Anda di halaman 1dari 79

Trauma Abdomen

Disusun Oleh :
1. Aulia Nursani Fitri
2. Desti Ekaningrum
3. Imam Rafif Khamdani
4. Mutiara Khaerun Nisa
5. Nabilla Nur Annisa

Pembimbing:
dr. M. Amar Latief, Sp.Rad, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
CIREBON
2022
Daftar Isi

01 02
Pendahuluan Tinjauan Pustaka

03 04
Pembahasan Simpulan
01
Pendahuluan
- Latar belakang
- Tujuan
- Manfaat
Latar Belakang
Trauma merupakan penyebab kematian utama usia-
usia produktif yaitu usia dibawah 40 tahun, juga Tujuan
merupakan penyebab kematian ke-3 di dunia setelah
penyakit kanker dan kardiovaskuler. • Memperdalam pengetahuan tentang
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab trauma abdomen secara klinis.
tersering trauma abdomen dan penyebab berikutnya adalah • Mengetahui manifestasi dan gambaran
jatuh.
Di Indonesia, ditemukan prevalensi cedera yaitu
radiologi trauma abdomen.
sebesar 8,2%. Saat ini di Indonesia, prevalensi cedera
tertinggi didapatkan berada pada kelompok usia 15-24
tahun yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor dan
jatuh tersebut.
Manfaat
Memberikan wawasan tentang trauma
abdomen secara klinis dan mengetahui
manifestasi dan gambaran radiologi trauma
abdomen
02
Tinjauan Pustaka
- Anatomi abdomen - organ yang sering terkena
- Definisi Trauma abdomen - Penegakan diagnosis
- Epidemiologi - Tatalaksana
- Klasifikasi - Prognosis
- Patofisiologi - komplikasi
Anatomi Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk
rongga terletak diantara toraks dan pelvis.
“Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau luka tusuk. Terdapat dua
mekanisme trauma pada abdomen yaitu trauma tajam (penetrans)
dan trauma tumpul (non penetrans) .”

—Definisi
Epidemiologi
National Center For Injury Prevention and Control Amerika
tahun 2000
Laki – laki > wanita 3:2

8% Dari 25.301 cedera abdomen

83% Disebabkan oleh trauma tumpul

59% Penyebab utama Kecelakaan Lalu lintas

National Vital Statistics reports America tahun 2009


Di Indonesia, proporsi bagian tubuh yang terkena cedera
tahun 2019
40% Pembunuhan
2,2% Pada perut
Bunuh diri
14%
Laki – laki > wanita 9:1 3,5% Provinsi sulawesi utara
Klasifikasi Abdomen

Trauma Penetrasi Trauma Non-Penetrasi


Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul
Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang
disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya organ-
mengakibatkan luka pada permukaan tubuh dengan
organ yang tidak mempunyai kelenturan (non
penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh
complient organ) seperti hati, lien, pankreas, dan
tusukan benda tajam.
ginjal.
• Saat pengurangan kecepatan menyebabkan
• luka iris atau luka sayat (vulnus perbedaan gerak di antara struktur.
scissum), • Isi intra abdominal hancur diantara dinding
• luka tusuk (vulnus punctum) atau abdomen anterior dan columna vertebra atau
• luka bacok (vulnus caesum). tulang toraks posterior.
• Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra-abdomen
patofisiologi
Organ yang sering terkena trauma abdomen

Cedera Hepar Cedera Lien Cedera Usus


Disebabkan karena ukurannya, lokasinya Limpa atau lien merupakan organ Peritonitis merupakan tanda yang
dan kapsulnya yang tipis yang disebut yang sering cedera pada saat khas dari cedera usus. Dari
Glisson capsule. Cedera organ hati terjadi trauma tumpul abdomen. pemeriksaan fisik didapatkan
gejala ‘burning epigastric pain’ yang
umumnya cedera akibat trauma tumpul.
diikuti dengan nyeri tekan.

Cedera Ren Cedera Ureter Cedera Pankreas


Organ retroperitoneal yang paling Trauma pada ureter jarang terjadi Trauma pada pankreas
sering mengalami cedera adalah tetapi berpotensi menimbulkan sangat sulit untuk di
morbiditas dan mortalitas.
ginjal. Trauma ginjal terjadi sekitar diagnosis. Kebanyakan kasus
Kecurigaan adanya cedera ureter bisa
1%-5% dari total seluruh trauma. ditemukan dengan adanya hematuria diketahui dengan eksplorasi
paska trauma. pada pembedahan.
Penegakan diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
- mekanisme cedera, • Lap belt marks berhubungan dengan ruptur usus halus
- kesadaran, • Kontusio dengan steering wheel shaped
- adanya perdarahan, • Ekimosis pada daerah panggul (Grey Turner sign) atau
- tinggi jatuh, umbilicus (Cullen sign)
- jenis senjata yang melukai, • Distensi abdomen
- kerusakan kendaraan dalam kecelakaan • Terdengar bising usus pada daerah thorak
kendaraan bermotor, • Bruit pada abdomen
- kematian lainnya di lokasi kecelakaan, • Nyeri tekan lokal atau difus, disertai rigiditas
- Kecepatan dan arah dari kecelakaan, • Krepitasi atau thoracic cage yang tidak stabil
- penggunaan “seat belts”,
- kerusakan kendaraan, dan Skor Blunt Abdominal Trauma Scoring System (BATSS)
- jarak pasien terlempar perlu diketahui pada Gejala Nilai Skor
kecelakaan-kecelakaan lalu lintas Nyeri abdomen 2
- riwayat AMPLE (Alergy, Medication, Past Nyeri tekan abdomen 3
Jejas pada dinding dada 1
illness, Last meal, Environment) Fraktur pelvis 5
Focus Assesment Sonography for Trauma 8
Tekanan darah sistolik <100 mmHg 4
Denyut Nadi >100 kali/menit 1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Foto Rontgen
• Darah lengkap • Dilakukan pada kasus politrauma dan menyingkirkan
• Serum amilase hematotoraks atau pneumothoraks.
• SGOT dan SGPT • Toraks Foto, foto pelvis AP, Foto abdomen AP / Lateral, foto
• Gula Darah diafragma dan LLD (hal ini untuk mengetahui fraktur costa,
• PTT atau APTT tulang belakang, pelvis serta perforasi pada usus)
• Blood typing dan Cross-matching • Pada multiple trauma diprioritaskan untuk melakukan rontgen
• Arterial blood gas cervicalAP lateral, toraks serta pelvis
• Pemeriksaan urin • Foto dengan kontras seperti sistografi, untuk mengetahui
robekan pada buli – buli
• Urethrografi, untuk mengetahui robekan padaurethra
• IVP, untuk mengetahui adanya robekan pada ginjal.
Pemeriksaan Penunjang
FAST (Focused Assesment with Sonography for Trauma)
FAST dapat menentukan secara terarah adanya hemoperioneum akibat cedera organ padat.

Berikut beberapa metode pada FAST

Subxiphoid-Cardiac
Pemeriksaan Penunjang
FAST (Focused Assesment with Sonography for Trauma)
Berikut beberapa metode pada FAST

RUQ (Morison Puch) LUQ (Spleen Renal) Suprapubic (Pelvic View)


Pemeriksaan Penunjang
FAST (Focused Assesment with Sonography for Trauma)
Berikut beberapa metode pada FAST

Suprapubic (Pelvic View) Metode Transversal Thoraks R-L


Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
Laparaskopi
Temuan yang harus dicari: • Aman efektif untuk evaluasi dan pengobatan pasien
• Hemoperitoneum
hemodinamik stabil
• Laserasi: area hipodens berbentuk linear. • Dapat mengurangi jumlah laparatomi nonterapeutic
• Hematoma: daerah berbentuk oval atau • Digunakan pada pasien dengan luka tusuk pada perut
bulat anterior atau dengan penetrasi.
• Kontusio
Indikasi dilakukan laparotomi eksplorasi adalah :
• Pneumoperitoneum • Hipotensi atau syok yang tidak jelas sumbernya
• Devaskularisasi organ • Perdarahan tidak terkontrol
• Hematoma subkapsular • Tanda – tanda peritonitis
• Luka tembak pada abdomen
• Ruptur diafragma
DPL (Diagnostik Peritoneal Lavage) • Pneumoperitoneum
DPL adalah metode cepat menentukan adanya darah • Eviserasi usus atau omentum.
intraperitoneal
Tatalaksana
Primary Survey
Tatalaksana
secondary Survey
• Survey sekunder hanya dilakukan bila ABC
pasien sudah stabil.
• Bila sewaktu survey sekunder kondisi pasien
memburuk maka kitaharus kembali mengulangi Tindakan laparotomi dibagi menjadi 3 kelompok dalam
primary survey. hal waktu laparotomi.
• Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat
1. Emergency Laparotomy : Pasien yang segera
dengan baik.
• Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki dioperasi bersamaan dengan resusitasi
(head-to-toe examination)
2. Early Laparotomy : Pasien yang dioperasi dalam
8 jam pertama post trauma

3. Late Laparotomy : Pasien yang dioperasi setelah


8 jam dianggap sebagai kelompok laparotomi
terlambat.
Prognosis Komplikasi
tergantung dari kecepatan dan ketepatan paling banyak adalah
diagnostik. Tingkat keparahan trauma dan organ • abses intraabdominal sebanyak (12%),
yang mengalami trauma bergantung pada • infeksi luka (7%),
anamnesis yang diperoleh dari mekanisme cedera, • fistel enterokutan (4%), dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang • gagal ginjal akut (3%).
yang segera dilakukan. Selain itu komplikasi postoperasi dini meliputi
• perdarahan yang tetap berlanjut,
• coagulopati, dan
• sindrom compartment abdomen.
Selain itu komplikasi lain yang tersering dari trauma tumpul
abdomen adalah
• peritonitis hal ini dikarenakan adanya ruptur yang terdapat
pada organ intra-abdomen.
03
Pembahasan
- Gambaran Xray Abdomen Normal
- Gambaran Xray Trauma Abdomen
- Gambaran USG FAST Truma Abdomen
- Gambaran CT Scan Abdomen Normal
- Gambaran CT Scan Trauma Abdomen
01 X-RAY
Normal Abdomen
Frontal Chest X-ray
● On a frontal chest X-ray the stomach
can be seen below the left
hemidiaphragm. Take note of the
gastric bubble that makes localizing
this structure easier
X-Ray Abdomen Normal
Kuadran Abdomen.
(1)Left rib,
(2)spinous process,
(3)transverse process of a lumbar
vertebrae,
(4)Pedicles of L3 vertebra,
(5)Right psoas muscle,
(6)L4 vertebral body,
(7)right iliac/ischia/pubic bone,
(8)sacrum,
(9)left femoral head
X-Ray Abdomen Normal
(A)hemidiaphragm/lung base,
(B)vertebrae,
(C)liver,
(D)iliac crest,
(E)bladder,
(F)sacroiliac join,
(G)head of femur,
(H) acetabulum,
(I)superior pubic ramus,
(J)normal bowel gas
X-Ray Abdomen Normal
X-Ray Usus Kecil & usus Besar
02 X-RAY
Trauma Abdomen
X-Ray Trauma Abdomen

Thoraks Pneumoperitoneum (udara bebas


pada sub diafragma). Kedua paru dalam
batas normal.
BNO Tension
Pneumoperitoneum
organ visceral abdomen tertekan kearah
tengah.
Foto Polos Abdomen posisi
LLD

Terdapat udara bebas pada


rongga peritoneum.
Foot Ball Sign
 1000 ml air
 Pneumoperitoneum.
 here is a very large pneumoperitoneum
which renders the entire abdomen more
lucent that normal (white arrows). Both
sides of the bowel wall are visible (red
arrows). The new born also has severe
hyaline membrane disease in the chest.
Ascites

Ascites in a neonate with meconium


peritonitis. Supine view
demonstrates separation of the flank
fat stripe (long arrows) from gas in
the descending colon (short arrow)
and central displacement of bowel
loops.
03 USG FAST Truma
Abdomen
FAST

Lokasi anatomi tempat


terjadinya penumpukan cairan
pada rongga peritoneum.
Right Supramesocolic (Marison’s pouch)

USG Marison’s pouch dan Cairan bebas pada Marison’s pouch


Left Supramesocolic (Splenorenal recess)

Normal splenorenal recess dan Cairan bebas pada splenorenal recess.


Pelvic cul-de-sac

Normal Pelvic cul-de-sac dan Cairan bebas di Pelvic cul-de-sac.


04 CT-Scan Abdomen
Normal
Ct-Scan Abdomen Normal
05 CT-Scan Trauma
Abdomen
Trauma Abdomen
Visceral abdominal organ damage
caused by Abdominal Trauma
Trauma Lien

Derajat Laserasi Lien menurut American Association for the Surgery of


Trauma Splenic Injury Scale
Grade I Trauma Lien

Hematoma subkapsular kurang dari 10% dari


luas permukaan. Robekan kapsul dengan
kedalaman kurang dari 1 cm.
Grade II Trauma Lien

• Hematoma subkapsular 10-50% dari luas


permukaan.
• Hematoma intraparenkimal < diameter 5cm,
Laserasi kedalaman 1-3cm dan tidak
melibatkan pembuluh trabekular
Grade III Trauma Lien

• Subkapsular >50% luas permukaan atau


mengembang.
• Hematoma subkapsular atau intraparenkimal
yang pecah.
• Hematoma intraparenkimal >5 cm atau
mengembang.
• Laserasi dengan kedalaman lebih dari 3 cm
atau melibatkan pembuluh trabekular.
Grade IV Trauma Lien

Laserasi yang melibatkan pembuluh segmental


atau hilar yang menghasilkan
devaskularisasi besar (>25% limpa).
Grade V Trauma Lien

Spleen terlihat hancur / Cedera pada pembuluh


darah Hilar
Trauma Hepar

Derajat Laserasi Hepar


menurut American
Association for the Surgery
of Trauma Splenic Injury
Scale
Grade I Trauma Hepar

CT scan menunjukkan robekan kapsular fokus


di lobus hepar dextra posterior (panah).
Perdarahan perihepatik kecil yang terkait
juga terlihat (panah)
Grade II Trauma Hepar

CT scan menunjukkan laserasi hepar dengan


kedalaman kurang dari 3 cm di lobus hepar
dextra posterior (panah). Perhatikan juga
pengumpulan cairan kecil di fossa
hepatorenal (panah).
Grade III Trauma Hepar

CT scan menunjukkan hematoma subkapsular


di lobus hepar dextra (panah). Perhatikan
fokus atenuasi tinggi dalam hematoma
(panah), temuan yang menunjukkan
ekstravasasi bahan kontras aktif
Grade IV Trauma Hepar

CT scan menunjukkan hematoma


intraparenkimal yang pecah dengan
perdarahan aktif di lobus hepar dextra.
Perhatikan juga hemoperitoneum besar
yang terkait
Grade V Trauma Hepar
CT scan menunjukkan hematoma
intraparenkimal besar dan laserasi yang
melibatkan seluruh lobus hepar dextra
dan segmen medial lobus hepar sinistra
Trauma Ginjal
Grade I Trauma Ginjal
subcapsular hematoma atau kontusio tanpa
adanya laserasi
Grade II Trauma Ginjal
Laserasi <1cm tanpa melibatkan system
kolektivus.
Grade III Trauma Ginjal
Laserasi > 1cm tanpa melibatkan system
kolektivus.
Grade IV Trauma Ginjal
Laserasi yang melibatkan system kolektivus
(terdapat adanya ekstravasasi urin.)
Simpulan
● Trauma abdomen merupakan kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dengan pelvis yang disebabkan oleh luka tumpul atau
luka tusuk.
● Trauma abdomen disebabkan oleh dua mekanisme yang merusak yaitu
trauma tumpul dan trauma tembus atau penetrating. Organ yang sering
terkena trauma tumpul yaitu limpa (40-55%), hepar (35-45%) dan
hematoma retroperitoneal (15%). Sedangkan trauma tajam yaitu intestinum
tenue (40%), intestinum crasum (30%), hepar (20%) serta vaskular struktur
abdomen (10%).
● Penegakan diagnosis trauma abdomen antara lain dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, scoring BATSS serta pemeriksaan penunjang seperti
darah rutin, foto rontgen, FAST, DPL, CT-scan dan laparoskopi
Diskusi
1. Apa saja perbedaan manifestasi klinis dan gambaran radiologi dari trauma abdomen
pada organ hollow viscus (Pneumoperitoneum) dan organ solid?
2. Apakah pada pneumoperitoneum terjadi juga pergeseran organ ke tengah? (center)?
3. Apakah penentuan grade trauma pada lien, ren, dan hepar dapat ditentukan dengan usg
atau hanya ctscan saja?
4. Bagaimana scoring BATSS?
5. Pemeriksaan FAST dapat dilakukan pada trauma tumpul atau trauma tajam?
6. Mengapa dilakukan pemeriksaan gula darah pada kasus trauma abdomen?
Apa saja perbedaan manifestasi klinis dan gambaran radiologi dari trauma abdomen
pada organ hollow viscus dan organ solid?
● Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum.
Penyebab yang ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien
mungkin mengalami nyeri perut samar akibat perforasi viskus perut,
tergantung pada perkembangan selanjutnya bisa berupa peritonitis.
● Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi
abdomen. Paling tidak diambil 2 foto, meliputi foto abdomen posisi
supine dan foto Thorax posisi erect atau left lateral dekubitus.
● Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat
gambaran udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit
(Semilunar Shadow) diantara diafragma kanan dan hepar atau
diafragma kiri dan lien.
● Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, merujuk
gambar ke-3, dimana udara bebas dapat terlihat antara batas lateral
kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.

organ hollow viscus

Muhammad Haris Ramadhan, dkk. Gambaran Radiologi Perforasi Organ Intra Abomen. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin : Banda Aceh. 2019.
Apa saja perbedaan manifestasi klinis dan gambaran radiologi dari trauma abdomen
pada organ hollow viscus dan organ solid?
● Manifestasi klinis tanyakan riwayat trauma, pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu inspeksi
(goresan/laserasi, robekan, luka, benda asing yang tertancap, jejas, laserasi di dinding perut), auskultasi
(apakah ada bising usus atau tidak), perkusi (apakah bunyi timpani/redup, apabila terdengar bunyi timpani
akibat dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada hemiperitoneum), palpasi (nyeri
tekan superfisial, nyeri tekan dalam, atau nyeri lepas)
● Foto tegak dapat menunjukan udara bebas intraperitoneal yang disebabkan oleh perforasi organ visera
berongga, adanya nasogastric tube pada rongga thoraks (cedera diaphragma).

organ solid

I Ketut Wiargitha. Prediktor Klinis Lesi Intraabdomen pada Penderita Trauma Tumpul Abdomen yang Dirawat
Konservatif di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Bedah Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. 2017.
Apakah pada pneumoperitoneum terjadi juga pergeseran organ ke tengah? (center)?
● Pneumoperitoneum merupakan tanda adanya udara di rongga
abdomen (peritoneal); biasanya terdeteksi pada x-ray, tetapi
sejumlah kecil udara bebas peritoneal mungkin terlewat dan
sering terdeteksi pada computerized tomography (CT).
Penyebab paling umum pneumoperitoneum adalah perforasi.
● Udara di bawah diafragma merupakan tanda radiografi
pertama dari pneumoperitoneum (Gambar 1a). Udara bebas
yang terlihat sebagai area lucency dapat ditemukan di bawah
hemi-diafragma kanan atau kiri dan di bagian tengah
diafragma yang terletak di bawah tendon sentral (Cupola
sign) (Gambar 1b).

Gambar 56. (a) X-ray abdomen, erect view, menunjukkan free


air subdiaphragmatic (panah putih), air outlining the I Ketut Wiargitha, dkk. Validitas Diagnostik Skor Blunt
properitoneal fat stripe (panah hitam), (b) Cupola sign (panah), Abdominal Trauma Scoring System (Batss) pada Trauma
(c) Rigler’s sign (panah), (d) Radiografi dada menunjukkan Tumpul Abdomen di RSUP Sanglah Denpasar, Bali. Program
udara bebas di bawah diafragma (panah). Pascasarjana Universitas Udayana : Denpasar. 2017.
Apakah penentuan grade trauma pada lien, ren, dan hepar dapat ditentukan dengan usg
atau hanya ctscan saja?
● Di Amerika Serikat, Ultrasonografi (USG) telah digunakan dalam beberapa tahun terakhir untuk evaluasi pasien
dengan trauma tumpul abdomen. Tujuan evaluasi USG untuk mencari cairan bebas intraperitoneal. USG dapat
mendeteksi adanya laserasi pada hati dan ginjal, namun tidak mampu secara tepat memastikan seberapa dalam
dan luas laserasi yang terjadi. Sensitivitas berkisar dari 85%-99%, dan spesifisitas dari 97% sampai 100%.
● Computed Tomography Abdomen (CT Scan Abdomen) adalah metode yang paling sering digunakan untuk
mengevaluasi pasien dengan trauma abdomen tumpul yang stabil. Saat ini keakuratan CT scan dalam menilai
tingkat beratnya cedera intraabdomen masih dipertanyakan. Suatu penelitian menyatakan bahwa grading trauma
hati preoperative dengan CT scan dihubungkan dengan penemuan saat operasi, hanya 16% yang sesuai. Harus
ditekankan untuk mengambil tindakan intervensi operasi didasarkan pada stabilitas hemodinamik pasien tanpa
memperhatikan grading CT scan. CT scan abdomen memiliki akurasi yang tinggi, sensitivitasnya antara 92%-
97,6% dan spesifisitas setinggi 98,7%, dan memiliki negative predictive value yang sangat tinggi yaitu hampir
97%.

I Ketut Wiargitha. Prediktor Klinis Lesi Intraabdomen pada Penderita Trauma Tumpul Abdomen yang Dirawat
Konservatif di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Bedah Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. 2017.
Bagaimana scoring BATSS?
● Blunt Abdominal Trauma Scoring System (BATSS) adalah suatu sistem
skoring yang digunakan untuk mendeteksi pasien yang dicurigai
mengalami cedera organ intra-abdomen akibat trauma tumpul abdomen.
● Pasien dengan resiko rendah yaitu jika jumlah skor BATSS kurang dari
8,
● Pasien dengan resiko sedang jumlah skor BATSS 8-12. Pada kelompok
pasien dengan risiko sedang diperlukan observasi dan pemeriksaan lebih
lanjut untuk menegakkan diagnosis yang tepat.
● Pasien dengan resiko tinggi jumlah skor BATSS lebih dari 12.
● Sistem skoring yang ada saat ini yaitu Clinical Abdominal Scoring
System (CASS) sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
perlunya tindakan laparotomi segera, dan juga meminimalisir
penggunaan pemeriksaan lanjutan pada pasien trauma tumpul abdomen.

I Ketut Wiargitha. Prediktor Klinis Lesi Intraabdomen pada Penderita Trauma Tumpul Abdomen yang Dirawat
Konservatif di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Bedah Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. 2017.
Pemeriksaan FAST dapat dilakukan pada trauma tumpul atau trauma tajam?
Pada pasien dengan trauma tumpul abdomen dan cedera
multisistem, ultrasonografi portabel dengan operator yang
berpengalaman dapat dengan cepat mengidentifikasi cairan
bebas di intraperitoneal. Cidera organ berongga jarang
teridentifikasi, namun cairan bebas bisa tervisualisasi pada
beberapa kasus. Evaluasi FAST abdomen terdiri visualisasi
perikardium (dari lapang pandang subxiphoid), rongga
splenorenal dan hepatorenal, serta kavum douglas pada
pelvis. Tampilan pada kantong Morrison lebih sensitive,
terlebih jika etiologinya adalah cairan. Cairan bebas pada
umumnya diasumsikan sebagai darah pada trauma
abdomen. Cairan bebas pada pasien yang tidak stabil
mengindikasikan perlu dilakukan laparotomi emergensi,
akan tetapi jika pasien stabil dapat dievaluasi dengan CT
scan.

Cintya Della Widyanata, dkk. Trauma Abdomen. Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan : Universitas
Airlangga. 2018.
Mengapa dilakukan pemeriksaan gula darah pada kasus trauma
abdomen?
● Trauma tumpul abdomen yang merupakan mayoritas cedera abdomen yang tercatat merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di Unit Gawat Darurat. Di antara penyebabnya, ada kecelakaan kendaraan, jatuh dan kecelakaan lalu lintas
non-kendaraan. Cedera yang paling sering terdeteksi di limpa dan hati, diafragma usus pankreas, dan cedera
retroperitoneal.
● Pada kasus pasca trauma, sistem simpatis diaktifkan-> produksi katekolamin >> seperti adrenalin, noradrenalin, dan
dopamin. Bersama dengan glukagon dan kortikosteroid, katekolamin adalah hormon pengatur GLU utama yang terlibat
dalam respons hiperglikemik. Katekolamin sangat penting setelah cedera dan stres karena meningkatkan sekresi glukagon
dan dengan demikian meningkatkan konsentrasi GLU darah.
● Apabila terjadi trauma, konsentrasi GLU serum meningkat secara signifikan dan konsentrasi K serum menurun secara
signifikan pula. Teraktivasi pula sistem simpatis, peningkatan kadar GLU darah dan penurunan kadar K .
● Dengan peningkatan konsentrasi GLU serum yang disebabkan oleh sekresi katekolamin yang berlebihan dapat
menginduksi sekresi insulin. Oleh karena itu, secara teoritis mungkin bahwa peningkatan konsentrasi GLU serum mungkin
sangat berkorelasi dengan keparahan trauma dan prognosis pasca-trauma.

Burak Katipoglu, dkk. Assessment of serum glucose potassium ratio as a predictor for morbidity and mortality of
blunt abdominal trauma. Department of Emergency Medicine, Ufuk University Faculty of Medicine, Ankara-Turkey.
Ulus Travma Acil Cerrahi Derg, February 2022, Vol. 28, No. 2.
THANKS
Do you have any questions?
koas13f@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai