Anda di halaman 1dari 60

CASE REPORT

TUMOR INTRA ABDOMEN SUSPEK CARCINOMA CAPUT PANKREAS

Oleh :
Wita Ayu Aflida (H1AP14062)

Pembimbing :
AKBP Dr. dr. Julian Famil, Sp.B., FICS., FINACS

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RS BHAYANGKARA BENGKULU


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I. PENDAHULUAN

Tumor pankreas merupakan tumor yang berasal dari jaringan eksokrin dan endokrin
Tumor
pankreas. Lokasi timbulnya tersering pada daerah kaput pankreas, yaitu 60%
Pankreas kemudian disusul tumor kaudal 30% dan tumor seluruh pankreas yaitu 10%.

Kaput 60%
Paling sering terjadi: Tumor Pankreas Korpus 30%
Kaudal 10%

Pankreas merupakan suatu organ retroperitoneal berupa kelenjar dengan panjang sekitar 15-20 cm
pada manusia. Berat pankreas sekitar 75-100 g pada dewasa, dan 80-90% terdiri dari jaringan asinar
eksokrin dan sisanya jaringan endokrin .
Menifestasi klinik dari tumor kaput pankreas yang paling sering di jumpai adalah
sakit perut, berat badan turun dan ikterus. Diagnosis sulit ditegakkan, sehingga
tumor biasanya tidak ditemukan kecuali bila telah menyebar terlalu luas sehingga
tidak dapat dilakukan reseksi lokal. Etiologi tumor pankreas masih belum jelas.
Penelitian epidemiologik menunjukkan adanya hubungan kanker pankreas dengan
beberapa faktor eksogen (lingkungan) dan faktor endogen pasien
Penanganan karsinoma pankreas terdiri atas 3 modalitas terapi yaitu
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Kanker pankreas sulit tersedekteksi
diawal karena manifestasinya yang tidak khas oleh karena itu perlu mengetahui
lebih lanjut tanda dan gejala yang ada agar dapat ditatalaksana dengan baik
dan memiliki prognosis yang lebih baik.
Nama : Tn. S

Identitas Pasien Usia : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Sudah menikah

Alamat : Pekik Nyaring Kecamatan Pondok


Kelapa, Bengkulu Tengah

Masuk RS : 5 Juli 2019

Keluar RS : 9 Juli 2019

No. Rekam : 08.16.37


Medis
Ruangan : Teratai
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
 Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati menembus hingga pinggang
yang dirasakan memberat sejak 1 hari SMRS.
Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan nyeri pada ulu hati yang
menembus hingga pinggang. Nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat sejak 1 hari
SMRS. Sebelumnya pasien sudah sering mengalami keluhan serupa kurang lebih 5 tahun
yll. Pasien awalnya hanya merasakan mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Pasien sering
berobat ke puskesmas namun dikira hanya sakit lambung biasa dan diberi obat pereda
asam lambung.

2 tahun terakhir keluhan semakin sering dirasakan. Pasien mengalami penurunan


berat badan yang signifikan dalam 1 tahun terakhir (10kg). Pasien juga merasakan
adanya benjolan diperut atas sebesar telur ayam kampung yang semakin membesar.
1 tahun yll pasien sudah dirujuk ke RSUD M.H Palembang untuk dilakukan operasi dan
pengobatan namun pasien memutuskan untuk pulang ke bengkulu karena faktor biaya
dan sudah disarankan rujuk ke RSUD M. Yunus Bengkulu namun pasien menolak. Saat ini
pasien mengeluhkan muntah terus menerus >5 kali sehari, nyeri pada perut yang
menembus hingga pinggang hingga sulit untuk duduk, BAB cair 1x sehari konsistensi air
dan sedikit ampas berwarna kuning, BAK normal, demam (-), sesak (-), mual (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering mengalami keluhan seperti ini sebelumnya sejak 5 tahun yll.
Riwayat operasi sebelumnya tidak ada.
Riwayat TBC 1 tahun yll dan sudah selesai minum obat rutin 6 bulan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada. Riwayat penyakit
diabetes mellitus (-). Hipertensi (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien rutin berobat sejak 2 tahun yll, sudah pernah dirujuk ke RSUD M.H
palembang namun menolak tindakan operasi.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan makanan
tertentu.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Umum dan Tanda Vital

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 OC
Pernafasan : 20 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali, tidak terdapat jejas, rambut tidak mudah rontok dan
berwarna hitam.
Mata : Konjungtiva palpebra anemis, sklera tidak ikterik, dan tidak ada
edema palpebra.
Hidung : Simetris, tidak ada deviasi, tidak ada sekret, tidak ada tanda-tanda
perdarahan, dan tidak ada nafas cuping hidung.
Telinga : Tidak ada sekret dan tidak ada nyeri tekan di mastoid dan tragus.

Mulut : Bibir tidak sianosis, pucat, mukosa bibir kering.


Leher : Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,
JVP 5-2 cmH2O (tidak meningkat)
Thorax
- Pulmo Anterior : I : Dinding dada simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi dinding
P : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
P : Sonor seluruh lapangan paru
A : Suara napas vesikuler, tidak ada wheezing dan rhonki.
- Pulmo Posterior : I : Bentuk thoraks normal, simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas
P : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
P : Sonor seluruh lapang paru
A : Suara napas vesikuler, tidak ada wheezing dan rhonki.
- Cor : I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis tidak teraba
P : Batas kanan: linea sternalis dextra
Batas pinggang: ICS II linea parasternal sinistra
Batas kiri: SIC V linea midclavicula sinistra
A : Bunyi Jantung I-II normal regular, tidak ada murmur
Abdomen : I : Datar, simetris, tidak ada jejas
A : Bising usus dalam batas normal
P : Nyeri tekan (+) regio epigastrium, supel, teraba benjolan sebesar
kurang lebih 6x5 cm, imobile, konsistensi padat hingga keras, nyeri
(+), permukaan tidak rata.
P : Timpani

Ektremitas : Look: tidak ada deformitas, simetris


Superior Feel: akral hangat, CRT < 2 detik
Move: sendi-sendi ekstremitas atas bisa digerakkan

Ekstremitas : Look: tidak ada deformitas, simetris


Inferior Feel: akral hangat, CRT < 2 detik
Move: sendi-sendi ekstremitas atas bisa digerakkan
LAMPIRAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 5 Juli 2019 Laboratorium RS Bhayangkara
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

1. Hemoglobin 13,5 gr/dl 12-14 gr/dl


2. Hematokrit 39% 36-46%
3. Leukosit 8.900 mm3 5.000-10.000 mm3
4. Trombosit 164.000 sel/ mm3 150.000-400.000 sel/ mm3
5. Ureum 13,1 mg% 10-50 mg%
6. Creatinin 1,1 mg% 0,6-1,2 mg%
7. BSS 101 mg% 60-140 mg %
8. Natrium 137 mmol/L 136-146 mmol/L
9. Kalium 4,8 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L
10. Clorida 100 mmol/L 96-106 mmol/L
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Tanggal 22 Februari 2019

Dilakukan pemeriksaan MSCT Scan upper and lower abdomen, tampilan axial,
sagital, dan coronal tanpa dan dengan bahan kontras intravena, hasil:
Pancreas : Tampak lesi solid isodens di caput pankreas bentuk amorf berbatas tegas,
tepi lobulated, dengan kalsifikasi central, dan tidak tampak infiltrasi ke organ
disekitarnya ukuran lk 46,7 x 71,4 x 69,7 mm, densitas pre kontras : isodens 39-56 HU,
post kontras hiperdens 85-108 HU, ductus pancreaticus tak melebar.
Diagnosis
Tumor Intra Abdomen suspek Carcinoma caput pankreas

Tatalaksana
Tatalaksana pada pasien ini dilakukan secara medikamentosa

• Medikamentosa:

• IVFD RL gtt 30 tpm


• Inj. Omeprazole 1 x 1 ampul
• Inj. Antrain 2 x 1 ampul
• Inj. Ondansentron 3 x 1 ampul
• Sucralfat syr 3x1 C
• Pronalges suppos k/p
FOLLOW UP
8 Juli 2019 S/ Mual muntah (+), nyeri pada ulu hati (+), P/  IVFD RL 30 gtt/mnt
BAB cair (+), pusing  Inj. Omeprazole 1 x 1 ampul
Sens= CM  Inj. Antrain 2 x 1 ampul
O/ TD= 120/60 mmHg  Inj. Ondansentron 3 x 1
N= 82x/m ampul
P= 20x/m  Sucralfat syr 3x1 C
S= 36,4 OC  Pronalges suppos k/p
St. Lokalis Abdomen:
I: Datar (+), jejas (-).
P: Teraba massa berdiameter 6 x 4 cm
pada regio epigastrium. Bentuk bulat,
konsistensi padat hingga keras,
permukaan tidak rata, imobile, batas
tegas, nyeri tekan (+).
P : Timpani
A : BU normal

A/ TIA Susp Ca Caput Pankreas


9 Juli 2019 S/ Mual muntah (+), nyeri pada ulu hati (+), P/  IVFD RL 30 gtt/mnt
BAB cair (+)  Inj. Omeprazole 1 x 1 ampul
 Inj. Antrain 2 x 1 ampul
Sens= CM
 Inj. Ondansentron 3 x 1 ampul
O/ TD= 110/90 mmHg  Sucralfat syr 3x1 C

N= 92x/m  Pronalges suppos k/p

P= 20x/m

S= 36,7 OC
St. Lokalis Abdomen:
I: Datar (+), jejas (-).
P: Teraba massa berdiameter 6 x 4 cm
pada regio epigastrium. Bentuk bulat,
konsistensi padat hingga keras,
permukaan tidak rata, imobile, batas
tegas, nyeri tekan (+).
P : Timpani
A : BU normal
A/
TIA Susp Ca Caput Pankreas
EMBRIOLOGI PANKREAS
Pankreas dibentuk oleh dua tunas, dorsal dan ventral, yang berasal dari
endoderm yang melapisi duodenum. Sewaktu duodenum berputar ke kanan
dan berbentuk C, tunas pankreas ventral bergerak ke dorsal dalam cara yang
serupa dengan pergeseran muara duktus biliaris. Pada akhirnya, tunas ventral
berada tepat di bawah dan di belakang tunas dorsal. Selanjutnya, parenkim
dan sistem duktus dari tunas pankreas dorsal dan ventral menyatu
ANATOMI PANKREAS Pankreas dapat dibagi ke dalam empat bagian :
a. Caput Pancreatis, berbentuk seperti cakram dan
terletak di dalam bagian cekung duodenum. Sebagian
caput meluas di kiri di belakang arteri dan vena
mesenterica superior serta dinamakan Processus
Uncinatus.
b. Collum Pancreatis, merupakan bagian pankreas yang
mengecil dan menghubungkan caput dan corpus
pancreatis. Collum pancreatic terletak di depan
pangkal vena portae hepatis dan tempat di
percabangkannya arteria mesenterica superior dari
aorta.
c. Corpus Pancreatis,berjalan ke atas dan kiri, menyilang
garis tengah. Pada potongan melintang sedikit
berbentuk segitiga
d. Cauda Pancreatis, berjalan ke depan menuju
ligamentum lienorenalis dan mengadakan hubungan
dengan hilum lienale.
Vaskularisasi
1. Arteri
a.A.pancreaticoduodenalis superior
(cabang A.gastroduodenalis )
b. A.pancreaticoduodenalis inferior
(cabang A.mesenterica cranialis)
c.A.pancreatica magna dan
A.pancretica caudalis dan
inferior cabang A.lienalis
2. Vena Vena yang sesuai dengan
arterinya mengalirkan darah ke sistem
porta
a. Vena splenic
b. Vena mesentric inferior
c. Vena mesentric superior
Inervasi dan Aliran Limfatik

Inervasi kanker pankreas berasal dari serabut-serabut saraf simpatis


(ganglionseliaca) dan parasimpatis (vagus). Kelenjar limfe terletak di
sepanjang arteri yang mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen akhirnya
mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan mesenterica superior.
Duktus Pankreatikus

a. Ductus Pancreaticus Mayor (Wirsungi) Mulai dari kauda dan berjalan di sepanjang
kelenjar menuju ke kaput, menerima banyak cabang pada perjalanannya. Ductus ini
bermuara ke pars desendens duodenum di sekitar pertengahannya bergabung dengan
ductus choledochus membentuk papilla duodeni mayor Vateri. Kadang-kadang muara
ductus pancreaticus di duodenum terpisah dari ductus choledochus.
b. Ductus Pancreaticus Minor (Santorini) Mengalirkan getah pankreas dari bagian atas
kaput pankreas dan kemudian bermuara ke duodenum sedikit di atas muara ductus
pancreaticus pada papilla duodeni minor.
c. Ductus Choledochus et Ductus Pancreaticus Ductus choledochus bersama dengan
ductus pancreaticus bermuara kedalam suatu rongga, yaitu ampulla hepatopancreatica
(pada kuda). Ampulla ini terdapat di dalam suatu tonjolan tunica mukosa duodenum, yaitu
papilla duodeni major. Pada ujung papilla itu terdapat muara ampulla
FISIOLOGI PANKREAS

Fisiologi pankreas
1. Sebagai eksokrin, menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzimenzim
pencernaan seperti enzim amilase pankreas, enzimenzim proteolitik, dan lain-lain.
2. Sebagai endokrin menghasilkan hormon insulin, glukagon, somatostatin dan
polipeptida pankreas.
CARCINOMA PANKREAS

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma pankreas di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian keempat akibat


keganasan setelah kanker paru, kolon, dan payudara, baik pada pria maupun wanita. Pada tahun
2018, American Cancer Society memperkirakan terdapat sekitar 55.440 kasus baru karsinoma
pankreas yang terdiagnosis (29.200 pria dan 26.240 wanita) dan 44.330 kasus yang meninggal karena
karsinoma pankreas (23.020 pria dan 21.310 wanita). Data (GLOBOCAN, 2012) karsinoma pankreas di
Indonesia disebutkan insidens kanker pankreas 5.829 dan kematian karena kanker pankreas
sebanyak 5.642. Menurut data statistik di Indonesia pada tahun 2004-2007, kanker pankreas tidak
termasuk dalam 10 besar kanker di Indonesia.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Etiologi kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian epidemiologik menunjukkan


adanya hubungan kanker pankreas dengan beberapa faktor eksogen (lingkungan) dan
faktor endogen pasien. Faktor eksogen antara lain kebiasaan merokok, diet tinggi
lemak, alkohol, kopi, dan zat karsinogen industri, sedangkan faktor endogen yaitu usia,
penyakit pankreas (pankreatitis kronik dan diabetes mellitus) dan mutasi gen
KLASIFIKASI

Klasifikasi tumor pankreas menurut WHO (2010)


1.Benign
a.Serous cystadenoma
b.Mucinous cystadenoma
c.Intraductal papillary mucinous adenoma,
d.Mature cystic teratoma
2.Borderline
a.Mucinous cystic tumor with moderate dysplasi
b.Intraductal papillary-mucinous tumor with moderate dysplasia
c.Solid pseudopapillary tumor
3.Malignant
a.Ductal adenocarcinoma
b.Serous/mucinous cystadenocarcinoma
c.Intraductal papillary-mucinous tumor
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Klinis Karsinoma Kaput Pankreas
Gejala awal kanker pankreas tidak spesifik dan samar, sering terabaikan baik oleh pasien maupun
dokter sehingga sering terlambat didiagnosis. Tanda klinis pasien kanker pankreas tergantung
pada letak tumor dan perluasan atau stadium kanker
PATOGENESIS

Karsinoma pankreas diyakini berasal dari sel-sel duktal dimana serangkaian mutasi genetik
telah terjadi di protooncogene dan gen supresor tumor. Mutasi pada onkogen K-ras diyakini
menjadi peristiwa awal dalam perkembangan tumor dan terdapat lebih dari 90 % tumor.
Hilangnya fungsi dari beberapa gen supressor tumor (p16, p53, DCC, APC, dan DPC4) ditemukan
pada 40-60% dari tumor. Deteksi mutasi K-ras dari cairan pankreas yang diperoleh pada
endoskopik retrograde cholangiopancreatography telah digunakan dalam penelitian klinis untuk
mendiagnosa kanker pankreas. Pada sebagian besar kasus, tumor sudah besar (5-6 cm) dan atau
telah terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat di reseksi, sedangkan
tumor yang dapat direseksi berukuran 2,5-3,5 cm.
FASE MITOSIS
FASE MEIOSIS
Proses pembentukan sel kanker
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Gejala pasien seperti penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan nyeri
abdomen. Pada anamnesis juga dapat ditemukan faktor predileksi (endogen dan
eksogen) karsinoma kaput pankreas, kebiasaan serta riwayat penyakit, misalnya
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, diabetes melitus, nyeri abdomen,
steatorea.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya massa tumor padat pada
epigastrium, sulit digerakkan karena letak tumor retroperitonium. Dapat dijumpai ikterus
dengan pembesaran kandung empedu (Courvoisier sign), hepatomegali, splenomegali
(karena kompresi atau trombosis pada vena porta atau vena lienalis, atau akibat
metastasis hati yang difus), asites (karena invasi/infiltrasi kanker ke peritonium.
Kelainan lain yang kadang dijumpai adalah hepatomegali yang keras dan
berbenjol (metastasis hati), nodul peri umbilikalis (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis
vena dan migratory thromboplebitis (Trousseaus syndrome), perdarahan gastrontestinal
(karena erosi duodenum atau perdarahan varises akibat kompresi tumor pada vena
porta), dan edema tungkai (karena obstruksi vena kafa inferior) limfadenopati
supraklavikula sinistra (Virchow’s node).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain:


1. Laboratorium
• Serum amilase dan lipase meningkat.
• Tes faal hati meningkat, terutama pada kolestasis ekstrahepatik (bilirubin, ALP, AST,
ALT, hasil elektroforesis protein).
• Kadar glukosa darah meningkat (± 20%).
• CEA (carcino-embryonic antigen),
• CA 19-9 (Carbohydrate Antigen 19-9)
• Urin: ditemukan hasil urinalisis bilirubin positif dalam urin (bilirubinuria).
• Feses: ditemukan tanda-tanda steatorea, yaitu tinja terapung dan kadar lemak yang
tinggi.
2. Radiologi
a. Gastroduodenografi
Kelainan yang dapat dijumpai pada kelainan kanker pankreas dapat berupa pelebaran
lengkung duodenum, double contour, dan gambaran ‘angka 3 terbalik’ karena pendorongan
kanker pankreas yang besar pada duodenum, di atas dan di bawah papila vateri.

Barium meal. “Double contour” Pembesaran loop duodenum, dengan


(panah) pada lengkung duodenum gambaran ‘’angka 3 terbalik’’
b. USG
Tanda-tanda suatu karsinoma pankreas secara Ultrasonografi adalah:
1. Pembesaran parsial pankreas
2. Konturnya ireguler, bisa lobulated
3. Struktur ekho yang rendah atau semisolid
4. Bisa disertai pendesakan vena kava ataupun vena mesenterika superior. Mungkin disertai
pelebaran saluran-saluran bilier atau metastasis di hati

karsinoma pankreas yang berada pada


kaput pankreas
c. CT Scan
Gambaran karsinoma kaput pankreas pada CT scan yang dapat dinilai antara lain;
pembesaran duktus pankreatikus dan duktus biliaris, pembesaran kantung empedu. Selain itu
kita juga dapat melihat metastasis yang terjadi di sekitar pankreas.

CT-scan gambaran hipodense pada tumor kaput


pankreas( panah putih), distended kantung empedu
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI secara jelas mencitrakan parenkim pankreas, pembuluh darah sekitar pankreas dan
struktur anatomis organ padat sekitar di regio abdomen atas

MRI: Massa pada daerah kaput pankreas


•STAGING
Tabel 1. Staging of pancreatic cancer, and survival according to stage.
(Illustration by Stephen Millward.)

Stage I: Tumor is located in the pancreas


and does not extend elsewhere
Stage II: Tumor infiltrates bile duct and other
near structures, however lymph
nodes are negative
Stage III: Any positive lymph nodes
Stage IVA: Metastases into nearby organs
such as stomach, liver, diaphragm,
adrenals
Stage IVB: Tumor infiltrates distant organs
T = primary tumour TX: primary tumour cannot be assessed
T0: no evidence of primary tumour
Tis: carcinoma in situ (includes the PanIN 3
classification)
T1: tumour restricted to the pancreas, ≤2 cm
greatest dimension
T2: tumour restricted to the pancreas, >2 cm
greatest dimension
T3: tumour extends beyond the pancreas, no
involvement of coeliac axis or superior
mesenteric artery (or extension to the portal vein
or superior mesenteric artery, but still resectable)
T4: tumour affects the coeliac axis or superior
mesenteric artery (unresectable primary tumour)

N = regional lymph node NX: regional lymph nodes cannot be assessed


N0: no regional lymph-node metastasis
N1: regional lymph-node metastasis

M=distant metastasis M0: no distant metastasis


M1: distant metastasis
DIAGNOSIS BANDING

Biasanya pada saat diagnosis kanker pankreas, 52% metastasis jauh, dan 23% hanya
penyebaran lokal. Diagnosis banding sebelum pencitraan dan biopsi meliputi:10
1. Pankreatitis akut
2. Pankreatitis kronik
3. Kolangitis
4. Kolesistitis
5. Kista koledochal
6. Tukak lambung
7. Kolangiokarsinoma
8. Kanker lambung
TATALAKSANA

Penanganan karsinoma pankreas terdiri atas 3 modalitas terapi yaitu pembedahan,

kemoterapi dan radioterapi. Pilihan untuk pembedahan kuratif meliputi

pankreatikoduodenektomi (prosedur Whipple), pankreatektomi distal, dan

pankreatektomi total. Pendekatan lain yang dilakukan adalah kombinasi

kemoterapi dan radioterapi. Setelah dilakukan operasi pengangkatan maka pasien

perlu diberikan obat digestan yaitu obat yang berisi kombinasi enzim pencernaan,

seperti amilase, lipase, atau protease.


1. Bedah reseksi ‘kuratif’
Mengangkat/mereseksi komplit tumor massanya. Yang paling sering dilakukan adalah
prosedur Whipple. Operasi whipple merupakan prosedur dengan pengangkatan kepala
(kaput) pankreas dan biasanya sekitar 20% pankreas dihilangkan.
Operasi Whipple ini dilakukan untuk tumor yang masih terlokalisasi, yaitu pada kersinoma sekitar
ampula vater, duodenum, dan duktus koledokus distal.
2. Bedah paliatif

Pada karsinoma pankreas yang sudah tidak dapat direseksi lagi karena invasi keluar hulu
pankreas atau metastasis limf, dilakukan prosedur paliatif. Prinsip pembedahan paliatif terdiri
atas anastomosis biliodigestif berupa koledoko-jejuyenostomi Roux-en-Y. Untuk sumbatan
pada duodenum dilakukan gastroyeyunostomi. Untuk membebaskan obstruksi bilier,
pemasangan stent perkutan dan stent per-endoskopik
Kolesistoduodenostomi

1. Tumor obstruksi duktus


koledokus, kaput pankreas,
papila vater, dan duktus
pankreas
2. Duodenum
3. Duktus koledokus
4. Duktus hepatikus
5. Kaput pankreas
6. V. Mesenterika superior
7. A. Mesenterika superior
8. Kandung empedu
9. Kolesistoduodenostomi
Koledokoduodenostomi

1-9 s/d A
10. Koledokoduodenostomi
Anastomosis Roux-en-Y

1-9 s/d A
11. Koledokoyeyunostomi Roux-
en-Y
12. Yeyunoyeyuostomi roux-en-Y
3. Kemoterapi
Kemoterapi dalam kasus kanker pankreas metastasis memberikan hasil yang kurang
memuaskan. Dua agen kemoterapi utama yang telah sering digunakan adalah 5-fluorouracil (5-
FU) dan gemcitabine. 5-FU adalah analog pirimidin yang dapat menghambat sintesis asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Gemcitabine adalah deoxycytidine analog
antimetabolit. Saat ini, gemcitabine adalah kemoterapi standar pilihan untuk kanker pankreas.
PROGNOSIS

Karsinoma kaput pankreas adalah salah satu kanker yang prognosisnya paling buruk,
karena risiko rekuren pasca-operasi sangat tinggi. Hanya sekitar 20% pasien yang
menjalani operasi Whipple (operasi kanker pankreas) dapat bertahan hidup selama 5
tahun. Pada tumor yang telah bermetastasis, kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata
tidak lebih dari 6 bulan.
 Tumor pankreas merupakan tumor yang relatif sering terjadi. Lokasi timbulnya tersering
pada daerah kaput pankreas
 Diagnosis kanker pankreas ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
 Penanganan karsinoma pankreas terdiri atas 3 modalitas terapi yaitu pembedahan,
kemoterapi dan radioterapi.
 Karsinoma pankreas pada pasien ini sebaiknya segera ditatalaksana lebih lanjut bisa
dengan pembedahan dibarengi dengan kemoterapi agar prognosis menjadi semakin
baik, mengingat faktor usia yang sudah tua dan kondisi pasien yang semakin memburuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W, Sjamsuhidajat R,. 2010. Buka Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta EGC, hal 471 -497
2. Snell RS. Anatomi Pankreas. Dalam: Hartanto H, dkk. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.
Jakarta: EGC, 2006. h. 309-318
3. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
4. Sadler, T.W. 2014. Embriologi Kedokteraan Langman. Jakarta: EGC
5. Probosari, E. 2018. Penatalaksanaan Gizi Pada Pasien Dengan Cancer Pancreas. Jurnal of
Nutrition and Health. Vol.6 No.1. Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
6. Irmayanti, et al., 2018. Penanda Tumor untuk Diagnosis Karsinoma Kaput Pankreas. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran. Vol 45 No.3. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RS Ibnu Sina,
Makassar, Indonesia
7. Padmomarono, F Soemanto. (2014). Kanker Pankreas. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi Keenam. Jakarta: Interna Publishing.
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Kanker Pankreas. Direktorat Pelayanan
Kesehatan, Jakarta
9. Guigan, A. et al., 2018. Pancreatic cancer: A review of clinical diagnosis, epidemiology, treatment
and outcomes. Worl Journal Gastroenterologi. Volume 24(43). UK
10. Vincent, A. et al., 2011. Pancreatic Cancer. National Cancer Institut.
11. Puccet, Y. Et al., 2019. Cancer, Pancreas. Starspearls publising journal.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai