Anda di halaman 1dari 20

TRAUMA BLADDER

Definisi
Trauma tumpul atau penetrasi perlukaan pada bladder yang mungkin dapat/tidak dapat
menyebabkan ruptur bladder. Trauma bladder sering berhubungan dengan kecelakaan
mobil saat sabuk pengaman menekan bladder, khususnya bladder yang penuh.
Etiologi dan faktor resiko
Kandung kencing yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang
kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk
pengaman pada klitis.
Manifestasi klinik
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika
klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi
trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih.
Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan
saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi
uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai
dilitis.
Manifestasi klinik
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika
klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi
trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih.
Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan
saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi
uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai
disrupsi tersebut teratasi.
Manajemen medis
Tindakan pertama pada trauma bladder adalah insersi kateter foley atau kateter
suprapubik untuk memonitor hematuria dan menjaga agar bladder tetap kosong sampai
sembuh. Cidera karena contusio atau perforasi kecil dapat diperbaiki dengan
pembedahan.
Manajemen keperawatan
Pengkajian terhadap klien yang dicurigai mengalami trauma bladder merupakan hal
yang penting. Perawat harus selalu memonitor urine output klien untuk mengetahui
jumlah atau adanya hematuria. Perawat harus mencatat penurunan urine output yang
berhubungan dengan intake cairan klien. Insersi kateter harus dilakukan secara hati-hati
pada klien yang dicurigai mengalami trauma bladder.
Manajemen keperawatan pada klien bedah
Pada pasien post operative, perawat harus mempertahankan drainase urine untuk
mencegah tekanan pada jaritan kandung kemih. Karena klien memakai cateter uretra
atau suprapubik maka penting diberikan informasi kepada klien tentang perawatan
kateter. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya harus
ditingkatkan sehingga mampu merawat dirinya di rumah. Rujuk untuk perawatan setelah
keteter dicabut. Berikan pula informasi mengenai latihan untuk memulihkan fungsi otototot kandung kemih.
TRAUMA URETRA

Uretra, sama seperti bladder, dapat mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic.
Terjatuh dengan benda membentur selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan
contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga
terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan pada
uretra.
Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih, penurunan
pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine
melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang
menimbulkan pembengkakan pada scrotum atau area inguinal yang mana akan
menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan
mengekstravasasi jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan ekimosis. Komplikasi dari
trauma uretra adalah terjadinya striktur uretra dan resiko impotent. Impotensi terjadi
karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplay syaraf pada area ini
mengalami kerusakan.
Penatalaksanaan trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra
atau suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter uretra/suprapubik dan
membiarkan urethra sembuh sendiri selama 2 3 minggu tanpa pembedahan. Selama
periode tersebut pasien dimonitor untuk terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine.
TRAUMA URETER
Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang dan otot,
sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Cidera pada ureter
kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena insersi
intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat
juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau
decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter.
Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam
atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.
Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria dapat
terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi ekstravasasi urine.
Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian
bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus paralitik,
adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka terbuka.
IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini. Pembedahan
merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan membuat
anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus,
transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic.
Pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan
dibahas khusus pada sistim tubuh yang terpengaruh :
1.
Ginjal (Renal)
Kemungkinan Data yang diperoleh :

Oliguria (produksi urine kurang dari 400 cc/ 24jam)

Anuria (100 cc / 24 Jam

Infeksi (WBCs , Bacterimia)

Sediment urine mengandung : RBCs ,


2.
Riwayat sakitnya dahulu.

Sejak kapan muncul keluhan

Berapa lama terjadinya hipertensi

Riwayat kebiasaan, alkohol,kopi, obat-obatan, jamu

Waktu kapan terjadinya nyeri kuduk dan pinggang


3.
Penanganan selama ada gejala

Kalau dirasa lemah atau sakit apa yang dilakukan

Kalau kencing berkurang apa yang dilakukan

Penggunaan koping mekanisme bila sakit


4.
Pola : Makan, tidur, eliminasi, aktifitas, dan kerja.
5.
Pemeriksaan fisik

Peningkatan vena jugularis

Adanya edema pada papelbra dan ekstremitas

Anemia dan kelainan jantung

Hiperpigmentasi pada kulit

Pernapasan

Mulut dan bibir kering

Adanya kejang-kejang

Gangguan kesadaran

Pembesaran ginjal

Adanya neuropati perifer


6.
Test Diagnostik

Pemeriksaan fungsi ginjal, kreatinin dan ureum darah


Menyiapkan pasien yang akan dilakukan Clearens Creatinin Test (CCT) adalah:

Timbang Berat badan dan mengukur tinggi badan

Menanmpung urine 24 jam

Mengambil darah vena sebanyak 3 cc (untuk mengetahui kreatinin darah)

Mengambil urine 50 cc.

Lakukan pemeriksaan CCT dengan rumus :


Vol. Urine [cc/menit x Konsentrasi kreatinin urine (mg %)}
Kreatinin Plasma (mg %)

Persiapan Intra Venous Pyelography


Puasakan pasien selama 8 jam
Bila perlu lakukan lavemen/klisma.

DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (Post operatif)


1.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma,
aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine.

2.
Gangguan body image berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan kontrol
eliminasi urine, kerusakan struktur tubuh ditandai dengan menyatakan perubahan
terhadap body imagenya, kecemasan dan negative feeling terhadap badannya.
3.
Nyeri berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains, proses penyakit
(cancer/trauma), ketakutan atau kecemasan ditandai dengan menyatakan nyeri,
kelelahan, perubahan dalam vital signs.
4.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan tubuh primer
(karena kerusakan kulit/incisi, refluk urine).
5.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan, edema
postoperative ditandai dengan urine output sedikit, perubahan karakter urine, retensi
urine.
6.
Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur body dan
fungsinya, response pasangan yang tidak adekuat, disrupsi respon seksual misalnya
kesulitan ereksi.
7.
Deficit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menangkap informasi,
misinterpretasi terhadap informasi ditandai dengan menyatakan
miskonsepsi/misinterpretasi, tidak mampu mengikuti intruksi secara adekuat.

Konsep Trauma
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena
perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,
kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan
peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai
sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga
sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga
harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu
diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
B. Klasifikasi
1. Trauma ginjal
2. Trauma ureter
3. Ruptur buli-buli
4. Kontusio buli-buli
5. Trauma buli-buli
6. Trauma uretra
7. Trauma Testis
C. Etiologi
1. Trauma ginjal
Dapat disebabkan oleh trauma langsung baik tajam atau tumpul, di daerah perut bagian
depan, samping maupun daerah lumbal. Dapat pula di akibatkan trauma tidak langsung
seperti jatuh terduduk, jatuh berdiri dan kkontraksi otot perut yang berlebihan pada
hidronefrosis.
a. Cedera dari luar
b. Rudapaksa tumpul
c. Fraktur /patah tulang panggul

2. Trauma ureter
a. Luka tembak atau tusuk.
b. Ruda paksa ureter disebabkan oleh ruda paksa tajam atau tumpul dari luar maupun
iatrogenik terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh darah panggul atau
tindakan endoskopik
3. Ruptur buli-buli
a. Cedera pada abdomen bagian bawah sewaktu kandung kemih penuh
b. Patah tulang panggul mengakibatkan ruptur buli-buli ekstra peritoneal
c. Cedera dinding perut
d. Cedera panggul yang menyebabkan patah tulang sehingga terjadi ruptur buli-buli
retro atau intra peritoneal
4. Trauma buli-buli
a. Cedera dari luar
b. Rudapaksa tumpul
c. Fraktur /patah tulang panggul
5. Trauma uretra
a. Fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranasea karena prostat dengan uretra
prostatika tertarik ke kranial bersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea
terikat diafragma urogenital.
b. Cedera menyebabkan memar dinding dengan atau tanpa robekan mukosa baik
parsial maupun total.
c. Jatuh terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara obyek yang keras
dengan tulang simfisis.
d. Instrumentasi urologik seperti pemasangan kateter, brusinasi dan bedah endoskopi.
6. Trauma Penis
Pada luka tembak terjadi kerusakan ekstensif pada korpus kavernosum dengan banyak
jaringan nekrotik dan perdarahan. Luka akibat benda tajam ditemukan baik karena
percobaan bunuh diri, dipotong lawan jenis, digigit binatang atau iatrogenik pada
sirkumsisi.
Pada avulsi biasanya kulit penis atau skrotum terlepas. Sedangkan pada strangulasi
akan terjadi iskemia dan nekrosis penis pada bagian distal.
7. Trauma Testis
Testis terletak di dalam skrotum dan berada pada tempat yang cukup mobil (bergerak)
sehingga relatif jarang terjadi ruptur walaupun sering mengalami kekerasan. Bila ruptur
terjadi pada tunika albuginia di belakang tunika vaginali, tidak dijumpai ekimosis dan
pembengkakan testis minimal. Bila arteriol di bawah tunika albuginia robek, hematokel
bisa besar. Bila ruptur terjadi pada pertemuan tunika albuginia dan tunika vaginalis di
dekat epididimis, perdarahan meluas dan timbul hematom skrotum.
D. Manifestasi Klinik
1. Trauma ginjal
Pada rudapaksa tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal, sedangkan pada
rudapksa tajam tampak luka.
Pada palpasi di dapat nyeri tekan, ketegangan otot pinggang, sedangkan massa jarang
teraba. Massa yang cepat meluas sering ditandai tanda kehilangan darah yang banyak
merupakan tanda cedera vaskuler.
Nyeri abdomen pada daerah pinggang atau perut bagian atas.
Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal.
Hematuria makroskopik atau mikroskopik merupakan tanda utama cedera saluran
kemih.
2. Trauma ureter

- Pada umumnya tanda dan gejala klinik umumnya tidak spesifik.


- Hematuria menunjukkan cedera pada saluran kemih.
- Bila terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada pinggang atau abdomen, fistel
uretero-kutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bils urin masuk ke rongga
intraperitoneal.
- Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.
3. Trauma buli-buli
- Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat.
- Nyeri suprapubik
- Ketegangan otot dinding perut bawah
- Hematuria
- Ekstravasasi kontras pada sistogram.
4. Ruptur buli-buli
- Ruptur kandung kemih intraperitoneal dapt menimbulkan gejala dan tanda rangsang
peritoneum termasuk defans muskuler dan sindrome ileus paralitik.
- Ruptur ekstraperitoneal saluran kemih dapat menimbulkan gejala dan tanda infiltrasi
urin retroperitoneal yang mudah menimbulkan septisemia.
5. Trauma uretra
- Pada ruptur uretra posterior, terdapat tanda patah tulang pelvis.
- Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan
nyeri tekan.
- Terdapat tetes darah segar di meatus uretra
- Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil.
- Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena edema atau
bekuan darah.
- Abses periuretral atau sepsis mengakibatkan demam.
6. Trauma Penis
- Pada luka tembak tampak luka compang-camping, cedera daerah sekitarnya, jaringan
nekrotik, perdarahan serta amputasi penis.
- Luka oleh benda tajam biasanya disertai perdarahan yang banyak, renjatan, pinggir
luka tajam, atau amputasi penis.
- Pada luka avulsi akibat mesin, kulit penis dan skrotum terlepas.
- Pada strangulasi tampak bekas jepitan pada penis akibat kateter kondom atau balutan
yang terlalu ketat.
- Pada cedera setelah aktivitas seksual tampak penis bengkok dan hemaotom pada
penis dan skrotum.
7. Trauma testis
- Pada luka tembak, cedera ekstensif, luka compang-camping dan terdapat jaringan
nekrosis serta cedera ikutan pada daerah sekitarnya.
- Pada rudapaksa tumpul, besarnya pembengkakan skrotum dan ekimosis bisa berbeda.
- Cedera akibat rudapaksa tajam segera setelah trauma biasanya penderita mengeluh
sakit, mual, muntah, kadang sinkop.
- Terdapat tanda cairan atau darah di dalam skrotum.
- Ditemukan testis yang membesar dan nyeri
E. Penatalaksanaan
a. Trauma ginjal
Istirahat baring, sekurang-kurangnya sampai seminggu setelah hematuri berhenti,
mobilisasi dilakukan bertahap, bila kemudian hematuri timbul lagi, penderita
diistirahatkan lagi.

Perhatikan tanda vital dengan ketat. Amati pembesaran tumor di daerah pinggang dan
nilai Ht untuk menduga pendarahan. Hematom di pinggang dapat mencapai 1-2 liter.
Awasi hematuri dengan menampung urin tiap 3 jam dan dideretkan pada rak, bila
perdarahan berhenti maka tabung-tabung akhir berwarna makin coklat, bila tetap/makin
rendah, perdarahan tetap berlangsung.
Antibiotik spektrum luas selama 2 minggu, karena bekuan darah sekitar ginjal dapat
merupakan tempat berkembangnya bakteri.
Bila telah diyakini dapat ditangani secara konservatif, penderita dapat diberi minum
banyak untuk meningkatkan diuresis sehingga bekuan darah dalam ginjal cepat keluar.
Bila perdarahan terus berlangsung dan keadaan umum memburuk, pikirkan tindakan
bedah. Tergantung pada kelainan yang dijumpai dapat dilakukan penjahitan, nefrektomi
parsiil atu total.
b. Trauma buli-buli
- Istirahat baring sampai hematuri makriskopik hilang.
- Minum banyak untuk meningkatkan diuresis. Bila penderita dapat miksi dengan lancar
berarti tidak ada ruptur buli-buli ataupun uretra.
- Bila hematuria berat dan menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat sistrogram
untuk mencari penyebab lain.
- Obat- obatan : Antibiotik: Ampisilin 4x 250-500 mg/ hari per oral. Hemostatik: Adona
AC- 17 per oral
c. Ruptur buli-buli
Pada jenis ekstraperitoneal akan timbul benjolan yang nyeri dan pekak pada perkusi di
daerah suprapubik akibat masuknya urin ke kavum Retzii. Benjolan ini sukar dibedakan
dari hematom akibat patah tulang pelvis yang sering menyertai. Patah tulang pelvis
dapat diketahui bila terasa nyeri waktu diadakan penekanan pada kedua krista iliaka.
Bila dalam 24 jam nyeri di daerah suprapubik makin meningkat di samping adanya
anuri, diagnnosa ruptura buli-buli ekstraperitoneal dapat dibuat. Pada jenis
intraperitoneal, urin masuk ke rongga perut sehingga perut makin kembung dan timbul
tanda rangsang peritoneum. Mungkin juga terdapat nyeri suprapubik, tetapi tak terdapat
benjolan dan perkusi pekak.
Pemeriksaan Pembantu:
1. Tes Buli- buli
Buli- buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimsukkan 300 ml larutan garam faal yang
sedikit melebihi kapasitas buli- buli.
Kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, cairan yang keluar diukur kembali. Bila
selisihnya cukup besar mungkin terdapat ruptur buli- buli.
Kekurangan dari tes ini adalah:
Hasil negatif palsu bil daerah ruptura tertutup bekuan darah, usus atau omentum.
Hasil positif palsu bila muara kateter terlalu tinggi atau kateter tersumbat bekuan
darah sehingga selisih cairan tak bisa keluar.
Sukar membedakan jenis ekstraperitoneal dengan intraperitoneal
Bahaya infeksi dan peritonitis bila ada ruptur jenis intraperitoneal.
TRAUMA UROGENITAL
Secara anatomic organ uro-genital (Kauai genetalia eksterna) terletak di rongga
ekstraperitoneal, sehingga terlindung oleh organ-organ lain jika mendapat benturan dari

luar. Oleh karena itu jika didapatkan cedera organ urogenital, harus dipertimbangkan
pula kemungkinan adanya kerusakan organ lain yang mengelilinginya.
Kaidah di dalam trauma urogenital : Pada trauma tajam (Tusuk/tembak) harus difikirkan
untuk kemungkinan melakukan eksplorasi, tetapi Trauma tumpul sebagian besar hampir
tidak diperlukan tindakan operasi. Gejala penting trauma urogenital adalah
didapatkannya hematuri setelah trauma ginjal.
A. Trauma Ginjal
Ginjal terletak di rongga peritoneum dan terlindung oleh otot-otot punggung di sebelah
posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di sebelah anteriornya, oleh Karena itu
cedara ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-organ yang mengitarinya.
Cedera ginjal dapat terjadi secara:
1. Langsung akibat benturan yang langsung ,mengenai daerah pinggang atau
2. Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara
tiba-tiba di dalam rongga peritoneum. Sedangkan jenis perlukaan yang mengenai ginjal
dapat merupakan luka tumpul, luka tusuk atau luka tembak.
3. Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel
ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika inima arteri renalis. Robekan ini akan terus
memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan
trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.
Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal antara
lain hidronefrosis, kista ginjal atau tumor ginjal.
Klasifikasi Trauma Ginjal
Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal dibedakan dalam 3
jenis seperti pada gambar () yaitu:
1. Cedera minor yang terdiri atas kontusio ginjal dan laserasi minor perenkim ginjal.
2. Cedera major yang terdiri atas laserasi major (yaitu terjadinya kerusakan pada sistem
kaliks) dan fragmentasi parenkim ginjal.
3. Cedera pedikel ginjal yaitu cedera pembuluh darah yang merawat ginjal.
Penentuan berat ringannya trauma ginjal ditentukan melalui pemeriksaan yang
berurutan dan sistematik yang dikenal sebagai staging trauma ginjal. Pemeriksaan ini
meliputi pemeriksaan klinik, laboratorium dan pencitraan.
Diagnosis
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika didapatkan:
a. Trauma didaerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas
dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.
b. Hematuri
c. Fraktur kosta sebelah bawah atau fraktur prosesus spinosus vertebrae.
Gambaran klinik yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat bervariasi
tergantung pada deraJat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang
menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas
kerusakan yang terjadi.
Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat
jelas berupa ekimosis dan terdapat hematuri makroskopik ataupun mikroskopik.
Sedangkan pada trauma major atau ruptur pedekel seringkali pasien datang dalam
keadaan syock berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama
makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani
pemeriksaan PIV karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak

membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup deras. Untuk itu
harus segera dilakukan ekplorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan.

TRAUMA PADA SALURAN KEMIH BAGIAN BAWAH


Trauma pada saluran kemih bagian bawah yang tersendiri adalah jarang. Kebanyakan
pasien mengalami cidera lainya seperti cedera pelvis atau abdominal. Pada pasien yang
menunjukkan cidera saluran kemih bagian masalah berikut sering dihadapi.
Urethra pria dibagi menjadi dua bagian yg utama, uretra anterior adalah bagian distal
dari diafragma urogenitalis, dan uretra posterior adalah proximal terhadap diafragma
urogenitalis dan termasuk bagian membranosa dan prostatik. Trauma tumpul adalah
penyebab utama cedera uretra posterior. Fraktur pelvis ada pasda lebih dari 95% kasus,
tumbukan akibat trauma menimbulkan kekuatan yang merobek uretra yang
menyebabkan ruptur pada tingkat diafragma urogenitalis. Straddle injury, penyebab
ruptur uretra anterior yg paling sering, terjadi ketika jatuh atau ketika objek tumpul
menumbuk daerah perineum dan scrotal, merusakkan uretra. Urethra wanita hampir
jarang terkena trauma yg signifikan karena ukurannya yg pendek.
Tanda diagnostik cedera uretra adalah darah pada meatus uretra. Kesalahan diagnosis
yg paling sering adalah tidak melihat meatus selama pemeriksaan awal pada tiap pasien
yg terkena trauma. 80-90 persen pasien dengan cedera uretra tampak dengan adanya
darah di meatus. Hematoma scrotal dan perineum juga terlihat. Pemeriksaan rectal
dapat menolong untuk menentukan apak prostat terfiksasi secara normal atau terpisah
dan mengambang (floating).
Jika darah terlihat pada meatus uretra atau jika kateter tidak dapat dimasukkan dengan
mudah, uretrogram harus dilakukan. Adanya ekstravasasi pada tingkat cedera
mengharuskan konsultasi urology dan bedah. Kateter uretra tidak boleh dimasukkan
pada pasien yang diketahui mempunyai cedera uretra, karena dapat menyebabkan
laserasi yang inkomplit menjadi sobekan yang komplit dan menyebabkan inefeksi ke
dalam hematoma.
Pengobatan awal cedera uretra adalah drainase sistotomi suprapubik, sebaiknya
dilakukan dalam ruang operasi dengan pemasangan kateter sistotomi secara bedah.
Semua pasien ini harus dirawat di rumah sakit untuk stabilisasi dan observasi.
Cedera besar yang paling sering terjadi pada penis adalah penile fracture. Hal ini hanya
dapat terjadi pada penis yang ereksi dan berhubungan dengan sexual intercourse atau
foreplay. Regangan yang tidak biasanya pada batang penis bisa meuyebabkan laserasi
tranversal dari tunica albiginea, biasanya pada dasar penis. Ruptur uretra dapat terjadi
pada 20 % kasus. Pemeriksaan menemukan hematoma yang besar pada penis,
biasanya mengenai keseluruhan batang penis. Pasien dengan ruptur uretra
menunjukkan discharge yang berdarah pada meatusnya.

Uretrogram harus dilakukan pada semua pasien untuk menyingkirkan ruptur uretra dan
melakukan konsultasi urologis yang tepat, karena perbaikan secara bedah harus
dilakukan secara tepat.
Kejadian traumatic (penyerangan, kontak dalam olahraga, kecelakaan sepeda dan
sepeda motor) adalah mekanisme yang utama untuk terjadinya cedera pada testes.
Pasien-pasien tersebut mungkin memperlihatkan hematoma yang massif pada
skrotumnya yang menyebabkan palpasi testes menjadi sulit. Rasa nyeri yang nyata
pada testes yang terkena, bahkan pada keadaan tidak terdapatnya hematoma harus
menyebabkan dokter mencurigai ruptur testis.
Sonografi adalah tes diagnostik yang terpilih. Karakteristik pola sonografi adalah
perubahan ekogenisitas diseluruh parenkim terstis yang terkena Karena pengumpulan
hematoma dan parenkim yang keluar.
Perbaikan bedah yang cocok diindikasikan pada tiap kasus ruptur testes. Pada kasus
dimana hematoma tidak berhubungan dengan ruptur testis, drainase dapat menurunkan
angka keseakitan.
Pasien dengan hematoma yang kecil tanpa ruptur testes dapat dipulangkan dan
dinasehatkan untuk tetap beristirahat di tempat tidur dengan meninggikan skrotum. Jika
pasien dirawat jalan, dukungan pada skrotum dan follow-up urologis harus dilanjutkan
untuk menyakinkan perbaikan trauma
TRAUMA VESIKA URINARIA
ETIOLOGI
Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.
Trauma tembus.
Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral Resection ( TUR
)
Fraktur tulang punggung yang menyebabkan kontusio dan ruptur buli-buli. Ruptur bulibuli dibedakan 2 macam, yaitu :
Intra peritoneal : peritoneum yang menutupi bagian atas / belakang dinding buli-buli
robek sehingga urin langsung masuk ke dalam rongga peritoneum.
Ekstra peritoneal : peritoneum utuh, dan urin yang keluar dari ruptura tetap berada
diluar.
Akibat luka tusuk misalnya ujung pisau, peluru.
Didapati perforasi buli-buli, urin keluar melalui dinding buli-buli terus kekulit.
Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan trans ureterol resection, misalnya sewaktu
reseksi tumor buli, operasi prostat, dll.
PATOFISIOLOGI
Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan terjadi
peningkatan tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli / buli-buli pecah.
Keadaan ini dapat menyebabkan ruptura intraperitoneal.
TANDA DAN GEJALA
Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.
Hematuria.
Ketidakmampuan untuk buang air kecil.

Regiditas otot.
Ekstravasase urine.
Suhu tubuh meningkat.
Syok.
Tanda-tanda peritonitis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK
Hematokrit menurun.
Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pinddah atau
tertekan.
KOMPLIKASI
Urosepsis.
Klien lemah akibat anemia.
PENATALAKSANAAN
Atasi syok dan perdarahan.
Istirahat baring sampai hematuri hilang.
Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal
dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
TRAUMA BLADDER
Pengkajian
Data Subjektif
Klien mengeluh nyeri pada bladder yang terkena.
Klien mengatakan kencingnya bercampur darah.
Klien mengatakan ada luka memar pada abdomen bawah setelah dia terjatuh.
Data Objektif
Nyeri tekan pada daerah trauma.
Hematuri.
HT menurun.
HB menurun.
Pada pemeriksaan BNO :
Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna abu-abu di daerah trauma.
Memperlihatkan ekstravasasi urine.
Urogram ekskresi :
Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi urine pada sisi yang terkena.
CT Scan :
Memperlihatkan adanya hematom retroperineal dan konfigurasi ginjal.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja
yang menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-buli.
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruptur
kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur ulang pelvis
pada dinding depan kandung kemih yang penuh.
B. TUJUAN PENULISAN.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui:
a.
Defenisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi.

d.
e.
f.
g.

Manisfestasi klinik.
Komplikasi.
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan

C. BATASA MASALAH.
Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah tentang defenisi,
etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan
D. METODE PENULISAN.
Makalah ini dibuat dengan metode kepustakaan dengan mengumpulkan bahan dari
buku-buku serta mengumpulkan bahan-bahan dari internet.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja
yang menyebabakan fragmen patah tulang pelvis mncederai buli-buli.
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruptur
kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur ulang pelvis
pada dinding depan kandung kemih yang penuh.
B. TUJUAN PENULISAN.
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui:
a.
Defenisi
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi.
d.
Manisfestasi klinik.
e.
Komplikasi.
f.
Pemeriksaan Diagnostik
g.
Penatalaksanaan
C. BATASA MASALAH.
Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah tentang defenisi,
etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan dan penatalaksanaan
D. METODE PENULISAN.
Makalah ini dibuat dengan metode kepustakaan dengan mengumpulkan bahan dari
buku-buku serta mengumpulkan bahan-bahan dari internet.
BAB II
LANDASAN TEORI
I.
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang
memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara
anatomic buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga
jarang mengalami cedera. ( R. Sjamsuhidayat, 1998)
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga

bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong
(arif muttaqin : 211)
B.

ETIOLOGI
Ruptur kandung kemih terutama terjadi sehingga akibat trauma tumpul pada
panggul, tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh
senjata tajam, dan cedera dari luar, cedera iatrogenik dan patah tulang panggul.
Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat menusuk kandung
kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas ialah akibat trauma tumpul pada panggul
atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas massa urinaria yang terbendung di
dalam kandung kemih yang menyebabkan rupture. Penyebab iatrogenic termasuk
pascaintervensi bedah dari ginekologi, urolodi, dan operasi ortopedi di dekat kandung
kemih. Penyebab lain melibatkan trauma obstetric pada saat melahirkan.
C.

PATOFISIOLOGI
Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan kerja
yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika
urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih
penuh atau terdapat kelainan patelegik sepetrti tuberculosis, tumor atau obstruksi
sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka trusuk atau
luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun
transperineal dan penyebablain adalah instrumentasi urologic.Fraktur tulang panggul
dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada kontusio buli-buli hanya
terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa eksravasasi urin. Ruptur
kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung
kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada
dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin
dari rongga perivesikal.
KLASIFIKASI.
a.
Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.
Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-100%).
Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang
panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan tingkat
keparahan fraktur.
b.
Rupture kandung kemih intraperitoneal.
Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya urine secara
horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera adalah peningkatan
tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba kekandung kemih yang penuh. Kekuatan
daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga
terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.
c.
Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.
Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih seperti
peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal
itu akan menyebabkan intraperitoneal, ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung
kemih.
E.
a.
b.
c.

TANDA DAN GEJALA


Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat
Abdomen bagian tempat jejas/hemato
Tidak bisa buang air kecil kadang keluar darah dari uretra.

d.
e.
f.

Nyeri suprapubik
Ketegangan otot dinding perut bawah
Trauma tulang panggul

F.
KOMPLIKASI
a.
Urosepsis.
Keracunan septic dari penahanan dan absorbs substansi urin.
b.
Klien lemah akibat anemia.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM / DIAGNOSTIK

Hematokrit menurun.

Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pindah atau


tertekan.
H. PENATALAKSANAAN
1.
Atasi syok dan perdarahan.
2.
Istirahat baring sampai hematuri hilang.
3.
Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra
peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
KESIMPULAN
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang
memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara
anatomic buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga
jarang mengalami cedera. ( R. Sjamsuhidayat, 1998)
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga
bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada satu kosong
(arif muttaqin : 211)
trauma bul-buli a.k.a vesika urinaria
90% trauma tumpul akibat fraktur pelvis.
Jika buli-buli penuh, maka akan mudah robek bila terdapat tekanan dari luar berupa
benturan. Buli-buli yang robek menyebabkan ekstravasasi urine ke intra/ekstra
peritoneum.
Tindakan operasi : hysterektomi, operasi colon / rectum, operasi hernia / operasi
vagina.

Klasifikasi
Kontusio buli-buli.
o Hanya memar pada dinding buli-buli, mungkin ada hematoma perivesikel tapi tidak
ada ekstravasasi urine keluar.
Cedera bili-buli ekstraperitoneal (45-60%)
Cedera intraperitoneal (25-45%)
Gejala dan Tanda Klinis
Umum :
Shock, Hipotensi, Tachicardi, Demam

Lokal:
Peritonismus, bengkak dinding abdomen, Perdarahan uretra, Odem skrotum / labium,
Tidak bisa buang air kecil.
Nyeri Suprasimfisis.
Hematuria.
Anuria.
Diagnosis
Klinis: Riwayat tauma, tanda-tanda shock, tidak bisa buang air kecil, Hematuria.
Radiology:
o Cystografi, terdapat ekstravasasi kontras dalam rongga perivesikel merupakan tanda
adanya robekan ekstraperitoneal. Jika terdapat kontras disela-sela usus berarti ada
robekan buli-buli intraperitoneal.
o foto polos abdomen dengan tanda-tanda fraktur pelvis.
o cystoscopy.
Terapi
Tergantung klasifikasi trauma.
o Kontusio : pasang kateter untuk mengistirahatkan buli-buli & sembuh 7-10 hari.
o Cedera intraperitoneal :
eksplorasi laparotomi, cari robekan, rongga abdomen di drainase, dijahit 2 lapis, pasang
kateter sistostomi.
o Cedera ekstraperitoneal
dianjurkan untuk memasang kateter selama 7-10 hari.
o Pemberian antibiotik.
o Untuk memastikan bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan cystografi guna melihat kemungkinan masih
adanya ekstravasasi urine.2
Komplikasi
Peritonitis.
Infeksi pelvis dan kandung kemih.
Infeksi ginjal.
Infeksi scrotum dan epididimis.
Fistula.
Osteitis pubis.
Cedera Dari Luar
Karena benda tumpul atau benturan dapat menyebabkan ruptur kandung kemih
terutama pada keadaan penuh atau pada kelainn patologik seperti pada tuberculosis,
tumor atau obstuksi sehingga meskipun kecil trauma yang dialami dapat menyebabkan
rupture. Luka akibat benda tajam akibat tusukan atau tembusan peluru. Luka dapat
terjadi pada area suprapubik atau transperitoneal.
Cedera iatrogenic
Terjadi karena kesalahan saat tindakan pembedahan seperti pada bedah ginekologik
Fraktur pelvis
Trauma benda kandung kemih banyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau
kecelakaan kerja yang menyebabkan fraktur pelvis dan fragmennya mencederai
kandung kemih.
Gambaran Klinis

Ruptur kandung kemih dapat besifat intraperitoneal dan ekstraperitoneal. Intraperitoneal


bila cairan urin mengalami ekstravasasi ke cavum peritoneum sehingga memberi tanda
cairan intraabdomen dan merangsang peritoneum. Lesi ekstraperitoneal memberikan
gejala dan tanda infiltrat urin dirongga peritoneum.lesi ekstrapritoneal memberikan
gejala dan tanda infiltrat urin dirongga peritoneal yang sering menyebabkan septikemia.
Gejala yang berhubungan dengan skenario adahah gross hematuria terkadang keluar
darah dari uretra dan mengeluh tidak bisa buang air kecil. Nyeri pada suprapubik,
regang otot dinding perut bawah sebagai manifestasi dari pelukaan pada bladder.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis, ada riwayat trauma. Pemeriksaan
penunjang dengan foto polos abdomen yang memperlihatkan fraktur paa tulang pelvis.
Pemeriksaan radiologi lainnya degan sistogram. Pemeriksaan istogram dilakukan
dengan memasukkan kontras ke bladder dan menunjukkan adanya ruptur dengan
ekstravasasi urin.
Tatalaksana
Trauma buli-buli merupakan kedaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan
segera. Bila tidak ditanggulangi dengan segera, dapat menimbulkan komplikasi, seperti
peritonitis dan sepsis. Jika ada perdarahan atao syok harus diatasi terlebih dahulu. Bila
semua sudah stabil baru beralih ke tindakan selanjutnya prinsip pemulihan ruptur
bladder ialah ; penyalirn ruang perivesika, pemulihan dinding, penyaliran kandung kemih
dan perivesika, dan jaminan arus urin melalui kateter.
REPAIR RUPTUR BULI
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan untuk menjahit diskontinyuitas dinding buli-buli yang
disebabkan oleh trauma.
b. Ruang lingkup
Semua penderita yang dicurigai ruptur buli-buli, yaitu penderita dengan riwayat trauma
yang disertai dengan:
Tidak keluar kencing atau tidak ingin kencing
Kencing darah atau bercampur darah
Nyeri didaerah supra symphysis/perut bagian bawah
Nyeri tekan didaerah abdomen dan tegang (peritonismus)
Sistografi: ada ekstravasasi kontras
Test buli-buli: cairan yang keluar < cairan yang masuk buli
Ruptur buli-buli adalah hilangnya kontinuitas dari dinding buli-buli, dapat disebabkan
oleh trauma tajam, trauma tumpul maupun iatrogenik.
c. Indikasi operasi
Ruptur buli-buli intraperitoneal
d. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap, tes faal ginjal, sedimen urin, foto polos abdomen/pelvis, IVP, sistografi
dan tes buli-buli.

Teknik Operasi
Posisi terlentang
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
Dengan pembiusan umum.
Insisi kulit midline 10 cm, lapis demi lapis dan rawat perdarahan
M. rektum abdominis dipisahkan pada linea alba (tengah-tengah)
Lemak prevesikal disisihkan kearah kranial sehingga buli-buli terlihat keseluruhannya
dengan jelas.
Periksa dengan teliti seluruh dinding buli-buli, tentukan letak, jumlah, ukuran dan bentuk
robekannya :
Bila bentuk robekan tidak teratur, perlu dilakukan debridement pada tepi-tepinya.

Bila letak robekan di intraperitoneal, maka dilakukan repair trans peritoneal

Pasang DK 16F per urethra sebelum dilakukan penjahitan buli-buli, dan pastikan DK
masuk di dalam buli (balon kateter jangan dikembangkan dulu, agar tidak tertusuk
sewaktu menjahit buli) pada kasus kasus ruptura yang berat atau pertimbangan lain
perlu di pasang kateter sistostomi nomor 22 atau 24.
Jahit robekan buli 2 lapis, yaitu :
Jahit mukosa-muskulari buli dengan plain cutgut 3-0 secara jelujur biasa
Jahit mukosa-muskularis dengan dexon 4-0, satu-satu
Kembangkan balon kateter dengan larutan garam fisiologis 10cc
Lakukan test buli-buli, untuk mengecek jahitan buli (bocor atau tidak)
Cuci lapangan operasi dengan larutan garam fisiologis sampai bersih
Pasang drain redon perivesikal (di cavum Retzii) dan fiksasi dengan silk 1-0 di kulit
Tutup lapangan operasi lapis demi lapis
Dekatkan M. rektus abdominis dengan chromic 2-0 satu-satu

Jahit lemak subkutan dengan plain cat-gut 3-0 satu-satu

Jahit kulit dengan silk 3-0 satu-satu

e. Komplikasi operasi
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.
f. Perawatan Pascabedah
Lepas kateter pada hari ke 7
Lepas drain redon setelah lepas kateter dan produksinya < 20 cc dalam 2 hari berturutturut.
Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi.
DEFINISI

Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami
trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun
pembedahan.
Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria),
berkurangnya proses berkemih dan nyeri.
Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika
cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).
Limbah metabolik harus disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang melalui saluran
kemih, karena itu setiap cedera yang mempengaruhi proses tersebut bisa berakibat
fatal.
Mencegah kerusakan menetap pada saluran kemih dan mencegah kematian tergantung
kepada diagnosis dan pengobatan yang tepat.
TRAUMA GINJAL
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan
kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolah raga.
Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.
Kerusakan yang terjadi bervariasi.
Cedera ringan menyebabkan hematuria yang hanya dapat diketahui dengan
pemeriksaan mikroskopis, sedangkan cedera berat bisa menyebabkan hematuria yang
tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan.
Jika ginjal mengalami luka berat, bisa terjadi perdarahan hebat dan air kemih bisa
merembes ke jaringan di sekitarnya.
Jika ginjal sampai terpisah dari tangkainya yang mengandung vena dan arteri, maka
bisa terjadi perdarahan hebat, syok dan kematian.
Trauma yang akibat ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy, suatu prosedur rutin
untuk menghancurkan batu ginjal) bisa menyebabkan ditemukannya darah dalam air
kemih yang sifatnya sementara, tidak terlalu jelas dan akan membaik dengan
sendirinya, tanpa pengobatan khusus.
Pemeriksaan sinar X untuk ginjal dan saluran kemih, misalnya urografi intravena dan CT
scan, dapat secara akurat menentukan lokasi dan luasnya cedera.
Pengobatan diawali dengan langkah untuk mengendalikan kehilangan darah dan
mencegah syok.
Diberikan cairan intravena untuk menormalkan tekanan darah dan merangsang
pembentukan air kemih.
Untuk cedera ringan (misalnya akibat terapi ESWL), dilakukan pengawasan ketat
terhadap asupan cairan dan penderita menjalani tirah baring.
Cedera berat yang menyebabkan perdarahan hebat atau kebocoran air kemih ke
jaringan di sekitarnya seringkali harus diatasi dengan pembedahan.
Jika aliran darah ke ginjal berkurang, maka jaringan ginjal yang normal bisa mati dan
digantikan oleh jaringan parut.

Hal ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi yang terjadi dalam beberapa minggu
atau beberapa bulan setelah terjadinya trauma.
Biasanya jika terdiagnosis dan diobati secara tepat dan cepat, maka sebagian besar
trauma ginjal memiliki prognosis yang baik.
TRAUMA URETER
Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke kandung kemih)
terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti histerektomi, reseksi
kolon atau uteroskopi.
Seringkali terjadi kebocoran air kemih dari luka yang terbentuk atau berkurangnya
produksi air kemih.
Gejala biasanya tidak spesifik dan bisa timbul demam atau nyeri.
Penyebab lain trauma ureter adalah luka tembus, biasanya karena luka tembak.
Jarang terjadi trauma ureter akibat pukulan maupun luka tumpul.
Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan adalah urografi intravena, CT scan
dan urografi retrograd.
Jika trauma ureter terjadi akibat pembedahan, maka dilakukan pembedahan lainnya
untuk memperbaiki ureter.
Ureter bisa disambungkan kembali ke tempat asalnya atau di bagian kandung kemih
yang lainnya.
Pada trauma yang tidak terlalu berat, dipasang kateter ke dalam ureter dan dibiarkan
selama 2-6 minggu sehingga tidak perlu dilakukan pembedahan.
Pengobatan terbaik untuk trauma ureter akibat luka tembak atau luka tusuk adalah
pembedahan.
TRAUMA KANDUNG KEMIH
Trauma benturan pada panggul yang menyebabkan patah tulang (fraktur) seringkali
terjadi pada kecelakaan sepeda motor dan bisa menyebabkan robekan pada kandung
kemih.
Luka tembus, biasanya akibat tembakan, juga bisa mencederai kandung kemih.
Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau kesulitan untuk berkemih.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sistografi.
Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam uretra untuk
mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan kandung kemih akan membaik dengan
sendirinya.
Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk menentukan
luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan. Selanjutnya air kemih dibuang
dari kandung kemih dengan menggunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter
trans-uretra) dan yang lainnya terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui
perut bagian bawah (kateter suprapubik).

Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau diangkat setelah kandung kemih
mengalami penyembuhan yang sempurna.
TRAUMA URETRA
Penyebab utama dari trauma uretra adalah patah tulang panggul dan karena kedua kaki
mengangkang (pada pria).
Prosedur pembedahan pada uretra atau alat yang dimasukkan ke dalam uretra juga bisa
melukai uretra, tetapi lukanya relatif ringan.
Gejalanya adalah ditemukannya darah di ujung penis, hematuria dan gangguan
berkemih.
Kadang air kemih merembes ke dalam jaringan di dinding perut, kantung zakar atau
perineum (daerah antara anus dan vulva atau kantung zakar).
Penyempitan ureter (striktur) di daerah yang terkena biasanya merupakan komplikasi
yang bisa terjadi di kemudian hari.
Hal ini bisa menyebabkan impotensi akibat kerusakan arteri dan saraf penis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan uretrogram retrograd.
Pengobatan untuk memar ringan adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam
kandung kemih selama beberapa hari untuk mengeluarkan air kemih dan uretra akan
membaik dengan sendirinya.
Untuk cedera lainnya, pengeluaran air kemih dari uretra dilakukan dengan cara
memasang kateter langsung ke dalam kandung kemih.
Untuk striktur uretra dilakukan perbaikan melalui pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai