BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma Hepar
A. Etiologi
Setelah limpa, hepar adalah organ abdomen yang paling umum
mengalami cidera, baik trauma tumpul penetrasi dapat menyebabkan
cidera. Trauma hepatik dapat menyebabkan kehilangan banyak darah
kedalam peritoneum.
Trauma hepar lebih banyak disebakan oleh trauma tumpul. Pasien
dengan trauma tumpul adalah suatu tantangan karena adanya potensi
cidera tersembunyi yang mungkin sulit dideteksi. Insiden komplikasi
berkaitan dengan trauma yang penanganannya terlambat lebih
besar dari insiden yang berhubungan dengan cidera tusuk.
B. Patomekanisme
Berdasarkan mekanisme traumanya, trauma hepar terbagi menjadi
trauma tajam dan trauma tumpul. Mekanisme yang menimbulkan
kerusakan hepar pada trauma tumpul adalah efek kompresi dan deselerasi.
4
abdomen.
Perbandingan berbagai Metode Diagnostik untuk mengevaluasi Trauma tumpul dan Tajam Abdomen
Test Waktu Kelebihan Kekurangan Sens/spes % penulis kegunaan
Cepat, sangat Invasif, 97/99. tt Alyono Sensitif untuk
sensitive, alat keliru jika 85/93. Tj Alyono keduanya, tidak
yang cedera retro 99/43. Tj Oreskovi spesifik,
5-15
DPL dibutuhkan peritoneal, 99/86. Tj ch sens,spes sangat
menit
sedikit, dapat diafragma 100/84. Tt Merlotti tergantung pada
dilakukan 96,9/88,1 tt Liu kriteria hitung
dimana saja Arsiyanto sel yang dipakai.
CT- 30-50 Sangat spesifik Tak dapat 85/100. Tt Fabian Sens/spes baik
Abdomen menit dengan sens digunakan 99/100. Tt Peitzman pada trauma
yang baik pada 97/95. Tt Liu tumpul dan juga
untuk evaluasi sebagian pada
cedera besar kebanyakan
retroperitoneal trauma trauma tembus
dapat menilai tembus. post. Tidak
derajat cedera Butuh sensitive untuk
organ untuk waktu dan trauma tembus
NOM transport anterior
pasien. Bisa
keliru pda
7
cedera
tumpul usus,
operator
dependen
Cepat , Tidak dapat 92/95 Liu Sensitif dengan
sensitive untuk digunakan 83/100 McKenne temuan klinik
hemoperitoneu pada trauma 95/95 y yang signifikan
m oleh yang tembus. 97/97 Yoshii pada trauma
trampil trauma Perlu 82/99 Singh tumpul. Kurang
invasif dan pelatihan Rozycki sensitive pada
USG trauma dan trauma tembus
5-10
Abdomen membutuhkan pengalaman
menit
FAST kontras dapat khusus,
dilakukan sangat
dimana saja tergantung
kepada
operator.
Nonkuantita
tif
Sangat baik Invasif, Sens. Ortega Sensitivitasnya
untuk sensifitasny 88 % Ortega baik pada trauma
mendiagnosa a kurang hepar/lien Ortega tembus
cedera baik pada 83 % Ortega peritoneum,
diafragma, beberapa diafragma Sosa hemoperitoneum
baik untuk cedera. 50 % Ivantury dan cedera
diagnosis. Dibutuhkan Pangkreas/li diafragma sens.
Hemoperitone keahlian dan en 25 % Kurang baik
Laparoskopi 20-60 um alat khusus. Organ pada cedera GI
diagnostik menit nonkuantitatif, Nonkuantita berongga dan cedera retro
baik untuk tif dan 100 % peritoneal.
menentukan sangat Peritoneum
cedera tembus tergantung tembus
peritoneal pada pada 18 % cedera
luka tusuk / operator. GI
luka tembak DIbutuhkan
anastesi
umum.
Tabel 2. Perbandingan data berdasarkan perbedaan cara dan teknik pencitraan pada
trauma tumpul abdomen.
8
ULTRASONOGRAFI – FAST
A. Definisi
Ultrasonografi (US) pertama kali digunakan pada pasien trauma di
Eropa tahun 1970-an. Sejak tahun 1980-an di Amerika, penggunaan US
pada trauma telah digunakan secara luas dan banyak menggantikan
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) di kebanyakan trauma center.
Pemeriksaan FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma) telah
dimasukkan dalam bagian dari Advanced Trauma Life Support sejak tahun
1997.
Tujuan pemeriksaan FAST adalah untuk mendeteksi cairan bebas
intraperitoneal dan pericardial dalam kasus trauma. DPL lebih sensitif
dalam mendeteksi adanya darah intraperitoneal dibanding US (100.000 sel
darah merah/mm3 dianggap positif dengan perbandingan 20 cc dari 1 liter
cairan lavase), namun DPL mempunyai kelemahan yaitu bersifat invasif
yang dapat mempunyai komplikasi pada pasien hamil, pembedahan
sebelumnya, dan operator yang kurang berpengalaman, serta tidak sensitif
untuk trauma yang melibatkan organ retroperitoneal. Dibanding DPL, US
merupakan pemeriksaan yang murah, cepat dan dapat diulang, seta
mempunyai spesifisitas lebih tinggi untuk laparotomi terapeutik. US dapat
mendeteksi minimal 250 mL cairan bebas Morisson’s pouch. Sensitifitas
FAST untuk mendeteksi cairan bebas intraperitoneal dari berbagai
penelitian adalah 64-98%, sedangkan spesifisitasnya 86-100%. Variasi
yang besar dalam hasil tersebut disebabkan adanya perbedaan tingkat
pengalaman operator (sonografer berpengalaman, ahli radiologi, ahli
bedah dan residen) dan standar referensi yang digunakan. Walaupun FAST
umumnya digunakan untuk metode imejing diagnostik pada pasien dengan
trauma abdomen, namun diagnosis cedera organ solid abdomen sangat
terbatas. Kecepatan sangat penting karena jika perdarahan intraabdominal
ada, probabilitas kematian akan meningkat sekitar 1% tiap 3 menit
penundaan dilakukannya intervensi. Tempat akumulasi cairan jika ada
cedera organ solid, adalah : Hepatorenal recess (Morisson’s pouch),
9
B. Teknik Pemeriksaan
1. Posisi pasien
Posisi pasien sebaiknya diperiksa dalam posisi supine. Posisi lain
(Trendelenburg, dan dekubitus) dapat memfasilitasi penyatuan cairan di
daerah tergantung, sehingga berpotensi meningkatkan hasil deteksi, dan
harus dipertimbangkan jika izin skenario klinis.
2. Transduser (Probe)
Pemilihan Probe tergantung pada ukuran pasien. Untuk orang
dewasa yang khas, penetrasi gelombang suara harus minimal 20 cm, oleh
karena itu digunakan 2,5-5 MHz, bentuk melengkung pada Probe ini
memungkinkan medan pandang jauh lebih luas tetapi memiliki resolusi
yang terbatas. Pada pasien anak, Probe curvilinier dengan frekuensi tinggi
memiliki resolusi yang lebih baik dan masih dapat menghasilkan
gelombang suara dengan penetrasi kedalaman yang memadai.
10
C. Daerah Pemeriksaan
FAST scan terdiri dari 6 posisi dasar dalam mendeteksi ada atau
tidaknya cairan pada rongga peritoneum dan pericardium. Mampu
mendeteksi lebih dari 100-250 ml cairan bebas. CT scan sebagai
pembandingnya mampu mendeteksi lebih dari kira-kira 100 ml cairan
bebas dalam rongga abdomen. Untuk mencari cairan abnormal
“transduser” ditempatkan pada :
1. Subcostal atau Subxiphoid
2. Right Upper Quadrant (kuadran kanan atas)
3. Left Upper Quadrant (kuadran kiri atas)
4. Right lateral (Paracolic gutter)
5. Left lateral (Paracolic gutter)
6. Regio Pelvis
11
Gambar 4. US FAST Normal pada Hepatorenal recess (Morisson’s pouch) pada kuadran kanan
atas.
Gambar 5. US FAST Abnormal pada Hepatorenal recess: adanya celah berwarna hitam
yang berada diantara dua organ menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga
peritoneum.
14
Gambar 6. US FAST Normal pada Splenorenal recess pada kuadran kiri atas.
15
Gambar 10. US FAST pelvis Abnormal : adanya cairan pada Cavum Dauglass
Gambar 12. FAST Subcostal Abnormal : tampak adanya celah hitam di berada diantara
lapisan dinding jantung yang diduga cairan dalam kantung pericardial.
19
BAB III
PEMBAHASAN
A. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinisnya tergantung dari tipe kerusakannya. Pada ruptur
kapsul Glissoni, tanda dan gejalanya dikaitkan dengan tanda-tanda
1. Syok,
2. Iritasi peritoneum dan
3. Nyeri pada epigastrium kanan.
22
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Banyaknya perdarahan akibat trauma pada hepar akan diikuti
dengan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Ditemukan
leukositosis lebih dari 15.000/ul, biasanya setelah ruptur hepar akibat
trauma tumpul. Kadar enzim hati yang meningkat dalam serum darah
menunjukkan bahwa terdapat cidera pada hepar, meskipun juga dapat
disebabkan oleh suatu perlemakan hati ataupun penyakit-penyakit hepar
lainnya. Peningkatan serum bilirubin jarang, dapat ditemukan pada hari
ke-3 sampai hari ke-4 setelah trauma.
2. Pemeriksaan Radiologi
CT-Scan
CT scan, terutama CT scan dengan kontras, akurat dalam
melokalisasi situs dan tingkat kerusakan hati dan trauma yang terkait,
memberikan informasi penting untuk pengobatan pada pasien.
Pemindaian CT spiral adalah teknik pemindaian yang lebih
disukai, jika tersedia. Pemindaian CT multidetektor-baris menawarkan
keuntungan lebih lanjut dari waktu pemindaian cepat (memungkinkan
pemindaian selama fase tertentu peningkatan kontras intravena) dan
perolehan bagian tipis di atas area yang luas (memungkinkan rekonstruksi
multiplanar berkualitas tinggi).
23
Gambar 14. Cedera hati tingkat 1 pada pria 21 tahun dengan cedera tikaman pada
kuadran kanan atas perut. Axial, kontras-enhanced computed tomography (CT) scan
menunjukkan hematom subkapsular dan parenkim kecil berbentuk bulan sabit kurang
dari 1 cm.
25
Gambar 15. Cedera hati tingkat 1 pada pria 21 tahun dengan cedera tikaman pada kuadran
kanan atas perut. Diagram CT scan pada gambar sebelumnya.
b. Grade 2 - Laserasi parenkim kedalaman 1-3 cm dan hematom
parenkim / subkapsular setebal 1-3 cm
Gambar 16. Seorang pria berusia 20 tahun dengan lupus eritematosus sistemik, mengalami
kerusakan hati tingkat 2 setelah trauma abdomen kecil tumpul. Scan CT aksial nonselor pada
level vena hepatika menunjukkan hematoma subkapsular setebal 3 cm.
26
Gambar 17. Seorang pria berusia 20 tahun dengan lupus eritematosus sistemik, mengalami
kerusakan hati tingkat 2 setelah trauma abdomen kecil tumpul. Diagram CT scan pada gambar
sebelumnya.
Gambar 18. Grade 3 cedera hati pada wanita berusia 22 tahun setelah trauma tumpul perut. CT
scan aksial ditingkatkan-kontras melalui perut bagian atas menunjukkan hematom subdapsular 4-
cm yang berhubungan dengan hematoma parenkim dan laserasi pada segmen 6 dan 7 dari lobus
kanan hati. Cairan bebas terlihat di sekitar limpa dan lobus kiri dari hati yang konsisten dengan
hemoperitoneum.
27
Gambar 19. Grade 3 cedera hati pada wanita berusia 22 tahun setelah trauma tumpul perut.
Diagram CT scan pada gambar sebelumnya.
d. Grade 4 - Hematoma parenkim / subkapsular berdiameter lebih dari
10 cm, destruksi lobar, atau devascularization (lihat gambar di bawah)
Gambar 20. Gambar diperoleh di tukang pukul laki-laki berusia 35 tahun setelah cedera perut
tumpul. Scan CT aksial non-formal dari perut menunjukkan hematom subkapsular besar
berukuran lebih dari 10 cm. Area yang melemahkan tinggi di dalam lesi melambangkan
darah. Cedera itu diklasifikasikan sebagai kerusakan hati kelas 4.
28
Gambar 21. Gambar dalam bouncer laki-laki 35 tahun setelah cedera perut tumpul (pasien yang
sama seperti pada gambar sebelumnya).
Gambar 22. Cedera kelas 5 pada pria berusia 36 tahun yang terlibat dalam kecelakaan
kendaraan bermotor menunjukkan cedera global pada hati. Pendarahan dari hati dikontrol
dengan menggunakan Gelfoam.
29
Gambar 22. Cedera kelas 5 pada pria 36 tahun yang terlibat dalam kecelakaan kendaraan
bermotor. Diagram CT scan pada gambar sebelumnya.
ULTRASONOGRAFI
Ultrasonogram dapat menunjukkan sejumlah lesi traumatik, seperti hematoma,
kontusio, bilomas, dan hemoperitoneum.
30
Gambar 29. Sonogram hati pada wanita 62 tahun dengan riwayat biopsi hati baru-baru
ini. Pemindaian menunjukkan koleksi anechoic yang ditemukan di hati; apakah temuan ini
merupakan biloma atau hematoma tidak jelas pada pemindaian ini.
Gambar 30. Sonogram perut pada laki-laki yang berusia 35 tahun setelah cedera tumpul pada
perut menunjukkan koleksi hyperechoic berbentuk bulan sabit sepanjang aspek lateral kanan dari
hati yang konsisten dengan hematoma subcapsular.
KESIMPULAN
Telah jelas bahwa USG memandu penilaian trauma dengan cepat, menjadi
suatu standar perawatan dan telah diterima secara internasional di bagian
Kegawatdaruratan. Untuk melakukan pemeriksaan FAST dapat dilakukan oleh
dokter IGD atau ahli Bedah, dengan penilaian pasien cepat, akurat, dan alatnya
murah, dan yang dapat dengan mudah diintegrasikan ke jalur trauma saat ini.
Teknik ini mudah dipelajari dan telah dibuktikan, di tangan yang tepat, untuk
menjadi sensitif dan spesifik untuk menilai adanya cairan bebas intraperitoneal.
Seperti halnya modalitas pencitraan, USG memiliki keterbatasan sendiri, dan
perlu pelatihan yang adekuat dan pengawasan mutu adalah sangat penting. USG
pada bidang kegawatdaruratan memiliki potensi untuk secara signifikan
meningkatkan pemberian perawatan pada pasien dengan trauma, tumpul dan
menyelamatkan banyak nyawa dengan melakukannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
4. McGahan JP, Wang L, Richards JR. From the RSNA Refresher Courses :
Focused Abdominal US fpr Trauma. RadioGraphics 2001; 21: S191- S199.
http//: www.radiographics.rsna.org/
9. Ali Nawaz Khan, MBBS, FRCS, FRCP, FRCR. Liver Trauma Imaging.
American Association for the Advancement of Science, American Institute
of Ultrasound in Medicine, British Medical Association, Royal College of
Physicians and Surgeons of the United States, British Society of
Interventional Radiology, Royal College of Physicians, Royal College of
Radiologists, Royal College of Surgeons of England
https://emedicine.medscape.com/article/370508-overview#showall