Di susun oleh:
SANI HENDARSYAH
NIM 3090121152
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. G dengan Trauma Abdomen di ruang rawat inap
Puskesmas DTP Gununghalu”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata ajar Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam pembuatan Laporan kasus ini penulis menyadari bahwa Laporan kasus
ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan Laporan kasus ini dan untuk memenuhi
kebutuhan dalam bidang keperawatan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan kasus
ini. Kiranya segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak
selama penyusunan Laporan kasus ini dapat diterima bagi kita sekalian.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Gununghalu, 27 oktober 2022
Penyusun
Sani Hendarsyah
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma abdomen merupakan trauma yang terletak di daerah antara pelvis bagian
bawah dan diafragma pada bagian atas. Trauma abdomen terdiri atas trauma tumpul
abdomen dan trauma tembus abdomen. Angka kejadian trauma tumpul abdomen lebih
besar dibanding trauma tembus abdomen, didapatkan sekitar 80% kejadian trauma
tumpul abdomen dari kejadian trauma abdomen secara keseluruhan (Shinta, 2020).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan,
pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt),
kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus
dilakukan laparatomi (Muttaqin, 2011).
Penatalaksanaan medis pasien dengan trauma tumpul abdomen yakni tindakan
pembedahan yang sebagian besar karena terjadi perdarahan membuat klien mengelami
beberapa keluhan salah satunya adalah nyeri. Pasien dapat merasa berat akibat
tindakan pembedahan tersebut dan dapat mengganggu rasa nyaman klien. Sehingga
diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif untuk membantu mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat trauma tumpul abdomen.
Perawat merupakan ujung tombak dan berperan aktif dalam memberikan
pelayanan membantu klien mengatasi permasalahan yang dirasakan baik dari aspek
psikologis maupun aspek fisiologi secara komprehensif. Pada kasus Trauma Abdomen
masalah keperawatan yang dapat muncul adalah gangguan pemenuhan rasa nyaman
yakni nyeri akut (Andri & Wahid, 2016).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
1
2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.G dengan
Trauma Abdomen
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.G dengan
Trauma Abdomen
c. Mampu melakukan perencanaan Tindakan keperawatan Tn.G dengan
Trauma Abdomen
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan kepada Tn.G dengan
Trauma Abdomen
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.G dengan Trauma
Abdomen
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan studi kasus ini terdiri dari empat Bab yaitu Bab I
Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika
3
penulisan. Pada Bab II adalah Tinjauan Teoritis dan Tinjauan Kasus, pada
tinjauan teoritis menguraikan tentang konsep dasar Trauma Abdomen yang
meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi, faktor-faktor yang mempengaruhi
system pencernaan, macam-macam gangguan yang mungkin terjadi, faktor
yang mempengaruhi Trauma Abdomen dan konsep dasar asuhan keperawatan.
Bab III adalah Tinjauan Kasus. Dan Bab IV merupakan tentang Penutup yang
terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen
tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh
pukulan, benturan, ledakan, deselarasi (perlambatan), atau kompresi.
Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan
atau organ di bawahnya. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat
menimbulkan cedera pada organ berongga berupa perforasi atau pada organ
padat berupa perdarahan (Andrew, 2014).
4
5
3. Etiologi
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda
tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi
luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal di
abdomen.Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak,
yaitu :
a. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Disebabkan oleh: luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
6
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
4. Manifestasi Klinis
a. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium):
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar
rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma
penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma
dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah
mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan
isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan
peradangan atau infeksi
b. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam
rongga peritonium) ditandai dengan:
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut.
5) Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
Menurut Scheets (2002), secara umum seseorang dengan trauma
abdomen menunjukkan manifestasi sebagai berikut :
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
7
4) Hemoperitoneum
5) Mual dan muntah
6) Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh
darah, biasanya pd arteri karotis),
7) Nyeri
8) Pendarahan
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh
perdarahan limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi
recumbent.
12) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan
peritoneal
13) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang)
pada perdarahan retroperitoneal.
14) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau
labia pada fraktur pelvis
15) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada
kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematoma
limfe.
5. Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Trauma tumpul (blunt injury)
Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun bagian pintu
mobil yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma
kompresi ataupun crush injury terhadap organ viscera. Hal ini dapat
merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa mengakibatkan
ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu hamil),
dan mengakibatkan perdarahan maupun peritornitis. Trauma tarikan
(shearing injury) terhadap organ viscera sebenarnya adalah crush
injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis lap
8
6. Patofisiologi
Menurut Fadhilakmal (2013), Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan
pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan
olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan
hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan
obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk
aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
10
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
7. PATHWAY
Trauma (kecelakaan)
↓
Penetrasi & Non-Penetrasi
↓
Terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi, jejas, hematom)
↓
Menekan saraf peritonitis
↓
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen
↓
Nyeri
↓
Motilitas usus
↓
Disfungsi usus
↓
Resiko infeksi
↓
Refluks usus output cairan berlebih
↓
Gangguan cairan Nutrisi kurang dari dan eloktrolit kebutuhan tubuh
↓
Kelemahan fisik
↓
Gangguan mobilitas fisik (Sumber : Mansjoer,2001)
11
8. Komplikasi
a) Trombosis Vena
b) Emboli Pulmonar
c) Stress ulserasi dan perdarahan
d) Pneumonia
e) Tekanan ulserasi
f) Atelektasis
g) Sepsis
9. Pemeriksaan Penunjang
a. FotoThoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Darah Rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
c. Plain Abdomen Foto Tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
d. Pemeriksaan Urin Rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
e. IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
12
10. Penatalaksanaan
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal
untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila
ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
1) Skrinning pemeriksaan rontgen
2) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur
13
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi
masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat
17
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan
dimana harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis
(Martin dan Griffin, 2014). Implementasi keperawatan adalah suatau
tindakan keperawatan yang sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi
keperawatan. Setelah melakukan implementasi hendaklah perawat melihat
respon subjektif maupun objektif pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup
penilaian hasil tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin
dan Griffin, 2014). Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah
perawat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus
hingga mencapai tujuan. Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan
setiap hari setelah semua tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan.
Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjek, objektif, analisis dan planing).
Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi
respon nonverbal dari pasien respon. Respon tersebut didapat setelah
perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan
dari tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat dari kriteria
hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi. Sedangkan
planing berisi perencanaan tindakan keperawatan yang harus dilakukan
selanjutnya.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan
sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila
jika klien menunjukan perubuhan pada sebagian kriteria hasil yang telah
ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan
19
DATA AWAL
Tanggal: 27 Oktober 2022 Jam Masuk: 19.00
Rujukan ☐Ya dari ☐ RS ......................................... ☐Puskesmas ...........................................
☐ Dr. ......................................... ☐ Lainnya .................................................
Dx Rujukan ......................................................
Tidak Datang Sendiri ☐ Diantar PMI
2. Dada
Anamnesa : klien mengatakan nyeri dada
21
Inspeksi : dada tampak simetris, tidak ada luka, retraksi dada (+)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada
Perkusi : jantung : normal, bunyi pekak / datar . Paru – paru : resonant
Auskultasi : jantung : lub/dub tidak ada bunyi tambahan. Paru-paru ; vesikuler
Masalah Keperawatan: gangguan nyaman nyeri
3. Abdomen
Anamnesa : klien mengatakan nyeri abdomen
Inspeksi : abdomen tampak simetris, tidak ada luka luar
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : bunyi perkusi abdomen tymphani
Auskultasi : bising usus 24x/m
Masalah Keperawatan: gangguan nyaman nyeri abdomen
4. Pelvis
Anamnesa : klien mengatakan tidak ada keluhan pada pelvis
Inspeksi : pelvis tampak simetris, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Masalah Keperawatan: tidak ada
5. Sistem Muskoloskeletal
Anamnesa : klien mengatakan tidak ada keluhan pada musculoskeletal
Inspeksi : tidak ada luka,kulit tampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Masalah Keperawatan: tidak ada
6. Punggung
Anamnesa : klien mengatakan tidak ada keluhan pada punggung
Inspeksi : punggung tampak simetris, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada punggung
Masalah Keperawatan: Tidak ada
7. Sistem Integumen
Anamnesa : klien mengatakan lemas
Inspeksi : wajah tampak pucat, kulit klien tampak pucat,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Masalah Keperawatan: tidak ada
8. Sistem Neurologi
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
9. Perineum/Rektal/Vagina
Anamnesa : klien mengatakan tidak ada keluhan pada vagina / rektal
Inspeksi : tidak terkaji
Masalah Keperawatan: Tidak ada
TERAPI OBAT
Nama obat : keterolak injek
Golongan : obat keras
Dosis untuk pasien : 30mg
Indikasi untuk pasien : meredakan nyeri
Kontra indikasi obat : Infeksi mata, Rheumatoid artritis, Asma, Penyakit jantung, Hipertensi, Gangguan ginjal, Stroke, Diabetes dan
Kaki atau tangan bengkak.
Efek samping obat : Kantuk, Sakit perut, Pusing, Sakit kepala, Mual dan muntah,Perut kembung, Diare dan Konstipasi_______
Farmakokinetik : Ketorolac dapat diberikan melalui jalur intramuskular, intranasal, dan oral dengan bioavailabilitas berbeda-
beda. Ketorolac dimetabolisme di hati dan tidak dapat menembus sawar darah otak, tetapi bisa menembus
plasenta dan diekskresikan melalui air susu ibu (ASI), juga lewat urin.
22
Diit :-
Acara Infus : klien di infus dua line dengan loading NACL 1 labu, 1 labu berikutnya 20 gtt/m
Mobilisasi: : ……………………………………………………………………..
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Radiologi : -
Catatan : dokter mengatakan dari hasil USG tampak ada perdarahan intra abdomen
(Sani Hendarsyah)
1. Pengelompokan Data
2. Analisa Data
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Dk SDKI SLKI SIKI Rasional
Nyeri akut b.d Pengalaman sensorik atau Mengidentifikasi Observasi :
emosional yang berkaitan Pengalaman sensorik atau 1. Mengetahui keluhan nyeri
agen pencedera dengan kerusakan jaringan emosional yang berkaitan secara keseluruhan
fisik (trauma) actual atau fungsional dengan kerusakan jaringan 2. Mengetahui seberapa tinggi
menurun dengan kriteria actual atau fungsional ambang nyeri yang
hasil: Observasi: dirasakan klien
1. Identifikasi lokasi 3. Mengetahui seberapa
1. Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi, tingkat nyeri melalui
2. Skala nyeri menurun frkuensi, kualitas, ekspresi wajah klien
3. Meringis menurun intensitas nyeri 4. Mengetahui tindakan apa
4. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri saja yang ditoleransi klien
5. Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi respon 5. Mengetahui sejauh mana
6. Frekuensi nadi nyeri non verbal keberhasilan terpai
membaik 4. Identifikasi faktor yang komplementer yang
memperberat dan diberikan
memperingan nyeri 6. Mencegah efeksamping yang
5. Monitor keberhasilan berkelanjutan pada klien
terapi komplementer
yang sudah diberikan Terapeutik:
6. Monitor efek samping 1. Mengurangi penggunaan
penggunaan analgetik obatobatan untuk
mengurangi nyeri
24
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
25
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam penegakkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus
hematemesis melena yang sesuai teori yaitu sebagai berikut:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma)
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, maka harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan
saat pengkajian. Pada kasus Tn.G dengan diagnosa medis trauma abdomen,
27
intervensi yang penulis buat sesuai seperti terdapat pada teori, sehingga
diharapkan intervensi yang penulis lakukan dapat bermanfaat dan tepat
sasaran.
D. Implementasi Keperawatan
Pembahasan Pelaksanaan Asuhan keperawatan pada Tn.G di IGD Puskesmas
DTP Gununghalu dilaksanakan selama 45 menit. Pelaksanaan asuhan
keperawatan ini sesuai dengan rencana. Pelaksanaan asuhan keperawatan
merupakan realisasi dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis menyesuaikan kondisi
pasien, sarana dan prasarana yang ada di ruangan, juga bekerjasama dengan
pasien,dan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini sehingga
dapat melaksanakan sesuai target yang direncanakan. Klienkooperatif, alat
tersedia lengkap, keluarga klien antusias mengikuti saran perawat,
bekerjasama dengan tim medis dalam perawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan pada pelaksanaan yang telah dilakukan, diagnosa tercapai
diantaranya:
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma) yang diakibatkan trauma
benda tumpul. Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan tidak sesuai pada
perencanaan yaitu pada saat dilakuan evaluasi hasil tujuan tidak tercapai
yaitu Keluhan nyeri menurun Skala nyeri menurun menjadi 7 dari 0-10
hanya dalam beberapa menit saja stelah itu skala nyeri kemabli menjadi 9
dari 0-10, klien masih meringis kesakita, klien masih gelisah menahan
nyeri, dan Frekuensi nadi meningkat. klien langsung di rujuk ke RS.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn.G dengan trauma abdomen di
Rawat di ruang IGD Puskesmas DTP Gununghalu penulis mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
trauma abdomen, yang dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian keperawatan
1. Hasil pengkajian yang dilakukan
Pengkajian pada Tn.G dengan trauma abdomen difokuskan pada nyeri
abdomen pada klien. Pada Tn.G ditemukan klien mengatakan nyeri daerah
abdomen, klien tampak gelisah menahan nyeri.
3. Intervensi
Perencanaan ditetapkan dengan merumuskan subjek, predikat, kriteria adalah
SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Perencanaan untuk setiap
diagnosa serta disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kondisi klien,
menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di puskesmas.
Perencanaan sesuai teori.
28
4. Implementasi yang dilakukan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kondisi pasien. Di samping itu
penulis juga melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain yakni dokter,
dan keluarga dalam melaksanakan implementasinya.
5. Evaluasi
Evaluasi hasil yang waktunya disesuaikan dengan perencanaan tujuan.
Diagnosa keperawatan yang tercapai tujuannya yaitu Nyeri akut b.d agen
pencedera fisik (trauma). Pendokumentasian yang dilakukan menggunakan
SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan) dan evaluasi
dilakukan setiap berkunjung. Pendokumentasian yang dilakukan belum
optimal dan masih bersifat rutinitas saja. Berdasarkan uraian diatas dapat
diidentifikasi faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan trauma abdomen pada Tn.G di ruang IGD
Puskesmas DTP Gununghalu adalah adanya kerjasama yang baik antara
keluarga pasien, pasien, dan team kesehatan. Faktor penghambatnya adalah
terbatasnya kemampuan dan keterampilan penulis dalam melaksanakan
asuhan keperawatan ini.
B. Saran
Setelah melakukan asuhan keperawatan trauma abdomen pada Tn.G di ruang
IGD Puskesmas DTP Gununghalu ada beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan, yaitu:
1. Profesi keperawatan
Meningkatkan profesionalitas dalam bekerja, dan memperbaharui
pengetahuan tentang trauma abdomen agar tindakan yang dilakukan tidak
hanya rutinitas.
29
keperawatan ini, terutama untuk mahasiswa yang berpraktek di Puskesmas
DTP Gununghalu.
3. Institusi Puskesmas DTP Gununghalu
Meningkatkan standar prosedur operasional dalam pemberian pelayanan
terhadap pasien dengan trauma abdomen. Meningkatkan pengetahuan
perawatan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi
terkini. Mempertahankan kerja sama yang baik antara perawat dan pasien.
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Ed.
8. EGC: Jakarta.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta., E. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
31
32