Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan siklus kehidupan yang tidak dapat

dihindari oleh setiap manusia. Lansia (lanjut usia) merupakan subjek dalam

pembangunan kesehatan. Pengalaman hidup yang lebih banyak, menempatkan

lansia bukan hanya orang yang dihormati, tetapi juga dapat berperan sebagai

(agent of change) di lingkungan keluarga dan masyarakat. Lansia dapat

berperan dalam mewujudkan keluarga sehat yaitu dengan

memanfaatkannpengalaman yang sudah dimiliki dan pemberian pengetahuan

kesehatan yang sesuai (Depkes RI, 2006).

Indonesia merupakan negara yang populasi penduduknya menduduki

posisi nomor empat terbesar di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika

serikat. Pada tahun 2018 penduduk Indonesia mencapai 262.787.403 jiwa dari

keseluruhan jumlah penduduk dunia (CIA World Factbook, 2019)

Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan

kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi fisik, biologis,

mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut, akan

mempengaruhi berbagai masalah Kesehatan lansia seperti Tekanan darah,

Nutrisi, dan penyakit lainnya. (Kemenkes RI, 2012).

Lanjut Usia disingkat dengan Lansia merupakan seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ke atas. Setiap maahkluk hidup

akan mengalami semua proses yang dinamakan menjadi tua atau menua.
Proses menua tersebut bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses

yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, dimana

terdapat proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Mujiadi & Rachmah, 2021).

Pada laporan kasus ini ditemukan masalah pada lansia binaan yaitu

masalah terkait dengan tekanan darah (Hipertensi). Hipertensi merupakan

keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal

sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas,

tekanan darah fase sistolik 140 mmhg menunjukkan fase darah yang sedang

dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 mmhg menunjukkan fase darah

yang Kembali ke jantung (Triyanto,2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada lansia binaan serta

mampu menerapkan asuhan keperawatan secara gerontik pada lansia

binaan yang berada di wilayah Dusun Lantebung Desa Pakatto Kab.Gowa.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada lansia binaan terkait

dengan masalah yang dialami lansia binaan

b. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah kesehatan yang dialami oleh

lansia binaan secara teori

c. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan dalam bentuk

asuhan keperawatan kepada lansia binaan.


C. Manfaat

1. Manfaat Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dalam praktik keperawatan

khususnya yang berhubungan dengan masalah yang ada pada lansia

binaan selama melakukan praktik lapangan.

b. Mahasiswa dapat belajar bagaimana cara mengatasi hambatan yang

ada pada lansia binaan dalam proses pemulihan kesehatan, serta

mampu memberi solusi dalam untuk mengatasi masalah tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Proses Penuaan Secara Umum


a) Definisi

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal,

hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Khofifah, 2016).

b) Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)


lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.

3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun

4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

c) Klasifikasi Lansia

Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :

1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59

tahun

2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih.

3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang

memiliki masalah kesehatan


4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan atau melakukan kegiatan yang menghasilkan

barang atau jasa

5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau

tidak bisa mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya

bergantung pada orang lain

d) Ciri-Ciri Lansia

1. Cri-Ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut (Khofifah, 2016) :

a. Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan

faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam

kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi

yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat

proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki

motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih

lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak

menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang

kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan

pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi


ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain

sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran.

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai

mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada

lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas

dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan

sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat

tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka

cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat

memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan

yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.

Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan

untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,

kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,

cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

e) Tipe-Tipe Lansia

Ada beberapa tipe lansia sebagi berikut (Dewi, 2014) :


a. Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hkmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, memenuhi undangan dan
menjadi panutan
b. Tipe mandiri : selektf dalam mencari pekerjaan
c. Tipe tidak puas : lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin
d. Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik
e. Tipe bingung : lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian
f. Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik
g. Tipe konstruktif : mempunyai integritas baik, dapat menikmati
hidupnya
h. Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterima di tengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi
i. Tipe desentif : sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang
tidak stabil, selalu menolak bantuan, emos serng tidak terkontrol.
j. Tipe militan dan serus : lansia yang tidak mudah menyerah, serius,
senang berjuang dan bisa menjadi panutan
k. Tipe bermusuhan :lansia yang selalu menganggap orang lain
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, berdifat agresif dan curiga
l. Tipe putus asa, membenci dan mengalahkan diri sendiri

f) Tugas Perkembangan Lansia

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :


a. Mempersiapkan dir untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan oranng yang sesuianya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhada p kehidupan sosal/ masyarakat secara
santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

g) Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan).
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai
perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses
ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik (Khofifah, 2016).

h) Kebutuhan Dasar Lansia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu


kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan,
kesehatan dan kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan
orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya
dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan
sebagai berikut :

a. Kebutuhan utama, yaitu :


1. Kebutuhan fisiologi/biologis seperti,makanan yang

bergizi, seksual, pakaian, perumahan/tempat berteduh

2. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai


3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan

4. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari

orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status

yang jelas

5. Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan

orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan

organisasi sosial.

b. Kebutuhan sekunder, yaitu :


1. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas

2. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi

3. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan

pengetahuan

4. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan

hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan

Negara atau pemerintah

5. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami

makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal

yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.

i) Hipertensi pada lansia

Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan


tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur
yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah kaku,
sebagai peningkatan pembuluh darah sistolik.

B. Konsep Legal Etik Keperawatan

1. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir

logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap

kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki

berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip

otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang

sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi

merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut

pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat

menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan

dirinya.

2. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,

memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan

kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.

Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip

ini dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang

lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini

direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi

yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk

memperoleh ekualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak Merugikan (Non maleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada

klien.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan

oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada

setiap kliendan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip

veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan

kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan

objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,

dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun

demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk

kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk

pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ´doctors knows best´

sebab individu memilikiotonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan


informasi penuh tentangkondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam

membangun hubungan saling percaya.

6. Loyality/Ketaatan (Fidelity)

Prinsip fidelitydibutuhkan individu untuk menghargai janji dan

komitmennyaterhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan

menepati janji sertamenyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah

kewajiban seseoranguntuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.

Kesetiaan, menggambarkankepatuhan perawat terhadap kode etik yang

menyatakan bahwa tanggung jawabdasar dari perawat adalah untuk

meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,memulihkan kesehatan dan

meminimalkan penderitaan.

7. Karahasiaan ( Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus

dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan

kesehatanklien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada

seorangpundapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh

klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,

menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga

kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas ( Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan

seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa

terkecuali.

C. Konsep Medis

1. Definisi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka

morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg

menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik

90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak

hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin

tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).

Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini

merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan

systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum,

hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang

abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap

stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan(Nurarif &

Kusuma, 2015) :

1. Hipertensi Primer (Esensial)

Disebut juga hipertensi adiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.

Faktor yang mempengaruhi yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas,

saraf simpatik, system renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca

intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : Obesitas, merokok,

alcohol dan polisitemia.

2. Hipertensi Sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing

dan hepertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi di usia lanjut dapat dibedakan menjadi :

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan/ atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan usia lanjut adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.


4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah periger

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120-129 80-84

3. High normal 130-139 85-89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (berat) 180-209 100-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang


akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula

adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan

gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos


pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi

dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan

curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.


4. Penyimpangan KDM
5. Menifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Nurarif & Kusuma,

2015):

 Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang nmemeriksa. Hal ini berarti hipertensi hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur

 Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlajim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan

gejala terlajim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun
6. Komplikasi

Hipertensi yang dibiarkan tidak tertangani dapat mengakibatkan (Harianto

& Rini, 2015):

a. Transien Iskemik Attact

b. Strocke/CVA

c. Gagal jantung

d. Infark miokard

e. Distrimia Jantung

7. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

- Hb/Ht : Untuk mengkaji hubugan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

- Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal

da nada DM.

2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopita

3. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi


4. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal

5. Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung(Nurarif & Kusuma, 2015).

8. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan

denganpencapaian dan pemeliharaan tekanan dara dibawah 140/80 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertasi meliputi :

a. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tujuan suporsif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa

obat meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

 Penurunan berat badan

 Penurunan asupan etanol

 Menghentikan merokok
2) Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan

untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai 4 prinsip

yaitu :

 Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain.

 Intensitas olahraga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobic

atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

 Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona

latihan.

 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

3) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputu :

 Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan Biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatic seperti nyeri kepala dan migran, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

 Tehnik relaksasi
relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan dan kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks.

4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga untuk mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi

umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

9. Prognosis

Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol,

hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya

mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia.

Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin

buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani. Di Amerika

Serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas empat

kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita

pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang

telah menopause. Adanya faktor risiko independen (seperti


hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang

mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas hipertensi

dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (Ibrahim, 2017).
10. Mind Mapping

MIND MAPPING HIPERTENSI


TANDA DAN GEJALA DEFINISI ETIOLOGI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
(Menurut Rokhaeni ( 2001 ) 1. Genetik: Respon neurologi terhadap
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 stress atau kelainan eksresi
140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
mmHg 2. 2. Obesitas: terkait dengan level insulin
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
b. Sakit kepala yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
c. Pusing / migraine tekanan darah meningkat.
90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
d. Rasa berat ditengkuk 3. Stress Lingkungan.

e. Penyempitan pembuluh darah 4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan

f. Sukar tidur arterosklerosis pada orang tua serta


HIPERTENS pelebaran pembuluh darah.
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
I

PENATALAKSANAAN KLASIFIKASI
a. Diet KOMPLIKASI
Hipertensi Emergensi
b. Penurunan berat badan 1. Efek pada organ :
Hipertensi urgensi
c. Penurunan asupan etanol a. Otak
d. Menghentikan merokok 1) Pemekaran pembuluh darah
e. Latihan Fisik 2) Perdarahan
3) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1. Riwayat klien

Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum

tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya,

pendidikan terakhir dan penanggung jawab.

2. Riwayat Hidup:

Menjelaskan tentang pasangan,status kesehatan, pekerjaan,dll.

3. Riwayat Keluarga

Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,

pasangan, dan anak-anak)

4. Riwayat Pekerjaan

Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan

sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang

tinggi.

5. Riwayat Lingkup Hidup

Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal

di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.

6. Obat-Obatan

Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,

atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep.

7. Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola

konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya

pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti

karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah

garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari

ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda

klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan

perkusi.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : peningkatan

tekanan veskuler serebral. (D.0077)

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur.

(D.0055)

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.(D.0056)

4. Resiko penurunan curah jantung berhubungaan dengan perubahan

afterload. (D.0011)
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Luaran Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan Observasi
agen pencedera fisik : peningkatan
3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
tekanan veskuler serebral. (D.0077)
tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas,
sebagai berikut : intensitas nyeri.
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon
3. Frekuensi nadi nyeri non verbal
membaik 4. Identifikasi factor
4. Tekanan darah yang memperberat
membaik dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri.
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi peberian
analgetik.
2 Gangguan pola tidur berhubungan Dukungan Tidur
Setelah dilakukan
Observasi
dengan kurangnya kontrol tidur. tindakan keperawatan
1. Identifikasi pola dan
3x 24 jam diharapkan
(D.0055)
aktivitas tidur
pola tidur membaik
2. Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil
pengganggu tidur
sebagai berikut :
3. Identifikasi makanan
1. Keluhan sulit tidur
dan minuman yang
menurun
menggangu tidur (mis.
2. Keluhan sering
Kopi,the, alcohol,
terjaga menurun
makan
3. Keluhan tidak puas
mendejatiwaktu tidur)
tidur menurun
4. Identifikasi obat tidur
4. Keluhan pola tidur
yang dikomsumsi
menurun
Terapeutik
5. Keluhan istirahat
1. Modifikasi lingkungan
tidak cukup
(mis. Pencahayaan,
menurun
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
2. Batasi waktu tidur
siag, jika perlu
3. Tetapkan jadwal rutin
tidur
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
4. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi
3 Intoleransi aktivitas berhubungan
Setelah dilakukan Menejemen energy
dengan ketidakseimbangan antara tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 1. Identifikasi gangguan
suplai dan kebutuhan oksigen.
diharapkan toleransi fungsi tubuh yang
(D.0056)
aktivitas meningkat mengakibatkan
dengan kriteria hasil kelelahan.
sebagai berikut : 2. Monitor kelelahan
6. Kemudahan dalam fisik dan emosional
melakukan 3. Monitor pola dan jam
aktivitas sehari- tidur
hari 4. Monitor lokasi dan
7. Kekuatan tubuh ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan
8. Keluhan lelah aktivitas
menurun
Teraupeutik
9. Dyspnea saat
1. Sediakan lingkungan
aktivitas menurun.
nyaman dan rendah
stimulus (mis.
Cahaya,suara dan
kunjungan)
2. Lakukan latihan
rentang gerak pasih
atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan energy
4 Resiko penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung
tindakan keperawatan
berhubungaan dengan perubahan
Observasi
3x24 jam diharapkan
afterload. (D.0011)
ketidakadekuatan
1. Identifikasi
jantung memompa
tanda/gejala primer
darah meningkat
Penurunan curah
dengan kriteria hasil
sebagai berikut :
jantung (meliputi
1.Tekanan darah
dispenea, kelelahan,
menurun
adema ortopnea
2.CRT menurun
paroxysmal nocturnal
3.Palpitasi menurun
dyspenea, peningkatan
4.Distensi vena
CPV)
jugularis membaik
2. Identifikasi tanda
5.Gambaran EKG
/gejala sekunder
Aritmia menurun
penurunan curah
5.Lelah menurun
jantung (meliputi
peningkatan berat
badan, hepatomegali
ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat)
3. Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan
darah ortostatik, jika
perlu)
4. Monitor intake dan
output cairan
5. Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
6. Monitor saturasi
oksigen
7. Monitor keluhan nyeri
dada (mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12
sadapoan
9. Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekwensi)
10. Monitor nilai
laboratorium jantung
(mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-
BNP)
11. Monitor fungsi alat
pacu jantung
12. Periksa tekanan darah
dan frekwensi nadi
sebelum dan sesudah
aktifitas
13. Periksa tekanan darah
dan frekwensi nadi
sebelum pemberian
obat (mis.
Betablocker,
ACEinhibitor, calcium
channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan
makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking
elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi hidup
sehat.
5. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres, jika
perlu
6. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
7. Berikan oksigen untuk
memepertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti
merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan

keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif

dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan

keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga

pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang

telah ditentukan tercapai.


5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap

tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan, tindakan dan

evaluasi itu sendiri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl.: Kamis / 8 Desember 2022

Inisial Klien: Ny. S


A. Riwayat Klien / Data Biografis
Nama : Ny. S Suku : Makassar
Tempat /tgl lahir : Makassar, 20 April Agama : Islam
1950
Jenis kelamin : Perempuan Status : Belum
menikah
Pendidikan : Tidak tamat SD Orang yang : Anak
Alamat / no.telepon : - paling dekat
dihubungi
B. Riwayat Hidup
Pasangan : - Anak-anak :-
Hidup : - Hidup :-
Status kesehatan : - alamat: Gowa
Umur : -
Pekerjaan : -
Meninggal : - Meninggal :-
Tahun meninggal :�
- Tahun :-
meninggal
Penyebab kematian : - Penyebab :-
kematian
C. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
Pekerjaan sebelumnya : Tidak bekerja
Sumber pendapatan saat ini : dinafkahi oleh anak
D. Riwayat Tempat Tinggal (gambar denah rumah):

Pintu Masuk

Kamar 1

Kamar 2
Ruang tamu
Kamar 3

RUANG TAMU
Kamar 4
WC
DAPUR Ruang keluarga

Tipe tempat tinggal : Semi permanen Jumlah tingkat : -


Jumlah kamar : 4 kamar Derajat Privasi : -
Jumlah orang yang tinggal di : 4 orang Tetangga : ± 1 meter
rumah terdekat
E. Riwayat Aktivitas di Waktu Luang
Hobbi / minat : Olahraga(jalan kaki depan
rumah)
Keanggotaan organisasi : tidak mengikuti
Liburan / perjalanan : klien jalan-jalan di kebun
sesekali
F. Sistem Pelayanan Kesehatan yang digunakan
- Puskesmas
Dokter / perawat: -
Rumah sakit / puskesmas: -
Klinik:-
Pelayanan kesehatan di rumah: -
Lain-lain: -
G. H. Deskripsi Aktivitas Selama 24 jam (Uraikan bersama Jam-nya):
No Jenis kegiatan Lama waktu
1 Bersih-bersih, cuci baju, mandi 2 jam
2 Duduk-duduk, berbincang- 3 jam
bincang, tiduran
3 Sholat, tidur siang 3 jam
4 Mandi sore, nonton tv, santai 3 jam
5 Makan malam, sholat, tidur 1.
J

I. J. Riwayat Kesehatan
Keluhan – keluhan utama
(metode PQRST):
P : klien mengatakan sakit kepala, leher tegang dan keluhan timbul saat klien
mengonsumsi makanan -makanan yang berlemak seperti daging, dan juga makanan
yang mengandung banyak garam berlebih
Q : Ny.S mengatakan keluhan yang dirasakan seperti memikul benda benda dan merasa
tegang
R : Ny.S mengatakan keluhan dirasakan pada leher bagian belakang
S : Skala nyeri 4 (sedang)
T : Ny.S mengatakan keluhan timbul secara tiba – tiba, tegang bagian leher dirasakan
sekitar -/+ 1 jam
Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini : Klien mengetahui keadaan yang di
alami sekarang, Tetapi klien belum paham mengidentifikasi riwayat yang dia alami
sekarang serta klien juga belum tahu makanan apa yag harus dihindari untuk penderita
hipertensi.
Pemahamannya terhadap proses penuaan : Klien memahami bahwa semakin bertambah usia,
kondisi fisik akan semakin menurun dan mudah terserang penyakit
Status kesehatan umum sejak 6 bulan terakhir : Ny S mengatakan sering mengalami
sakit kepala tegang bagian leher belakang terutama 2 bulan terakhir
Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu : Klien mengatakan kalau keadaan
kesehatan sejak 5 tahun terakhir hipertensi beserta sering mengalami kram pada
bagian kaki.
Penyakit masa kanak-kanak : penyakit pada umumnya seperti batuk, demam

Penyakit serius kronik : Hipertensi

Trauma: klien tidak pernah merasakan trauma

Perawatan di RS (catat alasan masuk, tanggal, tempat, lama rawat): Tidak ada catatan

Riwayat Operasi: (catat jenis, tanggal, tempat, alasan operasi): belum pernah operasi

Status Obstetris: Tidak ada


K. L. Obat-Obatan
Nama obat dan dosis : -

Bagaimana / kapan menggunakannya : -

Dokter yang menginstruksikan: -


Tanggal resep : -
Masalah-Masalah Berkaitan dengan Konsumsi Obat
Defisit (Uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat) : -
Efek samping yang tidak menyenangkan: -
Persepsi keefektifan : -
Kesulitan memperoleh : -
M. Riwayat Alergi:
Obat-obatan: -
Makanan: -
Alergi Lain: -
N. Nutrisi:
Uraikan jenis makanan untuk pagi, siang & malam :
BB saat ini: 62 kg
Riwayat Peningkatan/penurunan BB: Klien merasa berat badannya begitu saja (tidak ada
peningkatan/penurunan BB)
Frekuensi makan : Klien mengatakan frekuensi makannya 3 kali sehari yaitu pagi, siang
dan malam
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis : pendapatan tidak adekuat,
kurang transportasi, masalah menelan/mengunyah, stress emosional :Klien
mengatakan kadang tidak mampu membuat makanan yang layak dikarenakan faktor
ekonomi
Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan : makan buah atau biscuit

O. Riwayat Keluarga (Gambar silsilah keluarga, minimal 3 generasi disertai


keterangan)
3. X
X

X X

X X
72 ? 460
660
Keterangan : : Laki-Laki : Menikah

: Perempuan : Keturunan

X : Meninggal : Pasien

---: Tinggal serumah ? :Umur tidak diketahui.

GI: Generasi pertama Kakek dan nenek klien telah meninggal ,

GII: Generasi kedua adalah ayah ibu klien telah meninggal

GIII: Generasi ketiga adalah 4 saudara laki-laki dan 3 saudara


perempuan ,3 saudar laki sudah meninggal dan 1 saudara perempuan
sudah meninggal.

P. Tinjauan Sistem
Tanda-Tanda Vital:
TD : 160/100 mmHg. S : 36oC.
N : 80 x/menit. P : 24 x/menit.
Beri tanda cek (√) untuk setiap tanda-gejala yang ditemukan, disertai keterangan jika
Ya.
Hemopoetik Kepala
Perdarahan / memar - Sakit kepala 
Pembengkakan kelenjar - Trauma masa lalu -
limfe
Anemia - Pusing 
Riwayat tranfusi darah - Gatal kulit kepala -
Leher Hidung dan Sinus
Kekakuan  Rinorea -
Nyeri/Nyeri Tekan - Rabas -
Benjolan/Massa - Epistaksis -
Keterbatasan Gerak - Obstruksi -
Mata Mendengkur 
Nyeri - Nyeri pada sinus -
Air mata berlebihan - Alergi -
Pruritus - Riwayat infeksi -
Bengkak sekitar mata - Penampilan Kemampuan -
Olfkatori
Floater - Payudara
Diplopia - Benjolan / massa -
Kabur √ Nyeri/ nyeri tekan -
Fotofobia - Bengkak -
Riwayat infeksi - Keluar cairan dari putting -
susu
Tanggal - Perubahan pada putting susu -
pemeriksaan
mata terakhir
Dampak pada aktivitas - Pola pemeriksaan
sehari- payudara sendiri
Hari
Telinga Tanggal dan
hasil mamogram
terakhir
Perubahan  Kardiovaskuler
pendengaran
Rabas - Nyeri dada -
Tinitus - Palpitasi -
Vertigo - Sesak nafas -
Sensitivitas - Dipsnea pada aktivitas -
pendengaran
Alat-alat prostesa - Dipsnea noktural paroksimal -
Riwayat infeksi - Murmur -
Tanggal pemeriksaan - Edema -
paling akhir
Kebiasaan perawatan - Varises -
telinga
Dampak - Kaki timpang -
pada
aktivitas
seharihari
Mulut dan Parestesia -
Tenggorokan
Sakit tenggorokan - Perubahan warna kaki -
Lesi / ulkus - Perkemihan
Perubahan suara - Disuria -
Kesulitan menelan - Menetes -
Perdarahan gusi - Ragu-ragu -
Karies / sudah tanggal - Hematuria -
Gigi Palsu √ Poliuria -
Riwayat infeksi - Oliguria -
Tanggal pemeriksaan - Nokturia -
gigi terakhir
Frekuensi menggosok 2 kali/hari Inkontinensia -
gigi
Masalah & kebiasaan 2-3 Nyeri saat berkemih -
membersihkan gigi kali/sehari
palsu
Pernafasan Batu -
Batuk - Infeksi -
Sesak napas - Genitorepropduksi Wanita -
Hemoptisis - Lesi -
Sputum - Rabas
Mengi - Dispareunia -
Asma / alergi - Perdarahan pasca sanggama -
pernapasan
Tanggal & hasil - Nyeri pelvic -
pemeriksaan dada
terakhir
Gastrointestinal - Sistokel/ rektokel /prolaps -
Disfagia - Penyakit kelamin -
Tidak dapat mencerna - Infeksi -
Nyeri ulu hati - Masalah aktivitas seksual -
Mual muntah - Riwayat menopause (usia, -
gejala, masalah
pascamenopause)
Hematemesis - Tanggal dan hasil pap paling
akhir
Perubahan nafsu makan - Muskuloskeletal
Intoleran makanan - Nyeri Persendian 
Ulkus - Kekakuan -
Nyeri - Pembengkakan sendi -
Ikterik - Deformitas -
Benjolan / massa - Spasme -
Perubahan kebiasaan - Kram 
defekasi
Diare - Kelemahan otot √
Konstipasi - Masalah cara berjalan -
Melena - Nyeri punggung -
Hemoroid - Protesa -
Perdarahan rectum - Kebiasaan latihan/olahraga -
Pola defekasi biasanya - Dampak pada Aktivitas -
sehari-hari
Sistem Endokrin Psikososial
Intoleran terhadap panas - Cemas √ (ringan)
Intoleran terhadap - Depresi -
dingin
Goiter - Insomnia -
Pigmentasi kulit/tekstur - Menangis -
Perubahan rambut - Gugup -
Polifagia - Takut -
Polidipsia - Masalah dalam -
pengambilan keputusan
Poliuria - Kesulitan berkonsentrasi -
Sistem Saraf Mekanisme koping -
Sakit kepala √ Stres saat ini -
Kejang - Persepsi tentang kematian -
Sinkope/serangan - Dampak pada aktivitas sehari- -.
jantung hari
Paralisis -
Paresis -
Masalah koordinasi -
Tie/tremor/spasme -
Parestesia -
Cedera kepala -
Masalah Memori -
Tingkat kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari-hari : tingkat kemandirian A
Skala Depresi : tidak depresi
Fungsi intelektual/memori : fungsi intelektual utuh
Masalah-masalah kesehatan lain-lain yang ditemukan : Ny S memiliki Riwayat penyakit
magh

Q. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Sosial, Spritual dan


Keseimbangan
a. Barthel indeks (Pengkajian Fungsional)
No. Kriteria Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi 5 10 10
roda ketempat tidur
3 Kebersihan diri, cuci 5-10 15 15
muka, menyisir rambut,
dll.
4 Keluar/ masuk kamar 0 5 5
mandi
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan 10 15 15
7 Naik turun tangga 10 10 20
8 Berpakaian / bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol depekasi / 5 10 10
BAB
10 Mengontrol berkemih/ 5 10 10
BAK
JUMLAH 80
KETERANGAN :
0-20 : keterangan penuh / total
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri

Kesimpulan : Dari hasil penilain Barthel indeks klien dengan


ketergantungan moderat

b. Short Portable Mental Satu Questioner (Pengkajian status kognitif)


Benar Salah No Pertanyaan
√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang ?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Kapan anda lahir ?
√ 6 Berapa umur anda ?
√ 7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
√ 8 Siapa presiden indonesia sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 20 kurang 3 berapa ?
6 4 Jumlah

KETERANGAN :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

Kesimpulan : Salah 4 = Dari hasil penilain Short Portable Mental Satu


Quetioner klien dengan terdapat kerusakan intelektual ringan

c. Apgar keluarga dengan lansia (Pengkajian aspek sosial)


No Uraian Fungsi Skor
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada Adaptation 2
keluarga (teman-teman) Saya untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga ( teman- partnersip 1
teman )
Saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puasa dalam keluarga ( teman-teman ) Grouth 2
Saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivita atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga ( teman- affection 2
teman )
Saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi-emosi saya seperti
marah,sedih, atau mencintai .
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya Resolve 1
dan saya menyediakan waktu bersama-sama
Ket. Selalu =2, kadang-kadang = 1, hampir Total 8
tidak pernah = 0
Interpretasi :
<3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
7 – 10 : keluarga memiliki fungsi yang baik
Kesimpulan : Dari hasil penilain APGAR keluarga dengan lansia klien
mengalami disfungsi keluarga fungsi yang baik

d. Pengkajian aspek spiritual


1. Pengkajian data subjekif
a. Konsep ketuhanan klien meyakini bahwa yang wajib di sembah
adalah Allah SWT
b. Sumber kekuatan dan harapan klien berasal dari dukungan
keluarga dengan harapan klien bisa menghadapi penyakitnya
dengan an ikhlas
c. Praktik agama dan ritual klien melakukan shalat 5 waktu dan
berzikir
d. Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan klien
meyakini bahwa dengan doa menjadi alternatif sebagai terapi untuk
diri sendiri serta kesehatannya
2. Pengkajian data objektif
a. Afek dan sikap klien :
saat di wawancarai mengekspresikan perasaannya secara langsung
dan verbal
b. Perilaku kilen :
Pasien nampak berdoa saat minum air putih, klien membaca kitab
suci al-quran. Klien tidak mengalami gangguan tidur
c. Verbalisasi :
Pasien selalu berdzikir dan bersholawat
d. Hubungan interpersonal:
Hubungan antara keluarga baik
e. Lingkungan
Pasien selalu berdzikir menggunakan tasbih, dan membaca al-
quran

e. Pengkajian posisi dan keseimbangan


No Tes Koordinasi Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan poster tubuh Mampu melakukan aktivitas 4
normal dengan lengkap
2 Berdiri dengan poster normal Mampu melakukan aktivitas 3
menutup mata dengan bantuan
3 Berdiri dengan kaki rapat Mampu melakukan aktivitas 3
dengan bantuan
4 Berdiri dengan satu kaki Mampu melakukan aktivitas 3
dengan bantuan
5 Berdiri dengan fleksi trunk dan tidak mampu melakukan 1
berdiri ke posisi netral aktvitas
6 Birdiri netral dan posisi trunk tidak mampu melakukan 1
aktvitas
7 Berjalan tempatkan tumit salah tidak mampu melakukan 1
satu kaki di depan jari kaki lain aktvitas
8 Berjalan seanjang garis lurus Mampu melakukan aktivitas 4
dengan lengkap
9 Berjalan mengikuti tanda Mampu melakukan aktivitas 4
gambar pada lantai dengan lengkap
10 Berjalan menyamping Mampu melakukan aktivitas 3
dengan bantuan
11 Berjalan mundur Tidak mampu melakukan 1
aktivitas
12 Berjalan mengikuti lingkaran Mampu melakukan aktivitas 2
dengan bantuan maksimal
13 Berjalan pada tumit tidak mampu melakukan 1
aktvitas
14 Berjalan dengan ujung kaki tidak mampu melakukan 1
aktvitas
JUMLAH 31

KETERANGAN :

4 : Mampu melakukan aktivitas dengan lengkap


3. : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan
2 : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktvitas
NILAI
42-54 : Mampu melakukan aktivitas
28-41 : Mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : Mampu melakukan bantuan maksimal
1-13 : Tidak mampu melakukan
Kesimpulan : Dari hasil penilain Pengkajian posisi dan keseimbangan
klien mampu melakukan sedikit bantuan

Klasifikasi Data

Subjektif Objektif
- P : Klien mengatakan sakit - Klien tampak meringis
kepala,tegang bagian leher keluhan - Tanda-tanda vital
timbul saat klien sering TD : 160/100 mmHg. S : 36oC.
mengonsumsi makan-makanan yang N : 80x/menit. P : 24 x/menit.
berlemak seperti daging dan juga
- Klien nampak lemah
makanan mengandung banyak garam
- klien tidak terlihat menggunakan
- Q : klien mengatakan keluhan yang
kacamata mines
dirasakan seperti memikul benda-
benda dan merasa tegang
- R : Klien mengatakan keluhan
dirasakan pada leher bagian belakang
disertai nyeri kepala
- S : 4 (Sedang)
- T : Ny S mengatakan keluhan timbul
secara tiba-tiba tegang bagian leher
dirasakan sekitar -/+ 1 jam
- Klien mengatakan penglihatan kabur
E. Analisa Data
MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN

1 DS : Hipertensi Nyeri akut

P : Klien mengatakan kepala dan Kerusakan vaskuler


leher tegang keluhan timbul saat pembuluh darah
klien sering mengonsumsi makan-
makanan yang berlemak seperti
Perubahan struktur
daging dan juga makanan seperti
makanan yang mengandung banyak
Penyumbatan pembuluh
garam
darah
Q : klien mengatakan keluhan yang
dirasakan seperti memikul benda- Vakonstriksi
benda dan merasa tegang
R : Klien mengatakan keluhan
Gangguan sirkulasi
dirasakan pada leher bagian belakang
disertai nyeri kepala
Otak
S : 4 (Sedang)
T : Ny S mengatakan keluhan timbul
secara tiba-tiba tegang bagian leher Resistensi pembuluh darah
dirasakan sekitar -/+ 1 jam otak meningkat

DO :
Nyeri Akut
- Klien tampak meringis
- Tanda-tanda vital
TD : 160/100 mmHg.
S : 36oC.
N :80 x/menit.
P : 24 x/menit.

Faktor resiko
2 Umur > 65 tahun Resiko Jatuh
- Gangguan penglihatan ( klien
mengeluh penglihatan kabur hipertensi

- Usia ≥65 tahun


- Kekuatan otot menurun kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vakonstriksi

Gangguan sirkulasi

Retina

Spasme arteriol

Resiko Jatuh
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI

No. Diagnosa Kriteria hasil Intervensi

1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


Pencedera Fisiologis keperawatan Tingkat nyeri Observasi :
selama 3 x 24 jam dengan Kriteria
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
hasil :
kualitas, intensitas nyeri.
a. Keluhan nyeri menurun. b. Identifikasi skala nyeri.
b. Meringis menurun. c. Identifikasi respon nyeri non verbal
c. Tekanan darah membaik d. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri.
Terapeutik

e. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri
f. Anjurkan minuman herbal untuk menurunkan TD
Edukasi

g. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri.

2 Resiko Jatuh d.d Setelah dilakukan asuhan Observasi :


usia pasien > 65, keperawatan 3x24 jam tingkat
a. Identifikasi factor risiko jatuh
gangguan jatuh pada pasien dapat menurun
b. Identifikasi fakto lingkungan yang meningkatkan resiko
penglihatan,
kekuatan otot dengan kriteria hasil : jatuh
menurun Terapeutik
a. Jatuh saat berdiri menurun
b. Jatuh saat berjalan menurun c. Libatkan keluarga dalam membantu pasien Ketika akan
c. Jatuh saat naik tangga berpindah seperti turun tangga
menurun Edukasi

d. Anjurkan pasien selalu memanggil keluarganya unuk


menemani jika ingin melakukan aktivitas yang berat
e. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin.

G. IMPLEMENTASI I
NO DX Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi

1 Jumat 8 Desember 2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S :


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
09.00 - P : Nyeri timbul saat terlalu banyak
mengonsumsi makanan berlemak dan
Hasil : garam berlebih
- Q : seperti ditekan pada bagian leher
P : Nyeri timbul saat terlalu banyak
- R : Bagian leher belakang
mengonsumsi makanan berlemak dan
- S:4
makanan mengadung garam berlebih
- T : Tidak menentu
Q : seperti ditekan pada bagian leher yang memperberat nyeri saat terlalu

R : Bagian leher belakang banyak beraktivitas dan memperingan


nyeri saat istirahat
S:4
O:
09.05
T : Tidak menentu - klien tampak meringis memegang
tengkuk bagian belakang
2. mengidentifikasi skala nyeri
09.10 - perawat mengajarkan tehnik relaksasi
hasil : skala nyeri 4
nafas dalam untuk mengurangi nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- perawat menganjurkan minum air kelapa
09.15 Hasil : klien tampak meringis memegang
dan minum daun sirsak 2x sehari
tengkuk bagian belakang
- jika TD naik, dan juga bisa minum daun
4. Mengidentifikasi factor yang memperberat
seledri.daun sirsak,jus belimbing, Jus
dan memperingan nyeri.
tomat, daun basil. Pasien mengangguk
Hasil : yang memperberat nyeri saat terlalu
paham
banyak beraktivitas dan memperingan nyeri
- perawat mengajarkan cara lain jika
09.20 saat istirahat terjadi nyeri seperti tehnik distraksi dan
pasien ngangguk paham
5. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
- TD : 160/100
mengurangi rasa nyeri
N :92 x/m
Hasil : perawat mengajarkan tehnik
S : 36,5
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
P : 22x/i
09.25 nyeri
A : Nyeri belum teratasi
6. Anjurkan minuman herbal untuk P : lanjutkan intervensi 1-7
menurunkan TD
Hasil : perawat menganjurkan minum air
kelapa jika TD naik, dan juga bisa minum
daun seledri.daun sirsak, Jus tomat,jus
belimbing, timun, daun basil. Pasien
09.30
mengangguk paham

7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
Hasil : perawat mengajarkan cara lain jika
terjadi nyeri seperti tehnik distraksi
(Mengalihkan perhatian seperti menonton tv
atau membaca dan pasien ngangguk paham

2 Jumat 8 Desember 2022 1. Mengidentifikasi factor risiko jatuh S:


Hasil : usia klien 60 tahun, penglihatan
09.40 - pasien mengatakan jika turun tangga
klien terganggu (kabur), kekuatan otot
pasien selalu hati-hati dan kadang ada
sudah menurun
anaknya yang membantu
09.43 2. Identifikasi fakto lingkungan yang O:
meningkatkan resiko jatuh
- usia klien 72 tahun, penglihatan klien
Hasil : diskusikan dengan pasien dan
terganggu (kabur), kekuatan otot sudah
keluarga lingkungan yang dapat
menurun
menyebabkan jatuh seperti tangga yang
- factor lingkungan :tangga yang terlalu
terlalu tinggi, lantai toilet, pencahayaan
tinggi, lantai toilet, pencahayaan rumah
rumah pada malam hari
pada malam hari
09.46
3. Libatkan keluarga dalam membantu A : Resiko jatuh belum teratasi
pasien Ketika akan berpindah seperti turun
P : Lanjutkan intervesni 1-5
tangga
Hasil : pasien mengatakan jika turun
tangga pasien selalu hati-hati dan kadang
ada anaknya yang membantu
09:50 4. Anjurkan pasien selalu memanggil
keluarganya unuk menemani jika ingin
melakukan aktivitas yang berat
Hasil : pasien mengatakan anaknya selalu
membantu aktivitasnya

09:55 5. Anjurkan menggunakan alas kaki yang


tidak licin.
Hasil : pasien mengangguk paham
IMPLEMENTASI II

NO DX Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi

1 Jumat 9 Desember 2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
15.40 S:
Hasil :
- P : Nyeri timbul saat terlalu banyak
P : Nyeri timbul saat terlalu banyak
mengonsumsi makanan mengandung
mengonsumsi mengandung garam
banyak garam
Q : seperti ditekan pada bagian leher - Q : seperti ditekan pada bagian leher
- R : Bagian leher belakang
R : Bagian leher belakang
- S:3
S:3 - T : Tidak menentu

T : Tidak menentu - Pasien mengatakan yang memperberat


nyeri saat terlalu banyak beraktivitas dan
15.45 2. mengidentifikasi skala nyeri
memperingan nyeri saat istirahat
hasil : skala nyeri 3
- pasien mengatakan jika timbul nyeri
15.50 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal klien mengikuti instruksi perawat
Hasil : klien tidak terlihat meringis melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
16.00
4. Mengidentifikasi factor yang memperberat - pasien mengatakan meminum daun basil
dan memperingan nyeri. (daun kemangi) sebelum tidur
Hasil : yang memperberat nyeri saat terlalu
banyak beraktivitas dan memperingan nyeri O :
saat istirahat - klien tidak terlihat meringis

16.05 - pasien mengangguk paham tentang


5. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
tehnik distraksi yang diajarkan perawat
mengurangi rasa nyeri
- TD : 150/100
Hasil : pasien mengatakan jika timbul nyeri
N :82 x/m
klien mengikuti instruksi perawat
S : 36,5
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
P : 22x/i
16.10 6. Anjurkan minuman herbal untuk A : Nyeri akut mulai teratasi
menurunkan TD P : intervensi di pertahankan 1-7
Hasil : pasien mengatakan meminum daun
basil (daun kemangi) sebelum tidur
16.15
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : pasien mengangguk paham tentang
tehnik distraksi yang diajarkan perawat

2 Jumat 9 Desember 2022 1. Mengidentifikasi factor risiko jatuh


16.35 Hasil : usia klien 72 tahun, penglihatan S:
klien terganggu (kabur), kekuatan otot
- pasien mengatakan jika turun tangga
sudah menurun
pasien selalu hati-hati dan kadang ada
16.40
2. Identifikasi faktor lingkungan yang anaknya yang membantu
meningkatkan resiko jatuh - factor lingkungan : keluarga mengatakan
Hasil : keluarga mengatakan pada malam pada malam hari selalu menjaga
hari selalu menjaga pencahayaan dikamar pencahayaan dikamar klien dan di wc,
klien dan di wc, juga klien menjaga juga klien menjaga kebersihan wc agar
kebersihan wc agar tidak licin tidak licin
O:
16.45 3. Libatkan keluarga dalam membantu pasien
Ketika akan berpindah seperti turun tangga - usia klien 72 tahun, penglihatan klien
Hasil : pasien mengatakan jika turun terganggu (kabur), kekuatan otot sudah
tangga pasien selalu hati-hati dan kadang menurun
ada anaknya yang membantu A : Resiko jatuh teratasi

16.50 4. Anjurkan pasien selalu memanggil P : Pertahankan intervensi 1-5


keluarganya unuk menemani jika ingin
melakukan aktivitas yang berat
Hasil : pasien mengatakan anaknya selalu
membantu aktivitasnya
5. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
licin.
16.55
Hasil : pasien mengangguk paham

IMPLEMENTASI III

NO DX Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi


1 Sabtu 10 Desember 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S :
2022 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- P : Nyeri timbul saat terlalu banyak
Hasil :
16.05 mengonsumsi makanan yang mengadung
P : Nyeri timbul saat terlalu banyak banyak garam
mengonsumsi makanan yang mengadung - Q : seperti ditekan pada bagian leher
banyak garam - R : Bagian leher belakang
- S:3
Q : seperti ditekan pada bagian leher
- T : Tidak menentu
R : Bagian leher belakang - pasien mengatakan jika timbul nyeri

S:3 klien mengikuti instruksi perawat


melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
T : Tidak menentu
- pasien mengatakan meminum daun basil
16.10 2. mengidentifikasi skala nyeri (daun sirsak) sebelum tidur dan juga
hasil : skala nyeri 3 pada pagi hari.

16.12 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal


O:
Hasil : klien tidak terlihat meringis
16.15 - klien tidak terlihat meringis
4. Mengidentifikasi factor yang memperberat
- pasien mengangguk paham tentang
dan memperingan nyeri.
Hasil : yang memperberat nyeri saat terlalu tehnik distraksi yang diajarkan perawat
banyak beraktivitas dan memperingan nyeri - TD : 130/90
saat istirahat N : 72 x/m
S : 36,5
5. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
16.17 P : 22x/i
mengurangi rasa nyeri
A : Nyeri akut mulai teratasi
Hasil : pasien mengatakan jika timbul nyeri
P : Pertahankan intervensi 1-7
klien mengikuti instruksi perawat
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam

6. Anjurkan minuman herbal untuk


16.20 menurunkan TD
Hasil :

- pasien mengatakan meminum daun


basil (daun kemangi) sebelum tidur dan
meminum dipagi hari,
- klien juga waktu sore hari
mengonsumsi air kelapa
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
16.25 mengurangi rasa nyeri
Hasil : pasien mengangguk paham tentang
tehnik distraksi yang diajarkan perawat
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. CV Budi Utama.

Harianto, A., & Rini, S. (2015). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 (A.-R. Media (ed.)).

Ibrahim. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi Hypertension in The
Elderly Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer untuk menyebut
penyakit tekanan darah tinggi. Idea Nursing Jurnal, II(1), 60–70.
https://core.ac.uk/download/pdf/292076499.pdf

Khofifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusdik 5DM Kesehatan.

Mujiadi, & Rachmah, S. (2021). Buku Ajar Keperawatan. In E. D. Kartiningrum (Ed.), CV Jejak,
anggota IKAPI (1st ed.). STIKes Majapahit Mojokerto.
file:///C:/Users/User/Downloads/804-Article Text-2304-2-10-20220815.pdf

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai