Anda di halaman 1dari 8

Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

TEKNIK OBSERVASI BAGI


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Ria Novianti
Dosen Prodi PG PAUD FKIP UNRI

Abstrak:
Anak pada usia 0-6 tahun berada masa pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Dalam rangka memberikan
pelayanan pendidikan terbaik bagi anak pada usia ini, guru harus
memiliki kompetensi yang baik termasuk dalam melakukan
observasi. Observasi pada pendidikan anak usia dini merupakan
kegiatan yang dilakukan guru dalam mengamati anak didik guna
memperoleh informasi mengenai berbagai aspek
perkembangannya dan kemajuan dari pembelajaran yang telah
dilakukan dengan tujuan untuk mengambil keputusan sesuai
kebutuhan masing-masing anak. Proses observasi terdiri dari
kegiatan mengobservasi, pencatatatan, dan interpretasi hasil
informasi.

Kata kunci: Anak usia dini, kemampuan observasi guru, proses observasi

A. PENDAHULUAN
Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat dan sangat berarti dalam kehidupan manusia. Pada usia 0-6
tahun ini anak begitu peka terhadap stimulasi dan bila pemberian stimulasi
tersebut dilakukan dengan cara yang tepat maka potensi yang dimiliki anak
pada tiap aspek perkembangan akan dapat dioptimalkan. Adapun aspek-
aspek perkembangan tersebut adalah kognitif, sosial emosional, fisik
motorik, moral dan agama, serta seni.
Guru perlu mengetahui pencapaian anak dalam pembelajaran,
apakah tumbuh kembang anak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
atau sebaliknya, anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang yang akan
membawa masalah bagi anak ke depannya. Cara guru untuk mengetahui hal
tersebut adalah melalui observasi atau pengamatan.
Menurut Cartwright (1984:3) observasi merupakan proses
pengamatan dan pencatatan perilaku secara sistematis untuk tujuan
pembuatan instruksi, manajemen, dan layanan bagi anak lainnya. Sedangkan
Nilsen (2004: 1) menyatakan ketika mendengar kata “observe” terlintas
pikiran mengenai kegiatan melihat, tidak berpatisipasi namun mengamati
suatu perilaku sebagai orang luar (outsider).

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 22


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

Observasi perilaku anak membutuhkan pengamatan penuh dari si


observer (pengamat). Melalui observasi guru akan dapat mengenali dan
memahami anak sebagai individu yang unik, tidak hanya sebagai bagian dari
sebuah kelompok. Guru perlu mengetahui pentingnya observasi dan juga
pentingnya mengembangkan kemampuan guru dalam mengobservasi.
Dengan banyak berlatih dan terus belajar melakukan observasi, guru akan
menjadi semakin peka dan mampu mengobsevasi anak didik dengan baik.
Adapun tiga tujuan melakukan observasi pada anak (Sherman, dalam
Wortham, 2004:93) adalah: (1) memahami perilaku anak, (2) mengevaluasi
perkembangan anak, dan (3) mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Pada kegiatan observasi, si observer atau guru umumnya tidak
terlibat langsung dalam kegiatan yang diamatinya, melainkan berada “di
luar”. Feeniy (2006:135) menyatakan bahwa observasi merupakan jendela
yang membuat kita dapat melihat ke dalam dunia anak. Begitu banyak hal
yang dapat ditangkap dan dipahami guru pendidikan anak usia dini (PAUD)
melalui kegiatan observasi yang dilakukannya pada anak sehari-hari.

B. PEMBAHASAN
Observasi dilakukan oleh guru setiap saat selama pembelajaran
berlangsung, baik disadari maupun tidak disadari. Bila guru merasa asing
dengan istilah ini, maka pembahasan berikut akan memberi wawasan
mengenai apa yang dimaksud dengan observasi.
1. Proses Observasi
Mengobservasi berarti memperhatikan, mengamati secara intensif,
dengan fokus pada satu bagian tertentu atau secara keseluruhan. Hal ini
berarti menangkap informasi mengenai gambaran menyeluruh dan detil yang
signifikan (Feeniy, 2006: 135). Agar observasi pada anak yang kita lakukan
menjadi bermanfaat, maka kita harus memahami perkembangan anak,
lingkungan, dan bagaimana anak berhubungan dengan orang lain. Guru
sebagai observer juga harus tahu benar apa tujuan kita melakukan observasi
dan bersedia mengumpulkan informasi dan kesan-kesan dengan mata dan
pikiran yang siap menerima.
Melalui praktek melakukan observasi secara berkesinambungan, maka
guru sedang mengembangkan “child sense”, yaitu kepekaan mengenai
bagaimana anak baik secara individual ataupun berkelompok merasakan
sesuatu dan bereaksi terhadap lingkungan. Pemahaman yang mendalam ini
berasal dari pengalaman yang kaya dalam mengobservasi anak baik secara
individual maupun berkelompok selama kurun waktu yang lama. Observasi
dapat menghidupkan kepekaan dan pemahaman yang lebih baik,
menimbulkan empati serta perhatian kita terhadap anak.
Proses observasi terbagi dalam 3 komponen:
a. Observasi, yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi mengenai anak. Seorang observer anak yang efektif harus
memiliki kemampuan untuk menunggu dan melihat apa yang sebenarnya

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 23


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

terjadi, bukan secara terburu-buru mengambil kesimpulan dari suasana


yang diamati. Nyberg (1971:168, dalam Feeniy, 2006:135) menyatakan
bahwa “intensive waiting” atau menunggu secara intensif berarti
observer harus menunda dugaan terhadap apa yang akan terjadi dan
bersedia menerima apa yang sesungguhnya terjadi: perilaku, perasaan
dan pola-pola tertentu. Bukan berarti observer menjadi seperti mesin ,
tapi observer harus mampu secara berhati-hati memisahkan apa yang
diamati dan apa yang sebenarnya ingin dilihat atau dikhawatirkan akan
terjadi. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kita harus
menghindari membuat penilaian dan mencoba mengurangi distorsi
(penyimpangan, pemutarbalikan) yang disebabkan bias, defense (upaya
mempertahankan diri), atau praduga. Menjadi objektif merupakan
tantangan tersendiri karena bagaimanapun juga guru terlibat langsung
dalam kehidupan anak, keluarganya dan setting di mana guru tersebut
melakukan observasi. Hal ini juga akan menjadi lebih sulit karena selama
ini kita telah terlatih untuk membuat penilaian mengenai hal-hal di
sekeliling kita. Oleh karena itu sebagai observer yang objektif dan guru
yang baik, maka guru harus berhenti membuat penilaian. Bila guru
paham akan pengaruh penilaiannya terhadap situasi dan anak, dan
sebaliknya bagaimana situasi dan anak berpengaruh padanya, maka
berarti guru tersebut mulai berproses menjadi seorang observer yang
objektif. Sumber informasi ini dapat berupa informasi verbal dari apa
yang diungkapkan anak melalui kata-kata, seperti ketika anak bercakap-
cakap dan bercerita di kelas. Informasi lain bersifat non-verbal yang
dapat diamati guru pada anak dari bahasa tubuh dan ekspresi wajah anak.
Guru perlu mempelajari ekspresi non-verbal anak karena terkadang
ditemui anak-anak yang tidak mau mengungkapkan apa yang ia rasakan
secara langsung tapi dapat diketahui guru, misalnya melalui gerak-gerik
seperti menunduk dan diam, serta ekspresi wajah yang murung. Ekspresi
non-verbal ini cenderung lebih dapat dipercaya dan sulit bagi anak untuk
menyembunyikannya sehingga dapat diandalkan oleh guru untuk
memperoleh informasi yang akurat mengenai anak.
b) Pencatatan yaitu proses perekaman dan pendokumentasian informasi
yang diperoleh melalui observasi, untuk selanjutnya disusun dan
diorganisir sehingga menjadi data/alat yang sangat berguna bagi
kepentingan anak. Ada beberapa teknis pencatatan yang biasa digunakan,
yaitu:
1) Pencatatan naratif yang membutuhkan penulisan, biasanya lebih
menyita waktu tapi catatan yang dihasilkan lebih kaya akan detil dan
memberi gambaran lebih lengkap mengenai anak. Yang termasuk ke
dalam jenis pencatatan ini adalah catatan berjalan (running record) dan
catatan anekdot (anecdotal record). Berikut ini adalah contoh catatan
berjalan:

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 24


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

Nama Anak: Faiz


Umur: 4 tahun
Lokasi: TK Pembina
Tanggal dan waktu: 15 Februari 2012 09.05-09.25
Observer: Melinda
Aspek Perkembangan yang Diobservasi: Sosial dan Kognitif
Observasi Catatan/Komentar
09.05 area balok
Faiz mendekati Hari yang sedang Faiz berperilaku sopan pada
bermain dengan balok dan bertanya, orang lain
“Hari, boleh pinjam?” beberapa kali
sampai akhirnya ia mendapat Membantu teman-temannya
jawaban. Faiz bermain dengan balok untuk mengikuti aturan
dan ketika waktu bermain habis ia
mengajak teman-temannya untuk
membereskan mainan yang
berserakan

09.15 Tertarik pada apa yang


Faiz duduk di sebelah temannya dikatakan orang lain
yang sedang berbicara tentang
dinosaurus. Ia memperhatikan dan Mencoba memahami
mendengarkan mereka. Ia belum perilaku temannya
terpengaruh oleh seorang anak yang
sedang menangis menjerit-jerit.
Ketika ia akhirnya memperhatikan
anak yang menjerit tersebut, ia
mengatakan pada teman yang duduk
di sebelahnya bahwa anak yang
menjerit itu marah karena ditinggal
ibunya pulang ke rumah.

Contoh catatan anekdot:


Nama Anak: Shazia
Umur: 4 tahun
Lokasi: PAUD Gembira
Observer: Rahma
Aspek Perkembangan yang Diamati: Sosial Emosional
Kejadian Catatan/Komentar
Shazia baru siap memakai 1. Shazia mau menolong
pakaian sehabis teman
membersihkan badan karena 2. Perlu terapi bicara buat
baru saja selesai kegiatan Nadya

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 25


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

berenang. Ia berdiri dekat 3. Menempatkan Shazia


dengan Nadya dan dan Nadya di meja yang Pengemba
memperhatikan Nadya sama ketika makan ngan sosial
kesulitan memasang 4. Menyediakan pakaian
Kurikulum
resleting roknya. Nadya dengan resleting di area
meringis dan mengatakan bermain peran
“Tutah, kelas!” Shazia lalu
mendekati Nadya dan
menarikkan resleting
roknya, Ia harus mengulangi
beberapa kali dan akhirnya
berhasil memasangkan
resleting rok Nadya. Lalu
Nadya tersenyum dan
berkata “Acih..” Shazia:
“Sama-sama Nadya”.

2) Pencatatan terstruktur, yaitu pencatatan yang tidak membutuhkan


penulisan, biasanya lebih cepat dan mudah untuk dilakukan tapi
kurang memberikan informasi dan gambaran yang mendetil tentang
anak, misalnya pencatatan dengan checklist dan skala bertingkat.
Berikut adalah contoh pencatatan dengan checklist:

Perkembangan Fisik-Motorik Baik Cukup Kurang


Mengikat tali sepatu dengan benar √
Bersepeda roda dua √
Memotong dengan rapi √
Menggunakan pensil dan gunting dengan √
benar √
Berjalan mundur √
Melompat berganti kaki

Contoh skala bertingkat:


1. Anak menangis ketika berpisah dengan orang tua di sekolah

Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu

2. Anak menyapa teman dan guru ketika memasuki kelas

Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu

3) Pencatatan atau pendokumentasian dengan menggunakan


perangkat elektronik (foto, rekaman suara dan video) yang dapat

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 26


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

memberikan hasil akurat dan lengkap, tapi membutuhkan keahlian


dan waktu ketika akan disatukan sehingga dapat menjadi gambaran
yang ringkas dan saling berhubungan.

b. Interpretasi, yaitu proses merefleksikan apa yang menjadi arti dari hasil
observasi yang telah dilakukan dan didokumentasikan.Interpretasi biasa
disebut sebagai kesimpulan, yang diambil berdasarkan apa yang kita
lihat dan dengar. Meskipun perilaku dapat diobservasi namun penyebab
timbulnya perilaku itu muncul tidak teramati. Cara melakukan
interprestasi adalah dengan melihat hubungan antara berbagai
komponen yang berkaitan dengan perilaku anak baik yang dapat
diobservasi maupun tidak. Memang kita tidak bisa mengetahui secara
pasti mengapa seorang anak berperilaku tertentu, namun tentunya kita
akan mengambil keputusan setiap harinya berdasarkan pemahaman kita
mengenai anak. Penting bagi guru untuk mengembangkan kemampuan
membuat interpretasi berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh
melalui observasi.

2. Pentingnya Observasi dalam PAUD


Kemampuan melakukan observasi merupakan modal dasar guru agar
bisa memahami anak. Kemampuan ini sangat penting untuk
dikembangkan dan bila telah dikuasai dengan baik akan memberi
kepuasan pada diri guru. Tidak hanya bermanfaat untuk bisa memahami
anak, tapi juga untuk membuat perencanaan dengan lebih baik, serta
berguna untuk mengevaluasi cara mengajar guru.
Observasi yang dilakukan guru terhadap anak merupakan proses
awal untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan anak
secara keseluruhan, lalu berikutnya diambil keputusan untuk
kepentingan pendidikan anak. Menurut Nilsen (2004:2) guru
diperkirakan membuat ribuan keputusan dalam satu hari. Semuanya
berdasarkan hasil evaluasi observasi mengenai makna dan respon yang
tepat. Kegiatan mengobservasi, memutuskan dan bertindak ini dilakukan
berulang-ulang sepanjang hari. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini:

Memutuskan

Observasi Bertindak

Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 27


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

Guru yang terlatih melakukan observasi akan memanfaatkan hasil


observasinya untuk memutuskan dan bertindak, sebagaimana yang dapat
dilihat dari contoh berikut:

Titi mengamati Rasya yang berusia 4 tahun di hari pertama di


minggu keduanya berada di kelas A. Hari-hari pertama dilalui Rasya
dengan menjerit dan menangis bilamana hendak berpisah dengan
ibunya. Hari ini ia lebih tenang walaupun masih belum mau ikut
dalam aktifitas kelas. Titi mengamati Rasya seringkali
memperhatikan Alika yang ceria dan sudah lebih dahulu mampu
menyesuaikan diri di kelas. Ketika Rasya duduk di lantai sambil
memeluk lututnya, Titi mengajak Rasya bermain clay bersama-sama
dengan Alika. Tak lama keduanya dapat bermain dengan gembira
bersama.
Tentunya observasi akan memberi informasi berharga mengenai
anak dan situasinya. Seperti contoh di atas, guru (Titi) menggunakan
informasi yang ia miliki untuk segera mengambil tindakan yang berguna
untuk mengatasi masalah di kelas. Bila guru memiliki keterampilan observasi
yang terbatas maka akan banyak kejadian dan kondisi anak yang tidak
mampu dipahami oleh guru, hal ini akan mengakibatkan munculnya berbagai
permasalahan di dalam pembelajaran. Selain itu karena sebagian besar di
antara kita memiliki kemampuan mengingat yang terbatas, padahal informasi
yang kita peroleh selama mengobservasi anak sangat berharga, dengan
demikian guru perlu melakukan pencatatan.

3. Manfaat yang Diperoleh Guru Melalui Observasi


Menurut Feeniy (2006:134) melalui observasi guru mengembangkan
berbagai hal, yaitu:
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap anak secara umum, berupa kepekaan
akan wilayah perkembangan anak, juga mempertinggi kepekaan akan
kualitas unik dunia anak. Hal ini memberi guru pemahaman yang lebih
baik dan rasa empati terhadap anak.
b. Memperdalam pemahaman terhadap anak secara individual, yaitu
bagaimana mereka berpikir, merasakan, dan memandang dunia, serta
minat, kemampuan dan karakteristik respon yang mereka miliki, juga apa
yang menjadi kekuatan dan kelemahan mereka. Hal ini akan berguna
ketika merencanakan kurikulum yang memenuhi kebutuhan anak dan
dalam mengkomunikasi perkembangan anak kepada pihak lain seperti
orang tua anak, terapis atau tenaga medis.
c. Memahami relasi sosial antara sesama anak juga antara anak dengan
orang dewasa yang ada di sekitarnya. Hal ini memungkinkan guru
memfasilitasi hubungan antar anak di dalam kelas.

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 28


Teknik Observasi bagi pendidikan anak usia dini Ria Novianti

d. Mengasah kepekaan mengenai bagaimana lingkungan digunakan oleh


anak keluarga, dan staf sekolah sehingga guru dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas lingkungan tersebut.
e. Meningkatkan kemampuan untuk berbagi aspek-aspek berarti dari
perkembangan anak dan kemampuan untuk memperlihatkan kekuatan
dari pembelajaran anak. Hal ini membantu guru untuk dapat
mengoptimalkan kemampuan anak.

C. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Observasi pada
PAUD merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam mengamati anak
didik guna memperoleh informasi mengenai berbagai aspek
perkembangannya dan kemajuan dari pembelajaran yang telah dilakukan
dengan tujuan untuk mengambil keputusan sesuai kebutuhan masing-masing
anak. Proses observasi terdiri dari kegiatan observasi itu sendiri atau
mengamati, pencatatan, dan penginterpretasian informasi yang ada. Adapun
pelaksanaan observasi memberi berbagai manfaat bagi guru yang berkaitan
dengan kemampuan guru memahami anak, peningkatan pembelajaran dan
pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.

D. DAFTAR PUSTAKA
Anita Yus. 2005. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-
kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Cartwright, Carol A., Carwright, G.Phillip. 1984. Developing Observation
Skills. New York: McGraw-Hill.
Feeniy, Stephanie., Christensen, Doris., Moravcik, Eva. 2006. Who Am I in
The lives of Children. Ohio: Merril Prentice Hall.
Friend, Marilyn. 2005. Special Education: Contemporary Perspective for
School Professionals. United States of America: Pearson Education.
Gronlund, Gaye. Engel, Bev. 2001. Focused Portofolio. Washington:
Redleaf Press
Nilsen, Barbara Ann. 2004. Week by Week, Documenting The Development
of Young Children. Clifton Park: Thomson Delmar Learning.
Rich, Dorothy. 2008. Sukses untuk Anak-anak Prasekolah. Jakarta: PT.
Indeks.
Smith. Connie Jo., Hendricks, Charlotte M., Bennet, Becky S. 1997.
Growing, Growing Strong: A Whole Health Curriculum for Young
Children. St. Paul: Redleaf Press.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wortham, Sue C. 2005. Assessment in Early Childhood Education. New
Jersey: Pearson Education.

EDUCHILD. Vol.01 No.1 Tahun 2012 29

Anda mungkin juga menyukai