Telinga merupakan salah satu indra penting yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari. Organ ini mempunyai fungsi utama yaitu pendengaran dan keseimbangan – tergantung reseptor khusus yang disebut sel rambut. Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada populasi manusia dan memengaruhi lebih dari 400 juta orang di dunia. Sedangkan mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air, fungsi utama mulut adalah untuk makan dan berbicara. Mulut memainkan peran penting dalam makan, minum dan bernapas. Kebersihan mulut yang tidak dipelihara dengan baik akan menimbulkan penyakit di rongga mulut. Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik. Menurut WHO, terdapat 360 juta orang di dunia yang mengalami gangguan pendengaran, hasil tersebut merupakan 5,3% dari populasi dunia. Pada tahun 2012 terdapat 328 juta (91%) orang dewasa, 183 juta lakilaki, 145 juta perempuan dan 32 juta (9%) anak-anak mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada usia ≥5 tahun didapatkan prevalensi gangguan pendengaran usia 5-14 tahun dan 15-24 tahun masing-masing 0,8% serta prevalensi ketulian pada usia yang sama yaitu masingmasing 0,04%. Berdasarkan Provinsi, prevalensi gangguan pendengaran tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (3,7%), Sulawesi Utara (2,4%), dan terendah di Banten (1,6%), sedangkan prevalensi ketulian tertinggi ditemukan di Maluku (0,45%), Sulawesi Utara (0,12%), dan terendah di Kalimantan Timur (0,03%). World Health Organisation (WHO) dalam The World Oral Health Report menyatakan bahwa di Indonesia kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut berakibat pada meningkatnya prevalesi edentulousness yang mencapai 24% dengan rata-rata umur di atas 65 tahun dan penduduk Indonesia yang menderita gangguan kesehatan gigi dan mulut masih mencapai 90%. Hasil Riset Kesehatan Dasar/RISKESDAS tahun 2007, ada lima provinsi dengan prevalensi masalah gigi-mulut tertinggi, yaitu Gorontalo (33,1%), Sulawesi Tengah (31,2%), Aceh (30,5%), Sulawesi Utara (29,8%) dan Kalimantan Selatan (29,2%).4 Riskesdas 2007 juga melaporkan indeks DMF-T provinsi Kalimantan Selatan sebesar 6,83 meliputi komponen D-T 1,31, komponen M-T 5,52 dan komponen F-T 0,12. Pada SD Negeri 14 Palangka terdapat beberapa anak tidak menjaga kebersihan telinga dan mulut sehingga anak-anak mudah sakit dan sulit untuk menerima pelajaran karena kurangnya menjaga kebersihan. Sehingga kelompok mengangkat judul tentang “ Menjaga Kebersihan Telinga dan Mulut” agar anak-anak serta guru dapat meningkatkan pengetahuan pentingnya menjaga kebersihan telinga dan mulut sehingga terhindar dari penyakit dan anak-anak dapat mengikuti pelajaran dengan keadaan yang sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan telinga dan mulut? 1.2.2 Bagaimana cara agar dapat meningkatkan kesehatan telinga dan mulut? 1.2.3 Apa dampak jika tidak memelihara kesehatan telinga dan mulut?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mendeskripsikan pengertian telinga dan mulut 1.3.2 Untuk dapat mengetahui dan memahami pentingnya meningkatkan kesehatan telinga dan mulut 1.3.3 Untuk dapat mengetahui dan memahami dampak jika tidak memelihara kesehatan telinga dan mulut
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah diharapkan agar dapat mengetahui dan memahami pentingnya menjaga kebersihan telinga dan mulut sehingga dapat meningkatkan kesehatan telinga dan mulut dan menghindari penyakit.