Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

DISUSUN OLEH:

NAMA :CHRISTINA TANGE WINI

NIM :PO5303203200710

TINGKAT :3B

DOSEN PEMBIMBING :LENI LANDUDJAMA,S.KEP.,Ns.,M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar belakang...............................................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................
D. Manfaat.......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................

A. Definisi trauma abdomen.............................................................................


B. Etiologi, Tanda dan gejala trauma abdomen.................................................
C. Patofisiologi dan pathway trauma abdomen.................................................
D. Pemeriksaan penunjang trauma abdomen.....................................................
E. Penatalaksannan medis trauma abdomen.....................................................
F. Pencegahan.....................................................................................................
G. Komplikasi trauma abdomen........................................................................
H. Pendidikan kesehatan.....................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN .............................

A. Pengkajian.....................................................................................................
B. Diagnosa.......................................................................................................
C. Intervensi.......................................................................................................
D. Implementasi..............................................................................................
E. Evaluasi ........................................................................................................

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.

Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus
organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.

Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik


akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang muncul adalah :
1. Mengetahui konsep dasar Medis Trauma Abdomen
2. Mengetahui konsep dasar keperawatan pada pasien dengan Trauma Abdomen

C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi trauma abdomen


2. Untuk Mengetahui Etiologi trauma abdomen
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi dan pathway trauma abdomen
4. Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang trauma abdomen
5. Untuk Mengetahui Penatalaksannan medis trauma abdomen
6. Untuk Mengetahui pencegahan trauma abdomen
7. Untuk Mengetahui Komplikasi trauma abdomen

D.Manfaat

.... Penulis dan pembaca mampu memahami dan membrikan penatalaksaan yang
masksimal dalam menghadapi kasus trauma abdomen yang mungkin dijumpai.

8.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Trauma abdomen merupakan cedera pada abdomen yang dapat berupa trauma
tumpul dan tajam yang disengaja ataupun tidak disengaja. Trauma abdomen adalah
terjadinya kerusakan pada abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologis sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ
(Musiha, 2015).
Trauma abdomen didefenisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diagfragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau luka
tusuk. Trauma pada abdomen mempunyai konsekuensi yang segera harus diwaspadai
karena dikhawatirkan akan mengakibatkan syok (Mallapasi, 2014)
B. Etiologi

Kerusakan pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tembus, biasanya


dapat berupa tikaman atau tembakan serta trauma tumpul akibat kecelakaan mobil,
pukulan langsung ataupun jatuh (Boswick, 2014)
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen umumnya banyak
disebabkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan
yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh
klien terbentur dengan setir kendaraan atau bend tumpul lainnya. Trauma akibat
benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak sehingga terjadi kerusakan pada
bagian abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga disebabkan oleh
luka tusuk yang dapat menyebabkan trauma pada organ internal di abdomen (Musiha,
2015).
Menurut (Mallapasi, 2014) trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan
yang merusak antara lain :
Trauma penetrasi
a. Trauma benda tumpul
Merupakan trauma abdomen penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan,
kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Trauma ini 50 % disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.

b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum
yang disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar
dan serius di dalam rongga abdomen. Selain itu dapat juga diakibatkan oleh
luka tusuk. Dibandingkan dengan luka tembak, luka tusuk menyebabkan
trauma yang sedikit pada organ internal di abdomen.
Trauma Non penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabut pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olahraga

Tanda dan gejala trauma abdomen

 sakit perut
 memar pada lokai benturan
 perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah
 tanda tanda vital yang tidak stabil,seperti denyut nadi yang cepat,tekanan
darah rendah serta pernapasan abnormal
 nyeri yang menjalar ke bahu kiri (bisa menjadi gejala cedera pada limpah)
C. Patofisiologi

Trauma abdomen terjadi karena trauma, iritasi, infeksi dan obstruksi. Jika
terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi memungkinkan terjadinya perdarahan
intrabdomen yang serius sehingga pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi
yang disertai dengan penurunan sel darah merah yang dapat mengakibatkan syok
hemoragic. Bilaa suatu organ visceral mengalami perforasi maka muncul tanda-tanda
perforasi serta tanda iritasi peritoneum tampak cepat. Tanda-tanda dalam trauma
abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas, dan distensi
abdomen tanpa bising usus bila terjadi peritonitis umum. Bila syok telah berlanjut
maka pasien akan mengalami takikardi, dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat
leukositotik (Paula 2015)
Pathway

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam (Pisau,


tumpul, kompresi dll) peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi organ abdomen


Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler

Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
Resiko Peningkatan TIA
hematoma)
Resiko ketidakseimbangan
infeksi cairan
Distensi Abdomen
Nyeri akut
Syok Mual/muntah
Hipovolemia
Gangguan integritas
kulit/ jaringan
Resiko defisit
nutrisi

D. Pemeriksaan penunjang

1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.

2. Pemeriksaan darah rutin


Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.

3. Plain abdomen foto tegak


Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.

4. Pemeriksaan urine rutin


Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.

5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal

6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)


Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:


 Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
 Trauma pada bagian bawah dari dada
 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
 Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,
cedera otak)
 Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
 Patah tulang pelvis

b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:


 Hamil
 Pernah operasi abdominal
 Operator tidak berpengalaman
 Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan


Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.

c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

E. Penatalaksanaan

a. Penanganan Awal (Pre Hospital)


Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan jalan napas.
1) Airway (dengan kontrol Tulang Belakang)
Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin ligt’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntah, makanan, adanya darah
atau benda asing lainnya.
2) Breathing (dengan Ventilasi Yang Adekuat)
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengan rasakan’ tidak
lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3) Circulation (dengan Kontrol Perdarahan Hebat)
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan
napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP
adalah 15:2 (15 kali komperasi dada dan 2 kali bantuan napas)
F.PENCEHAHAN
Penecegahan pada trauma abdomen terdiri dari beberapa bagian :
1. Pencegahan primer langkah langkah pencegahan primer yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya insiden trauma yaitu membatasi kecepatan saat berkendara
terlebih saat berada di area perumahan
2. Pencegahan sekunder
Langkah langkah ini bertujuan untuk meminimalkan kerusakan akibat
cedera,perlindungan pengendara seperti menggunakan helm
3. 3.pencegahan tersier
Langkah langkah ini di tunjukan untuk perawatan dan rehabilitas jika pasien trauma
abdomen adalah anak anak bisa ditangani di ruang trauma pediatricunit khusus dan
spesialis

G.KOMPLIKASI

a. Trombosi vena
b. Emboli pulmonal
c. Stress ulerasi dan perdarahan
d. Sepsis
e. Atelaktasis

H.PENDIDKAN KESEHATAN

Eduksi dan promosi kesehatan pada trauma abdomen mencakup pengetahuan pasien
atau keluarga pasien mengenai trauma abdomen,rencana rawat,biaya
pengobatan,prosedur,masa dan tindakan pemulihan dan latihan manajemen nyeri serta
risiko dan komplikasi selama prawatan
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA
ABDOMEN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien :-
2. Identitas penanggung jawab :-
3. Status Kesadaran :pasien masih dalam kondisi sadar
4. Triage :kuning
5. Primary survey
Keadaan Umum :tanda tanda vital yang tidak stabil
Pemeriksaan TTV
-Tekanan darah :Rendah
-Nadi :cepat
-Respirasi :abnormal
-suhu :suhu pasien normal
Keluhan utama :Nyeri perut kanan atas
1) Airway
Jalan nafas :Bebas, tidak ada sumbatan,
Obstruksi :tidak ada secret, tidak ada fraktur cervical.
Suara nafas :-
2) Breathing
Pengembangan dada/gerakan dada :
Irama nafas :normal
Pola napas :tidak teratur
Retraksi dada : tidak tampak jejas pada dada
Sesak nafas : bantuan nafas simple mask 8 ltr/ menit
Respirasi :Frekuensi nafas 30x/ menit,
suara nafas : vesikular, tidak tampak jejas pada dada, terpasang alat
jejas : tidak tampak jejas pada dada
distensi vena :tidak
3) Circulation
Kualitas nadi :lemah
Ritme jantung :takikardi
Warna kulit :kemerahan
Akral :dingin
Diaphoresis :tidak ada
CRT :>2 detik
Perdarahan :ya
EKG : tampak memar abdomen kuadran kanan atas
4) Disability
Kesadaran : Respon Verbal, tidak ada tanda lateralisasi, tidak ada cedera
pada kepala
5) Exposure
-
6.Survey sekunder
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu :-
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit penyakit
yang sama seperti pasien rasakan.
d. f:pasien dilakukan pemasangan kateter
e. g:pasien tidak dilakukan pemasangan naso gastric tube
f. h:pasien tidak dilakukan pemasangan nasal kanul dan EKG
Re evaluasi ABCDE:-
Anamnesis
S :tanda dan gejala
Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri abdomen
A :pasien tidak memiliki alergi obat maupun makanan
M :pasien mengatakan pernah mengonsumsi obat
P :pasien mengatakan tidak pernah
L :pasien mengatakan terkahir makan nasi dan minum air putih
E :tidak ada
7.Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala
dapat digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik,
konjungtiva tidak anemis. Hidung simetris tidak ada secret.
2) Leher
Tidak ada fraktur servikal
3) Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
Palpasi : tidak ada krepitasi, tidak teraba deviasi trakhea
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikular semua sisi paru
4) Abdomen
Inspeksi : terdapat jejas pada abdomen kanan atas
Auskultasi : tidak terdengar peristaltik usus
Palpasi : nyeri tekan + pada daerah memar
Perkusi : pekak pada daerah jejas
Pelvis
5) Ekskremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, akral dingin, tampak pucat,
oksimetri : 90 %, TD : 140/90 mmHg N: 110x/menit.
Bagian punggung

Klasifikasi Data
Data subjektif
1. Pasien mengatakan nyeri pada abdomen atas
2. Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan dan terjadi secara terus menerus
3. Pasien mengatakan sesak
4. Pasien mengatakan pernah muntah 3x
Data objektif
1. Terdapat jejas pada bagian abdomen atas
2. Skala nyeri
3. Ekspresi wajah meringis
4. Pasien keringat dingin
5. Pasien tampak sesak
6. Teraba akral dingin
7. Tampak pucat
8. Pasein tampak lemas
9. TTV : TD: 140/90 mmHg, N:110x/m RR:30x/m
10. Pasien takhikardi
11. Oksimetri 90%
Analisa data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS:klien mengatakan nyeri seperti tertekan peningkatan paparan Resiko infeksi
organisme patogan
tekan
lingkungan
DO:Ekpresi wajah meringis
2 DS:klien mengatakan sakit perut sebelah kanan. agen pencendra fisik Nyeri akut
DO:
Klien tampak mengerang-ngerang menahan
sakit
Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen
sebelah kanan.
3 DS:klien mengatakan merasa menggigil selama suhu lingkungan yang Gangguan integritas
2 hari ekstrem kulit
DO: Pasien keringat dingin

4 DS: Pasien mengatakan pernah muntah 3x trauma/perdarahan Resiko ketidak


seimbangan cairan
DO: Pasein tampak lemas

5 DS:merasa lemah,merasa haus kehilangan cairan aktif Syok hipovelemik

DO: tanda tanda vital yang tidak stabil,seperti


denyut nadi yang cepat,tekanan darah rendah
serta pernapasan abnormal

6 DS:mengeluh badan lemas,tidak ada nafsu ketidakmampuan mencerna Resiko defisit nutrisi
makan makanan
DO: pasien Tampak pucat

B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogan
lingkungan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendra fisik
3. Gangguan integritas kulit berhungan dengan suhu lingkungan yang ekstrem
4. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan trauma/perdarahan
5. Syok hipovelemik berkaitan dengan kehilangan cairan aktif
6. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

C. Perencanaan keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


O keperawatan
(SDKI)
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan pengkajian Observasi Observasi
berhubungan selama 1X30 / menit maka  Monitor tanda dan gejala  Untuk mengetahui
dengan diharapkan resiko infeksi infeksi lokal dan sistematik tanda dan gejala
peningkatan menurun dengan kriteria hasil: Terapeutik infeksi
paparan  kebersihan  Cuci tangan sebelum dan Ter apeutik
organisme tangan:meningkat(5) seudah kontak dengan  Agar tidak terjadi
patogan  kebersigan pasien dan lingkungan infeksi
lingkungan badan:meningkat(5) pasien Edukasi
 nafsu makan meningkat Edukasi  Agar memudahkan
 demam:menurun(5)  Ajarkan etika batuk pasien batuk
 nyeri:menurun(5)  Ajarkan cara memeriksa  Untuk mngetahui ada
 bengkak :menurun(5) luka atau kondisi luka tidaknya infeksi pada
 kadar sel darah putih operasi luka operasi
membaik:(5)  Anjurkan meningkatkan  Untuk meningkatkan
asupan nutrisi asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan  Untuk meningkatkan
asupan cairan asupan cairan
Kolaborasi Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian  Untuk
imunisasi,jika perlu mengkolaborasik
an pemberian
imunisasi pada
pasien
2 Nyeri akut Setelah dilakukan pengkajian Kolaborasi Kolaborasi
berhubungan selama 1X24 jam diharapkan  Identifikasi skala nyeri  Untuk Mengidentifikasi
dengan agen dengan kriteria hasil:  Identifikasi respons skala nyeri
pencendra fisik  Keluhan nyeri:menurun(5) nyeri non verbal  Untuk Mengidentifikasi
 Meringis:menurun(5)  Identifikasi faktor yang respons nyeri non
 Sikap protektif :menurun(5) memperberat dan verbal
 Kesulitan tidur:menurun(5) mempengaruhi nyeri  Untuk mengidentifikasi
 Frekuensi nadi:membaik(5)  Identifikasi faktor yang
pengetahuan dan memperberat dan
 Pola napas:membaik(5) keyakinan tentang nyeri mempengaruhi nyeri
 Tekanan darah:membaik(5)  Identifikasi pengaruh  Untuk meningkatkan
 Proses berpikir:membaik(5) nyeri pada kualitas pengetahuan mengenai
hidup keyakinan tentang
 Monitor efek samping nyeri
penggunaan anelgetik  Agar mnegetahui
Terapeutik pengaruh nyeri dalam
 Kontrol lingkungan hidup
yang memperberat rasa  Untuk memonitor
nyeri pengaruh efek samping
 Fasilitasi istrahat dan pada penggunaan
tidur analgetik
Edukasi Terapeutik
 Jelaskan  Untuk mengontrol
penyebab,periode,dan lingkungan yang
pemicu nyeri memperberat rasa
 Anjurkan penggunaan nyeri
analgetik secara tepat  Untuk memfasilitasi
Kolaborasi istrahat dan tidur
 Kolaborasi pemberian pasien
analgetik jika perlu Edukasi
 Untuk mengurangi
nyeri pada periode dan
pemicu nyeri
 Untuk meningkatkan
proses penyembuhan
nyeri
Kolaborasi
 Untuk
mengkolaborasikan
pemberian analgetik

3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Observasi


integritas kulit keperawatan selama 1X30 Observasi:  Untuk mengetahui
berhungan menit diharapkan integritas  Identifikasi penyebab penyebab gangguan
dengan suhu kulit meningkat dengan kriteria gangguan integritas integritas
lingkungan hasil: Terapeutik Terapeutik
yang ekstrem  Elastisitas:meningkat(5  Ubah posisi tiap 2 jam  Agar pasien merasa
) tirah baring nyaman dal posisi
 Hidrasi:meningkat(5)  Lakukan pemijatan baring
 Perfusi pada area penonjolan  Untuk mengurangi
jaringan(meningkat) tulang,jika perlu resiko pada area
 Kerusakan  Bersihkan perineal penonjolan
jaringan:menurun(5) dengan air  Agar tidak terjadi
 Keruakan lapisan hangat ,terutama infeksi
kulit:menurun(5) selama periode diare  Untuk
 Nyeri :menurun(5)  Gunakan produk mempermudah
 Perdarahan:menurun(5) berbahan petroleum menghilangkan
 Kemerahan:menurun(5) atau minyak pada kulit petroleum pada kulit
 Pigmentasi goreng  Agar pasien terhidar
abnormal :menurun(5)  Gunakan produk dari kulit sensitive
 Jaringan berbahan ringan/alami  Agar kulit tetap
parut:menurun(5) dan hipoalergik pada sehat dan lembab
 Abrasi kulit sensitive Edukasi
kornea:menurun(5)  Hindari produk  Agar kulit tetap terasa
 Suhu kulit:membaik(5) berbahan dasar alcohol lembab
 Sensasi :membaik(5) pada kulit kering  Untuk meningkatkan
 Tekstur:membaik(5) Edukasi kebutuhan minum air
 Pertumbuhan  Anjurkan menggunakan  Agar terhindar dari
rambut:membaik(5) pelembab suhu ekstrem
 Anjurkan menghindari  Menghindari
terpapar suhu ekstrem terjadinya infeksi
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
4 Resiko ketidak Setelah dilkakukan asuhan Observasi Observasi:
seimbangan keperawatan selama 1X30  Monitor status hidrasi  Untuk memonitor
cairan menit maka diharapakan  Monitor berat badan status hidrasi
berhubungan ekspetasi keseimbangan cairan harian  Untuk mengetahui
dengan meningkat dengan kriteria  Monitor hasil berat badan harian
trauma/perdara hasil: pemeriksaan  Untuk mengetahui
han  Asupan laboratorium hasil pemeriksaan
cairan:meningkat(5)  Monitor status laboraorium
 Keluaran hemodinamik  Untuk memonitor
urin :meningkat(5) Terapeutik status hemodinamik
 Kelembaban mebran  Catat intake-output dan Terapeutik:
mukosa:meningkat(5) hitung balans cairan 24  Untuk mengetahui
 Asupan jam berapa banyak
makanan:meningkat(5)  Berikan asupan masukan dan
 Edema:menurun(5) cairan,sesuai kebutuhan pengeluaran cairan
 Dehidrasi:menurun(5) Kolaborasi dalam tubuh
 Tekanan  Kolaborasi cairan  Untuk menjaga
darah:membaik(5) intravena,jika perlu keseimbangan cairan
 Tekanan arteri rata Kolaborasi
rata:membaik(5)  Untuk
 Mata mengkolaborasikan
cekung:membaik(5) cairan intravena jika
 Membrane perlu
mukosa :membaik(5)
5 Syok Setelah dilakukan asuhan Observasi: Observasi:
hipovelemik keperawatn selama 1X30 menit  Periksa tanda dan  Untuk mengetahui
berkaitan maka diharapkan kondisi gejala hipovelemia tanda dan gejala
dengan volume cairan membaik  Monitor input dan hipovelemia
kehilangan dengan kriteria hasil: output cairan  Untuk mengetahui
cairan aktif  Kekuatan Terapeutik cairan yang masuk
nadi:meningkat(5)  Hitung kebutuhan dan keluar
 Turgor cairan Terapeutik
kulit :meningkat(5)  Berikan asupan cairan  Untuk menghitung
 Output oral Berikan posisi jumlah kebutuhan
urin:meningkat(5) modified trendelenburg cairan yang mas
 Pengisapan Edukasi  Untuk meningkatkan
vena :meningka(5)  Anjurkan asupan cairan
 Ortopnea:menurun(5) memperbanyak asupan Edukasi
 Dispnea:menurun5) cairan oral  Untuk meningkatkan
 Konsntrasi  Anjurkan menghindari kebutuhan cairan
urin :menurun(5) perubahan mendadak  Agar tidak terjadi
 Suara napas Kolaborasi: perubahan yang
tambahan:menurun(5)  Kolaborasi pemberian mendadak
 Frekuensi cairan IV Kolaborasi
nadi :membaik(5) isotonis(mis.NaCl.RL)  Untuk
 Tekanan  Kolaborasi pemberian mengkolaborasikan
darah:membaik(5) cairan IV pemberian cairan IV
 Tekanan hipotonis(mis.glukosa Isotonis(mis.NaCL.R
nadi:membaik(5) 2,5% NcCl 0,4%) L)
 Membrane  Untuk
mukosa:membaik(5)  Kolaborasi pemberian mengkolaborasikan
cairan pemberian cairan iv
koloil(mis.albumin,plas hipotonis
manate)  Untuk
 Kolaborasi pemberian mengkolaborasikan
produk darah pemberian cairan koloil
 Untuk
mengkolaborasikan
pemberian produk
darah

6 Resiko defisit Setelah dilakukan asuhan Obeservasi : Obeservasi :


nutrisi keperawatan dihararapkan  Monitor asupan dan  Untuk
berhubungan status nutrisi membaik dengan keluarnya makanan dan memonitor
dengan kriteria hasil: cairan serta kebutuhan asupan dan
ketidakmampu  Porsi makanan yang kalori keluarnya
an mencerna dihabiskan:meningkat(5 Terapeutik makanan dan
makanan )  Timbang berat badan cairan serta
 Kekuatan otot secara rutin kebutuhan kalori
mengunyah:meningkat(  Diskusikan perilaku Terapeutik
5) makan dan jumlah  Untuk
 Kekuatan otot aktivitas fisik(termasuk mengetahui
menelan:meningkat(5) olahraga)yang sesuai jumlah berat
 Serum  Damping ke kamar badan secara rutin
albumin:meningkat(5) mandi untuk  Untuk
 Verbalisasi keiginan pengamatan perilaku mengetahui
untuk meningkatkan memuntahkan kembali perilaku makan
nutrisi:meningkat(5) makanan. dan jumlah
 Pengetahuan tentang  Berikan penguatan aktivitas
pilihan makanan yang positif terhadap fisik(termasuk
sehat:meningkat(5) keberhasilan target dan olahraga)yang
 Perasaan cepat perubahan perilaku sesuai
kenyang:menurun(5)  Rencanakan program  Untuk
 Nyeri pengobatan untuk mengetahui
abdomen:menurun(5) perawatan di apakah pasien
 Rambut rumah(ms.medis,konsel memuntahkan
rontok :menurun(5) ing kembali makanan
 Diare :menurun(5) Terapeutik atau tidak
 Berat  Ajarkan pengaturan diet  Agar pasien tetap
badan :membaik(5) yang tepat terlihat kuast
 Indeks masa  Ajarkan keterampilan dengan
tubuh:membaik(5) koping untuk kondisinya
 Frekuensi penyelesaian masalaj  agar pasien cepat
makan:membaik(5) perilaku makan sembuh dari
 Nafsu Observasi penyakitnya
makan:membaik(5)  Kolaborasi dengan ahli terapeutik
gizi tentang berat badan  untuk kondisi tetap
kebutuhan kalori dan stabil
pilihan makanan  agar koping pasien
tetap terampil dalam
penyelesaian masalah
makan
kolaborasi
 untuk
mengkolaborasikan
dengan ahli gizi tentang
berat badan kebutuhan
kalori dan pilihan
makanan

D.IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan dari hasil intervensi.

E.EVALUASI

Hasil dari implementasi dan intervensi


BAB IV

PENUTUP
A. Keimpulan

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga


abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada trauma abdomen untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesin

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan trauma abdomen.
DAFTAR PUSTAKA

Boswick, J. A. (2014). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Indah J Umboh, H. B. (2017). Hubungan penatalaksanaan operatif trauma abdomen dan


kejadian laparatomi begatif di RSUD Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Jurnal Kedokteran
Universitas kedokteran Sam Ratulang Manado, 53.

Junaidi, d. I. (2016). Pedoman pertolongan pertama yang harus dilakukan saat Gawat &
Darurat medis. Jakarta: C.V Andi Offset.

Kartikawati, D. (2016). Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:


Salemba Medika.

Mallapasi, D. M. (2014). Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS).
Makassar: Brigade Siaga Bencana.

Musiha, S. N. (2015). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ns. Paula Krisanty, S. M. (2015). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV Trans
Info Media.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesi. Jakarta : Dean pengurus pusat.

PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat.

Sue Moerhead, M. J. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: United


kingdom .

Anda mungkin juga menyukai