Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK

SEKOLAH DENGAN KARIES GIGI

DI DUSUN KAYU TIGA RT 001/08 DESA DOYA

Dosen pembimbing : Hernita F Purba S.Kep.,Ns.,M.Kep

Nama : TESSA M SALHUTERU

NIM : 124021 2018 088

TINGKAT : 3-A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RUMKIT TK III DR.J.A.LATUMETEN

AMBON

2020
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan praktik klinik keperawatan Komunitas 2 ini telah di ketahui dan di setujui oleh
Pebimbing institusi dan Ka.Ur Mindik institusi pendidikan

Ambon., Desember 2020

Di setujui oleh

Pebimbing Institusi Kaur Mindik

(Hernita F Purba S.Kep.,Ns.,M.Kep). (Mardin Ode


S.Pd)
BAB I

TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan
perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Supartini (2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

2. Tipe-tipe Keluarga
Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.

b. Keluarga non tradisional


1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam
satu rumah tangga

3. Struktur Keluarga
Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) bersifat terbuka dan jujur
2) selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) berpikiran positif
4) tidak mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat,
apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima
umpan balik.
2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,
melakukan validasi
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya.Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kupulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah

4. Tahap-tahap Keluarga
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil.
Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yang sama. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman,
1998)
a. Tahap I- Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur,
bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan :
1) Membina hubungan intim danmemuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.

b. Tahap II-Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama. Dimulai sejak hamil
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau
2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.

c. Tahap III-Keluarga dengan anak pra sekolah.


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d. Tahap IV- Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada
saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas
yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga :
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

e. Tahap V- Keluarga dengan anak remaja


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan remaja.

f. Tahap VI- Keluarga dengan anak dewasa


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.
Tugas perkembangan :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Tahap VII- Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga
rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

h. Tahap VIII- Keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.

5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut Setiawati dan
Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

6. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipelihara dan dilakukan meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga yang merupakan kebutuhan yang tidak
boleh dibiarkan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan
karena kesehatanlah kadang seluruh kegiatan sumber daya dan dana keluarga
habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini merupakan
upaya keluarga utama untuk mencari pertolongan yang tepat yang mempunyai
kemampuan memutusan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

B. Konsep Anak Sekolah


1. Pengertian
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat,
mempunyai sifat individual, aktif dan tidak tergantung dengan orang tua. Biasanya
pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada anak putra. Kebutuhan gizi anak
sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan
(Moehji,2003)

2. Tahap perkembangan anak usia sekolah


a. Aspek fisik
Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin logis dan kritis fantasis
semakin kuat sehingga sering kali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita – cita.

b. Aspek sosial
Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi untuk belajar, namun masih memiliki
kecenderungan untuk kurang hati – hati dan berhati – hati.
c. Aspek kognitif
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak
termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik

3. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah


Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller Carter dan
Mc Goldrik dalam Friedman (2004) :
a. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat .
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

C. Konsep dasar keluarga anak sekolah dengan anak karies


1. Pengertian

Karies  gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan
dentin yang progresif yang disebabkan oleh keaktifanmetabolisme plak bakteri.
Disebabkan oleh tiga faktor yang berhubunganyaitu makanan, host dan bakteri
(Behrman, 2002).

Proses karies gigi ditandaidengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi,
terjadinya invasibakteri dan kerusakan pada jaringan periapikal dan menimbulkan
rasa nyeri(Riyanti, 2005).

Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut akan mempengaruhiasupan makanan dan


intake gizi yang mengakibatkan gangguan-gangguanpertumbuhan yang akan
mempengaruhi status gizi sehingga dapatmenyebabkan menurunnya fungsi biologis
tubuh atau malnutrisi (Hamrui,2009).

2. Etiologi Karies Gigi


Etiologi atau penyebab Terjadinya Karies Gigi. Menurut Yuwono (2003) faktor yang
memungkinkan terjadinya karies yaitu :

a. Umur
Terdapat tiga fase umur yang dilihat dari sudut gigi geligi yaitu :
1) Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies 11
2) Periode pubertas (remaja) umur antara 14 tahun sampai 20 tahun pada masa
pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan
gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal ini yang
menyebabkan prosentase karies lebih tinggi.
3) Umur antara 40- 50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau
menurunya gusi dan papil sehingga, sisa – sisa makanan lebih sukar
dibersihkan
b. Kerentanan permukaan gigi
1) Morfologi gigi
Daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadi karies.
2) Lingkungan gigi
Lingkungan gigi meliputi jumlah dan isi saliva (ludah), derajat kekentalan dan
kemampuan bbuffer yang berpengaruh terjadinya karies, ludah melindungi
jaringan dalam rongga mulut dengan cara pelumuran element gigi yang
mengurangi keausan okulasi yang disebabkan karena pengunyahan, Pengaruh
buffer sehingga naik turun PH dapat ditekan dan diklasifikasikan element gigi
dihambat, Agrogasi bakteri yang merintangi kolonisasi mikroorganisme,
Aktivitas anti bakterial, Pembersihan mekanis yang dapat mengurangi
akumulasi plak.

c. Air ludah
Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam
mempengaruhi kekerasan email. Air ludah ini dikeluar oleh : kelenjar paritis,
kelenjar sublingualis dan kelenjar submandibularis. Selama 24 jam, air ludah
dikeluarkan glandula sebanyak 1000 – 1500 ml, kelenjar submandibularis
mengeluarkan 40 % dan kelenjar parotis sebanyak 26 %. Pada malam hari
pengeluaran air ludah lebih sedikit, secara mekanis air ludah ini berfungsi
membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah
ini ikut didalam pengunyahan untuk memecahkan unsur – unsur makanan.
Hubungan air ludah dengan karies gigi telah diketahui bahwa pasien dengan
sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase
karies gigi yang semakin meninggi misalnya oleh karena : therapi radiasi kanker
ganas, xerostomia, klien dalam waktu singkat akan mempunyai prosentase karies
yang tinggi. Sering juga ditemukan pasien-pasien balita berumur 2 tahun dengan
kerusakan atau karies seluruh giginya, aplasia kelenjar proritas (Yuwono, 2003)

d. Bakteri
Menurut Yuwono (2003) tiga jenis bakteri yang sering
menyebabkan karies yaitu :
1) Steptococcus
Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlahnya
terbanyak di dalam mulut, salah satu 13spesiesnya yaitu Streptococus mutan,
lebih dari dibandingkan yang lain dapat menurunkan pH medium hingga
4,3%. Sterptococus mutan terutama terdapat populasi yang banyak
mengkonsumsi sukrosa
2) Actynomyces
Semua spesies aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk
asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actynomyces visocus dan
actynomises naesundil mampu membentuk karies akar, fisur dan merusak
periodontonium.
3) Lactobacilus
Populasinya mempengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling disukai
adalah lesi dentin yang dalam. Lactobasillus hanya dianggap faktor pembantu
proses karies.

e. Plak
Plak ini trerbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin,
sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa makanan serta bakteri.
Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat
bertmbuhnya bakteri.
f. Frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (makanan kariogenik)
Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga
kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada 14 waktu
senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama.

3. Tanda dan gejala


Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah:
1. Terdapat lesi
2. Tampak lubang pada gigi
3. Bintik hitam pada tahap karies awal
4. Kerusakan leher gigi (pada karies botol susu)
5. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentin
6. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala
7. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada
waktu malam
8. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah.

4. Pencegahan Karies Gigi


Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi dilakukan dengan:
a. Perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut :
1) Sikatlah gigi sekurang – kurangnya dua kali sehari pada waktu -waktu yang
tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur, ditambah dengan sesudah
bangun tidur.
2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat
kecil.
3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.
4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotik
(vancomycin), enzim (destronase) dan antiseptik(chlor hexidine 0,1 %).
5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat gigi
dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis
untuk membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah.
Cara mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari kemudian
digosokkan pada gigi.
6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila mengalami
pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih dari dua minggu atau
sikat gigi

5. Perawatan Karies Gigi


a. Gigi layak untuk ditambal bila terdapat salah satu dari tanda berikut :
1) Gigi sangat sensitif terhadap panas,dingin, manis.
2) Terbentuk lubang yang rentan perlekatan plak, sisa makanan.
3) Fungsi terganggu.
4) Estetik tergangu.
Kecenderungan bergesernya gigi disebelahnya akibat kehilangan
kontak dengan gigi yang berlubang.
b. Pencabutan gigi
Jika kerusakan gigi telah mencapai dekat pulpa penti atau lebih ke dalam lagi,
maka sebaiknya gigi dicabut untuk mencegah infeksi yang lebih lanjut.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK SEKOLAH DENGAN


KARIES GIGI

I. PENGKAJIAN KELUARGA

A. Data Dasar Keluarga

1. Nama kepala Keluarga (KK) : Tn B

2. Usia : 32 tahun

3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : Karyawan Swasta

6. Alamat : Cipinang Kebembem IX RT 009 RW 007

Kelurahan Pisangan Timur Kecamatan


Pulo Gadung Jakarta Timur

7. Komposisi Keluarga : Ayah, Ibu, Anak, Nenek

No Nama JK Hub. Dg Umur pendidik Agama Pekerjaan


KK

1. Tn B L Kepala 32 th SMA Islam Karyawan


keluarga swasta

2. Ny. S P Istri 28 th SMP Islam Buruh


(penjaga
toko)

3. An. R L Anak 6 th SD Islam Pelajar

4. Ny. Sa P Ibu 64 th SD Islam Wiraswasta

5. Genogram

Keterangan gambar :

: laki-laki

: perempuan

: menikah
: tinggal serumah

X : meninggal

: klien

6. Tipe keluarga

Adapun tipe keluarga yang ada didalam keluarga Tn B adalah keluarga besar, yang terdiri
dari ayah, ibu, anak dan nenek. Tahap perkembangan keluarga Tn. B termasuk ke dalam
tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Tahap ini dimulai saat anak
berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun.

7. Suku Bangsa

Tn B berasal dari suku jawa dari daerah Wonosobo dan istri berasal dari suku Betawi
daerah Jakarta. Bahasa yang digunakan di rumah adalah bahasa Indonesia. Keluarga
tersebut berasal dari negara Indonesia. Hubungan sosial keluarga dari budaya yang
berbeda. Kebiasaan berpakaian pada nenek masih tradisional menggunakan daster apabila
di rumah dan jika berpergian menggunakan kebaya. Sedangkan istrinya sudah berpakaian
mengikuti trend modern.dan ayahnya menggunakan kaos dan celana pendek saat di rumah
dan jika bekerja menggunakan seragam. Kebiasaan makan di dalam keluarga Tn B masih
menggunakan budaya jawa yang identik dengan rasa manis dan pedas. Sejak Ny. Sa
mengetahui bahwa ia menderita penyakit hipertensi dan ia menedengar informasi dari
tetangga sehingga lebih memilih pengobatan tradisional yaitu dengan mengkonsumsi
mentimun sebagai lalapan untuk menurunkan darah tingginya.

8. Agama

Keluarga Tn.B menganut agama Islam dan menjalankan ajaran agama seperti sholat,
puasa, dan lainnya. Tn. B dan Ny. S selalu menjalakan sholat 5 waktu, kadang-kadang
mereka sholat berjamaah jika keduanya bersamaan berada di rumah. Ny. S mengatakan
jarang menghadiri pengajian yang diadakan 1 bulan sekali di masjid tempat ia tinggal
dikarenakan jadwal pengajian berbarengan dengan jam kerjanya. Sedangkan Ny. Sa setiap
minggu mengikuti pengajian di dekat rumahnya.
9. Status Ekonomi

Pendapatan keluarga perbulan Rp 2.700.000,- dari hasil gaji bulanan Tn B


(Rp. 1.800.000,-) ditambah dengan hasil kerja Ny. S yaitu sebagai buruh (penjaga toko Rp.
900.000,-). Penghasilan keluarga dapat mencukupi kebutuhan sekolah anaknya yang masih
bersekolah di jenjang SD dan juga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun Ny.
Sa memiliki kesibukan berjualan es di depan rumah, namun itu hanya untuk mengisi
kekosongan waktu. Jika Tn B dan keluarga mempunyai kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya Tn B meminjam kepada saudaranya untuk keperluan yang
sangat mendesak seperti untuk membayar uang kontrakan dan cicilan motor karena gaji
belum turun dan saat raihan berumur 3 tahun masuk Rumah sakit karena diare. Solusi
pembayaran dilakukan setelah gaji turun. Dikeluarga Tn B tidak ada dana yang
dialokasikan khusus untuk kesehatan karena mereka berfikir sudah ada jamkesmas.
Keluarga Tn B menyimpan uang sekitar 100-200 ribu perbulan di rumah. Yang mengelola
keuangan dalam keluarga adalah Ny S.

10. Aktivitas Rekreasi keluarga

Tn B dan keluarga biasanya mengadakan rekreasi setahun sekali yaitu mudik ke kampung
halaman yang ada di Wonosobo. untuk bertemu sanak saudara. Setiap bulan keluarga Tn.S
menyempatkan waktu untuk bersilaturahmi ke Bekasi, untuk menemui orangtua Ny. S.
Pada waktu senggang saat malam hari atau weekend Tn B dan keluarga menghabiskan
waktu dengan menonton TV.

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn. B adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak
sekolah. Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang
berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga :
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Tugas-tugas perkembangan yang belum terpenuhi sesuai dengan tahap


perkembangan saat ini adalah

Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan


anggota keluarga. Ny S mengatakan bahwa kebutuhan kehidupan sehari hari sangat pas
pasan namun jika ada keperluan atau kebutuhan lain yang mendadak yang
membutuhkan biaya lebih maka keluarga Tn B meminjam kepada saudara Ny S atau Tn
B. Untuk masalah kesehatan keluarga Tn B telah mendapat jaminan kesehatan namun
masih ada rasa cemas dikeluarga Tn B jika ada salah satu anggota keluarga yang
membutuhkan biaya diluar jaminan kesehatan keluarga yang mereka miliki.

3. Riwayat keluarga inti

Tn. B dan Ny. S sebelum menikah mereka berpacaran selama 1 tahun. Mereka saling
mengenal saat masih bekerja di pabrik. Mereka menikah pada tanggal 15 Maret 2006.
Setelah menikah, Tn B dan Ny S memutuskan untuk mengontrak dan mereka
dikaruniai anak laki laki bernama Raihan pada tanggal 2 Maret 2007. Karena anak
perempuan Ny. Sa sudah menikah dan Ny. Sa merasa kesepian. Ny. Sa memutuskan
untuk tinggal bersama keluarga Tn. B.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Ayah Tn. B sudah meninggal dunia pada tahun 1988 karena kecelakaan kerja dan Ibu
dari Tn B berjualan kue dan tinggal di Wonosobo ( Jawa Tengah). Sedangkan ibu dari
Ny S sebagai ibu rumah tangga dan Bapak Ny S bekerja sebagai wiraswasta. Orang tua
Ny S tinggal di daerah Bekasi. Pada tanggal 02 Maret 2007 Raihan lahir dibantu oleh
bidan di puskesmas pukul 13.00 secara normal. Pada umur 3 tahun rahan mengalami
diare sehngga dirawat di rumah sakit selama 5 hari.
C. Data Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Jenis rumah yang ditinggali Tn. B adalah kontrakan dengan jumlah ruangan 2 dan
berlantai 1 dengan ukuran 5X10 m2. Atap rumah berupa genting. Ventilasi udara dan
cahaya ada dan <10 % luas tanah dan cahaya sinar matahari dapat masuk kedalam
rumah. Ny. S mengatakan selalu membuka jendela setiap pagi hari dan menutupnya
pada sore hari. Kondisi dalam rumah terlihat padat. Lantai menggunakan keramik.
Ny. Sa tidur bersama cucunya An.R dan menyimpan barang-barangnya seperti
pakaian dan uang di lemari. Ny.S membersihkan rumah setiap 1 kali sehari pada sore
hari. Di dalam rumah terdapat 2 buah lampu di ruangan yang berbeda dengan
perkiraan tiap bohlam berukuran 20 watt dan 1 lampu pada lantai depan rumah untuk
penerangan malam hari. Kamar mandi di bersihkan setiap seminggu sekali, saat
pengkajian didapatkan lantai rumah licin dan tidak ada pegangan. Di depan rumah
terdapat jembatan diatas kali. Antara dasar kali dan jembatan tersebut dengan tinggi
1,5 meter. Disekitar jembatan dan pinggir kali tidak ada penghalang sehingga sangat
membahayakan untuk An. R dan Ny. Sa. An. R terbiasa main di depan rumahnya
dekat kali bersama teman-temannya tanpa pengawasan neneknya. Di depan gang
rumah juga terdapat jalan raya yang ramai. Banyak kendaraan yang melewati jalan
tersebut sehingga membahayakan An. R saat bermain. Keluarga memiliki tempat
pembuangan sampah berbentuk keranjang sampah besar. Di depan rumah terdapat
tempat sampah tertutup dan nampak tidak ada sampah di halaman rumah sehingga
depan rumah tidak berbau. Biasanya sampah diangkut oleh petugas sampah. Sumber
air berasal dari sumur (jetpam). Keluarga Tn. B menggunakan air tersebut untuk
kebutuhan sehari-hari. Keluarga minum dengan menggunakan air menggunakan air
tanah yang dimasak. Keluarga Tn. B menggunakan WC sendiri dan jenis jambannya
yaitu leher angsa (WC jongkok ), jarak antara sumber air dengan tempat
penampungan tinja atau septitank<10 m dan disedot atau oleh petugas sedot WC jika
wc mampet. Keadaan jamban tampak cukup bersih. Pembuangan air limbah ke kali
melalui pipa. Ny. Sa mengatakan keadaan pipa-pipa dalam kondisi baik untuk aliran
airnya. Berikut adalah denah rumahnya :
5m

Dapur Kamar Mandi

Ruang Tidur 1 Ruang

Tidur 2

10 m

Ruang Tamu

Teras rumah

2. Fasilitas sosial dan kesehatan

Di lingkungan rumah keluarga Tn. B terdapat perkumpulan sosial seperti pengajian


diadakan seminggu sekali untuk ibu-ibu. Biasanya nenek datang untuk mengaji.
Arisan RT diadakan sebulan sekali dan keluarga Tn. B mengikuti kegiatan sosial.
Fasilitas kesehatan seperti posyandu diadakan setiap minggu pertama setiap bulan
dikantor RW. Ny. Sa tidak membawa An. R ke posyandu karna An. R sudah berusia 6
tahun. Fasilitas kesehatan lainnya adalah Puskesmas dan jarak tempuhnya sekitar ± 1
Km dari rumah. Jika ada keluhan mengenai kesehatannya keluarga Tn. B
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Ny. Sa mengatakan tiga bulan yang lalu ke
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Ny. Sa merasa pusing dan tegang pada
daerah leher. Ny. Sa di diagnosa oleh dokter mengalami hipertensi. An. R jika sakit
memeriksakan ke puskesmas tetapi Ny. Sa lebih sering memberi obat warung. Ny. Sa
pergi ke puskesmas menggunakan angkutan umum. Di sekitar rumah terdapat
fasilitas pendidikan yaitu PAUD, TK, MI, MTS, dan akper persahabatan. Selain itu,
untuk keperluan kebutuhan sehari-hari biasanya keluarga Tn. B berbelanja di pasar
swalayan Tip Top yang harganya cukup terjangkau.
3. Karakteristik tetangga dan komunitas

Lingkungan rumah sebagian besar adalah penduduk asli dan pendatang. Ny. S sering
ke luar rumah untuk membeli sayuran di tukang sayur keliling atau warung sebelum
berangkat bekerja. Selain mendekatkan kepada Allah SWT. , Ny. Sa rajin mengkuti
pengajian yang ada di lingkungan RT dan RW karena menurut Ny. Sa dengan cara
tersebut dirinya dapat mengenal tetangga dengan baik. Menurut Ny. Sa jika hubungan
dengan tetangganya baik maka jika mendapatkan masalah atau musibah, tetangganya
tidak segan menolong mereka. Menurut Ny. S, mereka sudah lama tinggal di daerah
cipinang sehingga sudah saling mengenal dan akrab dengan tetangga. Di depan
rumah Tn B tampak kali mengalir lancar dan tidak banjir . Di sekitar tempat tinggal
Ny. S banyak terdapat warung yang menjual kebutuhan sehari-hari. Sarana kesehatan
dekat rumah Tn B adalah posyandu dan puskesmas. Ny. S rajin membawa An. R
menimbang berat badan ke posyandu.

4. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn B sudah hampir 8 tahun tinggal di daerah ini. Keluarga Tn. B masih
mengontrak dirumah yang saat ini ditempati.

5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menurut Ny. Sa, Tn B dan Ny S sering bergaul dengan tetangga sekitar. Ny Sa rajin
mengikuti pengajian RT. Jika ada tetangga yang mendapat musibah atau tetangga yang
sedang hajatan mereka akan menyempatkan diri untuk menghadiri acara tersebut.

6. Sistem pendukung keluarga

Tn B memiliki jaminan kesehatan untuk dirinya dan keluarganya sebagai jaminan


pemeliharaan kesehatan dari tempatnya bekerja. Sehingga dirinya dan keluarganya
tidak merasa khawatir jika ada anggota keluarga yang sakit. Namun jika keluarga ini
mempunyai masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, biasanya Ny S akan diskusi
dengan saudara-saudaranya yang ada di Bekasi. Namun menurut Ny S cara tersebut
sangat jarang dilakukan.
D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi keluarga

Tn. B sering berkomunikasi dengan anaknya walupun pun Tn. B sibuk dengan
pekerjaannya tetapi masih dapat berkomunikasi dengan anaknya dengan cara
bercanda, tertawa, dan menasehati anaknya untuk menjadi anak yang hebat walaupun
anaknya masih kecil dan Ny. S mengatakan yang lebih sering bercanda, tertawa dan
menasehati jika anaknya nakal dengan dibantu oleh Ny. Sa yang menjaga anaknya
disaat Ny S bekerja. Ny S mengatur semua urusan yang ada di rumah sebelum
berangkat bekerja dan Ny. S mengatakan anaknya selalu bercerita tentang
kegiatannya sehari hari baik di sekolah dan pada saat berman. Tn. B dan Ny. S hanya
berkomunikasi pagi hari dan malam hari. Pada pagi hari setelah sarapan bersama-
sama Tn. B selalu mengatakan ”ayah kerja dulu ya nak, raihan sama nenek jangan
nakal ya nak dan titip raihan ya bu, ayah berangkat ya bun ”. Sedangkan pada malam
hari Tn. B dan Ny. S selalu membicarakan tentang perkembangan usia anak mereka,
uang belanja, dan menceritakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan bersama anak.

2. Struktur kekuatan
Menurut Ny S, Ny. Sa lebih dekat dengan anaknya karena memiliki waktu lebih
banyak untuk dekat dengan anaknya. Ny. S mengatur semua kebutuhan keluarga dan
mengelola keuangan. Ny S mengatakan yang mengambil keputusan dalam keluarga
yaitu Tn.B mengenai uang belanja, uang kebutuhan rumah tangga selama 1 bulan
tetapi kadang-kadang Ny. S juga mengambil keputusan mengenai mengikuti arisan
uang sebulan bersama temannya, membeli keperluaan Ny. S seperti baju peribadi,
perlengkapan kosmetik, dll. Ketika malam hari Ny S mengajarkan anak R untuk
mengerjakan tugas sekolah dan menyiapkan makan malam dan tidak lupa pula Ny S
menganjurkan An. R untuk menyikat gigi sebelum tidur, tetapi An. R selalu malas dan
tidak mau menggosok giginya.

3. Struktur Peran
Tn. B berperan sebagai kepala keluarga, tugas Tn. B mencari nafkah untuk keluarga.
Ny S berperan sebagai pengatur kebutuhan keluarga, mendidik, merawat dan
melindungi anak dan anak mereka tugasnya bermain, bercanda dan membantu anak
bersosialisasi dengan tetangga dan teman sebayanya.
4. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma budaya yang dianut oleh keluarga Tn. B adalah nilai-nilai agama
Islam dan budaya Jawa betawi. Menurut Ny. Sa jika sudah masuk waktu sholat, ia
menganjurkan An. R untuk shalat. Disaat Tn B dan Ny S berada di rumah mereka
melakukan solat berjamaah khususnya pada waktu magrib. Menurut Ny S budaya
betawi pun tidak jauh berbeda dengan budaya jawa hanya pada selera makanan saja
budaya jawa identik dengan rasa manisnya dan budaya betawi lebih identik dengan
rasa asin dan pedas. Kedua budaya tersebut dapat dijalankan secara bersamaan dan
berdampak baik untuk An. R. An. R selalu memanggil bapaknya dengan sebutan ayah
dan memanggil ibunya dengan sebutan bunda serta memanggil neneknya dengan
sebutan mbah.

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. B dan Ny. S saling berkomunikasi dengan baik, saling menyayangi dan
menghargai satu sama lain. Tn. B dan Ny S selalu memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada anak-anaknya. Walaupun Tn. B dan Ny S bekerja, namun mereka
masih meluangkan waktu untuk bermain, dan bercanda bersama An. R. Bila ada salah
satu anggota keluarga yang sakit maka Ny S tidak pernah mendiamkan anaknya yang
sakit. Ny. S akan segera merawat dan atau memberikan obat berdasarkan pengalaman
yang lalu. Menurut Ny S jika ada masalah, An. R sudah terbiasa berbicara/ curhat
dengan ibunya. Sehingga walaupun bekerja, Ny S. tetap bisa dekat dengan anaknya.

2. Fungsi Sosialisasi

Ny S mengatakan bahwa sosialisasi antara dirinya dan lingkungan dirasakan sangat


kurang, menurutnya dirinya tidak memiliki cukup waktu untuk ngobrol-ngobrol atau
berinteraksi dengan tetangga sekitar rumahnya dikarenakan bekerja. Tn.B jarang
kumpul-kumpul dengan tetangga karena tidak memiliki cukup waktu dikarenakan
setiap harinya pun bekerja. Namun Tn. B bila ada kegiatan kerja bakti, maka Tn. B
selalu mengkuti kerja bakti sampai selesai. Setiap perayaan lomba 17 agustusan, An.
R selalu ikut dalam perlombaan walau jarang memenangkan lomba. Sesekali An. R
bergaul dengan temannya, namun jika pulang sekolah, An. R langsung pulang dan
istirahat di rumah. Ny. S tidak melarang anaknya untuk bergaul dengan teman-teman
sekolah atau tetangga. Ketika perawat melakukan pengkajian tampak An. R pulang,
sehabis bermain dengan temannya.

3. Fungsi perawatan keluarga

Ny. S mengatakan setiap hari melaksanakan rutinitasnya sehari-hari yaitu bekerja dan
mengurus rumah tangga. Ny S mengatakan sebelum berangkat bekerja, dia selalu
berbelanja di warung terdekat atau abang sayuran lewat untuk bahan masakan.
Kemudian ia masak untuk makan pagi dan siang. Sedangkan untuk makan malam, ia
baru memasaknya setelah pulang berkerja. Ny S mengakui bahwa An. R sangat
menyukai coklat dan permen. Namun An. R sangat malas menggosok gigi, An.R juga
pernah mengalami sakit gigi. Walaupun berulang kali di ingatkan untuk menggosok
gigi setiap habis makan dan sebelum tidur, namun tetap saja An. R tidak mau
melakukannya. Di tambah dengan An. R sangat takut untuk memeriksakan giginya ke
dokter. Ny. S mengatakan sudah lelah membujuk anaknya tersebut untuk merawat
giginya. Alhasil, An. R memiliki masalah karies gigi yang belum terselesaikan. Sudah
pernah di bujuk oleh semua keluarga besar pun tetap tidak berhasil. An R hanya mau
menggosok giginya saat mandi pada pagi hari. Selain itu Tn. B juga memiliki masalah
maag pada dirinya. Ny S mengatakan bahwa Tn. B sangat menyukai makan makanan
pedas. Padahal seringkali di ingatkan untuk menguranginya karena dapat
menimbulkan kekambuhan maagnya. Namun Tn. B mengatakan semua akan baik
baik saja. Ketika Tn B ditanya mengenai penyakit maag nya Tn B mengatakan 3 hari
belakangan ini merasa nyeri pada ulu hatinya, kadang mual dan muntah sehingga
menyebabkan malas makan dan tidak nafsu makan.Tn. B mengatakan 3 hari
belakangan ini sangat sibuk sampai makan tidak teratur bahkan lupa makan siang.
Sakitnya terasa parah kalau makan makanan yang pedas. Ketika ditanya penyebab
tanda gejala dan cara perawatan Tn B mengatakan tidak begitu tahu dan paham.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

Ny. S mengatakan bingung dan tidak tahu lagi bagaimana membujuk anaknya untuk
mengobati giginya dan membiasakan menggosok gigi sebelum tidur serta mengurangi
makan makanan yang manis. Selain itu Ny S juga bingung mengenai menu yang perlu
disiapkan setiap kali ia memasak dikarena Ny. Sa memiliki penyakit hipertensi yang
tidak boleh mengkonsumsi makanan dengan rasa asin yang berlebih. Sedangkan Ny S
sangat menyukai makanan dengan cita rasa asin. Selain itu, Tn B yang memiliki maag
juga suka makan makanan pedas yang sering membuat maagnya kambuh. Ny S
bingung bagaimana mengatasi masalah tersebut.

2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi Stressor

Masalah-masalah yang ada dalam keluarga akan diselesaikan secara musyawarah,


keputusan selalu diambil secara bersamaan. Ny S mengatakan ia selalu bersyukur
pada Allah SWT, karena telah mendapatkan nikmat yang banyak dari Nya sehingga
dengan kekuatan itu dirinya dan suaminya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi.

3. Strategi koping yang digunakan


Saat keluarga sedang ada masalah mereka lebih memilih mendekatkan diri kepada
Allah. Mereka juga selalu berpedoman untuk segera menyelesaikan masalah bersama-
sama.

4. Strategi adaptasi disfungsional


Sampai saat ini belum ditemukan adaptasi disfungsional.

5. Pemeriksaan fisik

Komponen Tn. B Ny. S An. R Nenek S


Kepala Tidak ada Tidak ada tidak ada tidak ada
ketombe, tidak ketombe, tidak benjolan/luka, benjolan/luka,
ada ada benjolan simetris, warna simetris, warna
benjolan/luka, /luka, simetris, rambut hitam, rambut putih
simetris, warna warna rambut lurus. lurus.
rambut hitam, hitam, lurus,
lurus, tebal. tebal.

Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


tidak anemis, anemis, skelera tidak anemis, tidak anemis,
skelera ikterik ikterik (-/-), skelera ikterik skelera ikterik
(-/-), simetris, simetris, tidak (-/-), simetris, (-/-), simetris,
tidak ada ada cekungan tidak ada tidak ada
cekungan pada pada mata, reaksi cekungan pada cekungan pada
mata, reaksi cahaya pupil (+/ mata, reaksi mata, reaksi
cahaya pupil +), cahaya pupil (+/ cahaya pupil
+) (+/+). Kornea
putih.

Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


sumbatan, cairan sumbatan, cairan sumbatan, cairan sumbatan, cairan
(-) (-) (-) (-)

Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
serumen, tidak serumen, tidak serumen, tidak serumen, tidak
ada bengkak luka ada bengkak luka ada bengkak luka ada bengkak luka
dan kemerahan, dan kemerahan, dan kemerahan, dan kemerahan,
simetris simetris simetris simetris

Mulut Gigi putih, Gigi putih, Gigi Kuning, Gigi putih,


karang gigi (-), karang gigi(-) di karang gigi(+) karang gigi(+) di
ada 2 gigi 1 gigi geraham ada 1 gigi 2 gigi geraham
berlubang, ada 1 gigi berlubang, tidak ada 1 gigi
jumlah gigi: atas berlubang, jumlah gigi: atas berlubang,
15, bawah 13, jumlah gigi: atas 10, bawah 10, jumlah gigi: atas
bibir tampak 14, bawah 14, bibir lembab 13, bawah 12,
lembab, sariawan
(-) bibir lembab bibir lembab

Leher dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan, menelan, menelan, menelan,
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah
bening (-)distensi bening (-)distensi bening (-)distensi bening (- )
vena jugularis vena jugularis vena jugularis distensi vena
(-), tidak ada (-), tidak ada (-), tidak ada jugularis (-),
tanda radang tanda radang tanda radang tidak ada tanda
radang

Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


bronkovesikuler, bronkovesikuler, bronkovesikuler, bronkovesikuler,
RR: 16 X/ menit, RR: 16 X/ menit, RR: 18 X/ menit, RR: 20 X/ menit,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung S1,
S1, S2 (+), S3, S1, S2 (+), S3, S1, S2 (+), S3, S2 (+), S3, mur-
mur-mur, gallop mur-mur, gallop mur-mur, gallop mur, gallop (-),
(-), rhonki (-) (-), rhonki (-) (-), rhonki (-) rhonki (-)

Abdomen Ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
sering mual-mual tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada
terutama jika keluhan keluhan keluhan
gastritis kambuh

Ekstremitas Gerakan tak Gerakan tak Gerakan tak Gerakan tak


terbatas, mampu terbatas, mampu terbatas, mampu terbatas, mampu
fleksi/ ekstensi fleksi/ ekstensi fleksi/ ekstensi fleksi/ ekstensi
tanpa rasa nyeri tanpa rasa nyeri tanpa rasa nyeri tanpa rasa nyeri
tidak ada kekuatan otot tidak ada tidak ada
benjolan, normal mampu benjolan, benjolan,
bengkak, menahan bengkak, bengkak,
kemerahan, tahanan, refleks kemerahan, kemerahan,
kekuatan otot (+) kekuatan otot kekuatan otot
normal mampu normal mampu normal mampu
5555555555
menahan menahan menahan
tahanan, refleks 5555555555 tahanan, refleks tahanan, refleks
(+) (+) (+)

5555555555 5555555555 5555555555

5555555555 5555555555 5555555555

Kulit Turgor baik, Turgor baik, Turgor baik, Turgor baik,


tanda radang (-), tanda radang (-), tanda radang (-), tanda radang (-),
sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang,
tekstur halus tekstur halus tekstur halus tekstur halus

Kuku Tidak ada yang Tidak ada yang Tidak ada yang Tidak ada yang
panjang, terawat panjang, terawat panjang, terawat panjang, terawat
bersih, sianosis bersih, sianosis bersih, sianosis bersih, sianosis
(-), tanda radang (-), tanda radang (-), tanda radang (-), tanda radang
(-) (-) (-) (-)

Suhu tubuh 36,5 o C 36,2 oC 36 o C 36,3 o C

Berat badan 65 Kg 50 Kg 15 kg 55 kg

Tinggi Badan 170 cm 155cm 105 cm 155 cm

Tekanan 120/80 mmHg 120/90 mmHg 100/70 mmHg 180/100 mmHg


darah

6. Harapan Keluarga

Ny. S mengharapkan perawat untuk membantu mengatasi masalah karies gigi yang
diderita oleh An.R, mengatasi hipertensi Ny. Sa dan penyakit maag yang di derita Tn. B
serta membantu memelihara kesehatan semua anggota keluarganya.
II. ANALISA DATA
No Data Diagnosa

1 Data Subjektif : Defisit Perawatan Diri (gigi) pada


- Ny. S mengatakan bahwa An.S malas sikat Keluarga Tn.B. Khususnya An.R
gigi ( satu kali dalam sehari) dan suka jajan berhubungan dengan ketidakmampuan
yang manis seperti coklat dan permen keluarga merawat anggota keluarga
- Ny. S juga mengatakan An.R pernah sakit dengan karies gigi
gigi bila sakit gigi An.R rewel
- Ketika ditanya tentang pengertian, penyebab,
tanda atau gejala, dan cara pencegahan dan
perawatan Ny.S mengatakan pernah dengar
namun tidak begitu paham cara
membersihkan dan merawat gigi dengan
benar

Data Objektif :
- Gigi An. R terlihat kotor
- Gigi An.R tampak kuning
- Gigi geraham berlubang
2 Data Subjektif : Gangguan rasa nyaman; nyeri pada
- Tn. B mengatakan 3 hari yang lalu merasa keluarga Tn.B khususnya Tn.B
nyeri ulu hati, kadang mual dan mau muntah berhubungan dengan ketidakmampuan
sehingga menyebabkan malas makan atau keluarga merawat anggota keluarga
tidak nafsu makan dengan gastritis (maag)
- Tn.B juga mengatakan 3 hari yang lalu terlalu
sibuk sampai makan tidak teratur bahkan lupa
makan siang. Sakitnya terasa parah kalau
makan makanan pedas.
- Ketika ditanya penyebab tanda atau gejala
dan cara perawatan, Tn.B mengatakan tidak
terlalu paham

Data Objektif :
- Bising Usus (+) 14x/menit
- Nyeri ulu hati (+)
3 Data Subjektif : Resiko terjadinya stroke pada keluarga
- Ny. Sa mengatakan hanya sekali Tn. B khususnya pada Ny. Sa
memeriksakan kesehatannya di berhubungan dengan ketidakmampuan
PUSKESMAS dan jarang memeriksa keluarga merawat anggota keluarga
tekanan darahnya kembali. yang menderita hipertensi
- Ny. Sa mengatakan tidak mengkonsumsi
obat dari Puskesmas lagi, karena tidak ada
perubahan pada tekanan darahnya.
- Ny. Sa mengatakan hanya mengonsumsi
lalapan timun sebagai obat alternatifnya
yang diketahui dari tetangganya.
- Ny. Sa belum paham tentang cara-cara
penanggulangan hipertensi
- Ny. Sa mengetahui bahwa menderita ia
hipertensi sejak ± 3 bulan yang lalu.
- Klien mengatakan sering merasa pusing
saat beraktivitas dan cepat merasa lelah
Data Objektif
- TTV :
TD : 150/100 mmHg
N : 82 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36 0 C

III. PRIORITAS MASALAH

1. Defisit Perawatan Diri (gigi) pada Keluarga Tn.B khususnya An.R berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan karies gigi.

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah : 2/3 X 1 2/3 Masalah adalah ancaman, dilihat dari riwayat
Ancaman An.R pernah menderita sakit gigi, dan kotornya
gigi dicemaskan akan menyebabkan infesksi pada
gusi atau mulut bahkan pada saluran pencernaan.
Kemungkinan 2/2 X 2 2 Ny. S merasa mampu untuk mengawasi An.R
masalah dapat untuk menyikat gigi di sore dan malam sebelum
diubah : Mudah tidur. Ny. Sa juga percaya bahwa akan bisa
mengawasi jajanan An.R dan mengawasi An.R
menyikat gigi sebelum pergi ke sekolah
Potensial 2/3 X 1 2/3 Ny.S yang berperan sebagai ibu dibutuhkan
masalah dapat peranan besar dalam pembentukan perilaku anak.
dicegah : Cukup Namun Ny.S yang bekerja akan sulit memberikan
peranannya dalam membentuk kebiasaan An.R
untuk menjaga kebersihan gigi nya.
Menonjolnya 2/2 X 1 1 Ny.S menyadari bahwa gigi geraham An.R yang
masalah : Ada telah berlubang sangat mengganggu terlebih
masalah, dan ketika sakit gigi An. R kambuh, An.R akan sangat
perlu segera rewel dan Ny.S ingin gigi An.R bersih dan sehat
ditangani
Total 4 1/3
2. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga Tn.B khususnya Tn.B
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
gastritis (maag)

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah : 2/3 X 1 2/3 Sifat masalah adalah kurang sehat karena Tn. B
Kurang sehat merasa perutnya sakit karena terlambat makan
dan punya kebiasaan makan tidak teratur
dikarenakan pekerjaan yang padat.
Kemungkinan 1/2 X 2 1 Dikarenakan pekerjaan yang padat, kemungkinan
masalah dapat mengubah pola makan Tn.B dirasa sulit karena
diubah : tuntutan pekerjaan. Namun, Ny.S membiasakan
Sebagian memasak sarapan pagi untuk keluarga dirumah.

Potensial 2/3 X 1 2/3 Ada kemauan dari Tn. B untuk segera senbuh.
masalah dapat Perhatian Ny.S terhadap sakit yang dirasakan
dicegah : Cukup Tn.B juga cukup tinggi. Namun dengen tuntutan
pekerjaan diperlukan strategi yang baik agar
pemenuhan kebutuhan nutrisi tetap tercapai
Menonjolnya 2/2 X 1 1 Tn.B mengatakan nyeri karena gastritis sangat
masalah : Ada mengganggu Tn.B dan ingin sekali disembuhkan.
masalah dan
perlu segera
ditangani
Total 3 1/3

3. Resiko terjadinya stroke pada keluarga Tn. B khususnya pada Ny. Sa berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : 2/3 X 1 2/3 Ny.Sa merasakan pusing saat beraktivitas dan
Tidak/kurang cepat merasa lelah, hal ini sangat mempengaruhi
sehat kesehatan Ny. Sa yang memasuki usia lanjut
Kemungkinan 1/2 X 2 1 Ny. Sa yang kesibukannya saat ini menjaga
masalah dapat warung jarang memiliki waktu untuk beristirahat
diubah : Sebagian dan memeriksakan kesehatannya di puskesmas,
namun Ny. Sa memiliki keinginan yang besar agar
penyakit yang di derita cepat mengalami
perbaikan.
Potensial masalah 3/3 X 1 1 Keinginan Ny.Sa yang tinggi dan perhatian dari
dapat dicegah : anggota keluarga terhadap Ny.Sa memungkinkan
Tinggi pengobatan hipertensi Ny.Sa mudah untuk
dilakukan.
Menonjolnya 2/2 X 1 1 Ny.Sa dan Tn.B merasa penyakit hipertensi yang
masalah : Ada diderita Ny.Sa harus segera ditangani dan perlu
masalah dan perlu penanganan lebih lanjut.
segera ditangani
Total 3 2/3

Dari skoring di atas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn.B adalah sebagai berikut:

1. Defisit Perawatan Diri (gigi) pada Keluarga Tn.B khususnya An.R berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan karies gigi (skore: 4 1/3).

2. Resiko terjadinya stroke pada keluarga Tn. B khususnya pada Ny. Sa berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
(skore: 3 2/3).
3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga Tn.B khususnya Tn.B
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
gastritis (maag) (skore: 3 1/3)
IV. RENCANA KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Tindakan


Keperawatan
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standard

1 Defisit Perawatan Setelah di Setelah dilakukan


Diri (gigi) pada lakukan pertemuan sebanyak
Keluarga Tn.B asuhan 3x45 menit
khususnya An.R keperawatan, diharapkan:
berhubungan dengan diharapkan
1. Keluarga dapat
ketidakmampuan karies gigi An
mengenal tentang
keluarga merawat R berkurang
karies gigi :
anggota keluarga atau hilang
a. Menjelaskan
dengan karies gigi 1. Diskusikan dengan keluarga pengertian
pengertian karies Karies gigi adalah
Respon karies gigi
gigi dengan penyakit infeksi yang
verbal 2. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali
bahasa yang merusak struktur gigi. pengertian karies gigi dengan bahasa
sederhana Penyakit ini sederhana
menyebabkan gigi 3. Beri pujian atas kemampuan keluarga
berlubang.
b. Menyebutkan
penyebab karies
gigi
Respon Penyebab karies gigi 1. Identifikasi kemampuan keluarga
verbal adalah keberadaan 2. Diskusikan penyebab karies gigi
bakteri dalam mulut 3. Beri kesempatan keluarga bertanya
yang dapat mengubah 4. Dorong keluarga untuk menyebutkan
makanan terutama penyebab karies gigi
gula menjadi plak, 5. Bantu keluarga mengidentifikasi penyebab
yang kemudian tidak karies gigi pada keluarga
dibersihkan sehingga 6. Beri pujian atas kemampuan keluarga
menimbulkan karies
gigi.

c. Menyebutkan Tanda dan gejala


tanda dan karies gigi adalah:
gejala karies - Gigi berlubang
Respon
gigi - Gigi berwarna hitam 1. Diskusikan tanda dan gejala karies gigi
Verbal
-Nyeri jika gigi 2. Bantu keluarga mengidentifikasi tanda dan
berlubang semakin gejala karies gigi yang ada dalam keluarga
dalam. 3. Dorong keluarga untuk menyebutkan
-Ngilu saat makan kembali tanda dan gejala karies gigi
makanan yang panas, 4. Beri pujian atas kemampuan keluarga
dingin atau manis. menyebutkan kembali tanda dan gejala
-Bengkak (jika tidak karies gigi
ada penanganan lebih
lanjut akibat infeksi)

2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan untuk
segera mengatasi
karies gigi pada
Akibat yang terjadi
An. R dengan :
bila karies gigi tidak
diatasi dengan baik
a. Menjelaskan
ialah :
akibat yang
- Napas tak sedap
terjadi bila
- Pengecapan buruk
karies gigi Respon 1. Jelaskan akibat yang bisa terjadi bila
- Penampilan gigi
tidak diatasi verbal keluarga tidak mengambil keputusan untuk
tampak buruk dan
dengan baik mengatasi karies gigi
kotor.
- Nyeri dan bengkak 2. Beri kesempatan keluarga bertanya
-Demam sebagai 3. Dorong keluarga untuk mengungkapkan
proses infeksi. kembali penjelasan yang diberikan
4. Beri pujian atas kemampuan keluarga
Keluarga dapat
mengambil keputusan
yang tepat untuk
segera merawat
b. Mengambil
anggota keluarga yang
keputusan yang
menderita karies gigi
tepat untuk
1. Gali pendapat keluarga tentang Karies gigi
segera merawat Respon
yang dialami oleh An.R
An. R yang verbal
2. Bimbing dan bantu keluarga untuk
menderita karies
mengambil keputusan yang tepat
gigi. Cara mencegah karies
3. Beri kesempatan keluarga memikirkan
3. Keluarga dapat gigi dirumah :
kembali keputusan yang diambil
menyebutkan cara - Hindari makanan
4. Beri pujian atas keputusan yang diambil
mencegah : atau minuman yang
keluarga
a. Menjelaskan manis / mengandung
cara mencegah gula (permen, coklat)
karies gigi -Sikat gigi segera
dirumah Respon setelah makan dan
1. Diskusikan dengan keluarga cara
verbal sebelum tidur dengan mencegah terjadinya karies gigi
pasta gigi berflouride. 2. Dorong keluarga untuk mengungkapkan
-Lakukan kembali cara mencegah terjadinya
pemeriksakan gigi karies gigi
setiap minimal 6 bulan 3. Beri pujian atas jawaban keluarga yang
sekali ke dokter gigi. benar.

Menurut
Notoadmodjo (2003)
Cara mengatasi karies
gigi ialah :
-Melakukan
pemeriksaan ke dokter
gigi / puskesmas
b. Menjelaskan
-Dilakukan
cara mengatasi
pembersihan jaringan
karies gigi
gigi karies dengan
Respon penambalan (restorasi)
1. Gali pengalaman keluarga merawat
verbal -Jika sudah terjadi
karies gigi selama ini
infeksi/ kerusakan
2. Beri pujian atas upaya keluarga yang
lebih dalam mengenai
sudah benar
syaraf maka dilakukan
pencabutan 3. Diskusikan dengan keluarga beberapa
-Menggosok gigi cara merawat karies gigi
dengan baik dan benar 4. Dorong keluarga untuk mengungkapkan
dengan menggunakan kembali cara merawat karies gigi di
pasta gigi berflouride. rumah
-Kurangi makanan
atau minuman yang
manis dan lengket.

-
-
Keluarga
menyebutkan
penatalaksanaan
pemeliharaan
lingkungan rumah
yang menunjang
4. Keluarga dapat kesehatan
memodifikasi
lingkungan sehat
Fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan
Respon 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
oleh keluarga untuk
Verbal penatalaksanaan pemeliharaan rumah
mencegah karies gigi:
2. Diskusikan pengaruh lingkungan yang
5. Keluarga mampu 1. RS
tidak sehat terhadap adanya penyakit
memanfaatkan 2. Puskesmas
3. Berikan penjelasan tentang
fasilitas pelayanan 3. Dokter praktek
penatalaksanaan pemeliharaan lingkungan
kesehatan yang ada
rumah
untuk mengatasi
4. Beri motivasi peran serta keluarga dalam
karies gigi
penyediaan lingkungan yang sehat
a. Menyebutkan
5. Berikan pujian terhadap modifikasi
fasilitas yang
lingkungan yang sudah dilakukan
tersedia
Manfaat fasilitas
kesehatan :
1. Diskusikan jenis fasilitas kesehatan yang
b. Menyebutkan 1. Memberikan
tersedia dilingkungan keluarga
manfaat informasi
2. Bantu keluarga memilih fasilitas
fasilitas kesehatan
kesehatan yang sesuai dengan kondisi
kesehatan 2. Memberikan
keluarga
pengobatan 3. Anjurkan keluarga memanfaatkan
3. Memberikan fasilitas kesehatan sesuai pilihan
pelayanan
konseling
4. Membantu
meningkatakan
kesehatan

Respon
verbal 1. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang
Fasilitas kesehatan manfaat fasilitas kesehatan
merupakan tempat di 2. Diskusikan manfaat fasilitas kesehatan
c. Memanfaatkan laksanakannya 3. Dorong keluarga mengungkapkan kembali
fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan manfaat fasilitas kesehatan yang ada
yang ada untuk
mengatasi karies
gigi
Respon 1. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan
verbal fasilitas kesehatan yang ada.
2. Beri pujian atas kemampuan keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

Respon
verbal
V. CATATAN KEPERAWATAN

Tanggal No DX/ Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Dan Jam TUK

30 november Defisit Perawatan Diri (gigi) pada TUK 1-2: Subjektif: Kel 4
2020 Keluarga Tn.B khususnya An.R - Keluarga dapat menyebutkan
1. Mendiskusikan dengan keluarga
berhubungan dengan kembali pengertian karies gigi
Pukul 10.00 tentang;
ketidakmampuan keluarga merawat yaitu penyakit infeksi yang
 Pengertian karies gigi
Dx.1 anggota keluarga dengan karies gigi merusak struktur gigi. Penyakit ini
 Penyebab karies gigi
menyebabkan gigi berlubang.
 Tanda dan gejala karies gigi
- Keluarga dapat menyebutkan
 Akibat karies gigi kembali Penyebab karies gigi
yaitu keberadaan bakteri dalam

2. Memberi pendidikan kesehatan pada mulut yang dapat mengubah

keluarga tentang Pengertian karies makanan terutama gula menjadi

gigi, Penyebab karies gigi, Tanda dan plak, yang kemudian tidak

gejala karies gigi, Akibat karies gigi dibersihkan sehingga


menimbulkan karies gigi.
3. Memberi kesempatan pada keluarga - Keluarga dapat menyebutkan
untuk mengiden-tifikasi Pengertian kembali tanda dan gejala karies
karies gigi, Penyebab karies gigi, gigi yaitu : gigi berlubang, gigi
Tanda dan gejala karies gigi, Akibat berwarna hitam, nyeri jika gigi
karies gigi, berlubang semakin dalam, ngilu
saat makan makanan yang
panas, /dingin atau manis,
4. Memberikan reinforcement positif
bengkak (jika tidak ada
seperti pujian atas kemampuan
penanganan lebih lanjut akibat
keluarga mengidentifikasi Pengertian
infeksi)
karies gigi, Penyebab karies gigi,
- Keluarga dapat menyebutkan
Tanda dan gejala karies gigi, Akibat
akibat karies gigi seperti : napas tak
karies gigi,
sedap, pengecapan buruk,
penampilan gigi tampak buruk dan
5. Mengevaluasi pengetahuan keluarga kotor, nyeri dan bengkak, demam
dan memberikan kesempatan pada sebagai proses infeksi.
keluarga untuk membandingkan
pengetahuan yang dimiliki keluarga Objektif:
dengan standar  Keluarga tampak
memperhatikan dengan seksama
saat diskusi berlangsung
 Terjadi kontak mata saat
berinteraksi dengan perawat
 Keluarga tampak sekali-kali
menganggukkan kepala tanda
mengerti penjelasan yang
perawat berikan
 Keluarga tersenyum senang saat
diberikan pujian oleh perawat

Analisa:
Masalah teratasi dimana keluarga
memahami tentang pengertian
karies gigi, penyebab karies gigi,
tanda dan gejala karies gigi, akibat
karies gigi

Perencanaan:
Lanjutkan TUK 3 & 4

TUK 3:
Subjektif:
1. Memberi pendidikan kesehatan - Keluarga dapat menyebutkan
mengenai cara mengatasi karies gigi kembali cara mengatasi karies
di rumah gigi yaitu : konsultasikan gigi ke
01 desember Defisit Perawatan Diri (gigi) pada dokter, menggosok gigi dengan Kel 4
2020 Keluarga Tn.B khususnya An.R 2. Memotivasi keluarga untuk baik dan benar, kurangi makanan
berhubungan dengan mendemonstrasikan kembali apa yang yang manis manis, kompres
Pukul 13.00
ketidakmampuan keluarga merawat telah diajarkan dengan menggunakan kassa jika
Dx.1 anggota keluarga dengan karies gigi terjadi bengkak, berikan obat
analgetik (asam mefenamat) jika
terdapat nyeri
3. Memberi reinforcement positif atas - Keluarga dapat menyebutkan
upaya dan kemampuan keluarga kembali cara mencegah karies
gigi : tidak banyak makan
makanan yang mengandung gula
4. Memberi pendidikan kesehatan pada
(permen, coklat), menyikat gigi
keluarga tentang cara mencegah
segera setelah makan dan sebelum
penyakit karies gigi
tidur, memeriksakan gigi setiap
minimal 6 bulan sekali, banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan, menggunakan pasta
gigi saat menyikat gigi, biasakan
meminum susu sebelum tidur,
bukan untuk menemani saat tidur.

Objektif:
 Keluarga tampak
memperhatikan dengan seksama
saat diskusi berlangsung
 Terjadi kontak mata saat
berinteraksi dengan perawat
 Keluarga tampak sekali-kali
menganggukkan kepala tanda
mengerti penjelasan yang
perawat berikan
 Keluarga tersenyum senang saat
diberikan pujian oleh perawat

Analisa:

 Masalah teratasi

Perencanaan:

 Motivasi keluarga untuk


mengatasi karies gigi dan
berperilaku hidup sehat

Subjektif

1. Keluarga dapat menjelaskan


tentang modifikasi lingkungan
yang tepat untuk mencegah
karies gigi kembali yaitu
dengan selalu membiasakan
An.R untuk menyikat gigi,
mengurangi makanan yang
TUK 4: manis dan lengket.
2. Keluarga mengatakan akan
1. Mendiskusikan dengan keluarga
mengatur letak sikat gigi dan
tentang modifikasi lingkungan yang
02 desember Defisit Perawatan Diri (gigi) pada pasta gigi agar terjangkau saat
tepat untuk mencegah karies gigi
2020 Keluarga Tn.B khususnya An.R dibutuhkan anak.
2. Mendorong keluarga untuk
berhubungan dengan
Pukul 15.00 mengidentifikasi lingkungan yang
ketidakmampuan keluarga merawat Objektif:
tepat untuk mencegah karies gigi
Dx.1 anggota keluarga dengan karies gigi
3. Memotivasi keluarga untuk  Keluarga tampak antusias dalam
mengungkapkan kembali terhadap memikirkan cara yang dapat
bahasan yang telah didiskusikan keluarga lakukan dalam
4. Memberi reinforcement terhadap memodifikasi lingkungan untuk
kemampuan keluarga mencegah karies gigi.
mengungkapkan kembali apa yang
telah didiskusikan
Analisa:
5. Memberi kesempatan keluarga
bertanya tentang hal yang belum jelas Masalah teratasi oleh keluarga
dengan fasilitasi dari perawat
keluarga

Perencanaan:

Mempertahankan dan meningkatkan


kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan rumah.

Subjektif:
- Keluarga dapat menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan oleh keluarga untuk
mencegah karies gigi, yaitu :
Rumah sakit, Puskesmas, dokter
gigi praktek (klinik).
TUK 5: - Keluarga dapat menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan
1. Mendiskusikan dengan keluarga
seperti: memberikan informasi
tentang fasilitas kesehatan yang
kesehatan, memberikan
tersedia
pengobatan, memberikan
pelayanan konseling, membantu
b. Mendiskusikan dengan keluarga meningkatakan kesehatan,
untuk menyebutkan manfaat fasilitas keluarga mengatakan pernah
02 desember Defisit Perawatan Diri (gigi) pada kesehatan membawa An. R yang
2020 Keluarga Tn.B khususnya An.R mengalami karies gigi ke
berhubungan dengan fasilitas kesehatan yang ada
Pukul 15.00 6. Mendorong keluarga untuk
ketidakmampuan keluarga merawat a.Objektif: Kel 4
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Dx.1 anggota keluarga dengan karies gigi  Keluarga tampak antusias
untuk mengatasi karies gigi
bertanya tentang manfaat fasilitas
kesehatan
7. Memberi reinforcement seperti pujian  Keluarga tampak
terhadap kemampuan keluarga memperhatikan dengan seksama
menyebutkan kembali manfaat saat diskusi berlangsung
fasilitas kesehatan  Terjadi kontak mata saat
berinteraksi dengan perawat
 Keluarga tampak sekali-kali
8. Memberi kesempatan keluarga menganggukkan kepala tanda
bertanya tentang hal yang belum jelas mengerti penjelasan yang
perawat berikan
 Keluarga tersenyum senang saat
diberikan pujian oleh perawat
Analisa:
 Masalah teratasi oleh keluarga
dengan fasilitasi dari perawat
keluarga
Planning:
Mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan keluarga untuk
menggunakan fasilitas kesehatan
jika karies giginya kambuh
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara tinjauan kasus dengan tinjauan
teoritis yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Pembahasan asuhan keperawatan
keluarga ini mencangkup pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada saat mengumpulkan data, penulis menemukan bahwa An.R menderita karies gigi.
Dari data fokus yang diperoleh data dari Ny. S mengatakan bahwa An.S malas sikat gigi
(satu kali dalam sehari) dan suka jajan yang manis seperti coklat dan permen, Ny. S juga
mengatakan An.R pernah sakit gigi bila sakit gigi An.R rewel, Gigi An. R terlihat kotor,
tampak kuning dan gigi geraham berlubang. Menurut (Harris and Christen, 1995) Gejala
karies gigi bukan hanya satu gejala saja, adapun gejalanya adalah gigi terasa sangat
sensitif terhadap panas, dingin, manis dan asam menandakan karies gigi sudah sampai
bagian dentin. Jika suatu kavitasi dekat atau telah mencapai pulpa maka nyeri
akan bersifat menetap bahkan nyeri yang dirasakan bersifat spontan, meski tidak ada
rangsangan.
Didapatkan kesamaan antara teori dengan kenyataan yang penulis temukan. Faktor
penunjang dalam pengumpulan data yaitu keluarga cukup kooperatif dalam memberikan
informasi.

B. Diagnosa Keperawatan

Dalam perumusan diagnosa keperawatan terdapat tiga tipe diagnosa keperawatan yaitu
masalah keperawatan aktual, resiko dan potensial. Dari data yang didapat pada tahap
pengkajian didapat tiga masalah yaitu satu masalah bersifat aktual dan dua masalah
bersifat resiko. Sehingga penulis dapat menyimpulkan diagnosa keperawatan sesuai
dengan prioritas. masalah pada keluarga Tn.B. Diagnosa keperawatan utama yang
penulis temukan adalah defisit perawatan diri (gigi) pada keluarga Tn.B khususnya An.R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan karies
gigi. Masalah keperawatan bersifat aktual karena pada saat pengkajian diperoleh data
Ny. S mengatakan An.R pernah sakit gigi bila sakit gigi An.R rewel, gigi An. R terlihat
kotor, tampak kuning dan gigi geraham berlubang. Menurut teori, karies  gigi adalah
penyakit jaringan keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin yang progresif
yang disebabkan oleh keaktifan metabolisme plak bakteri. Disebabkan oleh tiga faktor
yang berhubungan yaitu makanan, host dan bakteri (Behrman, 2002).

Diagnosa kedua adalah resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga
Tn.B khususnya Tn.B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan gastritis (maag). Masalah keperawatan bersifat resiko karena pada saat
dilakukan pengkajian ditemukan data bahwa Masalah keperawatan bersifat resiko karena
pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data bahwa Tn. B mengatakan 3 hari yang
lalu merasa nyeri ulu hati, kadang mual dan mau muntah sehingga menyebabkan malas
makan atau tidak nafsu makan dan terlalu sibuk sampai makan tidak teratur bahkan lupa
makan siang. Ketika ditanya penyebab tanda atau gejala dan cara perawatan, Tn.B
mengatakan tidak terlalu paham, nyeri ulu hati (+) dan bising usus (+) 14x/menit. Hal ini
sesuai dengan tanda dan gejala dari gastritis. Menurut Mansjoer (2002) tanda dan gejala
dari gastritis yaitu nyeri pada ulu hati, mual, muntah, perut kembung, pusing dan
keringat dingin. Didapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
temukan, dalam teori ditemukan adanya masalah perut kembung, pusing dan keringat
dingin sendangkan pada kenyataannya tidak ditemukan adanya gejala tersebut. Faktor
penunjang dalam pengumpulan data yaitu keluarga cukup kooperatif dalam memberikan
informasi.

Untuk diagnosa keperawatan ketiga yaitu, resiko terjadinya komplikasi dari hipertensi
pada keluarga Tn. B khususnya pada Ny. Sa berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi. Masalah keperawatan
bersifat resiko karena pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data bahwa Ny. Sa
mengatakan hanya sekali memeriksakan kesehatannya di Puskesmas dan jarang
memeriksa tekanan darahnya kembali, Ny. Sa mengatakan tidak mengkonsumsi obat dari
Puskesmas lagi, karena tidak ada perubahan pada tekanan darahnya, Ny. Sa mengatakan
hanya mengonsumsi lalapan timun sebagai obat alternatifnya yang diketahui dari
tetangganya, Ny. Sa belum paham tentang cara-cara penanggulangan hipertensi, Ny. Sa
mengetahui bahwa menderita ia hipertensi sejak ± 3 bulan yang lalu, klien mengatakan
sering merasa pusing saat beraktivitas dan cepat merasa lelah, TTV : TD : 150/100
mmHg, N : 82 x/menit, RR: 20 x/menit, S : 36 0 C. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala
dari hipertensi. Menurut teori, hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Brunner and Suddart.
2002).

Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan dalam merumuskan diagnosa
keperawatan keluarga. Faktor pendukung dari perumusan diagnosa adalah ditemukan
tanda dan gejala sesuai dengan referensi.

C. Rencana Keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan pada keluarga Tn. B, penulis menyusun rencana
asuhan keperawatan keluarga dengan menentukan skala prioritas yaitu berdasarkan sifat
masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, kemungkinan masalah untuk dicegah dan
menonjolnya masalah.
Perencanaan tindakan difokuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan defisit
perawatan diri (gigi) pada keluarga Tn.B khususnya An.R berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan karies gigi. Hal ini sesuai
skoring dalam perumusan masalah dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang ada
pada keluarga Tn. B. Sumber yang ada di keluarga menurut Mubarak (2006) adalah
kekuatan fisik dan psikososial dari tiap anggota kerluarga serta kemampuan keuangan dan
fasilitas fisik. Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti memberikan pendidikan
kesehatan, mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional, memotivasi keluarga dalam
memodifikasi lingkungan, dan memotivasi keluarga dalam memanfaatan fasilitas
kesehatan yang tersedia.

D. Implementasi

Proses pelaksanaan intervensi keperawatan di keluarga dapat di laksanakan sampai TUK 5


untuk diagnosa keperawatan pertama. Asuhan keperawatan dilakukan penulis selama satu
kali pertemuan, hasil intervensi sesuai dengan kriteria dan standar yang diharapkan pada
perencanaan, dimana pada pelaksanaannya penulis memberikan pendidikan kesehatan
tentang karies gigi, adapun metode pembelajaran yang di gunakan adalah metode ceramah,
dan demonstrasi. Dengan di berikan pendidikan kesehatan di harapkan peningkatan
pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang sedang terjadi dalam
keluarga Tn.B. Faktor penunjang dalam pelaksanaan intervensi adalah sikap keluarga
Tn.B yang koperatif dan keinginan yang tinggi untuk mengatasi masalah. Diskusi yang di
lakukan antara keluarga dan perawat dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan faktor
penghambat yang penulis temukan pada saat melakukan intervensi adalah kurangnya
optimalisasi pemahaman anggota keluarga khususnya Ny. S dalam memperkenalkan
masalah yang ada pada An R. Karena terbatasnya waktu pelaksana, maka intervensi
keperawatan tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal.

E. Evaluasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses keperawatan yaitu, pada tahap ini
membandingkan antara implementasi dengan kriteria dan standar yang telah di tetapkan
untuk melihat hasilnya. Evaluasi yan telah penulis lakukan dalam asuhan keperawatan
dalam keluarga yang mengacu pada dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Penulis
melakukan evaluasi pada tanggal 28 februari 2014 untuk diagnosa keperawatan defisit
perawatan diri (gigi) pada keluarga Tn.B khususnya An.R berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan karies gigi. Keluarga dapat
memahami penjelasan yang telah di berikan oleh perawat, sehingga keluarga mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh perawat untuk keluarga. Sedangkan
penulis belum melakukan evaluasi untuk diagnosa keperawatan kedua dan ketiga karena
keterbatan waktu.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan dalam melakukan evaluasi,

faktor pendukung dilaksanakannya evaluasi yaitu keluarga sangat kooperatif dan mampu
menjelaskan kembali apa yang telah penulis jelaskan pada keluarga. Sedangkan faktor
penghambat yang penulis temukan pada saat melakukan intervensi adalah kurangnya
optimalisasi pemahaman anggota keluarga khususnya Ny. S dalam memperkenalkan masalah
yang ada pada An R. Karena terbatasnya waktu pelaksana, maka intervensi keperawatan tidak
dapat dilaksanakan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Behrman. (2002). Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol. II. Ed. 15. Jakarta: EGC

Hamrui.(2009). Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-Makanan Kariogenik


Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Jakarta : EGC

Harris and Christen. (1995). Karies gigi pada anak. Jakarta:EGC

Notoadmojo S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Riyanti E. (2005). Penatalaksanaan Perawatan Nursing Mouth Caries. Jurnal Kedokteran


Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad

Suprajitno.(2004).Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai