Anda di halaman 1dari 26

Gambaran Radiologi

pada Trauma Hepar


Oleh :
Zulham Effendy
Rizky Putri Aushiva
Eva Miranda Fitri

Pembimbing:
Dr. Iskandar Zakaria Sp.Rad
Pendahuluan

Hepar adalah salah satu organ


yang paling sering cedera dalam
trauma abdomen
Trauma tumpul abdomen paling
sering mencederai organ limpa
(40%-55%), hepar (35-45%), dan
usus halus (5-10%).
Angka mortalitas akibat trauma
tumpul hepar berkisar 4,1%
hingga 11,7%.
Anatomi
Fungsi Hati
Fungsi utama hati adalah membentuk dan
mengsekresikan empedu. Hati
mensekresikannya sekitar 500- 1000 ml
empedu kuning setiap harinya

Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa


dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainnya

Metabolisme protein. Semua protein


plasma di sintesis oleh hati, kecuali gama
globulin
Trauma hepar
Trauma yang timbul setelah
trauma tumpul ataupun penetrasi
pada bagian atas abdomen
sehingga terdapat cedera pada
hepar
Patofisiologi trauma hepar
3 mekanisme, yaitu :
◦ Akselerasi dan deselerasi
◦ Hantaman atau durapaksa langsung
◦ Gaya kompresi eksternal
Gejala Klinis
Sering disertai dengan adanya
fraktur costa VII - IX.
Pada pemeriksaan fisik :
◦ Nyeri pada abdomen kuadran kanan
atas.
◦ Nyeri tekan dan defansmuskuler
◦ Apabila terdapat laserasi/ bekas
pukulan langsung pada abdomen
kuadran kanan atas  curiga laserasi
hepar
Rontgen X-ray

Tidak spesifik dalam menentukan trauma


hepar.
Berguna dalam evaluasi tulang rusuk dan
cedera tulang belakang yang dapat
menyertai adanya ruptur hepar.
Pada foto thorax dapat ditemukannya
fraktur tulang costa kanan bawah,
pneumoperitoneum, cedera diafragma,
perpindahan organ dan adanya benda
asing logam dapat mendasari adanya
trauma hepar.
Pemeriksaan Radiologi Pada Trauma
Hepar
Pemeriksaan Rontgen X-Ray
USG
Sering digunakan untuk evaluasi
pasien yang mengalami trauma
tumpul abdomen.
Mencari cairan bebas
intraperitoneal yang hampir sama
dengan pemeriksaan DPL dalam
mendeteksi hemoperitoneum
Keuntungan dari pemeriksaan USG
pada trauma abdomen adalah
bersifat non invasif, bebas radiasi,
cepat serta berguna saat
USG
Hematoma subcapsular Berbentuk elips
dengan akumulasi cairan, hematoma
bersifat anechoic menjadi semakin lebih
echogenic selama 24 jam.

Laserasi
hepar  Terlihat sedikit echogenic
dan menjadi hipoechoic dengan berjalannya
waktu.

Contusion hepar  mirip dengan hematoma


pada hepar, namun bersifat hipoechoic dan
menjad hiperechoic.
USG FAST

Gambaran USG FAST yang


memperlihatkan adanya darah
diantara hepar dan ginjal karena
trauma hepar
USG FAST

Gambaran USG FAST yang memperlihatkan


adanya darah diantara hepar dan ginjal dan
disertai dengan bekuan darah (hiperekoik).
Pemeriksaan USG

Gambaran dari kontusio


hepar. Terdapat gambaran
hiperechoic di area hepar
dengan hematoma.
Gambaran kontusio
hepar pada 3 hari
pasca trauma
hepar dengan
hematoma.

Gambaran USG
pada kontusio
hepar 7 hari
pasca trauma
terlihat ukuran
hematoma yang
Pemeriksaan USG

Pada ruptur hepar


terlihat gambaran
anechoic yang
berkumpul dan
hematoma yang
tidak jelas
terlihat.

Gambaran
hiperechoic yang
berkumpul pada
bagian lateral
kanan dengan
subcabsular
hematoma
Pemeriksaan CT-Scan
 Sensitifitas
92%–97% dan spesifisitas 98,7%
terutama CT-Scan dengan kontras dapat
memberikan informasi yang penting dalam
perawatan pasien.

 CT scan pada trauma abdomen harus diberikan


dengan cairan kontras, tanpa pemberian
intravena kontras memiliki nilai yang terbatas
dalam mendeteksi trauma hati, tetapi bisa
berguna dalam pemantau identifikasi
hemoperitonium dan penyembuhan cedera
hepar.
Tingkatan trauma hepar berdasarkan
AAST (American Association for the
Surgery of Trauma) ;
Grade I
◦ Subcapsular hematoma<1cm,
◦ Superficial laceration<1cm deep.
Grade II
◦ Parenchymal laceration 1-3cm deep.
◦ Subcapsular hematoma1-3 cm thick.
Grade III
◦ III-Parenchymal laceration> 3cm deep
◦ Subcapsular hematoma> 3cm
diameter.
Grade IV
◦ Parenchymal/supcapsular
hematoma> 10cm in diameter
◦ Destruksi lobus hepar
Grade V
◦ Global destruction or
devascularization of the liver.
Grade VI
◦ terjadi kerusakan menyeluruh
sehingga terjadi tarikan dan hepar
berpindah posisi / avulusi hepar.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pada keadaan trauma hepar, MRI tidak


terlalu bermanfaat dibandingkan
dengan CT-Scan.
Lebih sering digunakan pada saat
follow up lebih lanjut atau monitoring
kondisi hepar dan duktus pancreatik
biliaris, dan lebih bermanfaat pada
pasien hamil dengan trauma abdomen
yang tidak boleh mendapatkan radiasi
sinar x pada CT-Scan.
Pada gambar 1A merupakan MRI T1-weighted potongan aksial 1 jam pasca cedera pada laki-laki,
52 tahun, tampak gambaran hipointens pada hepar dan gambaran isointens pada
hemoperitoneum, pada T2-weighted (1B) terlihat lesi pada hepar dan hemoperitoneum dengan
gambaran hiperintens. Pada gambar 2A merupakan MRI T1-weighted potongan aksial pada anak
laki-laki, 16 tahun pasca 17 hari pasca trauma terlihat kesan pada hepar dengan gambaran
heterogen intens (isointens, hiperintens, dan hipointens) disertain gambaran hemoperitoneum
yang isointens. Pada gambar 2B terlihat lesi di hepar dan hemoperitoneum yang hiperintens.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai