Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

RETENSIO URINE E.C BPH

Oleh : Romauli Hutabarat S.Ked

Pembimbing
dr. Yalta Hasanudin Nuh, Sp.An
Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Pinang Raya, Bengkulu
Utara
Agama : Islam
Status : Menikah
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. MR : 805678
Diagnosis : Retensio Urin e.c BPH
Keluhan Utama :
Tidak bisa kencing sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 3 hari yang lalu pasien tidak bisa kencing secara
tiba-tiba. + 1 tahun yang lalu, pasien merasakan sulit
untuk BAK. Keluhan belum pernah dirasakan pasien
sebelumnya. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri
saat BAK dan kencingnya merasa tidak puas dan
terputus – putus . Pasien merasakan nyeri pada perut
bagian bawah. Pasien sudah pernah berobat ke dokter
dan dinyatakan sakit Prostat dan sudah diobati namun
tidak ada perubahan.
Riwayat Penyakit Dahulu
– Pasien belum pernah dilakukan operasi.
– Pasien memiliki riwayat hipertensi terkontrol dengan Amlodipin
10 mg
– Pasien tidak memiliki riwayat asma, kencing manis alergi makanan
atau pun obat – obatan.
– Riwayat penggunaan gigi palsu disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga di lingkungan pasien yang mempunyai keluhan
yang serupa dengan pasien
Riwayat Sosial
Saat ini pasien tinggal bersama keluarga anak pasien. Pasien sudah
berhenti merokok sejak 20 tahun yang lalu. Pasien tidak
mengonsumsi alkohol.
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan Umum
Kesan Sakit :Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/ 80 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/ menit
Frekuensi napas : 24 x/ menit
Suhu : 36,5 0 C
Status Gizi : BB : 60 kg
TB : 165 cm
Kepala
– Mata : Konj. Anemis -/-, sklera ikterik -/-,
reflek pupil +/+
– Hidung : Epistaksis -/-, deviasi septum (-)
– Mulut : Tidak ada kelainan
– Leher : Trakea sulit dinilai, pembesaran KGB
(-)
Thoraks
– Inspeksi : Hemitorak simetris kanan dan kiri
dalam keadaan statis dan dinamis
– Palpasi : Fremitus simetris kanan dan kiri
– Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak
– Auskultasi : Pulmo : vesikuler (+/+), ronki -/-,
wheezing -/- Cor :
Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur(-), Gallop (-)
Abdomen
– Inspeksi : supel, simetris, massa (-)
– Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/ lien tak
teraba membesar
– Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen
– Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
– Akral hangat, sianosis -/-, Kulit lembab dan hangat
(-), Edema tungkai (-/-)
Status lokalis
– Ginjal kiri dan kanan tidak teraba, nyeri ketok -/-
– Buli-buli kosong, terpasang folley catheter efektif
Rectal Toucher
Tonus spingter ani normal, mejepit kuat.
Ampula recti tidak koleps.
Mukosa teraba licin, teraba benjolan arah
jam 12 dengan konsistensi kenyal, nyeri
tekan (-) dan poll atas tidak teraba
Tidak terdapat darah pada sarung tangan
Laboratorium
Hb : 13,3 g/dl (N 13-18 gr/dl)
Ht : 40% (N 37-47 %)
Leukosit : 8.900 mm3 (N 5000-10.000 mm3)
Trombosit : 290.000 sel/mm3 (N 150.000-400.000
sel/mm3)
SGOT : 24 (N < 42)
SGPT : 23 (N < 41)
GDS : 115 mg/dl (N 70-120 mg/dl)
Ureum : 21 mg/dl (N 20-40 mg/dl)
CT : 5,30’
BT : 3,00’
Hitung Jenis Leukosit :
– Basofil :0 (N 0-1%)
– Eosinofil :1 (N 1-6%)
– Batang :2 (N 3-5%)
– Segmen : 38 (N 35 -70%)
– Limfosit : 42 (N 20-45%)
– Monosit :5 (N 2-10%)
KESAN ANASTESI
Laki-laki 68 tahun menderita Retensio
Urine e.c BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia) dengan ASA II
PENATALAKSANAAN
– Puasa 6 jam pre op
– Cairan pre op Ringer Laktat 20 tpm
– Konsul bedah rencana operatif BPH
– Konsul ke bagian Anastesi
– Informed consent pembedahan dan pembiusan
dengan status ASA II
PRE-OPERATIF
Premedikasi yang diberikan pada pasien
yaitu Antrain (metamizole) 1000 mg. Cairan
infus yang diberikan Ringer Laktat 500 cc.
Sebelum operasi dimulai maka yang
dilakukan:
• Memasang sensor finger pada ibu jari tangan pasien untuk
monitoring SpO2.
• Memasang manset pada lengan pasien untuk monitoring
tekanan darah.
• Memastikan cairan infus berjalan lancar.
• Persiapan induksi obat anastesi
INTRA-OPERATIF
A. INDUKSI ANESTESI
Anestesi regional dengan teknik spinal (subarachnoid) menggunakan
bupivacain konsentrasi 0,5% hyperbarik sebanyak 3 cc (15 mg).
B. PROSEDUR ANESTESI
1. Anestesi regional dengan teknik spinal anestesi,
2. Setelah dipasang IV line, monitor (tekanan darah, nadi, saturasi
oksigen) dan oksigen kanul 3 liter/menit, pasien diloading cairan
dengan 2 kolf Ringer laktat (500 cc x 2 = 1000 cc).
3. Pasien dengan posisi duduk, tandai dimana akan dilakukan tusukan,
dengan teknik aseptik-antiseptik, dilakukan tusukan pada lokasi
Lumbal 3-4.
4. Anestesi lokal bupivacain konsentrasi 0,5% hyperbaric, jumlah 3 cc
(15 mg). Anestesi dimulai jam 11.00 WIB, operasi dimulai jam 11.15
WIB. Operasi berlangsung selama 1 jam 40 menit.
5. Waktu anestesi dan operasi
• Jam anestesi mulai : 11.00 WIB
• Jam anestesi selesai : 13.05 WIB
• Jam operasi mulai : 11.15 WIB
• Jam operasi selesai : 12.55 WIB
c. Monitoring
Pasien
Perhitungan Terapi Cairan:
– Perhitungan cairan pengganti puasa \ 6 jam x 2 ml/kg
jam x 60 kg = 720 cc
– Maintenance : 2 ml x 60 kg = 120 cc
– Stress operasi : 6 x 60kg x 1,4 = 504 cc
– EBV : 70 x 60 kg = 4.200 cc
Perdarahan:
– Tabung suction : 500 cc
– Kassa kecil : 15 x 10 cc = 150 cc
– Kassa besar : 2 x 100 cc = 200 cc
– Perkiraan total perdarahan : 850 cc
– Volume urin : 200 cc
– IWL : 15 x 60 kg / 24 jam = 900/24 jam = 37,5/ jam =
38 cc/jam
Cara Pemberian:
• Jam I : (50% x pengganti puasa) + stress operasi
(50% x 720) + 504 = 864 cc kristaloid
• Jam II : (50% x pengganti puasa) + pengganti jumlah
pendarahan
• Pengganti jumlah pendarahan sebanyak (850cc)
• 10% pertama dari EBV (420 cc)  420 cc kristaloid
• 10% kedua dari EBV (420 cc)  420 cc koloid
Jadi, jam kedua = 360cc + 420cc = 780 cc kristaloid, 420cc
koloid
Perhitungan balance cairan:
• Input : 2.046cc
• Output: Urin + IWL + Perdarahan + Maintenance + Stress
Operasi
200 cc + 76 cc + 850 cc + 240 + 480 = 1.846cc
• Balance cairan = +200 cc
PENANGANAN POST-OPERATIF
• Dexamethasone (anti-inflamasi) 2 ampul, masing masing 1 ml
IV, Ketorolac (analgesik) 2 ampul masing masing 1 ml IV
bolus dan drip.
• Aldrete score :9(layak ditransport ke ruang perawatan)
Warna kulit : normal (2)
Motorik : gerak 4 anggota tubuh (2)
Pernapasan : spontan (2)
Tekanan darah: ± 20 mmHg dari pre op (2)
Kesadaran : dapat terbangun namun tertidur lagi (1)
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 82 kali per menit
• Suhu : 36,5 derajat celsius
• Pupil : isokor
• Makan minum biasa saat bising usus (+)
PEMBAHASAN
• Pasien pada kasus ini termasuk dalam
kategori ASA II, dimana pasien dengan
kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit
lain. Dimana pasien menderita retensio urine
e.c BPH dengan hipertensi grade I terkontrol
Riwayat penyakit dahulu tentang apakah pasien
pernah mendapat anestesia sebelumnya juga sangatlah
penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang
perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya:
hipertensi, alergi, mual muntah, gatal-gatal atau sesak
nafas pasca bedah, sehingga dapat dirancang anestesi
berikutnya dengan baik.

Sehingga pada pasien dengan hipertensi masuk ke


ruang operasi dengan beberapa derajat hipertensi.
Meskipun pada saat preoperative pasien memiliki
hipertensi sedang (tekanan <diastolik 90-110 mm
Hg) namun hal ini tidak menutup kemungkinan
terjadinya komplikasi pasca operasi.
Pada pasien hipertensi yang tidak diobati
atau tidak terkontrol lebih cenderung untuk
mengalami episode iskemia intraoperatif
infark, aritmia, atau hipertensi, dan
hipotensi. Penyesuaian intrabedah selama
anestesi serta penggunaan obat vasoaktif
diharapkan dapat mengurangi insiden
komplikasi postoperasi yang disebabkan
preoperatif tidak memadai untuk
mengontrol hipertensi
Pasien telah dipuasakan selama 6
jam sebelum operasi, dan operasi
berlangsung selama 1 jam 40
menit.

Untuk rumatan post operasi,


Pasien menjalani operasi sedang
pasien diberikan cairan kristaloid
sehingga kebutuhan cairan akibat
berupa ringer laktat dengan drip
stress operasi yakni
ketorolak 30mg dalam 500cc RL
6cc/kgBB/jam, adalah 504 cc
20 tetes permenit.

EBV pasien berkisar sekitar 4200


cc, perdarahan sekitar 950cc,
sehingga harus diganti dengan
cairan kristaloid sebanyak 780 cc
kristaloid, 420 cc koloid
Setelah dilakukan operasi, Aldrete score pada
pasien ini yaitu 9 (layak dibawa keruang
perawatan).
– Warna kulit : normal (2)
– Motorik : gerak 2 anggota tubuh (2)
– Pernapasan : spontan (2)
– Tekanan darah : ± 20 mmHg dari pre op (2)
– Kesadaran : bangun jika di panggil (1)
Pada penilaian preoperative, didapatkan bahwa pasien
Kesimpulan
adalah ASA II yaitu pasien memiliki penyakit sistemik
ringan sampai sedang akibat penyakit lain yaitu
hipertensi. Pasien tidak memiliki faktor risiko asma,
hipertensi, diabetes maupun alergi.

Pasien dengan diagnosis retensio


urine e.c BPH menjalani operasi
prostatektomi terbuka dengan
regional anastesi yang
menggunakan teknik spinal.

Post operatif menggunakan


katerolak 2 ampul, masing- Selama monitoring
masing bolus dan drip infus RL durante operatif status
500 cc. Pada penilaian post neurologis,
operatif, aldrete score pasien kardiopulmonar,
berjumlah 9, yang hemodinamik, dan
mengidentifikasikan bahwa
pasien layak dipindahkan ke urologis pasien cukup
ruang perawatan seruni. stabil.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai