DI SUSUN OLEH :
dinding perut dan dinding uterus. Wanita melahirkan dengan cara sectio caesarea
sering kita jumpai di negara berkembang seperti Indonesia (Sarwono, 2010). Indikasi
dalam sectio caesarea salah satunya adalah ketuban pecah dini, ketuban pecah dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah
dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur
kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan
persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun
janinnya (Manuaba, 2010). Saat ini kebanyakan ibu sudah mengetahui apa saja
macam-macam penyakit persalinan, salah satunya adalah ketuban pecah dini. Namun
banyak juga ibu terutama pada ibu dengan primigravida atau ibu muda yang tidak bisa
membedakan antara air ketuban dengan air seni (Wikjosastro, 2008). Karena ketuban
yang pecah sebelum waktunya tidak disertai dengan kontraksi maupun lendir atau
darah, biasanya ibu tidak terlalu khawatir dengan keadaan tersebut. Oleh sebab itu saat
datang ke rumah sakit ibu dengan ketuban pecah dini datang dengan keluhan gerakan
bayi melemah tidak seperti biasanya, kondisi seperti itu harus segera dilakukan
penanganan secepatnya, jika tidak hal itu dapat menyebabkan permasalahan bagi janin
dini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu persalinan normal dan dengan operasi
atas permintaan pihak pasien kini meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan dari
indikasi ketuban pecah dini di rumah sakit swasta setiap tahunnya meningkat. Menurut
organisasi kesehatan (WHO) angka kejadia Ketuban Pecah Dini pada tahun 2013
% (Profil kesehatan Jawa Timur tahun, 2013). Di RSUD Bangil insiden ketuban pecah
dini cukup banyak, dari survey awal yang telah dilaksanakan pada bulan Januari
sampai Desember 2017 di RSUD Bangil sebanyak 14,5% yaitu 166 kasus ibu dengan
Penyebab yang disebutkan memiliki kaitan dengan ketuban pecah dini yaitu
yang signifikan juga telah di temukan antara keletihan karena bekerja dan peningkatan
risiko Ketuban Pecah dini sebelum cukup bulan di antara multipara (Sarwono, 2009).
Pada trismester ketiga atau terahir selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya
kekuatan selaput ketuban ada hubunganya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim,
dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput
ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupahan hal yang fisiologis.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur di sebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina, deformitas janin dan hipoksia
karena kompresi tali pusat. (Sarwono, 2009). Komplikasi yang timbul akibat Ketuban
Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan dapat terjadi infeksi maternal ataupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
Dini tidak segera di tangani maka kemungkinan risiko infeksi bagi ibu dan anak
meningkat. Pada ibu terjadi korioamnionitis sedangkan pada bayi dapat terjadi
pada sectio caesarea nyeri pada luka post op, resiko tinggi infeksi pada luka post op,
Berbagai masalah yang timbul akibat post partum dengan Sectio Caesarea
Dini dalam kehamilan beresiko tinggi, kesalahan dalam mengelola akan membawa
keluarga untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini yaitu melakukan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, kebiasaan hidup sehat, mengonsumsi makanan yang sehat,
ketuban pecah dini, keluar air ketuban warna putih keruh hijau atau kecoklatan sedikit-
dapat disertai bila sudah ada infeksi, janin mudah diraba. (Sarwono, 2009). Sedangkan
solusi yang ditawarkan oleh peneliti pada pasien Post Op Sectio Caesarea dengan
menganjurkan perawatan luka, pengelolahan nyeri dan mobilisasi miring kanan kiri.
Dalam mencermati masalah tersebut berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik
untuk mengetahui tentang ibu dengan Post Op Sectio Caesarea dengan indikasi
TINJAUAN TEORITIS
2.1. PENGERTIAN
Sectio Caesarea adalah melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding
perut dan dinding uterus, dimana setelah enam minggu keadaan uterus akan kembali
pada keadaan sebelum hamil (Hartati dan Maryunani 2015). Sesarea adalah operasi
yang ditujukan untuk indikasi medis tertentu, seperti indikasi bayi maupun indikasi
ibu, tindakan ini berupa operasi dengan membuka dinding rahim dengan sayat pada
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).
2.2 .KLASIFIKASI
Menurut Sagita (2019), klasifikasi Sectio Caesareaadalah sebagai berikut :
Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
(c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
Pada Sectio Caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak
Menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor
Sectio Caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
1) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau
oleh janin ketikaakan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
eklamsi.
3) KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
4) Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas. 6) Kelainan
Letak Janin
(1) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
(2) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki
2.4.MANIFESTASI KLINIS
Menurut Padila (2015), Manifestasi Klinis Sectio Caesarea,yaitu sebagai
berikut :
1) Fetal distress : Kondisi janin yang tidak kondusif untuk memenuhi persalinan
2) His lemah/melemah
9) Hydrocephalus
2.5. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum
keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2019).
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesareaibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi
dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de
entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
fisiologis laktasi dimana akan muncul perubahan struktur dan karakter payudara.
Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin sehingga terjadi
pembentukan ASI, pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui
dengan benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Masalah yang sering muncul
tersumbat, mastitits, abses payudara, dan kelainan pada puting susu (puting
adekuat
Kurlinawati, 2017).
2) Pemantauan EKG
4) Elektrolit
5) Hemoglobin/Hematokrit
6) Golongan Darah
7) Urinalis
2.7. PENATALAKSANAAN
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
1) Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
2) Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca
air teh.
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari
kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. Kemudian posisi tidur telentang
berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5
pasca operasi.
4) Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5) Pemberian Obat-Obatan
indikasi.
6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan Obat yang
dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup 2x/24
jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan tramadol atau paracetamol tiap 6
jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7) Obat-obatan lain
8) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
9) Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
10) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
2.8. KOMPLIKASI
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis, sepsis dan
bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang cabang arteri uterina ikut
kandung kencing dan embolisme paru. suatu komplikasi yang baru kemudian
tampak ialah kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
2) Komplikasi-komplikasi lain
3) Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding
Klasik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sectio Caesarea adalah melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding
perut dan dinding uterus, dimana setelah enam minggu keadaan uterus akan kembali
pada keadaan sebelum hamil (Hartati dan Maryunani 2015). Sesarea adalah operasi
yang ditujukan untuk indikasi medis tertentu, seperti indikasi bayi maupun indikasi
ibu, tindakan ini berupa operasi dengan membuka dinding rahim dengan sayat pada
B.SARAN
Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk ibu
Caesarea dan diharapkan menjadi Evidence Based Nursing (EBN) dalam melakukan
Asih & Risneni. (2016). Faktor – faktor yang berhubungan dengan persalinan Sectio Caesarea
di RSUD Dr. H Abdul Meoloek Provinsi Lampung. Poltekkes : Lampung.
Kemenkes RI. (2019). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Nia, Larissa.(2014). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea di
RSUD Dr.H Abdul Moeloek Provinsi Lampung.Poltekkes : Provinsi Lampung
Sagita, F. Erin. (2019). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post Operasi Sectio
Caesarea Di Ruangan Rawat Inap Kebidanan Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2019. Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan. Padang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis Padang.