Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU

N I FA S D E N G A N P E R AW ATA N L U K A
JAHITAN PERINEUM DI PMB BUNDA
KASIH
ALASYA AGHNIA ZAHRAH
1710105160
BAB I.LATAR BELAKANG
1. Magnitude (Angka Kejadian)
- Word Health Organization (WHO) tahun 2017 dalam World Health Statistic, dalam
rangkan memonitoring SDG’s disebutkan angka kematian pada wanita saat kehamilan
dan proses persalinan karena komplikasi mencapai 830 wanita per-hari.
- Menurut WHO, 81% Angka Kematian Ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan
bersalin, dan 25% selama masa post partum diantaranya adalah karena luka pada
perineum yang bisa menyebabkan terjadi infeksi pada ibu nifas (Istieka,2013).
- Di Asia luka perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam
masyarakat, 50% dari kejadian luka perineum di dunia terjadi di Asia (Campion,
2012).
- Pada akhir tahun 2017, Jawa Tengah mendapatkan hasil yang melampaui target SDG’s
yaitu sebanyak (90/100.000 KH) (Yuli, 2017).
- Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada tahun 2013 terdapat AKI sebanyak
(46/45.843 KH) dan pada tahun 2017 terdapat penurunan AKI yaitu (34/42.348 KH).
2. Seriousness of the Problem (Seberapa Penting Masalah Itu Diteliti)
- Perawatan luka perineum sangat penting dilakukan dengan benar agar tidak menjadi
tempat masuknya kuman yang dapat menyebabkan infeksi pada jalan lahir dan
dapat merambat pada infeksi saluran kencing dan dapat pula terjadi perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna (Rimandini,
2014).
- Perawatan luka perineum yang benar yaitu menggunakan air bersih dengan prinsip
bersih dan kering. Kebersihan diri tidak kalah penting meliputi kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, maupun lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan (Nugroho, 2014).
3. Political Concernt
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.
- Pembangunan kesehatan di Indonesia masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu
dan anak, terutama pada kelompok yang palig rentan yaitu ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu
nifas, serta bayi pada masa perinatal, yang ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian
Perinatal (AKP) (Kemenkes RI, 2012).
4. Comunity Concent/Public Concent
- Masyarakat Indonesia sendiri, sebagian masih memiliki kebiasaan yang merugikan selama
masa nifas yaitu adanya pantangan makanan selama masa nifas. Di beberapa daerah ibu
yang sedang dalam masa nifas memiliki pantangan makanan yang amis seperti telur, ikan,
atau daging. Sedangkan menurut penelitian telur, ikan, maupun daging adalah makanan yang
mengandung protein yang di dalamnya terdapat zat pembangun yang dapat mempercepat
penyembuhan luka (Febriana, 2014).
- Pemahaman masyarakat mengenai kontrol ulang saat masa nifas juga masih rendah sehingga
mengakibatkan terlambatnya penanganan yang dilakukan jika terjadi komplikasi pada masa
nifas (Sujiyatini, 2015).
5. Managebility (Peran Bidan)
- Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan postpartum
(Marmi, 2012).
- Peran bidan dalam masa nifas yaitu memberikan KIE mengenai perawatan luka
perineum berdasarkan standar pelayanan kebidanan nomor 5 tentang pelayanan bagi
ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya
setempat. Bidan memberikan pelayanan nifas di Rumah Sakit ataupun melakukan
kunjungan rumah pada hari ke tiga, minggu ke dua, dan minggu ke enam setelah
persalinan. Hal ini bertujuan menjaga kesehatan ibu dan bayinya, mendeteksi
masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi, serta memberikan
pendidikan kesehatan (Mufdlilah, dkk, 2012).
RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah Asuhan pada Ibu Nifas Normal dengan Perawatan Luka Jahitan
Perineum di PMB Bunda Kasih ?
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu nifas normal dengan
perawatan jahitan luka perineum secara komprehensif di PMB Bunda Kasih
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data subyektif terhadap kasus perawatan jahitan luka
perineum pada ibu nifas normal di Bunda Ksih
b. Mengidentifikasi data obyektif terhadap kasus perawatan jahitan luka
perineum pada ibu nifas normal di Bunda Kasih
c. Melakukan analisa asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka jahitan
perineum
d. Mendidentifikasi penatalaksanaan terhadap kasus perawatan jahitan luka
perineum pada ibu nifas normal di Bunda Kasih
MANFAAT
1. Bagi Bidan PMB Bunda Kasih
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh bidan sebagai salah satu referensi
penatalaksanaan perawatan jahitan luka perineum pada ibu nifas normal agar lebih
komprehensif dalam menangani pasien di PMB Bunda Kasih
2. Bagi Responden
Bagi ibu nifas untuk menambah pengetahuan tentang tata cara perawatan jahitan luka
perineum pada ibu nifas normal sehingga dapat menghindari atau mengurangi
terjadinya infeksi pada perineum.
RUANG LINGKUP
1. Materi
Penelitian ini mengambil materi tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal dengan perawatan luka
jahitan perineum. Jika perawatan perineum tidak benar maka akan menimbulkan berbagai komplikasi, salah
satunya yaitu infeksi. Luka perineum juga dapat disebabkan karena adanya robekan jalan lahir baik karena
ruptur maupun episiotomi. Selain itu, pengetahuan masyarakat tentang tradisi budaya utuk ibu nifas dan
perawatan luka jahitan perineum masih kurang.
2. Responden
Ny.A P₁A₀Ah₁ umur 21 tahun ibu nifas dengan luka jahitan perineum. Perawatan luka jahitan perineum sangat
penting dilakukan dengan benar agar tidak menjadi tempat masuknya kuman yang dapat menyebabkan infeksi
pada jalan lahir dan dapat merambat pada infeksi saluran kencing dan dapat pula terjadi perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna
3. Waktu
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal sejak studi pendahuluan, penyusunan proposal, pengumpulan
data sampai pelaporan studi kasus yang dimulai pada bulan Oktober 2019 hingga bulan April 2020.
4. Tempat
Penelitian ini dilakukan di PMB Bunda Kasih karena dari jumlah pasien yang bersalin sebanyak 50 orang dan
jumlah pasien ibu nifas yang mengalami luka jahitan perineum sebanyak 96 %.
KEASLIAN PENELITIAN
METODE
NO PENELITI PERBEDAAN HASIL PENELITIAN
PENELITIAN
1.
Jamhariyah (2019) Pengaruh Suplementasi Zinc Quasi Eksperimental Subjek , Tempat, Penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum yang
terhadap Waktu Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Waktu, Metode, diberikan zinc yaitu 5,85 = 6 hari.
Nifas Tahun 2019. Asuhan Kebidanan.

2. Heny Noor Wijayanti (2019) Hubungan Berat Badan Cross Sectional Subjek , Tempat, Kejadian rupture perineum pada ibu primigravida
Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Waktu, Metode, ditunjukkan dengan ibu bersalin primigravida memiliki
Persalinan Normal pada Ibu Primigravida Tahun 2019. Asuhan Kebidanan. perineum yang kaku, melahirkan bayi dengan BB bayi
yang cukup besar, dan kepala janin terlalu cepat
melewati dasar panggul.
Naelaz Zukkhruf Wakhidatul Kiromah, Siti Lestari,
Dyah Puji Astuti (2019) Penerapan Pemberian Madu Subjek , Tempat, Penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum yang
3. Deskriptif Analitik
untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Waktu, Metode, diberikan madu sebanyak 60% = 6 hari.
pada Ibu Postpartum Tahun 2019. Asuhan Kebidanan.
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Masa Nifas


- Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun
secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).
- Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi
pada periode ini (Martalina D., 2012).
- Menurut Nugroho, dkk (2013) masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Selain itu menurut Vivian dan Sunarsih
(2013), masa nifas dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu (42 hari). Sekitar
50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.
Tujuan Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2014), pada masa nifas ini terjadi perubahan-
perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi,
terbentuknya huungan antara orang tua dan bayi dengan memberi dukungan. Adapun
tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas yaitu :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut Lockhart dan Saputra (2014) yaitu :
1) Puerperium Dini (Immediate Puerperium)
2) Puerperium Intermedial (Early Puerperium)
3) Remote Puerperium (Later Puerperium)
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional masa nifas menurut Marmi (2012) kunjungan masa nifas paling
sedikit 4 kali yaitu :
1) Kunjungan pertama (6-8 jam postpartum)
2) Kunjungan kedua (6 hari postpartum)
3) Kunjungan ketiga (2 minggu postpartum)
4) Kunjungan keempat (6 minggu postpartum)
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Uterus 5. Lokhea
2. Bekas Implantasi Plasenta 6. Dinding Abdomen
3. Vagina, Vulva, dan Perineum 7. Saluran Kencing
4. Ovarium 8. Serviks
Perubahan Psikologi Masa Nifas
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain (Nugroho, T., 2014):
1. Fase Taking In
2. Taking Hold
3. Letting Go
Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1. Nutrisi dan Cairan 4. Kebersihan Diri 7. Istirahat dan Tidur
2. Ambulasi 5. Aktivitas Seksual
3. Elminasi 6. Keluarga Berencana

Komplikasi Masa Nifas


1. Perdarahan Pervaginam
2. Infeksi Postpartum
3. Gangguan Afektif Postpartum
Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Menurut Nugroho (2014), peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu, untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak serta
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberi konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional.
Definisi Perineum
- Perineum merupakan bagian yang sangat penting dalam fisiologis. Keutuhan perineum tidak hanya berperan
atau menjadi penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol proses buang air besar dan
buang air kecil dan fungsi sesual yang sehat, karena itu kerusakan pada perineum harus dihindarkan (Depkes
RI, 2010).
- Perineum adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafragma pelvis. Perineum mengandung sejumlah
otot superficial, saat persalinan otot ini sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan (Rohani dkk, 2011).
Definisi Luka Perineum
- Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun juga dapat bilateral. Perlakuan pada diagfragma
urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat,
dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak terlihat dari luar. Perlukaan
demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga dapat terjadi prolapsus genetalis (Rohani dkk, 2011).
- Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya.
Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat (Soepardiman dalam Nurasiah, 2012). Menurut Wiknjosastro (2014) luka perineum adalah luka
pada perineum disebabkan robekan alamiah atau episiotomi pada waktu melahirkan janin . Menurut
Purwoastuti & Elisabeth (2015), luka perineum adalah luka yang terjadi pada bagian perineum karena adanya
robekan jalan lahir baik karena ruptur maupun episiotomi pada waktu melahirkan janin. Ruptur perineum
adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.
Luka Perineum Derajat Perlukaan Perineum
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 Menurut Prawirohardjo (2014), robekan
macam yaitu : perineum dapat dibagi atas empat tingkatan,
yaitu :
a) Ruptur adalah luka pada perineum yang
diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara 1) Tingkat I merupakan robekan hanya
alamiah karena proses desakan kepala janin terjadi pada selaput vagina dengan atau
atau bahu pada saat proses persalinan. tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
Bentuk ruptur biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit 2) Tingkat II meliputi robkean yang terjadi
dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2011). lebih dalam yaitu selain mengenai selaput
vagina juga mengenai muskulus perinei
b) Episiotomi adalah suatu tindakan insisi transversalis, tetapi tidak mengenai sfinger
pada perineum yang menyebabkan ani.
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin
selaput darah, jaringan pada septum 3) Tingkat III yaitu robekan yang terjadi
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum mengenai seluruh perineum sampai
dan kulit sebelah depan perineum mengenai sfinger ani.
(Prawirohardjo, 2011). Sedangkan menurut
Rohani dkk (2011) episiotomi adalah insisi 4) Tingkat IV yaitu robekan sampai mukosa
pada perineum untuk memperbesar mulut rektum.
vagina.
Penyebab Luka Perineum Tujuan Perawatan Luka
Faktor penyebab luka perineum Tujuan perawatan perineum adalah
menurut Prawirohardjo (2011) adalah : mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan
a) Partus precipitatus jaringan, untuk mencegah terjadinya
b) Kepala janin besar dan janin besar infeksi di daerah vulva, perineum,
maupun di dalam uterus, untuk
c) Presentasi defleksi (dahi, muka) penyembuhan luka perineum (jahitan
d) Letak sungsang perineum), untuk kebersihan perineum
dan vulva. Penyembuhan luka perineum
e) Pimpinan persalinan yang salah adalah mulai membaiknya luka
perineum dengan terbentuknya jaringan
baru yang menutupi luka perineum
dalm jangka waktu 6-7 hari postpartum
(Rukiyah dkk, 2011).
Kriteria Penilaian Luka Tindakan Perawatan Luka
Menurut Suyati & Ninik (2014) kriteria Menurut Timbawa, dkk (2015) Perawatan
penilaian luka adalah sebagai berikut : luka perineum dapat dilakukan dengan
melakukan vulva hygiene. Vulva hygiene
a) Baik jika luka kering, perineum menutup merupakan perawatan dengan cara
dan tidak ada tanda-tanda infeksi. membersihkan daerah perineum dan
sekitarnya yang bertujuan untuk mencegah
b) Sedang jika, luka basah, perineum infeksi, penyembuhan luka jahitan perineum
menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi. dan menjaga kebersihan perineum. Selain
c) Buruk, jika luka basah, perineum itu vulva hygiene bermanfaat untuk
menutup atau membuka dan ada tanda- mencegah munculnya keputihan, bau tak
tanda infeksi merah, bengkak, panas, nyeri, sedap dan gatal-gatal. Selain itu,
fungsioleosa. penatalaksanaan perawatan luka perineum
dapat dilakukan dengan cara mengompres
menggunakan kassa atau bethadine setiap
selesai BAK dan BAB (Nim’ah, 2015).
Menurut hasil penelitian Nurafifah (2016),
ibu postpartum yang diberi iodium
povidone mengalami penyembuhan luka
yang cepat 90%. Sedangkan ibu postpartum
yang perawatannya tanpa iodium povidone
mengalami penyembuhan luka yang cepat
sebesar 40%.
Waktu Perawatan Luka
Menurut Wilujeng (2011) perawatan perineum sebaiknya dilakukan saat :
a) Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b) Setelah Buang Air Kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
c) Setelah Buang Air Besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Proses Penyembuhan Luka Dampak Perawatan Luka Perineum yang Tidak Benar
Menurut Damayanti, dkk (2013) terdapat 4 fase penyembuhan Menurut Rukiyah (2010) terdapat dampak perawatan luka
luka sebagai berikut : perineum yang tidak benar yaitu :
1) Fase Inflamasi a) Infeksi
Merupakan tahap akut terhadap cedera, tahap ini dimulai saat Kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat
terjadinya luka berlangsung sampai hari ke 5. Pada tahap ini, menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat
terjadi proses hemosttatis yang ditanndai dengan pelepasan menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
histamine dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak,
disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke b) Komplikasi
daerah yang rusak.
Munculnya infeksi perineum dapat merambat pada saluran
2) Fase Destruktif kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun
Berlangsung dari hari pertama higga hari keenam, pada tahap infeksi pada jalan lahir.
ini terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag. c) Kematian Ibu
3) Fase Poliferatif Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan
terjadinya keatian ibu pada masa nifas mengingat kondisi fisik
Berlangsung dari akhir masa inflamasi yaitu hari ke 5 sampai ibu nifas masih lemah.
minggu ke 3. Pada fase ini pembuluh darah baru diperkuat oleh
jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
4) Tahap Maturasi
Berlangsung 3 bulan yaitu luka sembuh sekitar 50% dan
membutuhkan waktu hingga 12 bulan sampai semua tanda
radang sudah hilang. Pada tahap ini terjadi repitalisasi,
konstraksi luka dan organisasi jaringan ikat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Luka

Menurut Handayani (2014), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka yaitu personal hygiene,
mobilisasi, dan gizi. Tingkat pengetahuan berkaitan dengan kemampuan ibu dalam merawat luka perineum serta kemampuan
ibu dalam merawat dan menjaga kebersihan diri. Gizi juga termasuk faktor penyembuhan luka karena pemenuhan gizi pada
ibu nifas akan berperan sebagai pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan, serta tenaga agar ibu tidak mudah
lelah. Menurut Fitri (2013), faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah :

1. Mobilisasi
2. Gizi
3. Pemberian Antibiotik
4. Personal Hygiene
5. Keturunan
6. Sarana dan Prasarana
7. Budayadan Keyakinan
8. Paritas
Sistem Pelayanan Kebidanan
- Standar pelayanan kebidanan pada masa nifas terdapat pada standar 13,14, dan 15.
Standar pelayanan kebidanan pada masa nifas dalm standar 15, berbunyi “Bidan
memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melalui
kunjungan ke rumah pada hari ke tiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan
tali pusat yang benar, peneuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi, dan KB”.
- Dalam standar kompetensi bidan yang ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu
nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
Landasan Hukum = Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 pasal 18
Manajemen Kebidanan = Manajemen Kebbidanan Varney, Dokumentasi SOAP
Tinjauan Islam = Al-Baqarah : 222
A. Kerangka Alur Pikir

Kerangka Alur Pikir Ibu Nifas Permenkes Nomor 28 Tahun


2017 pasal 18. Bidan
berwenang memberikan
pelayanan masa pra hamil,
Luka Perineum kehamilan, masa nifas, dan
masa menyusui

Ruptur Spontan Episiotomi

Derajat I : Derajat II : Derajat III : Derajat IV :


Mukosa vagina, Selaput vagina, Sfinger ani Mukosa rektum
selaput vagina muskulus perinei
transversalis

Faktor penyembuhan luka :


Perawatan Luka
1. Mobilisasi
2. Gizi
3. Pemberian Antibiotik
4. Personal Hygiene
a. Vulva hygiene. 5. Keturunan
b. Mengompres luka perineum 6. Sarana dan Prasarana
menggunakan kassa bethadine setelah 7. Budayadan Keyakinan
mandi, BAK, dan BAB. 8. Paritas

Tanda-Tanda Infeksi :
Luka sembuh yaitu Luka tidak 1. Rasa nyeri dan panas pada
luka kering dan sembuh tempat infeksi
tidak ada tanda 2. Kenaikan suhu badan 38⁰C
infeksi atau lebih
3. Nadi dibawah 100 kali/menit
4. Kemerahan pada luka
5. Terdapat pus pada luka
BAB III.METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan
studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan atau area populasi
tertentu yang bersifat fakta secara objektif, sistematis, dan akurat (Sulistyaningsih,
2011). Penelitian dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui studi
kasus yang terdiri dari unit tunggal, yaitu asuhan kebidanan ibu nifas normal dengan
luka perineum. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan pemeriksaan fisik,
wawancara, dan studi kasus.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi merupakan tempat penelitian. Waktu penelitian merupakan rentang waktu
yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Swarjana, 2015). Lokasi penelitian
pada kasus ini dilakukan di PMB Bunda Kasih dan waktu penelitian ini dilakukan
mulai dari bulan Oktober 2019 sampai April 2019.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju dan akan diamati pada saat penelitian
mengenai keadaan serta kondisi subjek disebut oleh peneliti (Sulistyaningsih, 2011).
Subjek pada penelitian ini adalah Ny. A usia 21 tahun dengan perawatan luka jahitan
perineum yang sedang menjalani perawatan di PMB Bunda Kasih.
D. Jenis Data
1. Data Primer
Menurut Saryono & Mekar (2013), data primer diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Pengambilan data primer dalam
penelitian juga dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung oleh
peneliti. Data sekunder digunakan untuk menegakkan diagnosa. Keuntungan data
sekunder adalah efisiensi tinggi (Suryono & Mekar, 2013). Data sekunder pada kasus
ini didapatkan melalui studi dokumentasi yaitu rekam medis yang didapatkan di PMB
Bunda Kasih dan studi kepustakaan.
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara a. Wawancara
yang digunakan dalam metode penelitian
yang keakuratan data peneliti dangat Menurut Sugiyono (2014), wawancara
mempengaruhi hasil penelitian. Dalam digunakan sebagai teknik pengumpulan data
penelitian ini menggunakan metode mendasar mengenai subjek penelitian
pengumpulan data antara lain wawancara, tentang diri sendiri atau self-report.
observasi, dan peeriksaan fisik. Alat b. Observasi
merupakan instrument yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data untuk Menurut Sugiyono (2014), observasi atau
memudahkan pekerjaan dan mendapatkan pengamatan dilakukan dengan seluruh alat
hasil yang baik. Dalam artian lebih cermat, indera, tidak terbatas hanya pada apa yang
lengkap, dan sistematis sehingga mudah dilihat. Observasi pada kasus ini dilakukan
untuk diolah (Swarjana, 2015). pada hari ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-7 masa
nifas. Teknik engumpulan data observasi
meliputi :
Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi
c. Pemeriksaan Fisik
2. Alat Pengumpulan Data
a. Alat Pengambilan Data
a) Format asuhan kebidanan ibu nifas dengan menggunakan metode SOAP
b) Daftar wawancara
c) Alat tulis (bolpoint, buku, penggaris, dll)
b. Alat Pemeriksaan Fisik
a) Stetoskop
b) Thermometer
c) Handscoon
d) Jam tangan
e) Pengukuran tinggi badan
f) Pengukuran berat badan
g) Pengukuran LILA
h) Kassa
i) Bethadine
F. Analisis Data 2. Penyajian Data
Analisis data yang menjadi acuan dalam Penyajian data adalah kegiatan ketika
penelitian ini mengacu pada beberapa sekumpulan informasi disusun, sehingga
tahapan yang dijelaskan oleh Miles, dkk memberi kemungkinan akan adanya
(2014) yang terdiri dari eberapa tahapan penarikan kesimpulan dan pengambilan
yaitu : tindakan. Penyajian data ini
menggabungkan informasi yang tersusun
1. Reduksi Data dalam bentuk yang padu dan mudah diraih,
sehingga memudahkan untuk melihat
Dalam penelitian ini, analisa maslaah yang sedang terjadi. Penelitian ini
disederhanakan dengan mengidentifikasi meyajikan data dalam bentuk teks naratif.
data yang diperoleh dari lapangan, baik
dengan wawancara, pemeriksaan fisik, 3. Penarikan Kesimpulan
obsevasi, maupun dokumentasi yang berasal
dari rekam media, catatan medis lain, buku, Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti
ataupun jurnal. Hal-hal yang menunjang secara terus menerus selama berada di
penelitian perlu disesuaikan dengan dengan lapangan. Temuan dari hasil kajian
permasalahan dan tujuan penelitian kepustakaan dan analisis data lapangan
sehingga perlu dipertahankan sedangkan dicari hubungan serta kaitannya, dengan
hal-hal yang tidak berkaitan dengan begitu akan mudah menemukan
penelitian harus dibuang. penyimpangan atau kesenjangan dalam
kasus. Hal ini dilakukan sejak data
terkumpul dengan mereduksi data,
menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
G. Jalannya Penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

Dalam studi ini peneliti melakukan perencanaan a. Peneliti mencari responden ibu nifas dengan luka
jahitan perineum tanpa penyakit penyerta di PMB
atau langkah-langkah dalam pembuatan penelitian Bunda Kasih.
sesuai tujuan peneliti :
b. Melakukan pendekatan dan membina silaturahmi
1. Tahap Persiapan c. Melakukan Informed Concent
Kegiatan tahap persiapan ini meliputi : d. Kunjungan hari ke – 1, 3, 5, 7

a. Pengajuan judul penelitian kepada pembimbing 3. Tahap Akhir


pendidikan a. Setelah terkumpul semua data selanjutnya
melakukan analisa data dan pembahasan.
b. Melakukan konsultasi BAB I – BAB III kepada b. Menyusun BAB IV dan BAB V.
pembimbing pendidikan
c. Konsul hasil penelitian dengan pembimbing.
c. Penyusunan proposal penelitian
d. Melakukan perbaikan hasil.
d. Merevisi proposal e. Seminar hasil penelitian.
f. Merevisi hasil penelitian.
g. Mengumpulkan hasil penelitian.
H. Etika Penelitian
Menurut Sulistyaningsih (2011), etika penelitian yaitu kode etik peneliti dalam menjalankan
penelitian. Kode etik penelitian meliputi menjamin kerahasiaan responden, menjamin
keamanan, adil, dan mendapatkan persetujuan dari responden. Pada penelitian ini etika yang
digunakan sebagai berikut :
1. Permohonan Menjadi Responden
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti wajib meminta persetujuan responden untuk
menjadi subyek penelitian. Dalam hal ini peneliti memohon ketersediaan responden secara
sukarela melalui lembar permohonan peneliti kepada responden.
2. Informed Concent
Informed Concent adalah persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed Concent yaitu agar responden mengerti
maksud dan tujuan dari peneliti serta mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia,
maka responden wajib menandatangani lembar persetujuan Informed Concent.
3. Anonymity
Etika penelitian yang memberikan jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disampaikan biasanya disebu anonymity.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai