DISUSUN OLEH :
3. AI KARTINI ( 1033231015 )
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karna atas Rahmat
dan Berkatnya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dibuat sebagai tugas Mata
Kuliah. Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyusun makalah ini.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................1
C. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
B. Etiologi...............................................................................................................5
C. Patofisiologi.................................................................................................5
D. PATOFLOW................................................................................................9
E. Manifestasi Klinis..........................................................................................10
F. Komplikasi........................................................................................................12
G. Klasifikasi...................................................................................................12
H. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................15
BAB III.........................................................................................................................18
ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................18
BAB IV.........................................................................................................................35
PENUTUP....................................................................................................................35
A. Kesimpulan.......................................................................................................35
B. Saran.................................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Terdapat jenis-jenis cedera kepala antara lain cedera kepala ringan, kepala
sedang, dan kepala berat. Asuhan keperawatan cedera kepala atau askep cedera
kepala baik cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat harus
ditangani secara serius. Cedera pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem
syaraf pusat sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu
dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari
cedera kepala.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai cedera yang terjadi anterior dari garis
puting ke lipatan inguinal dan posterior dari ujung skapula ke lipatan gluteal.
Gerakan pernapasan diafragma memperlihatkan isi intraabdomen yang cedera, pada
pandangan pertama, tampaknya terisolasi ke dada (Ferman, 2003).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
1
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Trauma Capitis dan
Abdomen
2. Tujuan Khusus
d. Melaksanakan implementasi
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pembaca
2. Bagi Penulis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan paling
utama pada usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas,
(Mansjoer, 2007). Cedera kepala merupakan suatu gangguan trauma dari otak
disertai atau tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak yang dimana ini tidak
diikuti terputusnya kontinuitas dari otak.(Nugroho, 2011) Cidera otak didefinisikan
menyebabkan perubahan fungsi otak seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran,
kejang, penurunan fungsi neurologi sebagai dampak trauma tumpul atau tajam pada
kepala (Maharaj, David. 2016)
3
B. Etiologi
2. Trauma tembus
4
C. Patofisiologi
1. Cedera Primer
2. Cedera Sekunder
otak)
3. Edema Sitotoksik
5
4. Kerusakan Membran Sel
5. Apoptosis
Trauma Abdomen
a. Trauma kompresi
6
kerusakan jaringan. Pada tabrakan, maka penderita akan secara refleks
menarik napas dan menahannya dengan menutup glotis. Kompresi
abdominal mengkibatkan peningkatan tekanan intrabdominal dan dapat
menyebabkan ruptur diafragma dan translokasi organ-organ abdomen
ke dalam rongga thorax. Transient hepatic kongestion dengan darah
sebagai akibat tindakan valsava mendadak diikuti kompresi abdomen ini
dapat menyebabkan pecahnya hati. Keadaan serupa dapat terjadi pada
usus halus bila ada usus halus yang closed loop terjepit antra tulang
belakang dan sabuk pengaman yang salah memakainya.
7
pedikelnya, pada hati terjadi laserasi hati bagian sentral, terjadi jika
deselerasi lobus kanan dan kiri sekitar ligamentum teres.
8
D. PATHWAY
Cidera kepala
Kontusio cerebri
Kerusakan sel
otak Terjadinya
benturan asing
Oedema otak
Kebocoran cairan
kapiler TD:kerusakan jaringan
Ketidakefektifan
kulit/lapisan
perfusi jaringan
kulit,pendarahan,hemato
cerebral Oedema paru ma
9
Ketidakefektif pola Penumpukan cairan
napas /sekret
Defusi O2 terhambat
Ketidakefektif bersihan
jalan napas
TD:
PD: penumpukan
1. CT-Scan sputum,ortopnea,
defusi o2
2. Pemeriksaan terhambat
Laboratorium
Trauma Abdomen
PATHWAY
Trauma
(kecelakaan)
↓
Penetrasi & Non-Penetrasi
↓
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
10
↓
Menekan saraf peritonitis
↓
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri
↓
Motilitas usus
↓
Disfungsi usus → Resiko infeksi
↓
Refluks usus output cairan berlebih
↓
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh
↓
Kelemahan fisik
↓
Gangguan mobilitas fisik
E. Manifestasi Klinis
Trauma Capitis
11
Pusing kepala
Terdapat hematoma
Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
Trauma Abdomen
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri tekan
2. Nyeri spontan
3. Nyeri lepas
4. Distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum
5. Syok
6. Takikardi
7. Peningkatan suhu tubuh
8. Leukositosis
9. Anorexia
10. Mual dan muntah
12
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena)
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen
F. Komplikasi
Trauma Capitis
Kejang
13
Edema cerebri
Trauma Abdomen
G. Klasifikasi
Trauma Capitis
1. Cedera kepala ringan atau CKR terjadi jika GCS pasien diantara 13-15, pada
GCS ini pasien dapat kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tetapi ada
juga yang mengatakan kurang dari 2 jamjika pasien ada cedera lain seperti
fraktur tengkorak, kontusio atau temotom yang nilainya sekitar 55%.
2. Cedera kepala kepala sedang atau CKS terjadi jika GCS pasien antara 9-12,
pada GCS ini pasien dapat hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit
sampai 24 jam pasien dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan
atau bingung.
14
3. Cedera kepala berat atau CKB terjadi jika GCS pasien 3-8, pasien
dapatkehilangan kesadaran lebih dari 24 jam, cedera ini juga meliputi contusio
cerebral, laserasi atau edema.
Selain itu juga ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut :
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai
edema cerebra.
Skala GCS :
Dengan perintah :3
Dengan Nyeri :2
Tidak berespon :1
Melokalisasi nyeri :5
Fleksi abnormal :3
Ekstensi :2
Tidak berespon :1
Verbal : Berorientasi :5
15
Bicara membingungkan :4
Trauma Abdomen
1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul paling sering terjadi pada kasus kecelakaan
kendaraan bermotor. Cedera terjadi sekunder terhadap geser, robek, atau
kekuatan dampak langsung. Kehadiran tanda sabuk pengaman merupakan
indikasi cedera intra-abdomen dalam setidaknya 25% kasus. Memastikan
apakah hanya sabuk pangkuan digunakan, terutama pada anak-anak. Lap-
satunya hambatan pada anak-anak mempengaruhi mereka untuk cedera intra-
abdomen seperti perforasi usus dan robekan mesenterika. Evaluasi tulang
belakang lumbal direkomendasikan karena cedera ini mungkin terkait dengan
fraktur transversal tulang belakang lumbal (Chance fracture) (Stone,2003).
2. Trauma Tajam
Setiap luka di bawah garis yang ditarik melintang antara puting
harus diperlakukan sebagai memiliki potensi untuk lintasan intra-abdominal.
Seperti disebutkan sebelumnya, cairan intravena harus digunakan dengan
bijaksana dalam manajemen pra-rumah sakit. Sebelum tiba di Departemen
Kegawatdaruratan, pasien dapat diberikan cairan yang cukup untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik 90 mmHg, bukan resusitasi multiliter.
Jika luka tembus hadir, dimulai terapi antibiotik dan mengelola booster
tetanus awal pengobatan(Stone,2003).
a) Luka tembak
16
Diamanatkan bahwa semua luka tembak dengan lintasan intra-
abdomen diperlukan laparotomi eksplorasi. Beberapa penulis telah
menggambarkan pendekatan yang kurang agresif untuk subset yang dipilih
dengan cermat pasien dengan trauma tembus ke perut termasuk beberapa
luka tembak kecepatan rendah. Manajemen nonoperative luka tembak
yang menembus peritoneum yang kontroversial. Pasien dengan hipotensi
meskipun diberi resusitasi kristaloid akan memerlukan laparotomi segera
eksplorasi, antibiotik untuk menutupi flora pada abdomen, dan booster
tetanus. Untuk pasien hemodinamik stabil, invasi intraperitoneal telah
dikesampingkan, manajemen konservatif luka yang dangkal dan tangensial
ke abdomen dapat digunakan (Stone,2003).
b) Luka Tusukan
Pasien dengan luka tusukan memerlukan resusitasi serta booster tetanus dan antibiotik
jika kemungkinan keterlibatan intraperitoneal diduga. DPL, CT scan, dan laparoskopi
dapat digunakan. Jika kemungkinan keterlibatan peritoneal telah dikesampingkan,
pasien dapat dengan aman diarahkan kepada instruksi perawatan luka lokal. Jika
peritoneum telah terkena, diperlukan laparotomi eksplorasi. Serupa dengan
pengelolaan luka tembak kecepatan rendah seperti yang disebutkan di atas, beberapa
ahli bedah telah mulai mengamati subset yang dipilih dengan cermat pada pasien
dengan tidak ada tanda cedera intraperitoneal pada pemeriksaan fisik atau
diidentifikasi oleh modalitas pencitraan seperti CT scan
H. Pemeriksaan Diagnostik
Trauma Capitis
17
2. CT-Scan
3. MRI
Trauma Abdomen
1. Radiologi
Tes radiologi dapat menyampaikan informasi penting untuk
penatalaksanaan pasien trauma tumpul abdomen. Pemeriksaan radiologi
diindikasikan pada pasien stabil, jika dari pemeriksaan fisik dan lab tidak
bisa disimpulkan diagnosik.
Pasien yang tidak kooperatif, dapat mengganggu hasil tes radiologi
dan dapat beresiko mengalami cedera spinal. Penyebab dari pasien yang
tidak koopertatif ini harus dievaluasi, misalnya karena hipoksia atau cedera
18
otak. Demi kelancaran, pasien tersebut dapat dipertimbangkan untuk diberi
sedatif.
Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, thorax
AP, dan pelvis AP dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan
multitrauma. Rontgen foto abdomen 3 posisi (telentang, setengah tegak dan
lateral dekubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas di bawah
diafragma ataupun udara di luar lumen di retroperitoneum, yang kalau ada
pada keduanya menjadi petunjuk untuk dilakukannya laparotomi. Hilangnya
bayangan psoas menunjukkan adanya kemungkinan cedera retroperitoneal.
Foto polos abdomen memiliki kegunaan yang terbatas, dan sudah digantikan
oleh CT-scan dan USG
2. Computed Tomography ( CT-scan )
CT merupakan prosedur diagnostik yang memerlukan transport
penderita ke scanner, pemberian kontras oral maupun intravena, dan
scanning dari abdomen atas bawah dan juga panggul. Proses ini makan waktu
dan hanya digunakan pada penderita dengan hemodinamik normal. CT-scan
mampu memberikan informasi yang berhubungan dengan cedera organ
tertentu dan tingkat keparahannya, dan juga dapat mendiagnosis cedera
retroperitoneum dan organ panggul yang sukar diakses melalui pemeriksaan
fisik maupun DPL. Kotraindikasi relatif terhadap penggunaan CT meliputi
penundaan karena menunggu scanner, pendrita yang tidak kooperatif, dan
alergi terhdap bahan kontras.
3. Ultrasound
Ultrasound digunakan untuk mendeteksi adanya darah
intraperitonum setelah terjadi trauma tumpul. USG difokuskan pada daerah
intraperitoneal dimana sering didapati akumulasi darah, yaitu pada
a. kuadran kanan atas abdomen (Morison's space antara liver ginjal kanan)
19
c. Suprapubic region (area perivesical)
Daerah anechoic karena adanya darah dapat terlihat paling jelas jika dibandingkan
dengan organ padat di sekitarnya. Banyak penelitian retrospektif menyatakan manfaat
USG pada pasien dengan hemodinamik yang stabil atau tidak stabil untuk mendeteksi
adanya perdarahan intraperitoneal. Beberapa RCT menunjukkan penggunaan FAST
untuk diagnostik akan menghasil pasien dengan hasil perawatan yang lebih baik
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
21
f. Neurosensori
S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan
pendengar-an, perubahan penglihatan, diplopia,
gangguanpengecapan/pembauan.
O : Perubahan kesadaran, koma. Perubahan status mental
(orientasi,kewas-padaan, atensi dan konsentarsi) perubahan pupil
(respon terhadap cahaya), kehilangan penginderaan, pengecapan
dan pembauan serta pendengaran.Postur (dekortisasi, desebrasi),
kejang.Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.
g. Nyeri/Keyamanan
S : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda.
O : Wajah menyeringai, merintih, respon menarik pada rangsang
nyeri yang hebat, gelisah.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan (tanpa/dengan kontras)
Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
b. MRI
Sama dengan scan CT dengan atau tanpa kontras.
c. Angiografi serebral
Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pengeseran jaringan
otak akibat edema, perdarahan, trauma.
b. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen
tulang.
c. GDA (Gas Darah Artery)
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat
meningkatkan TIK.
22
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas.
b. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran
urine dan elektrolit meningkat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
melemahnya otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan persepsi sensori
dan kognitif, penurunan kekuatan dan kelemahan.
e. Penuruna kapasitas adaptif intakranial.
f. Hambatan interaksi sosial.
g. Kelebihan volume cairan.
h. Gangguan rasa nyaman.
i. Gangguan pertukaran gas.
j. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
C. Intervensi Keperawatan
23
peningkatan tekanan proteksi.
intrakranial (tidak - Batasi gerakan pada kepala,
boleh dari 15 mmHg), leher dan punggung.
Mendemonstrasikan - Monitor kemampuan BAB.
kemampuan kognitif - Kolabrasi pemberian
yang ditandai dengan: analgetik.
- Berkomunikasi - Diskusikan mengenai
dengan jelas dan penyebab perubahan sensasi.
sesuai dengan
kemampuan.
- Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi.
24
adekuat. bila perlu.
Memelihara - Posisikan pasien untuk
kebersihan paru-paru memaksimalkan ventilasi.
dan bebas dari tanda - Identikasi pasien perlunya
distress pernafasan. pemasangan alat jalan nafas
Mendemonstrasikan buatan.
batuk efektif dan suara - Pasang mayo bila perlu.
nafas yang bersih, - Lakukan fisioterapi dad bila
tidak ada sianosis dan perlu.
dyspneu (mampu - Keluarkan secret dengan
mengeluarkan sputum, batuk atau saction.
mampu bernafas - Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidak adanya suara tambahan.
ada pursed lips). - Lakukan suction pada mayo.
Tanda-tanda vital - Berikan bronkodilator bila
dalam rentang normal. perlu.
- Berikan pelembab udara.
25
Batasan (klien tidak merasa adanya suara tambahan
Karakteristik: tercekik, irama nafas, Oxygen Therapy
frekuensi pernafasan
Perubahan - Bersihkan mulut, hidung dan
dalam rentang normal,
kedalaman sekret trakea
tidak ada suara
bernafas - Pertahankan jalan nafas yang
abnormal)
Penurunan paten
Tanda- tanda vital
tekanan - Atur peralatan oksigen
dalam rentang normal
ekspirasi - Monitor aliran oksigen
(tekanan darah, nadi,
Penurunan - Pertahankan posisi pasien
pernafasan)
ventilasi se - Observasi adanya tanda –
menit tanda hiperventilasi
Penurunan - Monitor adanya kecemasan
kapsitas vital pasien terhadan oksigenasi
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD,nadi,suhu,dan
RR
- Monitor pola pernafasan
abnormal
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
26
tidak cukup mengidentifikasi meningkatkan intake Fe
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien untuk
kebutuhan Tidak ada tanda-tanda meningkatkan protein dan
metabolik malnutrisi vitamin C
Menunjukkan - Kaji kemampuan pasien
Batasan
peningkatan fungsi untuk mendapatkan nutrisi
karakteristik :
pengecapan dari yang dibutuhkan
kram abdomen menelan
Nutrition monitoring
nyeri abdomen Tidak terjadi
menghindari penurunan berat badan - BB pasien dalam batas
makanan normal
- Monitot adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
27
Ansietas meningkat
Menangis Dapat mengontrol
Gangguan ketakutan
pola tidur Support social
Takut Keinginan untuk hidup
Ketidakmamp
uan untuk
rileks
28
Perkembangan lain
fisik,kognitif,dan - Anjurkan menghargai orang
psikososial anak sesuai lain
dengan usianya - Minta dan harapkan
informasi verbal
29
perubahan kadar suhu tubuh dalam status nutrisi
dan elektrolit batas normal - Berikan cairan IV pada suhu
serum yang dapat Tidak ada tanda-tanda ruangan
mengganggu dehidrasi, elastisitas - Dorong masukan oral
kesehatn turgor kulit baik, - Pelihara IV line
membran mukosa - Monitor tingkat HB dan
lembab, tidak ada hematokrit
rasa haus yang - Monitor tanda vital
berlebihan - Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
30
intracranial (TIK) biotik
15 mmH)
secara tidak
Mendemonstrasikan
merata dan
kemampuan kognitif
berespon terhadap
yang ditandai dengan:
berbagai stimuli
- Berkomunikasi
ynag berbahaya
dengan jelas yang
dan tidak
sesuai dengan
berbahaya
kemampuan
- Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
- Memproses
informasi
- Membuka
keputusan dengan
benar
Menunjukkan sensori
motorik cranial yang
utuh:
- Tingkat kesadaran
membaik
- Tidak ada gerakan
infolunter
31
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
A. Keluhan Utama
Klien mengeluh Sakit pada perut sebelah kanan.
C. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit serupa.
2. Primary Survay
a. Airway
b. Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menit
c. Circulasi
TD : 120/80 mmHg, N : 88x/menit, Capillary reffil : < 2 detik,
Terdapat hematoma pada perut bagian kanan
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
e. Exposure
32
Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah
kanan
1) Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat
digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak
anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
2) Leher
Tidak ada kaku kuduk
3) Paru
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
Palpasi : fremitus vokal kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
4) Abdomen
Inspeksi : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
Auskultasi : peristaltik usus 7x/menit
Palpasi : tidak ada pembesaran hati
Perkusi : pekak
5) Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
ektermitas atas dan bawah dalam batas normal
ANALISA DATA
33
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Q : seperti tertusuk-tusuk
S :7
T : hilang timbul
DO :
DO :
34
Klien gelisah
R : 26x/menit
Hb : 14,5 g/dl
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
35
Dx Hasil
36
3. Setelah dilakukan Kaji tingkat cemas kelien Untuk menghilangkan ansitas
tindakan klien
Tanyakan penyebab cemas
keperawatan 1x24
klien
jam, Ansietas
kelien hilang Beritahu klien mengenai
perdaran dan penyebab
Dengan KH :
hematoma
Tidak ada tanda-
tanda cemas
D. Implementasi Keperawatan
Seharusnya tindakan ganti balut dilakukan sesuai prosedur yang benar yaitu
meliputi persiapan alat, prosedur tindakan, komunikasi terapeutik dan
menggunakan prinsip steril.
E. Evaluasi
37
Pada dasarnya evaluasi bisa didokumentasikan meskipun tanpa data
subyektif, namun akan lebih baik dan akurat bila muncul data subyektif langsung
dari respon klien.
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menujukan hasil bahwa terdapat hubungan antara hasil CT scan
dengan hasil nilai GCS pada pasien cedera kepala.dimana hal ini dapat dipengaruhu
oleh efek buruk cedera kepala kerena melalui mekanisme langsung dan juga tidak
langsung.pengaruh secara langsung terjadi beberapa saat setelah trauma terjadi
sedangkan trauma secara tidak langsung merupakan cidera otak sekunder yang bisa
terjadi bberapa jam setelah kejadian bahkan beberapa hari setelah penderita
terpapar trauma.cedera otak sekunder yang bisa terjadi setelah beberapa jam setelah
kejidian bahwa bebrapa hari setelah kejadian terpapar trauma.cedera otak sekunder
terjadi karena perubahan aliran darah ke otak dan juga terjadi peningkatan tekanan
intrakranial karena meningkatnya volume isi kepala.
Berdasarkan mekanisme trauma abdomen, terbagi atas 2 yaitu :
A. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
B. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau
sabuk pengaman (set-belt).
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekeurangan pada makalah ini,oleh karena
itu penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian harinya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
39
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (Edisi 1 :). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sjahrir H. Nyeri kepala. Kelompok Studi Nyeri Kepala. Medan: USU Press; 2004. p.
2.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.
40