhman, Sp.M
dr. Indriani Kartika, Sp.M
DEFINISI
Prevalensi cedera bola mata terbuka adalah 1,6% dari semua cedera
trauma. Cedera bola mata terbuka atau open globe injury merupakan trauma bola
mata yang melibatkan seluruh ketebalan pada lapisan kornea dan/atau sklera.
Kondisi ini dapat mengakibatkan paparan atau keluarnya struktur intraokular.
Cedera mata terbuka terdiri dari laserasi (penetrasi, benda asing intraokuli, dan
perforasi) dan rupture yang diakibatkan oleh benda tumpul.1
1. Hayatulhaya B, Widyawati S. Evaluation of Traumatic Corneal Rupture Treatment Outcome in dr. Cipto Mangunkusumo Hospital: Two Years Retrospective Study. eJournal Kedokteran Indonesia. 2022;9(3). https://doi.org/10.23886/ejki.9.84.208.
2. Widjaja SA, Hiratsuka Y, Ono K, Yustiarini I, Nurwasis N, Murakami A. Ocular Trauma Trends in Indonesia: Poor Initial Uncorrected Visual Acuity Associated with Mechanism of Injury. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences. 2021;9(B):903-8. 2
10.3889/oamjms.2021.6862.
3
PEMERIKSAAN
Anamnesis Identitas pasien: nama, usia, alamat dan pekerjaan
Mechanism of injury: kapan, apa dan bagaimana
Keluhan mata: penurunan tajam penglihatan mendadak/ perlahan, floaters, flashes, defek lapang pandang, diplopia, nyeri
Keluhan sistemik: gangguan kesadaran, nyeri kepala, pusing, mual, muntah
Riwayat penyekit mata sebelumnya
Riwayat pengobatan yang sedang dikonsumsi
Riwayat penyakit sistemik dan alergi
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat psikososial
Pemeriksaan fisik GCS dan tanda-tanda vital sistemik
Pemeriksaan tanda vital
Visual acuity, relative afferent pupillary defect (RAPD), color vision, defek visual dan tes konfrontasi
oftalmologi
Pemeriksaan oftalmologi Evaluasi periorbital: orbital rim, sensasi infraorbital, kontusio, edema, emfisema, laserasi palpebra
lanjutan
Evaluasi bola mata: proptosis, enoftalmos, hipoglosus, pulsatil, nyeri pada gerakan bola mata
Pemeriksaan slit lamp untuk mengevaluasi:
• Konjungtiva: perdarahan konjungtiva, laserasi, iskemik
• Kornea: abrasi, laserasi, benda asing, rust ring, infiltrate, edema, limbitis
• Anterior chamber: kedalaman, flare, cells (eritrosit, leukosit), pigmen
• Iris: RAPD, anisocoria, midriasis traumatikum, iridodialisis, iridodenesis, defek transiluminasi, benda asing
• Lensa: katarak, benda asing, subluksasi, phacodenesis, Vossius ring
• Vitreous: perdarahan, pigmen, posterior vitreous detachment (PVD)
• Fundus: Commotio retina hemorrhage, tear, detachment, dialysis, rupture koroid, avulsi saraf optic
• Pemeriksaan gonioscopy: mengevaluasi benda asing / resesi / dialysis pada iridocorneal angle 4
DIAGNOSIS DAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pentig dilakukan untuk mengevaluasi ada tidaknya benda asing di dalam mata3.
• Ultrasonography / USG dapat membantu mendeteksi benda asing intraokuli, rupture bola mata, perdarahan
suprakoroidal dan retinal detacthment. Akan tetapi, interpretasi USG sangat subjektif dan perlu dilakukan
dengan tekanan yang minimal pada kasus ruptu bola mata. Selain untuk diagnosis, USG membantu
mengarahkan infusion port untuk vitrektomi dan drainase perdarahan suprakoroid.
• Computed tomography (CT) lebih disarankan untuk evaluasi kasus trauma, benda asing intraokuli dan
struktur intracranial.
• Pemeriksaan elektrodiagnosis dapat digunakkan untuk mengevaluasi saraf optic dan retina pada kasus
trauma yang telah berlangsung lama.
5
Zhou Y, DiSclafani M, Jeang L, Shah AA. Open Globe Injuries: Review of Evaluation, Management, and Surgical Pearls. Clin Ophthalmol. 2022;16:2545-59. 10.2147/OPTH.S372011.
DIAGNOSIS DAN PENUNJANG
• Pemberian antibiotic profilaksis spektrum luas untuk gram positif dan negative untuk mencegah
endoftalmitis sebelum dilakukan tindakan operasi.
• Obat-obatan simtomatik seperti anti-emetic dan analgetic untuk mengurangi gejala.
• Anti-tetanus untuk mencegah endoftalmitis.
• Globe exploration atau eksplorasi bola mata dan vitrektomi diindikasikan pada perdarahan vitreous, adanya
benda asing intraokuli dan retinal detachtment. Apabila mata telah stabil, tindakan penetrating keratoplasty
dapat dilakukan untuk mata bagian depan.
• Enukleasi primer diindikasikan untuk kasus trauma yang berat pada kornea atupun sklera sehingga tidak
dapat mempertahankan fungsi penglihatannya. Enukleasi sekunder dilakukan setelah tindakan / prosedur
pertama yang menghasilkan kerusakan permanen pada mata.
6
Awurum FC. Management of Traumatic Globe Rupture: Case Report. Journal of the Nigerian Optometric Association. 2022;24(1):31-41. 10.4314/jnoa.v24i1.5.
KOMPLIKASI
• Sympathetic ophthalmic merupakan panuveitis yang ditandai adanya jaringan granulomatous pada kedua mata.
Trauma bola mata tidak hanya menyebabkan respon inflamasi pada bola mata yang sakit, tetapi juga pada
sympathizing eye. Istilah sympathizing eye merujuk pada mata lain yang tidak mengalami trauma. Sympathetic
ophthalmia dikaitkan dengan open globe injury, operasi katarak, vitreoretinal, glaucoma, prosedur
cyclodestructive, reseksi melanoma iridociliari, proton beam irradiation pada melanoma koroid choroidal, dan
operasi strabismus.
• The Ocular Trauma Score (OTS) adalah sistem yang digunakan untuk memprediksi hasil visual pada pasien
dengan trauma bola mata. Sistem skoring ini untuk menilai keparahan trauma mata, menentukan terapi dan
prognosis.
7
Parchand S, Agrawal D, Ayyadurai N, Agarwal A, Gangwe A, Behera S, et al. Sympathetic ophthalmia: A comprehensive update. Indian J Ophthalmol. 2022;70(6):1931-44. 10.4103/ijo.IJO_2363_21.
Tan SI, Hoskin AK, Khatri A, Dave VP, Bhalerao S, Romero J, et al. Prognostic factors of open-globe injuries: A review. Indian Journal of Ophthalmology. 2023;71(12):3587-94. 10.4103/ijo.Ijo_1496_23.
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Tn. SGT Pasien tiba di IGD RSMM Jawa Timur dengan keluhan mata kanan
Nomor RM : 000670-24 terkena pecahan kaca akibat batu yang terpental saat menggunakan
mesin pemotong rumput. Kejadian pada tanggal 24 Januari 2024, 4 jam
Tanggal lahir : 5 Mei 1981 sebelum tiba di IGD. Keluhan saat ini mata kanan terasa nyeri dan
Umur : 43 tahun memerah.
Jenis kelamin : Laki-laki Riwayat trauma: sepuluh tahun yang lalu mata kanan pasien terkena
pentalan batu saat menggunakan mesin pemotong rumput
Alamat : Kmp. Kateleng Cajah menyebabkan luka pada bola mata dan penurunan tajam penglihatan.
RT 00 RW 00,
Kabupaten Bangkalan Riwayat operasi: operasi kornea di RS Mata Undaan 10 tahun yang lalu.
Pekerjaan : Tukang kebun Riwayat penggunaan kaca mata refraksi/ kontak lensa: tidak ada
8
PEMERIKSAAN MATA
GCS 456 23/01/24 OD OS
TD 112/70 mmHg Visus LP+ 6/6
Nadi 87x/menit
RR 17x/menit
SpO2 99%
Status generalis dalam batas normal
Konjungtiva Hiperemis
Kornea Laserasi full-thickness
9
DIAGNOSIS: OD open globe injury + prolaps iris + prolaps vitreous
TATA LAKSANA
24 Januari 2024
USG
• OD Eksplorasi + debridement 25 Januari 2024
• Inj. Anbacim 2x1 IV (profilaksis)
• Inj. Antrain 2x1 IV + Kekeruhan di segmen anterior
• Eyedrop LFX 6x1 OD (leukoma, hyphema)
10
31/01/24 OD OS
Visus LP+ (4Q) 6/6
FOLLOW UP
ANAMNESIS
Konjungtiva Hiperemi
Kornea Hyphema-, leukoma+,
dehiscence+ Dalam batas normal
Pasien kontrol di poli mata pada tanggal 31/1/24. BMD Sulit dievaluasi
Lensa Sulit dievaluasi
Keluhan saat ini mata terasa seperti ada yang
mengganjal. Keluhan nyeri pada mata disangkal.
Penglihatan pada mata kanan hanya jelas melihat
cahaya. Mata kiri tidak ada keluhan.
FOTO KLINIS PASIEN
11
DIAGNOSIS: OD post-repair open globe injury + wound dehiscence + prolaps vitreous +
riw. Leukoma + dekompensasi kornea
TATA LAKSANA
1 Februari 2024 3 Februari 2024
12
DISKUSI
Kasus ini merupakan luka terbuka pada bola mata jenis laserasi dengan mekanisme penetrasi. Luka
terbuka pada mata berpotensi menyebabkan kehilangan isi bola mata dan perdarahan di dalam mata. Meskipun
pasien memiliki riwayat trauma pada mata sepuluh tahun yang lalu dan kehilangan fungsi penglihatan, eviserasi
tidak disarankan untuk penanganan pertama. Eviserasi direkomendasikan hanya jika penglihatan sangat buruk dan
terdapat keluhan nyeri yang menetap.
Penyulit pada kasus ini meliputi kekeruhan kornea yang menyulitkan evaluasi, perdarahan vitreous yang
memerlukan vitrectomy untuk menurunkan tekanan dalam mata, dan dehisensi luka operasi yang memerlukan
penjahitan ulang. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap dehisensi luka meliputi leukoma kornea dan adanya
benda asing intraokuli, meskipun pada kasus ini tidak terdeteksi adanya benda asing melalui USG. Neovaskularisasi
kornea juga dapat memperburuk prognosis visual pada pasien dengan kondisi ini.
13
TERIMA KASIH
1
4