Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA NY.Y DENGAN KECEMASAN ATAS


INDIKASI PLASENTA PREVIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MK Modul Keluarga


Dosen Pengampu : Husnul Khatimah, S.Kep,. MPH

Oleh :

Bagas Alfin Saputro (25201087)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL ISLAM YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi nikmat berupa sehat dan
kelancaran dalam hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan “LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. Y
DENGAN PLASENTA PREVIA”

Laporan ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas Modul Keluarga.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna baik
dari isi maupun penyusunannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak terkait yang sifatnya membangun agar dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya maupun orang lain yang membutuhkan umumnya.

Dalam penyelesaian laporan ini tidak luput dari bantuan pikiran serta dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang setimpal dari
Allah SWT. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 22 September 2022

Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP KELUARGA
A. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggotanya (Duvall, 1976 dalam
Andarmoyo 2012)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) mendefinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
menurapakan kumpulan dari dua individu atau lebih yang memiliki ikatan
(perkawinan maupun kesepakatan), hubungan (darah maupun adopsi) yang
hidup dalam satu tempat dan saling ketergantungan secara aturan maupun
emosional dimana setiap individu mempunyai peran masing-masing.
B. Tipe keluarga
Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang digolongkan menjadi dua
bagian besar yaitu keluarga tradisional dan keluarga nontradisional. Adapun
tipe bentuk keluarga tradisional dan nontradisional adalah sebagai berikut :
1. Keluarga Tradisional
a. Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari seorang suami, istri dan anak yang hidup
dalam rumah tangga yang sama, dimana suami adalah pencari
nafkah dan istri sebagai ibu rumah tangga. Tipe keluarga semacam
ini merupakan satu bentuk keluarga yang dianggap ideal.
b. Keluarga pasangan suami istri bekerja Suatu keluarga dimana
pasangan suami istri yang keduanya bekerja diluar rumah. Tipe
keluarga ini dalam pengambilan keputusan dan pembagian fungsi
ditetapkan secara bersama-sama dan masih menganut bahwa istri
adalah pemengang fungsi kerumahtanggaan.
c. Commuter family
Keluarga dimana pasangan suami istri pisah tempat tinggal secara
sukarela karena tugas. Mereka terpisah secara geografis dam pada
kesempatan tertentu bertemu dalam satu rumah.
d. Reconstituted Nuclear
Keluarga yang terbentuk dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah dengan anaknya, baik
anak dari hasil perkawinan baru maupun anak bawaan.
e. Dyadic Nuclear (keluarga tanpa anak)
Keluarga yang dimana suami-istri sudah berumur, tetapi tidak
mempunyai anak. Keluarga tanpa anak dapat diakibatkan oleh
ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menghasilkan
keturunan ataupun ketidaksanggupan untuk mempunyai anak
akibat kesibukan dari kariernya. Biasanya keluarga ini akan
mengadopsi anak.
f. Single Parent (keluarga dengan orangtua tunggal)
Bentuk keluarga yang didalamnya hanya terdapat satu orang kepala
rumah tangga yaitu ayah atau ibu.
g. Extended Family (keluarga besar)
Merupakan salah satu bentuk keluarga dimana pasangan suami istri
sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga
dengan orang tua, sanak saudara, atau kerabat dekat lainnya.
2. Keluarga Nontradisional
Pengaturan pada keluarga nontradisional lebih menekankan terhadap
nilai aktualitas diri, kemandirian, persamaan, jenis kelamin, keintiman
dalam berbagai hubungan interpersonal. Bentuk-bentuk keluarga ini
meluputi :
a. Commune Family
Keluarga dengan beberapa pasangan yang monogami tanpa
pertalian keluarga dengan anak-anaknya, hidup bersama dalam
satu rumah dan penyediaan fasilitas yang sama.
b. Unmaried Parent and Child
Keluarga yang terdiri dari ibu dan anak dari hubungan tanpa nikah
dan anaknya adalah hasil adopsi
c. Cohibing Couple
Keluarga yang terdiri dari satu pasangan tanpa ikatan perkawinan
yang tinggal bersama
d. Institusional
Keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang dewasa
yang tinggal bersama-sama dalam panti.
C. Fungsi Keluarga
Keluarga memiliki 5 fungsi, yaitu :
1. Fungsi Afektif
Yaitu fungsi internal keluarga dan berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif akan tampak pada
kegembiraan dan kebahagiaan anggota keluarga. Komponen fungsi
afektif yang harus dipenuhi adalah: 1) Saling mengasuh, 2) Saling
menghargai, 3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan tentang bagaimana
keluarga berinteraksi sosial dan beperan di lingkungan masyarakat
3. Fungsi Reproduksi
Yaitu fungsi keluarga dalam meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia
4. Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi keluarga mengenai sumber dana untuk memenuhi segala
kebutuhan anggota keluarga seperti sandang, pangan dan papan.
5. Fungsi Perawatan kesehatan
Yaitu fungsi keluarga untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan,
yaitu untuk memelihara kesehatan maupun merawat anggota keluarga
yang sakit.
D. Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller dalam Andarmoyo (2012), tahap
perkembangan keluarga dibagi menjadi 8, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga baru (beginning family)
Perkembangn keluarga tahap I merupakan keluarga dengan pasangan
yang baru menikah dan belum mempunyai anak. Perkembangan
keluarga tahap I dimulai ketika lalki-laki/perempuan melepas masa
lajang ke hubungan baru yang lebih intim dan berakhir ketika lahir
anak pertama. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, membangun
jaringan keluarga yang harmonis, mendiskusikan rencana keluarga dan
memahami prenatal care (kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua)
2. Tahap II : Tahap Mengasuh Anak (child bearing)
Perkembangan keluarga tahap II merupakan masa transisi pasangan
menjadi orangtua. Tahap ini dimulai ketika anak pertama dilahirkan
hinggan anak tersebut berusia 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas
perkembangan keluarga tahap II antara lain adaptasi dengan perubahan
anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan,
membagi tugas dan peran, memperluas persahabatan keluarga besar,
bimbingan orangtua tentang tumbuh kembang anak dan konseling KB.
3. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with
preschool)
Perkembangan keluarga tahap III dimulai saat anak pertama berusia
2,5 tahun dan berakhir ketika berusia 5 tahun. Tugas perkembangan
pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga
(kebutuhan anak prasekolah), menyosialisasikan anak dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Perkembangan keluarga tahap IV dimulai ketika anak pertama mulai
masuk sekolah dasar yaitu berusia 6 tahun dan berakhir ketika anak
berusia 13 tahun. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain
mensosialisasikana anak terhadap lingkungan luar rumah,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan menyediakan
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Perkembangan keluarga tahap V berlangsung selama 6 hingga 7 tahun
dimulai ketika anak pertama melewati usia 13 tahun. Pada tahap ini,
tugas perkembangan keluarga meliputi menyeimbangkan kebebasan
dan tanggungjawab anak,memfokuskan kembali hunungan
perkawinan, memelihara komunikasi terbuka, dan mempertahankan
etika serta moral keluarga.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak dewasa muda (launching
center families)
Perkembangan keluarga tahap VI ditandai oleh anak pertama
meninggalakan rumah dan berahkir ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu anak
untuk hidup mandiri, meneysuaikan kembali hubungan perkawina,
membantu orangtua lansia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.
7. Tahap VII : Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Perkembangan keluarga tahap VII dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah atau orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir saat seorang pasangan pensiun. Tugas perkembangan tahap
ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan yang penuh arti dan memperokoh
hubungan perkawinan.
8. Tahap VIII : Keluarga lanjut usia
Perkembangan keluarga tahap VIII merupakan tahap akhir yang
dimulai ketika salah satu atau kedua pasangan pensiun, sampai salah
satu pasangan meninggal dan berakhir ketika keduanya meninggal.
Tugas perkembangan pada tahap ini meliputi mengubah pengaturan
hidup, menyesuaikan diri dengan masa pensiun, mempertahakan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi dan
melakukan life review masa lalu.
E. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
1. Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan dan perubahan kesehatan
anggota keluarganya. Hal ini karena ketika terjadi perubahan
kesehatan yang buruk, maka akan menjadi perhatian anggota
keluarga yang lain. Sehingga segala kekuatan sumber daya, waktu,
tenaga, pikiran bahkan harta keluarga akan digunakan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan tersebut.
2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mencari bantuan
yang tepat ketika anggota keluarga mengalami masalah kesehatan.
Keputusan yang diambil keluarga akan menentukan tindakan yang
akan dilakukan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Merawat anggota keluarga yang sakit harus dilakukan oleh
keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah memperoleh
pelayanan kesehatan dari institusi pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
Tugas ini mengenai pengetahuan dan upaya keluarga dalam
meningkatkan dan memelihara sumber yang dimiliki disekitar
lingkungan rumah untuk mempertahankan kesehatan atau membantu
proses perawatan anggota keluarga yang sakit.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan
Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga dalam
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
II. KONSEP PLASENTA PREVIA
A. Pengertian
1. Pengertian Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum (Prawirohardjo, 2014).
Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplementasi pada
segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum (OUI). Plasenta previa merupakan salah satu
penyebab perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum merupakan
perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu.
Sampai saat ini penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini,
yaitu multiparitas dan cacat rahim, riwayat bedah sesar, usia 35 tahun
atau lebih, ibu hamil yang merokok, riwayat kuretase, riwayat
kehamilan ganda dan riwayat miomektomi (Manuaba, 2014).
2. Pengertian Perdarahan Antepartum
perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada usia
kehamilan di atas 24 minggu sampai kelahiran. Perdarahan pada
kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan
perinatal, berkisar 35% (Amokrane, 2016).
Ada beberapa penyebab perdarahan selama kehamilan. Meskipun
demikian, banyak keadaan penyebab spesifiknya tidak diketahui. Pada
kehamilan lanjut, perdarahan pervaginam yang cukup banyak dapat
terjadi akibat terlepasnya plasenta dari dinding rahim (solusio plasenta),
dan robeknya implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau
seluruhnya dari jalan lahir (plasenta previa) (Amokrane, 2016).
Hipervolemi kehamilan dalam keadaan normal meningkatkan volume
darah sebesar 30-60%, atau sekitar 1000-2000 ml untuk perempuan
berukuran rata-rata. Hal ini berarti bahwa pengeluaran darah alam
rentang tersebut selama persalinan dapat ditoleransi secara fisiologis
dan tanpa menyebabkan penurunan hematokrit pascapartus yang
bermakna.
B. Klasifikasi
Ada empat macam jenis berdasarkan letaknya (Cunningham, 2014)
1) Plasenta previa totalis yaitu ostium internum tertutup sama sekali oleh
jaringan plasenta,
2) Plasenta previa parsialis yaitu ostium internum tertutup sebagian oleh
jaringan plasenta,
3) Plasenta previa marginalis dimana tepi plasenta terletak pada bagian
pinggir ostium internum
4) Plasenta letak rendah yaitu plasenta tertanam dalam segmen bawah
uterus, sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium
internum tetapi sangat berdekatan dengan ostium tersebut.
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa yaitu perdarahan rasa nyeri
yang biasanya terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya, perdarahan secara tiba-tiba. Pasien dengan plasenta previa dapat
digolongkan kedalam beberapa kelompok (Cunningham, 2010) yaitu :
1) Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat kebutuhan yang
mendesak untuk melahirkan janin tersebut
2) Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang aterm,
3) Kelompok yang berada dalam proses persalinan,
4) Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga uterus harus
dikosongkan meskipun janin masih imatur. Penatalaksanaan yang tepat
adalah pengurangan aktivitas fisik, menghindari pemeriksaan dalam
dan pemberian cairan infus berupa elektrolit dan tranfusi jika
perdarahan terus menerus.
C. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta
previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio
sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti
belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa
yaitu :
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga diberpulakan perluasan
plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis
pada chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada
grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi
dan leiomioma uteri. (Norma, dkk. 2013)
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
a) Endometrium yang inferior
b) Chorion leave yang persesiten
c) Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang
kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan
Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada
desidua
kapsularis.
D. Maninfestasi klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya
terjadi pada akhir trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan,
perdarahan uterus keluar tanpa disertai rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya
sedikit kemudian berhenti sendiri, namun perdarahan berulng tanpa sebab yang
jelas akan timbul kembali. Pada plasenta letak rendah, perdarahan baru terjadi
pada saat mulai persalinan, bisa sedikit sampai banyak mirip dengan solusio
plasenta. Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi sekuat segmen atas rahim sehingga dapat menybabkan perdarahan
berlangsung hingga pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah
disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh
dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya
pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai
komplikasi plasenta akreta (Prawirohardjo, 2010).
Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus
plasenta previa adalah sebagai berikut:
Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada
malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah masih
tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat sedikit atau
banyak sehingga timbul gejala. Biasa perdarahan sebelum bulan ketujuh
memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus, perdarahan pada plasenta
previa di sebabkan karena pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim.
Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah
rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul, karena hal tersebut di
atas, juga ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering
terdapat kelainan letak (Rukiyah, 2010:205-206).
E. Faktor Resiko
Faktor risiko perdarahan antepartum untuk plasenta previa menurut
Prawiroharjo (2010) adalah paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misal bekas
bedah cesar atau miomektomi, perokok, plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritoblastosis fetalis bisa yang dapat menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh segmen ostium uteri internum.
Faktor predisposisi plasenta previa menurut Jordan (2014) yang
merupakan faktor risiko plasenta previa adalah usia ibu > 35 tahun,
Multiparitas, ibu dengan riwayat bedah cesar, infertilitas buatan, perokok,
Alpha Feloprotein (AFP), ibu dengan kehamilan kembar, Jarak kehamilan yang
terlalu dekat serta riwayat ibu dengan kuretase. Manuaba (2012) menambahkan
bahwa mioma uteri dan malnutrisi merupakan juga merupakan faktor risiko
plasenta previa.
Faktor risiko plasenta previa menurut Mochtar dalam Norma (2013) adalah:
1) Usia ibu > 35 tahun
2) Paritas banyak
3) Endometrium cacat oleh karena bekas cesar atau bekas kuretase
4) Jarak persalinan yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun
5) Mioma uteri
6) Polip endometrium
7) Kehamilan kembar
8) Ibu yang merokok
9) Riwayat plasenta previa sebelumnya
10) Adanya luka jaringan parut sehingga dapat menyebabkan hipoplasia
endometrium sedangkan faktor lainnya adalah reaksi korpus luteum
melambat.
F. Patofisiologi
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak
ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian
atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang
lebar (sinus) untuk menampung aliran darah balik. Pada pinggir plasenta di
beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah
yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh
plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu
sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan
terjadi pula pada jonjotjonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan
24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan
sitotropoblast sel- sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-
kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-
fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati
lapisan trophoblast. Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah
rahim lebih mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya
kehamilan.
Menurut manuaba (2014), implementasi plasenta disegmen bawah rahim
disebabkan:
a. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
A. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dantidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh
dibidang obstetric untuk diagnostik plasenta previa namun harus hati – hati
karena bahayanya sangat besar.
3. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta
darah lengkap dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
5. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda
jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda
(double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada
vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk
efek kelahiran secara cesar.
6. Pemeriksaan inspekula
Hati – hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan
apakah dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah
dan lain – lain.
7. Pemeriksaan radio isotope
Macam – macam pemeriksaan ini antara lain :
a. plasentografi jaringan lunak
b. sitografi
c. plasentografi inderek
d. anterigrafi
e. amnigrafi
f. radio isotopik plasentografi (Prawirohardjo (2015)
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta
previa menurut manuaba (2014), yaitu :
1) Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemi bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim
yang rapuh
c. Infeksi pada perdarahan yang banyak
2) Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c. Asfiksia intauterine sampai dengan kematian
I. Penatalaksanaan medis dan Keperawatan
Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan plasenta previa yaitu:
1) Konservatif
Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37 minggu,
perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal),
tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan dalam 1 menit). Perawatan konservatif berupa:
a) Istirahat
b) Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia
c) Memberikan antibotik bila ada indikasi
d) Pemeriksaan USG
e) Pemberian kortikosteroid untuk merangsang pematangan paru
janin
f) Pemberian tokolitik untuk mencegah kontraksi uterus/mencegah
kelahiran prematur
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila
tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke
rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

2) Penanganan aktif
Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati.
Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan persalinan per
abdominal. Penderita di persiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas
meja operasi. (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila
pemeriksaan dalam didapatkan:
a) Plasenta previa margnalis,
b) Plasenta previa letak rendah
c) Plasenta previa lateralis atau marginalis dimana janin mati dan
serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul
dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit maka lakukan
amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus
pervaginam, bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak lakukan seksio
caesarea.
Indikasi untuk melakukan seksio caesarea adalah:
a. Plasenta previa totalis
b. Perdarahan banyak tanpa henti
c. Presentasi abnormal
d. Panggul sempit
e. Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)
f. Gawat janin
Cara Menyelesaikan Persalinan pada Kehamilan dengan Plasenta
Previa Menurut Prawirohardjo (2010), cara menyelesaikan persalinan
pada kehamilan dengan plasenta previa adalah sebagai berikut:
a) Seksio caesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio caesarea (adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau
tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap di
laksanakan). Tujuan seksio caesarea yaitu melahirkan janin
dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan dan menghindarkan kemungkinan
terjadinya robekan pada servik uteri, jika janin di lahirkan
pervaginam. Tempat implantasi plasenta previa terdapat
banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah
rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat
implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena
adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot
dengan korpus uteri. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi
dan pemulihan kondisi ibu.Lakukan perawatan lanjut pasca
bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar.
b) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
1 Amniotomi dan akselerasi
Umunya dilakukan pada plasenta previa lateralis /
marginalis dengan pembukaan lebih dari 3 cm serta
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta
akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh
kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau
masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin.
2 Versi braxton hicks
Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah
mengadakan temponade plasenta dengan bokong (dan
kaki) janin. Versi braxton hicks tidak dilakukan pada
pada janin yang masih hidup.
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnose Keperawatan yang mungkin muncul
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2016,
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).
Indikator diagnostic keperawatan yang dirumuskan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016) terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor
risiko. Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada plasenta previa yaitu:
1. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi (D.0080)
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring (D.0056)
3. Hipovolemia b.d kehilangan volume cairan (D.0023)
4. Deficit perawatan diri b.d kelemahan (D0109)
B. Rencana keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja DPP PPNI, 2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia menggunakan sistem klasifikasi yang sama dengan
klasifikasi SDKI. Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga
komponen yaitu, label, definisi, dan tindakan.
No Diagnose
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan REDUKSI ANSIETAS (I.09314)
kurang tindakan keperawatan 1. Observasi
terpapar 2 x 24 jam diharapkan • Identifikasi saat tingkat
informasi tingkat ansietas ansietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stressor)
(L.09093) menurun • Identifikasi kemampuan
dengan kriteria hasil : mengambil keputusan
- Verbalisasi • Monitor tanda ansietas (verbal
kebingungan dan non verbal)
menurun 2. Terapeutik
- Perilaku gelisah • Ciptakan suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan
- Tegang menurun kepercayaan
- Verbalisasi akibat • Temani pasien untuk
kondisi yang mengurangi kecemasan , jika
dihadapi menurun memungkinkan
• Pahami situasi yang membuat
ansietas
• Dengarkan dengan penuh
perhatian
• Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
• Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
• Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
3. Edukasi
• Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
• Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.

2. Koping tidak Setelah dilakukan Promosi koping


efektif b.d tindakan keperawatan Observasi :
krisis selama 1 x 24 jam, - Identifikasi dampak situasi
maturasional diharapkan status terhadap peran dan hubungan
koping membaik. - Identifikasi kebutuhan dan
Dengan kriteria hasil : keinginan terhadap dukungan
- Kemampuan social
memenuhi Terapeutik :
peran - Diskusikan perubahan peran
- Tanggung yang dialami
jawab diri - Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia
Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan
dan tujuan sama
- Anjurkan mengungapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat

3. Penampilan Setelah dilakukan Dukungan penampilan peran


peran tidak tindankan keperawatan Observasi
efektif b.d selama 1x 24 jam - Identifikasi berbagai peran
perubahan penampilan peran dan periode transisi sesuai
peran membaik, dengan tingkat perkembangan
kriteria hasil : - Identifikasi peran yang ada
- Tanggung dalam keluarga
jawab peran - Identifikasi adanya operan
meningkat yang tidak terpenuhi
- Strategi koping Terapeutik
yang efektif - Fasilitasi adaptasi peran
meningkat keluarga terhadap perubahan
- Dukungan peran yang tidak diinginkan
social - Fasilitasi diskusi peran orang
meningkat tua
- Fasilitasi diskusi harapan
dengan keluarga dalam peran
timbal balik
Edukasi
- Diskusikan perilaku yang
dibutuhkan untuk
pengembangan peran
- Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan
peran
- Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien untuk
memnuhi peran

-
BAB II
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Auhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian Keluarga
a. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga : Tn N
2) Usia : 28 Thn
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan :-
5) Alamat : Mergangsan Lor
6) Komposisi Keluarga :
No Nama JK Umur Hub Pendidikan
1 Ny Y P 25 Thn Istri S1
7) Genogram
a. Tipe keluarga :
Commuter family
Keluarga dimana pasangan suami istri pisah tempat tinggal secara
sukarela karena tugas. Mereka terpisah secara geografis dam pada
kesempatan tertentu bertemu dalam satu rumah.
8) Suku dan bangsa : Betawi
9) Agama : Islam
10) Status social ekonomi keluarga :
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari pekerjaan sebagai
karyawan disalahsatu perusahaan swasta di Solo.
Penghasilan :
Istri sebagai Karyawan : 3.780.000
Kebutuhan yang dibutuhkan :
Makan : 1.500.000/bln
Listrik : 150.000/bln
Lain-lain : 500.000/bln
2.150.000
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini
Tahap I : Keluarga baru (beginning family)
keluarga tahap I merupakan keluarga dengan pasangan yang baru
menikah dan belum mempunyai anak.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap II,III,IV,V,VI,VII,VIII
3) Riwayat keluarga inti
a. Tn N sebagai kepala keluarga menikah dengan istrinya 4
bulan lalu, sebagai suami Tn N tidak bekerja dan tugasnya
dilakukan oleh istrinya. Istrinya tinggal dikota yang berbeda
untuk bekerja.
b. Ny Y sebagai seorang istri sekaligus yang bekerja untuk
keluarga barunya, ia menikah sekitar 4 bulan lalu dan saat
ini sedang hamil anak pertama usia 6 minggu, karena
tempatnya bekerja berbeda kota dengan suaminya ia baru
bisa pulang tiap minggunya. Diusia kehamilannya saat ini
yang didiagnosa mengalami plasenta previa, ia khawatir
kesulitan untuk bisa bertemu dengan suaminya. Ia juga
binggung dengan tugas perkembangan dari keluarga
barunya.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan interaksi keluarga dengan masyarakat
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan
dari media komunikasi.
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran (formal& informal)
Formal : Tn N sebagai keluarga, Ny Y sebagai anggota keluarga
Informal : Peran Tn N sebagai suami digantikan oleh Ny Y yang
harus bekerja
4) Nilai dan n orma keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Keluarga afektif
2) Fungsi social
Setiap minggu baru bisa berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3) Fungsi perawatan keluarga
4) Fungsi reproduksi
Saat ini Ny Y sedang hamil anak pertama, Uk 6 minggu.
5) Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup,
pakaian dan biaya untuk berobat.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek : -
Stressor jangka panjang : Ny Y khawatir kesulitan untuk bertemu
suaminya karena kondisi kehamillanya yang didiagnosa
mengalami plasenta previa, ia juga binggung dengan tugas
perkembangan dari keluarga barunya karena sudah tidak dapat
bekerja.
2) Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan
stressor
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke
puskesmas dengan petugas kesehatan.
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
h. Harapan kelaurga
1. Analisa Data
Data Problem Etiologi
Ds : Ansietas Kebutuhan tidak
- Ny Y terpenuhi
mengatakan
khawatir dengan
kondisinya saat
ini karena tidak
dapat bertemu
dengan
suaminya.
Do :
- Tampak gelisah
karena tidak bisa
bertemu dengan
suaminya
- Uk 6 minggu
Ds Koping tidak efektif Krisis maturasional
- Ny Y
mengatakan
bekerja diluar
kota untuk
memenuhi
kebutuhan rumah
tangga
Do
- Ny Y tidak
mampu
sepenuhnya
melakukan peran
sebagai seorang
istri
Ds Penampilan peran Perubahan peran
- Ny Y tidak efektif
mengatakan
binggung dengan
tugas
perkembangan
dari keluarga
barunya.
Do
- Tampak gelisah
karena tidak bisa
bertemu dengan
suaminya
- Uk 6 minggu

Diagnosa prioritas
1. Ansietas b.d kebutuhan tdk terpenuhi
2. Koping tdk efektif b.d krisis maturasional
3. Penampilan peran tdk efektif b.d perubahan peran
2. Rencana Keperawatan
Dx Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama 1 x 24 jam, Observasi
diharapkan tingkat ansietas - Identifikasi saat tingkat ansietas
menurun. Dengan kriteria hasil : berubah missal (stressor)
1. Verbalisasi kebingungan - Monitor tanda tanda ansietas
menurun (verbal dan non verbal)
2. Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang menghadapi - Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
3. Perilaku gelisah - Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realistris tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis pengobatan
dan prognosis
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Setelah dilakukan tindakan Promosi koping
keperawatan selama 1 x 24 jam, Observasi :
diharapkan status koping membaik. - Identifikasi dampak situasi
Dengan kriteria hasil : terhadap peran dan hubungan
- Kemampuan memenuhi - Identifikasi kebutuhan dan
peran keinginan terhadap dukungan
- Tanggung jawab diri social
Terapeutik1.:
- Diskusikan perubahan peran
yang dialami
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang tersedia
Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan
yang memiliki kepentingan dan
tujuan sama
- Anjurkan mengungapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat

Setelah dilakukan tindankan Dukungan penampilan peran


keperawatan selama 1x 24 jam Observasi
penampilan peran membaik, dengan - Identifikasi berbagai peran dan
kriteria hasil : periode transisi sesuai tingkat
- Tanggung jawab peran perkembangan
meningkat - Identifikasi peran yang ada
- Strategi koping yang efektif dalam keluarga
meningkat - Identifikasi adanya operan
- Dukungan social meningkat yang tidak terpenuhi
- Verbalisasi perasaan cemas Terapeutik
menurun - Fasilitasi adaptasi peran
- Perilaku cemas menurun keluarga terhadap perubahan
peran yang tidak diinginkan
- Fasilitasi diskusi peran orang
tua
- Fasilitasi diskusi harapan
dengan keluarga dalam peran
timbal balik
Edukasi
- Diskusikan perilaku yang
dibutuhkan untuk
pengembangan peran
- Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan
peran
- Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien untuk
memnuhi peran

Anda mungkin juga menyukai