Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI TUMBUH KEMBANG :


KELUARGA DEWASA”

Nama Kelompok :

Imam wahyudi (1033231003)

Rita Rismaya (1033231023)

Yuliana Ade Yopita (1033231007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERISTAS M.THAMRIN JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Keluarga “Asuhan
Keperawatan Keluarga Sesuai Kebutuhan Tumbuh Kembang : Keluarga Dewasa ”. Adapun

Maksud penyusunan makalah ini untuk merenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga, Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dosen pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga
makalah ini dapat diselaikan dengan lancar sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik..

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
kelahiran atau adopsi yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari
individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (UU.No.10 tahun 1992). Keluarga
adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan undang-
undang perkawinan yang sah hidup bersama dalam keterikatan aturan dari keluarga.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari keluarga.
Konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil
dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan
masyarakat
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud dengan Keluarga ?
b) Bagaimana Fungsi Keluarga?
c) Apa saja Tipe Keluarga?
d) Bagaimana Tahapan Perkembangan Keluarga Dewasa?
e) Apa Peran Keluarga?
f) Bagaimana Karakteritik Keluarga Dewasa?
g) Bagaimana Tugas Perkembangan?
h) Bagaimana Peran Perawat Pada Keluarga Dewasa?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat mengetahui Apa itu Keluarga
b) Mahasiswa dapat mengetahui Fungsi Keluarga
c) Mahasiswa dapat mengetahui Tipe Keluarga
d) Mahasiswa dapat mengetahui Tahapan Perkembangan Keluarga
e) Mahasiswa dapat mengetahui Peran Keluarga
f) Mahasiswa dapat mengetahui Karakteristik Keluarga Dewasa
g) Mahasiswa dapat mengetahui Tugas Perkembangan
h) Mahasiswa dapat mengetahui Peran Perawat Pada Keluarga Dewasa
BAB II

KONSEP KELUARGA
A. PENGERTIAN
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
kelahiran atau adopsi yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu
yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (Friedman, 2010).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (UU.No.10 tahun 1992). Keluarga adalah suatu
ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan undang-undang
perkawinan yang sah hidup bersama dalam keterikatan aturan dari keluarga. Keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari keluarga (Friedman, 2013).

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan


orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek
terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota
keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi
antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

B. FUNGSI KELUARGA
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai
anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian , dan tempat tinggal
C. TIPE KELUARGA
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
1. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/
keduanya dapat bekerja di laur rumah.
2. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
3. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-
anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.
5. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah satu
bekerja di rumah.
6. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.
10. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti
12. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak- anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
15. Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan. (Harmoko, hal
23; 2012)
D. TAHAP DAN PERKEMBANGAN KELUARGA DEWASA
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk
hidup sendiri. Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk
keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua
anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan
suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa kosong karena anak- anaknya sudah tidak tinggal serumah
lagi.
Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja,
meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.
4. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya
E. PERAN KELUARGA
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran
keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing posisi keluarga
formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen.
Keluarga membagi peran kepada anggota keluarganya dengan cara yang serupa
dengan cara masyarakat membagi perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya
performa peran terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan
ketrampilan atau kemempuan khusus: peran yang lain kurang kompleks dan dapat
diberikan kepada mereka yang kuarang terampil atau jumlah kekuasaanya paling
sedikit.
2. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada permukaannya,
dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga dan/atau
memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.
F. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA
Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa
awal sebagai berikut:
1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai
menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk
memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru
sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang
berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki
peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada
pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta
permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki
dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan
kelompok teman sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup
baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru
dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian,
ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota
kelompok orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

G. TUGAS PERKEMBANGAN
Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup


Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,
yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi
persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan
biolohid tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan
pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga
berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku
bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai
kriteria yang berbeda-beda.
2. Membina kehidupan rumah tangga
Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina,
danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat
mencapai kebahagiaan hidup.
3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas,
umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang baik.
4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang,
damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga
negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya
yang berlaku di masyarakat

H. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang
waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada
setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan
tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya
masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial
atau aktual.

Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

 Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


 Nasehat untuk hidup mandiri
 Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan
perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.

1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik,
kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia
subur sangat luas.
Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering
kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering
menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai
berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal,
kecuali klien mempunyai penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil
manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu
perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit
jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya.
Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan
hidup secara umum, yaitu:
 Hobi dan Minat
 Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan
kafein, alcohol dan obat terlarang
 Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan
hewan peliharaan
 Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan
mental.
2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal
dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara
umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu,
pemecahan masalah dan keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa
awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan
karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka
akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan
sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau
pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan.
Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas
3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang
terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada
tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau
kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa
memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun
orang dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan
dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup
dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan
pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya” ketika
pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada
pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk
membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui
pilihan karier. Akan tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan
perusahaan menyebabkan posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa
awal menghadapi peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat
kerja untuk mencapai dan mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier
dan kepribadian dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan
menentukan tujuan yang realistik.
Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam
kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi
asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier,
pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan
tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang
tercangkup dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal.
4. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan
situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat
waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar.
Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan
menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya
lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang
tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu
menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien.
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa
dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi
kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan,
dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
5. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan
menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah kepala
keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga
atau kedua orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua
atau adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika
perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji
faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme
yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :

1. Masalah Potensial
a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan penampilan
c. Gangguan proses berpikir
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan
e. Gangguan peyalahgunaan zat
f. Gangguan pola seksual
g. Konflik peran keluarga
h. Konflik pengambilan keputusan
i. Ketidakefektifan koping keluarga
j. Hambatan interaksi social
k. Ketidakberdayaan
l. Defisit pengetahuan
m. Defisit perawatan diri
n. Perubahan kebutuhan nutrisi
2. Masalah Resiko
a. Risiko perubahan peran orang tua
b. Risiko penularan infeksi
c. Risiko kesepian
d. Risiko cedera
3. Masalah Potensial
a. Potensial berkembangnya koping keluarga
b. Potensial pemeliharaan kesehatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber
psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier
a. ANALISA DATA
Data Mayor :
a) Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan
b) Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
c) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data Minor :
a) Rasa khawatir, ansietas
b) Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
c) Ketidaefektifan partisipasi social
d) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
e) Perubahan pola komunikasi yang biasa
b. INTERVENSI :
a) Kaji status koping individu saat ini
b) Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
c) Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata,
intonasi, dan intensitas suara
d) Berikan dukungan jika individu berbicara
 Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
 Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan
pandangan realistis
e) Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
 Apa hal tersebut berguna bagi anda?
 Bagaimana hal tersebut dapat membantu?
f) individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
 Apa yang menjadi masalah
 Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
 Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
g) Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan
dengan orang terdekat)
h) Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan
stress (misalnya jogging, yoga)
2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga
(misalnya pernikahan)
a. ANALISA DATA
Data Mayor :
Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga
Data Minor :
 Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua
anggota keluarga
 Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka
b. INTERVENSI :
a) Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
b) Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah,
menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya
dalam anggota keluarga
c) Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk
mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
d) Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga
3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pencegahan penyakit
a. ANALISA DATA
Data Mayor :
Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya
penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi
lemak)
Data Minor :
Melaporkan atau memperlihatkan :
 Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas)
 Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)
 Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia
kronis)
 Sistem musculoskeletal ( tot sering tegang, sakit punggung, nyeri leher)
 Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)
 Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)
 Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga
kacau)
b. INTERVENSI :
a) Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
 Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam,
tinggi karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi,
air 2-3 liter sehari)
 Kontrol berat badan
 Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)
 Hindari penyakit hubungan seksual
 Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
 Imunisasi
 Pola olahraga teratur
 Penatalaksanaan stress
 Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga berencana,
ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan)
b) Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c) Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit
d) Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi
asuhan, keuangan, peralatan)
4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam system
pendukung
a. ANALISA DATA
Data Mayor :
 Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi
alternative tindakan yang diinginkan
 Kebimbangan tentang alternative pilihan
 Menunda pengambilan keputusan
Data Minor :
 Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
 Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan
(peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan
menjadi focus perhatian
 Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan
suatu pengambilan keputusan
b. INTERVENSI :
 Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling
pengertian dan perhatian
 Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
 Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas
mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat
 Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan
 Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative
 Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
 Benahi kesalahan informasi
 Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman
potensial atau actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan
 Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
 Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan
 Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya
dan menjadi haknya untuk melakukan itu
 Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan
5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan
pergi dari rumah)
a. ANALISA DATA
Data Mayor :
 Pengungkapan rasa kesepian karena telah melepaskan anak yang menikah
 Ingin mencari suasana yang lebih ramai
Data Minor :
 Cemas, gelisah
 Sedih
 Sering merenung
b. INTERVENSI :
 Identifikasi factor penyebab dan penunjang
 Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
 Tingkatkan interksi social
 Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
 Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
 Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada
orang lain
 Kurangi hambatan kontak sosial
 Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum, yang
berubngan dengan ibadah)
 Identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu tetap sibuk,
terytama dalam periode risiko tinggi kesepian.
BAB V

PENUTUP
Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap tahap
perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing termasuk tugas
yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan
sukses. Dengan asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan telah membantu
keluarga dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga dapat
menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis,
dan sosial anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.
Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC

Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik
Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all];
editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC

Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC

Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai