Anda di halaman 1dari 43

TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

Latar belakang
Trauma abdomen :
• Penyebab kematian paling umum pada populasi di bawah 45 tahun
• Penyebab cedera tersering ketiga pada tubuh setelah cedera kepala
dan cedera thorax
• Angka kematian mencapai 5juta kasus / tahun

Evaluasi dan penegakan diagnosis kemungkinan cedera pada organ intra


abdomen masih menjadi tantangan bagi kalangan medis

Pada pasien dengan trauma abdomen, pemeriksaan fisik terkadang


mungkin saja tidak memberikan gambaran yang akurat terhadap
keadaan intraabdominal sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang
lainnya
Anatomi abdomen
Rongga
peritoneum

9 Kuadran Rongga Rongga


Abdomen abdomen retroperitoneum

Rongga pelvis
Organ yang paling sering terlibat dalam
trauma tumpul abdomen
Organ yang terlibat Frekuensi Persen

Limpa 67 67%

Hepar 23 23%

Ginjal 5 5%

Gastrointestinal 3 3%

Pankreas 2 2%

Kandung kemih 2 3%
Javali et al (2021)
Distribusi pasien trauma tumpul abdomen dengan
keterlibatan multi organ

Keterlibatan multiorgan Jumlah pasien

Limpa+hepar 5

Limpa+ginjal 1

Limpa+usus kecil 1

Hepar+usus kecil 1

Hepar+ginjal 1

Limpa+hepar+ginjal 1

Javali et al (2021)
DEFINISI TRAUMA

Suatu gangguan ataupun kerusakan seluler yang disebabkan oleh


adanya pertukaran dengan energi lingkungan yang jumlahnya melebihi
ketahanan tubuh dan kemudian diperparah oleh kematian sel akibat
iskemia maupun cedera reperfusi
Penetrans
Mekanisme
Trauma
Non
penetrans
Trauma
Abdomen
Solid organ
Organ
yang
terlibat Hollow
organ
Pemeriksaan
Keluhan Nyeri tekan abdomen, guarding, rigidity,
nyeri abdomen, mual ataupun muntah, rebound tenderness, distensi abdomen,
atau adanya lebam pada bagian yang dan tanda syok
terlibat Kontaminasi dari organ viscera →
peritonitis

Manifestasi
Klinis
Semua jenis cedera yang mengganggu Shearing injury → bentuk perlukaan
integritas struktur organ abdomen dapat akibat tekanan hebat dari alat yang
menyebabkan ruptur organ dan mengekang akibat tidak digunakan
perdarahan dengan benar
Diagnosis dan Tatalaksana

Skoring untuk Injury Severity Score


memprediksi (ISS)
morbiditas dan
mortalitas Revised Trauma Score
(RTS)

Trauma and Injury


Severity Score (TRISS)
Pemeriksaan Fisik

Primary Secondary
Survey Survey
PRIMARY SURVEY
ABCDE  pasien dengan trauma abdomen dapat mengalami gangguan pada breathing
dan utamanya pada circulation.
Cegah hipotermi pada pasien dengan selimut.

SECONDARY SURVEY (THORAX DAN ABDOMEN)


Inspeksi  lokasi trauma, kelainan di dinding anterior dan posterior (luka tembus,
benda asing, jejas, hematoma, dll.
Auskultasi  evaluasi suara nafas dan suara bising usus.
Palpasi  defans muscular menjadi tanda adanya perangasangan peritoneal
Perkusi  hypertimpani (akumulasi udara) atau dullness (cairan/darah)
Pemasangan kateter urine  evaluasi hematuria, gross hematuri pada trauma genitourinari,
monitoring resusitasi cairan.
Pemeriksaan Penunjang

ULTRASOUND (FAST)
CT SCAN ABDOMEN + KONTRAS
DIAGNOSTIC PERITONEAL LAVAGE
FAST

Focus Assesment Sonography for Trauma


merupakan suatu pemeriksaan yang mendeteksi
ada tidaknya cairan intraperitoneal.
Dapat dilakukan bedside tanpa menunda resusitasi
pada pasien
Sebagai modalitas awal evaluasi trauma tumpul
abdomen, non invasive
FAST
CT Scan Abdomen + C

Merupakan gold standart untuk diagnostik cedera organ intraabdomen


dengan hemodinamik stabil.
CT Scan Abdomen memiliki akurasi yang tinggi mencapai 95%.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menentukan derajat cedera organ
padat dan menjadi penuntun untuk penatalaksanaan non-operative dan
keputusan untuk dilakukan tindakan pembedahan.
DPL

Diagnostic Peritoneal Lavage adalah suatu pemeriksaan yang digunakan


untuk menilai adanya darah di dalam abdomen.

DPL menjadi kurang digunakan saat ini karena sudah ada pemeriksaan
lain yang tidak invasive seperti FAST dan CT Scan.
The Lethal Triad
PRINCIPLES DAMAGE CONTROL SURGERY

Brian J et.al. Damage Control Surgery: Chapter 5. p.169-223.


Pemeriksaan Laboratorium Awal

Darah lengkap  Hb, Hct dan PLT Analisa gas darah→ asidosis metabolik

BUN→ meningkat menandakan adanya Tes koagulasi, yang menunjukkan


disfungsi ginjal pemanjangan PT dan APTT → koagulopati

Kadar elektrolit → mungkin


Pemeriksaan enzim organ spesifik
menunjukkan abnormalitas.
Pemeriksaan Radiologi
● Indikasi DPL → nyeri abdomen,
Foto polos abdomen Trauma pada bagian bawah dari dada,
hipotensi, hematokrit turun, pasien
Pemeriksaaan rontgen servikal cedera abdominal dengan gangguan
lateral, toraks AP, dan pelvis kesadaran, pasien cedera abdominal
dan cedera medula spinalis, dan patah
tulang pelvis.
DPL→ mengidentifikasi ● kontra indikasi relatif DPL →
adanya cedera intraabdomen
pasien hamil, pernah operasi
abdominal, operator tidak
USG → mencari cairan bebas berpengalaman dan bila hasil DPL
intraperitoneal nantinya tidak akan merubah
penatalaksanaan.
Trauma Hepar
Hepar adalah organ solid dengan kejadian cedera tertinggi pada kasus
trauma abdomen

Trauma penetrasi Trauma non penetrasi

• Trauma tusuk • Energi kompresi


• Trauma tembak • Energi akselerasi
• Energi deselerasi
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium USG CT Scan Abdomen

• Darah lengkap • USG FAST • Sensitifitas dan


• Enzim hepar • Penumpukan spesifisitas tinggi
cairan pada • Temuan : laserasi,
Morrison pouch hematoma
(+/- 500 cc) subcapsular, dan
intraparenkim,
perdarahan aktif,
trauma vaskuler
Tatalaksana

Coccolini et al. World Journal of Emergency Surgery (2020) 15:24 https://doi.org/10.1186/s13017-020-00302-7


Tatalaksana

Coccolini et al. World Journal of Emergency Surgery (2020) 15:24 https://doi.org/10.1186/s13017-020-00302-7


Packing Hepar
The Pringle Maneuver
Direct suture (Hepatorrhapy)
OMENTAL PACKING
Trauma Lien

Ruptur lien dapat disebabkan oleh


Lien→ jaringan limfoid terbesar, terletak trauma tumpul, trauma tajam, atau ruptur
pada hemidiafragma kiri.
spontan

Adanya fraktur pada iga 9 atau 10 kiri


Lien → mempertahankan sistem kekebalan
harus dicurigai kemungkinan adanya
tubuh → immunoglobulin → IgG
trauma lien
● Ruptur lien terjadi akibat deselerasi cepat, kompresi, transmisi energi melalui
dinding dada posterolateral lalu menuju lien, atau akibat fraktur iga sekitar yang
dapat mencederai lien
● Gambaran klinis yang delayed → laserasi kecil → tamponade, atau terbentuk
hematom subkapsular yang membesar secara perlahan dan kemudian pecah.
Tingkat Tipe Cedera Keterangan

I Haematoma Subcapsular, <10% surface area

Laceration Capsular tear, <1% parenchymal tear

II Haematoma Subcapsular, 10%-50% surface area


Klasifikasi berdarakan
Intra-parenchymal, <5cm in diameter
American Association for
Laceration 1-3 cm parenchymal depth
the Surgery of Trauma
III Haematoma Subcapsular, >50% surface area
(AAST)
Rupturd subcapsular or parenchymal haematoma >= 5 cm

Laceration >3 cm parenchymal depth or involving trabecular vessels


CT scan → menentukan
IV Laceration Parenchymal laceration involving segmental or hilar vessels producing >25% devascularization
grading ruptur lien
Vascular Any injury in the presence of a splenic vascular injury or active bleeding confined within splenic
capsule

V Laceration Shattered Spleen

Vascular Any injury in the presence of splenic vascular injury with active bleeding extending beyond the
spleen into the peritoneum
Tatalaksana

Coccolini et al. World Journal of Emergency Surgery (2017) 12:40 DOI 10.1186/s13017-017-0151-4
Nonoperative Management
OPERATIVE MANAGEMENT

Splenorraphy
Untuk cedera lien grade II dan III. Dilakukan penjahitan
pada pembuluh darah yang ruptur dan omental patch.

Splenectomy
Dilakukan pada pasien tidak stabil, dengan cedera lien
berat (grade IV atau V).

Anda mungkin juga menyukai