Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Bimbingan Konseling Sekolah Dasar

KELOMPOK III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Eny Wiji Lestari


Faizatur Rohmah
Nuri
Sumairah
Ajeng Intan Nur Rahmawati
Yoga Kusuma
Sutam Bayu A

121014002
121014015
121014011
121014228
121014034
121014234

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Ilmu Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling anak awalnya tidak diperlukan karena anak-anak dianggap
belum memiliki masalah yang berarti. Karena itulah anak-anak merupakan
kelompok yang paling tidak diperhatikan kondisi mentalnya. Tetapi saat ini
sudah banyak perubahan yang terjadi sehingga anak-anak merupakan target
konseling yang paling tinggi.
Di Amerika Serikat, sejumlah konselor untuk anak meningkat pesat
dalam 20 tahun terakhir ini. Sebagian besar diantara mereka memberikan
pelayanan bagi anak-anak usia 6-18 tahun di sekolah-sekolah. Disamping itu
para konselor juga bekerja di berbagai institusi, rumah sakit, program
intervensi (alkhohol, drugs, penganiayaan, pelecehan sekual) atau membuka
praktik pribadi. Di Indonesia, melihat klien datang ke pusat-pusat konsultasi,
sangat banyak dibutuhkan konselor untuk menangani berbagai macam
masalah pada anak (Baruth & Robinson III, 1987).
Para peserta didik memiliki tugas tugas perkembangan yang harus
dipenuhinya. Untuk pencapaian kompetensi siswa secara optimal diperlukan
kerja sama yang baik antara manajemen/supervisi, pengajaran, dan bimbingan
konseling yang merupakan tiga pilar pendidikan. Maka dari itu diperlukan
adanya program bimbingan dan konseling yang baik disertai dengan
pelaksanaannya yang benar, supaya tugas tugas perkembangan siswa dapat
ditangani dengan optimal. Dalam menangani masalah yang dialami oleh anak
berbeda dengan menangani masalah yang dialami oleh pra-remaja dan remaja.
Berdasarkan paparan di atas maka penulis membuat makalah yang
berjudul Konseling Anak supaya mengetahui apa yang dilakukan seorang
konselor dalam melakukan konseling anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dari makalah ini antara lain:
A. Apa Konseling Anak?
B. Bagaimana Sifat Dasar Anak?
C. Apa Karakteristik Konseling Pada Anak-Anak?
D. Bagaimana Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan
E.
F.
G.
H.

konseling anak?
Bagaimana Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 Tahun)?
Bagaimana Konseling Pra-Remaja (9-12 Tahun)?
Apa Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak?
Bagaimana Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling

berlangsung?
I. Apa Saja Faktorfaktor yang Berpengaruh dalam Pelaksanaan Konseling
untuk Anak?
J. Apa Media Konseling Anak-Anak?
K. Apa Fungsi Konselor Anak?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat
dirumuskan dalam makalah ini antara lain:
A. Mengetahui tentang Konseling Anak
B. Mengetahui Sifat Dasar Anak
C. Mengetahui Karakteristik Konseling Pada Anak-Anak
D. Mengetahui Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan
E.
F.
G.
H.

konseling anak
Mengetahui Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 Tahun)
Mengetahui Konseling Pra-Remaja (9-12 Tahun)
Mengetahui Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak
Mengetahui Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling

berlangsung
I. Mengetahui Faktorfaktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling
untuk anak
J. Mengetahui Media Konseling Anak-Anak
K. Mengetahui Fungsi Konselor Anak

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling Anak
Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang
konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi
kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh
dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong
untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap
dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat
menimbulkan masalah jangka panjang.
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara
tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara
dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi
oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab
untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan
kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan
karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada
anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling,
mereka memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa
yang ia lakukan. Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan
dengan orang dewasa di mana mereka lebih dapat dipercaya.
Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh
profesi konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan dilakukan
dengan cara face to face, sehingga individu yang mendapatkan bantuan
tersebut mendapatkan kebahagiaan. Pemberian bantuan face to face
dalam proses konseling tentu saja membutuhkan teknik dan keterampilan
tertentu yang

harus dikuasai.

Keterampilan

yang dimaksud adalah

keterampilan konseling.
Dalam memberikan konseling untuk anak berbeda metodenya
dengan konseling yang ditujukan kepada remaja ataupun orang dewasa.
Kekhasan atau keunikan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penggunaan metode pendekatan konseling. Penguasaan metode yang
ditunjang dengan pemahaman tentang dunia anak sesungguhnya akan

mempermudah kerja konselor dan tujuan diadakannya konseling tersebut


dapat tercapai.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konseling anak :
1. Apa fokus dari intervensi yang dilakukan? Apakah fokus dari konseling
akan melibatkan anak sebagai konseli ataupun juga akan membangun
kesepahaman pada orang tuanya juga.
2. Apakah ada bukti untuk mendukung, seleksi dari pendekatan teraputik?.
Apakah ada bukti yang didapat dari proses assesmen untuk mendukung,
terapi ataupun menyarankan kepada terapis.
3. Apa dampak terapi terhadap proses perkembangan anak ataupun pengaruh
perkembangan terhadap proses terapi? Apakah terapi akan mempengaruhi
perkembangannya, ataupun proses perkembangan dalam usia dan tahapan
tertentu berpengaruh terhadap jenis dan atau proses terapi itu sendiri.
B. Sifat Dasar Anak
Masa kanak-kanak merupakan masa yang unik, masa belajar yang
amat penting bagi perkembangan seorang individu. Yang dimaksud dengan
belajar disini tidak hanya mencakup keterampilan belajar praktis, melainkan
juga memperoleh perspektif yang lebih luas tentang belajar di seluruh area
perkembangan manusia. Konselor untuk anak yang baik haruslah memahami
perkembangan anak yang normal sehingga dapat digunakan untuk
mengevaluasi anak-anak yang bermasalah. Anak tidak dapat disamakan
dengan orang dewasa. Rousseau (Baruth dan Robinson III, 1987) mengatakan
bahwa orang dewasa harus di pandang sebagai orang dewasa, dan anak
sebagai anak, dan jalan menuju ke sejahteraan jiwa adalah member mereka
tempatnya masing-masing.
Menurut Maslow (1968) ada 8 karakteristik umum dari anak sehat
yaitu :
a. Spontan, ingin berinteraksi dengan lingkungan dan mengekspresiakn
keterampilan yang dimiliki
b. Sehat secara fisik, tidak di dominasi rasa takut, dan merasa cukup aman
untuk mengambil resiko.

c. Pengalaman dengan lingkungan di peoleh secara kebetulan atau dengan


bantuan orang dewasa
d. Cukup aman dan percaya diri dalam melakukan interaksi dan menerima
berbagai konsekuensinya
e. Akan mengulangi pengalaman-pengalaman yang sukses
f. Kemudian berkembang kea rah pengalaman yang lebih kompleks
g. Pengalaman-pengalamannya yang sukses akan meningkatkan self-estem
dan perasaan mapu, member kekuatan serta control diri.
h. Memilih untuk terus tumbuh dan maju.
C. Karakteristik Konseling Pada Anak-Anak
Anak-anak merupakan penonton pada dunia orang dewasa. Segala
kebutuhannya masih sangat tergantung pada orang tua dan orang dewasa lain.
Karena masih terbatasnya kebebasan yan dimiliki, pilihan yang ada untuk
konselor dan anak juga amat terbatas. Anak-anak terpaksa harus mengambil
apa yang ada. Dia tidak akan mengubah lingkungan kerja misalnya, ia dapt
membuat pilihan dengn pindah kepekerjan lain. Tidk demikian halnya dengan
anak. Dalam hal ini konseling pada anak, peran konselor sebagai konsultan
dan agen perubahan adalah yang utama, Ia dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut

(1)

mencoba

mengubah

anak

sehingga

lebih

cocok

bagi

lingkungannya, (2) mencoba mengubah lingkungan agar anak dapat berfungsi


dengan lebih baik, (3) gabungan dari usaha tersebut.
Konseling pada anak haruslah memperhatikan pola piker mereka yang
masih cenderung egosentris yaitu amat terpaku pada pola pikir sendiri. Mereka
juga lebih intuitif dan konkret dalam berfikir sehingga sulit untuk memahami
hal-hal yang abstrak. Pada anak-anak yang lebih kecil, orientasi mereka adalah
masa sekarang. Oleh karena itu pertemuan konseling sedapat mungkin
dilakukan minimal dua kali seminggu agar mereka memperoleh manfaatnya.
Proses konseling akan lebih bermakna bila anak mempeoleh kesempatan
untuk melakukan eksplorasi secara konkrit, misalnya membuat sesuatu,
bermain dengan sesuatu, main ayunan dan lain-lain yang memberikan
kesempatan untuk mengeksplorasi secara konkrit dunianya. Berbagai media

yang kurang cocok untuk orang dewasa seperti alat permainan, games, cat
air, boneka dan sebagainya dapat digunakan untuk anak-anak yang rentang
perhatiannya masih sangat singkat dan kadang-kadang kurang mampu untuk
mengekspresikan dirinya secara verbal.
D. Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan konseling
anak
1. Modal Umum.
Adanya pemahaman komprehensif tentang konseling untuk
anak. Konseling untuk anak adalah proses pemberian bantuan pada anak
yang ditujukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan
lingkungan di sekolah. Metode pendekatan yang dilakukan juga
hendaknya juga berbeda ketika berhadapan dengan remaja. Metode
yang digunakan tentunya mengikuti berbagai macam tahap proses
konseling yang sesuai dengan karakteristik anak. Dalam menjalankan
proses konseling, pendidik dan konselor harus mempunyai ide yang jelas
sehingga tujuan diadakannya proses konseling tercapai.
Pencapaian tujuan selain didasari dengan ide yang matang, faktor
terpenting

yang

pertama

harus

dibentuk

dengan

baik

adalah

menemukan cara pendekatan yang tepat dengan anakanak sehingga anak


percaya dan hubungan antara guru atau konselor dengan anakanak dapat
berjalan baik. Kita tidak dapat menggunakan cara yang sama dalam
menghadapi anakanak dengan remaja ataupun orang dewasa. Jika
hal itu terjadi, kemungkinan situasi yang akan kita hadapi adalah
anak akan diam, mudah bosan, ataupun menimbulkan reaksireaksi
emosi yang tidak diharapkan, sehingga apa yang diharapkan dari
pertemuan tidaklah tercapai. Hal yang selalu kita sadari bersama bahwa
anak-anak mempunyai dunia yang unik dan berbeda dari masa sebelum
dan sesudahnya. Masa kanakkanak ini terbentuk dari proses pertumbuhan
fisiologis dan psikologis yang terus menerus dalam tahap belajar menuju
ke masa selanjutnya.
2. Modal khusus sebagai konselor anak haruslah memiliki:
a) Pemahaman mendalam tentang dunia anak yang dihadapinya.

b) Kongruent. Kepribadian konselor haruslah terintegrasi dengan


baik, jujur, konsisten, stabil, dapat beradaptasi, sehingga kepercayaan
diri konselor dalam menjalankan proses terapi dapat terbentuk.
Kepribadian

ini

akan

memotivasi

timbulnya

pemahaman

pemahaman yang baik akan dunia anak, sehingga lingkungan yang


dibutuhkan anakanak dapat terbentuk.
c) Menjaga kedekatan dan hubungan yang baik dengan anakanak.
d) Adanya penerimaan yang tulus. Hal ini dapat dilihat dari sikap baik
verbal maupun non verbal dalam menghadapi anakanak tanpa
melihat atau mendeskriminasi adanya keterbatasan pada diri anak.
Anak

perlu

mendapatkan

penerimaan

yang

positif

dari

konselor/pendidik dengan menghargai anak sebagai individu yang


unik.
e) Tidak mereaksi anak secara emosional. Berikanlah sikap kasih sayang
yang hangat dan ramah pada anakanak, sehingga anakpun dapat
merasakannya.
E. Konseling Anak Pada Middle Childhood (5-9 Tahun)
Secara umum, anak-anak usia ini menghadapi masalah pada empat
area (Baruth & Robinson III, 1987) :
1) Sekolah:
Memahami guru dan dipahami guru,
Takut bertanya di kelas,
Menghadapi tugas-tugas yang terlalu sulit,
Ingin lebih baik pada mata pelajaran tertentu,
Tidak menyukai bidang tertentu,
Dibebani pekerjaan yang terlalu mudah.
2) Keluarga:
Ingin lebih dekat dengan orangtua,
Merasa orangtua terlalu ketat dan berharap terlalu banyak,
Ingin punya relasi lebih baik dengan saudara sekandung,
Ingin mempunyai lebih banyak kebersamaan dengan orangtua.
3) Hubungan dengan orang lain:
Ingin punya lebih banyak teman,
Bahan ejekan teman,
Membuat teman yang disukai mau bermain dengannya,
Takut bicara dengan orang,

Belajar menyesuaikan dengan orang lain; untuk menjadi bagian dari

sesuatu dan diterima.


4) Diri sendiri:
Tidak bahagia,
Merasa tidak akurat secara fisik, sosial atau pribadi,
Belajar bagaimana mengelola perasaan,
Belajar menangani perasaan malu (shyness) atau perasaan sepi
(lonesome).
Disamping masalah-masalah perkembangan ini anak mungkin
menghadapi hal-hal bersifat traumatic padahal mereka belum memiliki
kemampuan yang baik dalam menangani stress. Kejadian-kejadian yang
akan menimbulkan tekanan berat antara lain: perceraian orang tua,
kematian orang yang dicintai, penganiayaan fisik/emosional, tidak sukses
pada bidang yang dianggap penting oleh anak dan sebagainya.

Teknik yang dapat digunakan untuk konseling anak adalah


1. Konseling melalui bermain
Menurut Baruth dan Robinson III (1987), Salah satu bentuk
konseling yang sering digunakan untuk anak usia sekolah adalah
konseling bermain. Dengan cara ini anak bisa mengekpsreikan dirinya
sendiri dan memperoleh kesempatan untuk play out perasaan-perasaan
dan masalahnya.
Manfaat bermain dalam konseling adalah
a. Pemahaman diagnostic tentang anak: memahai karakteristik anak,
misalnya kapasitasnya untuk berhubungan dengan dirinya sendiri
dan orang lain, mudahnya perhatian beralih, rigidinitas, persepsi
tentang orang, harapan-harapannya, persepsi tentang drinya sendiri.
Dengan permaianan ini dapat dilihat bagaimana dia memandang
dirinya sendiri dan masalahnya
b. Membentuk hubungan kerja, terutama bagi anak-anak yang
kapasitas verbalnya untuk ekspresi diri masih sangat terbatas, anakanak yang menunjukan resistensi dan yang tidak mampu
berartikulasi

c. Mengetahui cara anak berhadapan dengan situasi sehari-hari dan


defans terhadap kecemasan.
d. Membantu anak mengungkapkan hal-hal tertentu serta perasaan
menyertainya. Sangat bermanfaat bila anak terhlang (mengalami
blocking) mendiskusikan hal-hal tertentu dan terapi tidak
mengalami kemajuan.
e. Membantu anaka mengekpresikan mteri-materi yang tidak di sadari
dan mengurangi ketegangan. Untuk mengungkapkan materi-materi
simbolik yang dirasakan bahaya oleh anak. Konselor harus
memahami sejauh mana materi ini dapat di ungkapkan tanpa
menimbulkan panic dalam diri anak.
f. Mengembangkan minat bermain pada anak yang dapat di alihkan
pada kehidupan sehari-hari dan yang dapat diperkuat dirinya untuk
kehidupan selanjutnya.
2. Friendship Group
Baruth dan Robinson III (1987) menyebutkan suatu cara lain,
yaitu dengan pelatihan Friendship Grou. Tujuan dari pembentukan
kelompok ini adalah untuk menjajaki hubungan teman sebaya yang
positif. Kelompok ini bersifat heterogen.

3. Eksplorasi dari isi mimpi


Barker (1990) mengatakan bahwa iya selalu bertanya kepada
anak apakah mereka bermimpi ketika mereka tidur, dan jawabannya
kebanyakan adalah bahwa mereka bermimpi, meskipun beberapa
mengatakan bahwa mereka tidak ingat apa isi mimpi mereka. Mereka
yang menyangkal bermimpi tau mengatakan tidak ingat isi mimpi
mereka biaanya tidak menolak kalau diminta untuk mengarang sebuah
mimpi, untuk pura-pura bahwa mereka bermimpi. Isi dari mimpi
buatan ini dapat member wawasan lebih lanjut tentang kehidupan
fantasinya. Eksplorasi mimpi anak dapat menjadi sarana yang
bermanfaat untuk masuk kedalam pikiran dan perasaan yang mungkin

tidak disadari oleh anak, meskipun aliran (pendekatan) yang dianut


oleh konselor akan berpengaruh pada makna mimpi.
4. Meggunakan board games dan aktivitas formal lainnya.
Cara ini juga dikemukakan oleh Barker (1990). Menggunakan
board games (seperti ular tangga,scrabble, halma dll) adalah salah satu
cara untuk menjalin kontak dengan anak-anak yang enggan untuk
bicara banyak tentang dirinya sendiri dalam percakapan dan tidak
dapat berman dengan bebas dengan mainan dan materi-materi bermain
lainnya yang ada. Board games yang dipilih hendaknya sederhana dan
tidak memakan waktu yang lama (missal monopoli)
Board games atau permainan berstruktur formal lainnya, bisa
lebih daripada hanya sarana untuk menjalin rapport dan emmbuat anak
emrsa nyaman. Mialnya dapat dilihat rasa percaya diri anak,
kemauannya untuk bermain esuai dengan peraturan dan tidak bermain
curang. Rasa marah, sedih, putus asa, takut gagal, kemampuan untuk
menikmati permaianan atau ekspektasi untuk sukses dapat di lihat dari
cara dan sikap anak dalam berman. Akan kelihatan juga, kemampuan
ana berkonsentrasi dan kemampuan untuk memahami permaiann dan
berfikir dengan cara abstrak. Barker (1990) mengatakan bahwa dari
pengalamannya, ia kemudian dapat melakukan percakapan dengan
anak sambil bermain, bahkan dengan anak yang tadinya enggan
berbicara.
F. Konseling Pra-Remaja (9-12 Tahun)
Pada usia ini sering di sebut sebagai usi laten. Anak-anak usia ini biasanya
cenderung berkelompok dengan teman sebaya dari jenis kelamin sama dan
mempunyai cirri ada dalam keadaan tidak aktif, dan untuk orang dewasa
sering tampak seperti ada dalam dunianya sendiri. Pada masa ini laju
perkembangan anak laki-laki dan perempuan tidak sama, anak perempuan
berkembang sediit lebih cepat dari pada anak laki-laki. Yang menjadi focus
perhatian adalah hubungan interpersonal. Di sekolah, meneruskan berita-

yang ditulis secarik kerrtas kecil-menjadi pengisi waktu. Juga meneruskan


masa pencarian.
Bentuk konseling yang dianjurkan adalah konseling bermain dan konseling
dengan menggunakan media seperti seni, music, drama, guided fantasy dan
literatur.
1. Media Seni untuk Konseling
Menurut Gumaer (Baruth & Robinson III, 1987). Seni dalam
kegiatan konseling dapat bermanfaat bagi anak dalam hal seperti :
a. Seni melibatkan anak untuk menggunakan pikiran dan panca
indranya. Seni menuntut anak untuk berpikir sebelum bertindak.
Mereka dilatih untuk menggabungkan berbagai input untuk menjadi
produk yang terintegrasi (misalnya lukisan, patung).
b. Anak dapat mengekpresikan pikiran dan perasaannya

yang

berhubungan dengan masa lalu, saat ini, maupun memproyeksikannya


ke dalam aktivitas di masa depan.
c. Seni memungkinkan anak untuk melakukan katarsis dari emosi-emosi
negatif dalam bentuk yang dapat diterima lingkungannya. Anak yang
agresif terhadap orang lain seringkali karena mereka tidak mempunyai
strategi alternatif untuk melepaskan ketegangan mereka.
d. Seni merupakan produk hasil dari inisiatif diri dan dikontrol oleh anak
sehingga meningkatkan perkembangan ego.
e. Media seni, proses artistik, dan hasil jadinya memberikan perasaan
telah berprestasi, kepuasan dan harga diri.
f. Seni dapat membantu pembentukan rapport dengan anak-anak yang
pemalu, ragu-ragu atau nonverbal.
g. Melalui seni, terapis dapat menyentuh aspek-aspek bawah sadar pada
anak tanpa harus berhadapan dengan mekanisme defensnya.
h. Seni memberikan tambahan data diagnostik bagi informasi lain yang
diperoleh dalam konseling.
2. Bibliocounseling
Dalam konseling dengan pra-remaja dapat pula digunakan buku,
puisi,

cerita

rakyat,

dan

sebagainya.

Beberapa

manfaat

dari

bibliocounseling adalah :
a.
b.
c.
d.

Memberi informasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah.


Memberi instruksi dan petunjuk untuk pengembangan keterampilan.
Mengidentifikasi dan memuaskan minat pribadi.
Membantu membawa masalah yang direpresi ke alam kesadaran.

e. Membantu pengkajian topik yang bersifat pribadi dan mengancam


dengan memberi ide-ide dan cara-cara untuk mengomunikasikannya.
f. Membantu pemahaman diri dan pemahaman tentang diri dalam
hubungan dengan orang lain.
g. Membantu proses sosialisasi dengan menstimulasi perasaan menjadi
bagian dengan orang lain.
h. Membantu timbulnya perasaan universalisasi, well-being, dan rasa
aman dengan membantu anak-anak dengan memberi pemahaman
bahwa orang-orang lain juga merasakan seperti mereka dan telah
mengalami pengalaman serupa. Mengurangi perasaan sendiri dan
terisolasi yang tipikal untuk anak-anak yang bermasalah.
i. Membantu anak untuk rileks dengan mengurangi anxietas melalui
kelegaan emosional.
j. Membantu pengujian kembali sikap dan nilai.
k. Memberi kesenangan dan hiburan melalui pengalaman estetik.
l. Mengembangkan apresiasi kritis dan estetik mengenai nilai buku dan
bentuk literatur lain (Gumaer ; Baruth & Robinson III, 1987).
G. Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak
Geldard and Geldard (2008) memformulasikan beberapa atribut
yang harus ada dalam hubungan konselor dan anak dalam menjalankan
proses konseling, yaitu:
a) Adanya kesinambungan antara persepsi konselor dan dunia anakanak. Hal
ini dapat dibangun konselor dengan memahami tentang apa dan bagaimana
dunia anak, sehingga persepsi dan penghargaan serta sikap yang tidak
menghakimi akan keberadaan dunia anak akan terbentuk.
b) Hubungan yang eksklusif. Konselor hendaknya membangun dan
menjaga hubungan yang baik dengan anakanak untuk membentuk
kepercayaan pada diri anak pada konselor.
c) Hubungan yang aman. Konselor berusaha membuat lingkungan kondusif
bagi anakanak sehingga ia dapat mengeksresikan emosi dan perasaan
mereka dengan bebas. Perasaan aman dalam bersikap dan bertingkap
laku dan menimbulkan rasa percaya kepada konselor.
d) Hubungan Autentik. Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang
dilandasi dengan sikap jujur, terbuka , spontan, dan alamiah. Sikap purapura dapat menghambat jalannya proses konseling. Sikap konselor yang

demikian akan membawa konselor berinteraksi dan bermain dengan anakanak dengan rasa senang.
e) Hubungan yang menimbulkan adanya rasa percaya diri pada anak. Ketika
bekerjasama dengan anak-anak, konselor berusaha mengembangkan
suasana yang aman untuk anak-anak dalam membagi apa yang
dipikirkan dan dirasakannya. Konselor dapat mencoba mencari suasana
yang disukai klien.
f) Hubungan non-intrusif. Konselor jangan menginterupsi dengan apa yang
dikatakan dan dilakukan anak, sehingga anak merasa terganggu.
Buatlah

suasana

nyaman.

Terlalu

membingungkan

anak

bila

menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang terlalu banyak dalam satu


waktu. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan perasaan curiga pada diri
anak sehingga menimbulkan perasaan takut berbagi.
g) Hubungan yang bertujuan. Setiap hal yang dilakukan oleh konselor
hendaknya bertujuan dengan jelas. Harus disadari bahwa beberapa anak
memerlukan waktu yang lama untuk bisa bekerja sama dengan konselor,
dan terkadang diiiringi dengan perasaan cemas. Bermain merupakan
sarana yang baik untuk mendekatkan diri pada anakanak. Permainan
yang dipilih sebaiknya mendukung proses pemecahan masalah yang
dihadapinya.
H. Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling berlangsung
Selama proses konseling dilakukan, ada beberapa ketrampilan
konseling yang harus dimiliki oleh seorang konselor atau pendidik yang
membantu anak dalam penyelesaian hambatan atau masalah pada diri anak,
yaitu:
a) Pendekatannya menyatu dengan anak (joining with the child)
b) Mengamati perilaku anak selama konseling (observation)
c) Mendengar secara aktif aktif (active listening)
d) Menyadari berbagai isu untuk menfasilitasi perubahan (awareness raising
and the resolution of issues to facilitate change)
e) Menyelami apa yang diyakini anak (dealing with the childs belief)
f) Aktif memfasilitasi anak yakni dengan memberi kesempatan anak untuk
mengekspresikan apa yang dipikir dan dirasa (actively facilitating).
g) Mengakhiri dengan kesimpulan (termination)

I. Faktorfaktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling untuk


anak
a) Usia
Perbedaan usia pada anak akan mempengaruhi berbagai
macam hal yang membantu proses pelaksanaan konseling, misalnya
penerimaan/persepsi anak yang masih sederhana berpengaruh pada
bahasa dan metode pendekatan, serta media yang dipakai.
b) Latar belakang kehidupan anak
Orang tua melalui gaya pengasuhan (hubunganketerdekatan, pola
komunikasi,

pola

kedisiplinan),

aturan/norma

keluarga,

kebiasaan/habituasi dalam keluarga, status sosial ekonomi, budaya


lingkungan, tingkat pendidikan, bakat (potensi khusus) dan minat
(kesenangan).
c) Keterbukaan dan kerjasama dari orang tua dalam memberikan informasi
merupakan hal penting untuk melihat perubahan perilaku pada anak.
J. Media Konseling Anak-Anak
Salah satu bantuan yang dapat dilakukan pada institusi sekolah dasar
adalah melalui proses konseling yang terstruktur. Konseling untuk anakanak
dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Konseling anak
jelas berbeda dengan konseling pada orang dewasa dalam pelaksanaannya.
Konseling pada anak memiliki kekhasan sendiri dalam melakukannya.
Menimbang dunia sekolah dasar adalah dunia bermain, sehingga media yang
digunakan adalah mediamedia yang sesuai dengan metode pembelajaran pada
pendidikan sekolah dasar. Konseling ini tentu saja berbeda dengan metode
mendongeng, keterampilan dalam melakukan konseling beserta prosedur
konseling dilakukan, seperti mendengarkan secara aktif, dan melakukan
kesimpulankesimpulan yang melibatkan anak secara interaktif. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Geldard dan Geldard (2008) bahwa praktek
konseling dengan anak memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan
dengan pendekatan orang dewasa. Selanjutnya dikemukakan bahwa
konseling untuk anak sekolah dasar menggunakan pendekatan berbagai
metode pembelajaran pada institusi sekolah dasar tersebut, seperti bercerita

dengan

menggunakan

media

gambar-menggambar

dan

konstruksi.

Penggunaan beberapa media dalam konseling anak, antara lain:


a. Miniatur binatang
1) Sekumpulan binatang berbagai jenis (binatang buas, ternak, jinak,
dinosaurus, binatang peliharaan, dan lain-lain)
2) Benda-benda pendukung lainnya (misalnya pagar dan lain-lain)
Langkah-langkah penggunaan miniatur binatang dalam terapi anak, antara
lain:
a)
b)
c)
d)

Pilihlah binatang yang paling menggambarkan anak


Pilihlah binatang yang mewakili keluarga anak atau sekolahnya
Susunlah binatang itu menurut kedekatan hubungan mereka
Bila ada satu binatang tidak ada (salah satu yang berpengaruh), apa

yang terjadi?
e) Susunlah binatang itu yang membuat semua yang ada di dalamnya
merasa lebih bahagia serta akhiri konseling dengan sesuatu yang
melegakan/membahagiakan.
b. Sand tray
1) Kotak pasir, pasir yang bersih dan berukuran lebih besar
2) Perlengkapan: benda-benda apa saja (yang akan dijadikan simbol /
lambang)
Langkah-Langkah menggunakan sand tray dalam terapi anak:
a) Kumpulkan informasi penting mengenai apa yang sedang terjadi dalam
diri anak (misalnya: perceraian, kematian, dan lain-lain). Observasi
cara anak bermain, cara meletakkan lambang, pemilihan lambang,
emosinya, raut wajahnya, dan tema selama bermain.
b) Beri feedback dan gunakan open question untuk memancing anak
bercerita lebih banyak mengenai apa yang sedang terjadi dengannya.
c) Beri dia kesempatan untuk menata mainan (sand tray) tersebut
berdasarkan apa yang membuatnya lebih bahagia dibanding dengan
apa yang telah terjadi.
c. Clay
1) Clay atau malam, tanah liat
2) Tatakan untuk bermain malam (agar kebersihan tetap terjaga)
3) Benda-benda pendukung (alat untuk memotong, membentuk,
mencetak)
Langkah-langkah menggunakan clay dalam terapi anak diantaranya:
a) Minta anak berteman dengan clay (dengan meminta mereka
melakukan sesuatu seperti membuat bola, memipihkan, membuat ular,

melingkarkan ke jari, dan lain sebagainya). Saat anak bermain lakukan


observasi dan feedback.
b) Meminta anak memilih bagian mana dari aktifitas tadi yang disukainya
sehingga bagian yang disukai tersebut dapat diperagakan lagi.
c) Minta dia membuat sesuatu tentang dirinya (bentuk apa saja kecuali
bentuk asli manusia).
d) Coba minta mereka membuat anggota keluarga lain.
e) Atur berdasarkan kedekatan serta minta dia merefleksi perasaannya.
f) Minta anak berdiri, pegang clay yang melambangkan perasaannya.
Katakan pada clay itu dengan suara keras (saya marah karena...),
lempar clay ke bawah (konselor harus tenang supaya situasi lebih
terkendali)
g) Atur posisi anggota keluarga yang membuat semua lebih bahagia.
h) Tanyakan perasaannya sekarang.
i) Konfirmasikan pada anak mengenai apakah anak itu sendiri atau
konselor yang akan memberitahu orang tua mengenai apa yang perlu
orang tua ketahui.
j) Setelah itu mainan dapat dirapikan.
d. Fruit tree drawing
1) Kertas gambar, pensil dan krayon
2) Kursi dan meja kecil untuk menggambar
Langkah-langkah menggunakan fruit tree drawing dalam terapi anak
yakni:
a) Minta anak menggambar sebuah pohon yang menggambarkan dirinya.
b) Dialog dengan anak mengenai gambar itu, misalnya mengenai pohon
apa itu, apakah hidup sendiri/bersama, bagaimana buahnya, apa yang
terjadi dengan pohon itu. Gunakan kata ganti orang pertama untuk
bercerita mengenai pohon itu. Minta anak menceritakan lebih banyak
tentang dirinya dan apa yang dipikirkan mengenai diri dan
lingkungannya. Dalam hal ini konselor perlu mengobservasi dan
feedback dimana hal tersebut merupakan hal krusial untuk menolong
anak bercerita.
e. Comic strip
1) Kertas dengan 3 kotak untuk menggambar
2) Alat gambar/pewarna

Langkah-langkah dalam menggunakan comic strip dalam terapi anak


yakni:
a) Untuk kotak pertama: minta anak menggambar apa yang sedang terjadi
saat ini (sumber masalahnya).
b) Untuk kotak kedua: tindakan yang membuat anak terhindar dari
masalah tersebut.
c) Untuk kotak ketiga: apa yang dapat dilakukan untuk menolongnya
agar dapat terhindar dari masalah yang timbul.
d) Penekanan: anak punya pilihan dan segala pilihan pasti ada
konsekuensinya masing-masing.
K. Fungsi Konselor Anak
a. Melaksanakan tes
Tes-tes psikologis merupakan alat diagnostic yang dapat membantu
konselor merencanakan intervensi yang efektif. Konselor yang bekerja di
institusi biasanya akan memberikan beberapa tes bagi kliennya. Data yang
diperoleh dari tes-tes tersebut dapat disampaikan kepada orangtua, guru
dan pihak lain serta untuk membantu merancang program yang cocok bagi
anak. Bentuk tes biasa diberikan adalah tes kemampuan mental, tes
prestatif, inventori kepribadian, inventori konsep diri dan lain sebagainya.
b. Menulis dan menyimpan berbagai catatan
Konselor juga bertugas untuk mencatata dan menyimpan data-data
mengenai klien anak. Informasi dalam konseling akan bermanfaat dalam
mengevaluasi

kemajuan

konseling

dan

merencanakan

pertemuan

berikutnya. Seperti juga pada konseling orang dewasa, data-data yang di


peroleh dari anak akan di jaga kerahasiaannya, kecuali untuk tujuan
diskusi dengan sesame professional.

c. Melakukan rujukan dan penempatan


Salah satu tanggung jawab etis dari konselor adalah memberikan
pelayanan yang terbaik bagi anak, sesuai dengan masalahnya. Karena
adanya keterbatasan kemampuan atau jasa yang diberikan oleh institusi di
mana konselor bekerja, maka ada kalanya perlu dilakukan rujukan.

Idealnya konselor tahu benar berbagai jasa yang tersedia di masyarakat,


yang dapat membantu anak sehingga dapat melakukan rujukan secara
tepat. Konsleor yang bekerja di sekolah memiliki tanggung jawab untuk
merujuk anak ke sekolah khusus bila anak mengalami kesulitn belajar
pada anak sekolah umum (misalnya bagi anak down syndrome,autis,cacat
fisik, anak dengan gangguan emosi dll)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memberikan konseling untuk anak berbeda metodenya
dengan konseling yang ditujukan kepada remaja ataupun orang dewasa.
Kekhasan atau keunikan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penggunaan metode pendekatan konseling. Konselor untuk anak yang baik
haruslah memahami perkembangan anak yang normal sehingga dapat
digunakan untuk mengevaluasi anak-anak yang bermasalah. Anak tidak dapat
disamakan dengan orang dewasa. Orang dewasa harus di pandang sebagai
orang dewasa, dan anak sebagai anak.
B. Saran
Dalam pelaksanaan konseling anak, masih belum bisa terealisasikan
dengan baik, karena bimbingan dan konseling masih kurang digerakkan pada
sekolah-sekolah terutama Sekolah Dasar. Padahal BK di SD sangatlah penting
bagi perkembangan anak. Dalam proses konseling anak, konselor juga dapat
memahami bagaimana cara melakukan konseling anak dengan baik, karena
konseling anak berbeda dengan konseling pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. (2001). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Sixth Ed.
Belmont, CA: Wadsworth.
http://astipurwanti.blogspot.co.id/2014/09/konseling-anak-sd.html (di akses pada
hari kamis, 17 september 2015)
http://ekodageink.blogspot.co.id/2013/03/bimbingan-konseling-tk-sdkonseling.html (diakses pada hari kamis, tanggal 17 september 2015)
Lesmana, N, Jeanette. 2006.Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI-Press
Secasa. 2007. Children and counseling: South Eastern Centre Against Sexual
Assault is a service of Southern Health. (online www.secasa.com, September 16th
2015)
Sundberg, N, et.al. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai