Anda di halaman 1dari 31

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

)
PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KANDANG
DI DESA KANANG KECAMATAN BINUANG
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Oleh
PUTRI
Nim 18012014046

PRONGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MAKASSAR
2021

1
I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah


Bawang merah ( Allium ascalonicum L) adalah tanaman semusim
yang tumbuh membentuk rumpun dan umbinya terbentuk dari lapisan-lapisan
daun yang mem- besar dan bersatu. Bawang merah merupakan komoditas
hortikultura yang masuk golongan sayuran rempah dan sebagai penyedap
masakan. Bawang merah juga bisa digunakan sebagai bahan obat tradisional
karena bawang merah mengandung efek antiseptik atau saponin yang
berkhasiat untuk mengobati radang, pembunuh bakteri, menurunkan kolestrol
dan kadar gula didalam tubuh. Bawang merah memiliki nilai ekonomis yang
tinggi, salah satu produk yang berasal dari bawang merah adalah bawang
goreng, selain harganya yang tinggi bawang goreng dapat bertahan lebih lama.
Kandungan zat giz ida bawang merah per 100 g adalah kadar air 87 ml,
protein 1,5 g, serat 0,5, karbohidrat 11 g, kalsium 30 mg, besi 0,5 g (AAK,
1998).
Produksi bawang merah di Provinsi Lampung pada tahun 2014
sebesar 943 ton, meningkat 328,64 % dari produksi tahun 2013, peningkatan
ini disebabkan oleh meningkatnya produktivitas sebesar 0,08 ton per hektar
(0,87 %) dan kenaikan luas panen sebesar 78 hektar (325 %) dibanding kan
tahun 2013 (BPS lampung, 2014).
Produksi bawang merah masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan
teknis budi- daya, antara lain: dengan penggunaan jarak tanam yang tepat dan
aplikasi pupuk kandang. Pemberiaan pupuk kandang dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, biologi tanah, dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, mes- kipun kadar hara pupuk kandang tidak sebesar pupuk buatan
(Setiawan, 2010).
Selain penggunaan pupuk kandang, produksi bawang merah juga
dapat ditingkatkan dengan penggunaan jarak tanam yang tepat. Jarak tanam
menentukan penye- rapan cahaya matahari, yang diperlukan tanaman dalam
berfotositesis. Jarak tanam ditentukan oleh jenis tanaman, kelembaban,

2
pencahayaan, dan kesuburan tanah (Gardner, dkk, 1991). Jarak tanam yang
lebar dapat merangsang pertum- buhan gulma, sehingga dapat menurunkan
hasil, sedangkan jarak tanam yang terlalu rapat dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan antara tanaman, sehingga dapat menurunkan hasil
( Moenandir, 1998: Hardjadi, 1996; Rahayu dan Berlian, 2004). Jarak tanam
sangat menentukan jumlah populasi tanaman yang berakibat langsung pada
produksi per satuan luas, sehingga penentuan jarak tanam yang tepat untuk
bawang merah khususnya di Lampung masih perlu dikaji lebih lanjut.
Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai jarak
tanam dan dosis pupuk kandang pada budidaya bawang merah di provinsi
Lampung khususnya di Kota Metro.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang
merah.
2. Dosis pupuk kandang yang optimal untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah.
3. Interaksi jarak tanam dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman bawang merah.
Dalam upaya meningkatkan produksi tanaman persatuan luas dapat
ditempuh dengan pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam ditujukan
untuk memini- malisir persaingan (kompetisi), dalam hal cahaya matahari,
hara, dan ruang tumbuh, baik antara tanaman dalam satu spesies maupun
antara tanaman dengan gulma. Menurut Gardner, dkk, 1991, pengaturan
kerapatan tanaman sangat menentukan efisiensi penyerapan sinar matahari.
Kerapatan tanaman ditentukan oleh faktor tanaman dan faktor lingkungan.
Faktor tanaman meliputi: ukuran tanaman, percabangan, jatuh rebah, dan
reduksi perlengkapan buah, sedangkan faktor lingkungan meliputi:
penyinaran, kelembaban dan kesuburan tanah persatuan luas ditentukan oleh
jarak tanam. Pemilihan kerapatan tanam Pada jarak tanam yang terlalu lebar
akan menurunkan populasi tanaman sedangkan penggunaan jarak tanam

3
terlalu rapat akan meningkatkan persaingan antar tanaman. Hasil panen akan
maksimum bila jarak tanam sesuai dengan keadaan 4 kesuburan tanah, iklim,
sifat tanaman, dan tindakan manusia yang membudi- dayakannya (Harjadi,
1996).
Hasil penelitian Muku (2002) pada bawang merah varietas Probo di
lahan kering Desa Patas, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng, jarak
tanam 15cm x 10cm menghasilkan berat kering jemur umbi sebesar 19,64
ton/ha dan dengan jarak tanam 15cm x 20cm menghasilkan sebesar 10,11
ton/ha.
Hasil penelitian Nugrahini (2007) menunjukkan bahwa perlakuan
jarak tanam yang lebih sempit menghasilkan produksi umbi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan ukuran jarak tanam yang lebih lebar. Produksi
umbi paling tinggi dihasilkan pada jarak tanam 10cm x 15cm yaitu 11,72
ton/ha, sedangkan yang paling rendah dihasilkan pada jarak tanam 20cm x
20cm yaitu 3,70 ton/ha.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam budidaya tanaman
yang dilaku- kan untuk meningkatkan hasil. Pupuk merupakan bahan yang
mengandung unsur hara yang sangat penting bagi tanaman, baik dalam proses
pertumbuhan maupun dalam proses produksi. Dalam meningkatkan produksi
bawang merah, pupuk kandang dapat menambah unsur hara bagi tanaman,
walaupun pupuk kandang memiliki unsur hara yang lebih rendah
dibandingkan dengan pupuk buatan tetapi pupuk kandang dapat mempertinggi
humus, memperbaiki struktur tanah,dan men- dorong kehidupan jasad renik
(Sutedjo, 2010).
Menurut penelitian Budianto dkk, (2015) pemberiaan pupuk kandang
ayam pada dosis 10 ton/ha memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah. Menurut penelitian Syamsuddin dkk, (20
pupuk kandang ayam dengan dosis 12 ton/ha memberikan hasil tertinggi pada
tinggi tanaman dan berat segar tanaman bawang daun.
Menurut penelitiaan Munawar (2009) pemberian pupuk kandang
dengan dosis 30 ton/ha pada tanaman bawang merah memberikan hasil dan

4
pertumbuhan terbaik pada tinggi tanaman, bobot brangkasan kering tanaman,
bila dibandingkan dengan dosis 10 ton/ha dan 20 ton/ha. Menurut penelitian
Saipulloh (2015) pemberian pupuk kandang dengan dosis 30 ton/ha
menghasilkan pertumbuhan dan hasil tomat yang lebih tinggi seperti tinggi
tanaman, berat brangkasan kering, jumlah buah per pohon dan hasil per petak
panen dibandingkan 0 ton/ha dan 15 ton/ha
Menurut penelitian Latarang dan Syakur (2006), jumlah daun bawang
merah dengan dosis 25 ton/ha, menghasilkan daun lebih banyak pada berbagai
umur tanaman dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang, mampu
mening- katkan daya serap dan daya simpan air dimana bawang merah mem-
butuhkan air dalam jumlah yang besar untuk pembentukan umbi. Pemberian
pupuk 25 ton/ha memberikan hasil lebih baik dengan produktifitas rata-rata
16,30 ton/ha atau meningkatkan hasil 12,2 ton/ha dibandingkan tampa
pemberian pupuk kandang.
Hasil Penelitian Jumini, Dkk (2010), pemberian dosis pupuk kandang
20 ton/ha mempengaruhi jumlah umbi per rumpun. Hasil penelitian Suyasa
(2004), dengan pemberian pupuk kandang 20 ton/ha memberikan hasil
bawang merah relatif lebih tinggi 4,3408 ton/ha, dibandingkan tanpa
pemberian pupuk kandang yang hanya 3,7508 ton/ha dan pemberian pupuk
kandang ayam sebesar 30 ton/ha memberikan hasil umbi basah sebesar 10,3
ton/ha.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Bawang Merah


Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawang
yang ada didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan
tanaman semusim yang membentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi
mencapai 15-40 cm (Rahayu, dan Berlian 2004). Menurut Tjitrosoepomo
(2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospemae
Kelas : Monocotyledoneae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L
Tanaman bawang merah merupakan tanaman semusim yang jarang
diperbanyak dengan biji melainkan dengan umbinya (bulbus), pangkal batang
umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna
(rudimenter) Rahayu dan Berlian (2004). Dari bagian bawah cakram tumbuh
akar-akar serabut dan di bagian atasnya yaitu diantara kelopak-kelopak daun
yang membengkak
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas
ini dinama- kan tunas lateral. Tunas inilah yang akan membentuk umbi lapis
tempat menyim- pan fotosintat( Sunarjono dan Soedomo, 1983).
Akar tanaman bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem
perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm
di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-
200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm, akar cabang tumbuh dan
terbentuk antara 3-5 akar (Suhaeni, 2007).
Batang tanaman bawang merah memiliki batang sejati atau disebut
“discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat
melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), di atas discus terdapat batang

6
semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang
berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis
(Sudirja, 2007).
Daun tanaman bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang
antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau
muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya
relative pendek (Sudirja, 2007).
Bunga tanaman bawang merah memiliki tangkai bunga keluar dari
ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di
ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat)
seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga
yang berwarna putih, enam benang sari berwarna hijau atau kekuning-
kuningan, satu putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja,
2007).
Umbi bawang merah merupakan umbi ganda ini terdapat lapisan tipis
yang tampak jelas, dan umbi-umbinya tampak jelas juga sebagai benjolan
kekanan dan kekiri, dan mirip siung bawang putih. Lapisan pembungkus siung
umbi bawang merah tidak banyak, hanya sekitar dua sampai tiga lapis, dan
tipis yang mudah kering. Sedangkan lapisan dari setiap umbi berukuran lebih
banyak dan tebal (Suparman, 2007).
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada iklim
kering, suhu udara antara 250C-320 C, tempat terbuka dengan pencahayaan ±
70 persen, dan tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju
fotosintesis dan pem- bentukan umbinya (Firmanto, 2011). Tanaman bawang
merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi, curah hujan yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman bawang merah antara 300-2.500 mm/tahun,
kelembaban udara antara 80-90%, Intensitas sinar matahari penuh dengan
panjang hari lebih dari 14 jam (BPPT, 2007).
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun
dataran tinggi, mulai dari ketinggian 0-1.000 m dpl, ketinggian optimal adalah
0-400 m dpl. Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah

7
tanah yang ber- tekstur remah, sedang sampai liat, drainase yang baik
(Suhaeni, 2007 ). Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah
Regosol, Grumosol, Latosol, dan Aluvial. Tanah yang baik untuk bawang
merah yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah antara 5,5
sampai 6,5, tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan
baik, tidak boleh ada genangan (Firmanto, 2011). 2.3 Jarak Tanam
Pertumbuhan dan hasil tanaman merupakan manifestasi dari
Fotosintesis. Faktor- faktor yang langsung mempengaruhi fotosintesis
tanaman adalah cahaya, CO2, temperatur, kandungan air dan kandungan
mineral (Gardner, 1991). Keberadaan faktor-faktor yang mempengaruhi
fotosintesis tersebut perlu di optimalkan untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan. Lebih lanjut Gardner (1991) menjelaskan bahwa penyerapan
energi matahari oleh tajuk tanaman dapat dioptimalkan dengan pengaturan
kerapatan tanam. Kerapatan tanaman ditentukan oleh jarak tanam. Penentuan
kerapatan tanam yang optimal sangat dipengaruhi oleh hasil yang akan
diambil, apakah merupakan produk reproduktif (seperti biji dan buah) ataukah
produk pertumbuhan dalam fase vegetatif. Pada tanaman yang hasil
ekonomisnya berupa produk reproduktif, hubungan antara kerapatan tanam
dan hasil kurva resposnya berbentuk parabola, sedangkan bila hasil yang
diinginkan merupakan bagian pertumbuhan vegetatif, maka kurva responsnya
berbentuk asimtot.
Penentuan jarak tanam harus disesuaikan dengan kondisi lahan dan
unsur hara yang terkandung didalam tanah. Ruang dan tersedianya bahan-
bahan yang diperlukan tanaman untuk hidupnya berpengaruh terhadap
pertumbuhan yang cenderung melaju dengan cepat bila ruang dan hara
tanaman tersedia cukup dan akan menurun bila kedua faktor tersebut
berkurang (Resosoedarno dkk, 1986).
Menanam dengan jarak tanam yang terlalu jarang keuntungannya
dapat memberi- kan ruang lingkup yang merata bagi tanaman terhadap
kebutuhan unsur hara dan sinar matahari, mempermudah dalam pemeliharaan

8
seperti penyiangan, pembum- bunan, tetapi memiliki kelemahan hasil yang
diperoleh relatif lebih sedikit dan
rumput yang akan tumbuh lebih banyak. Menanam dengan jarak
tanam yang ter- lalu sempit meningkatkan populasi tanaman, kelemahannya
adalah dalam per- saingan antar tanaman terhadap kebutuhan unsur hara dan
cahaya matahari se- makin besar, pertumbuhan terlambat, pemeliharaan lebih
sukar (Sahid, 1989)
Pada dasarnya jarak tanam yang lebih rapat akan menyebabkan hasil
panen masing-masing individu tanaman sedikit, namun hasil panen secara
keseluruhan akan diimbangi oleh jumlah tanaman per satuan luas. Hasil
maksimum akan di capai jika jarak tanam sesuai dengan keadaan kesuburan
tanah, iklim, sifat tana- man, dan tindakan manusia yang
membudidayakannya. Pada tingkat kesuburan yang rendah, dan iklim yang
kurang mendukung, peningkatan jumlah tanaman pada kondisi seperti ini akan
menurunkan hasil panen (Sudiarto, 1981).
Hasil penelitian Nazhira (2014) di Aceh Barat daya : jarak tanam 20
cm x 10 cm dengan 3 umbi per lubang tanam, memberikan hasil bawang
merah terbaik pada parameter jumlah anakan umur 45 hst, bobot berangkasan
basah per plot, bobot berangkasan kering per plot, dan bobot umbi per plot,
jumlah daun tanaman umur 15 , 30, dan 45 hst, jumlah umbi per rumpun, dan
bobot berangkasan basah per plot dibandingkan jarak tanam 20 cm x 20 cm
dan 20 cm x 15 cm.
Menurut Sitepu dkk., (2013) pertumbuhan dan hasil tanaman bawang
merah di Simpang Pemda Kecamatan Medan Selayang. Pada jarak tanam 10
cm x 10 cm, meningkatkan bobot basah umbi per plot, dan bobot kering umbi
per plot dibandingkan pada jarak tanam 10cm x 15 cm dan 10cm x 20 cm. 2.4
Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak
yang berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air
kencing (urine). Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-
masing ternak memiliki sifat khas tersendiri. Jika makanan yang diberikan

9
banyak menggandung hara N, P, dan K maka kotoranpun kaya dengan zat
tersebut yang baik untuk kesuburan tanah dan tanaman (Yusuf, 2009).
Penggunaan pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk kandang dapat menambah unsur
hara dan menambah bahan organik di dalam tanah. Disamping itu pupuk
kandang mempunyai peng- aruh baik terhadap sifat fisik, kimia, dan
kehidupan jasad renik di dalam tanah. Pupuk kandang lambat cara kerjanya
dibandingkan pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik, karena harus mengalami
proses perubahan-perubahan dahulu sebelum diserap oleh tanaman. Pupuk
kimia dapat meningkatkan unsur hara dengan proses yang cepat, tetapi pupuk
kimia apabila diberikan secara terus menerus akan merusak tanah, dan
menyebabkan kematian organisme-organisme di dalam tanah (Sutedjo, 2010).
Beberapa macam pupuk kandang seperti: pupuk kandang ayam, pupuk
kandang sapi, pupuk kandang kambing. Pupuk kandang ayam mengandung
unsur hara N 1,0%, P 0,80%, K 0,40% lebih tinggi dibandingkan dengan
pupuk kandang sapi yang mengandung N 0,4%, P 0,2%, K 0,10% unsur hara
dan pupuk kandang kambing N 0,60%, P 0,30%, K 0,17% unsur hara. Pupuk
kandang ayam tergolong dalam pupuk dingin (Setiawan, 2010).
Pemberian pupuk kandang harus memperhatikan dosis yang
diaplikasikan ter- hadap tanaman. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka
kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi. Oleh
karena itu, perlu diketahui sampai batas tertentu kombinasi antara dosis yang
diberikan dengan frekuensi aplikasi pupuk yang diberikan (Yusuf, 2009).
Dosis pupuk kandang ayam ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain jenis tanaman yang akan dipupuk, tingkat kesuburan tanah, jenis pupuk
kandang dan iklim (Sastrosoedirjo dan Rifai, 1981) dalam (Syamsuddin dkk.,
2010).
Pupuk kandang ayam pada kondisi matang mempunyai tanda-tanda
seperti jika diraba terasa dingin, jika diremas mudah rapuh, dan telah berubah
dari wujud aslinya dan bau asli kotarannya telah hilang.

10
Hasil penelitian Latarang dan Syakur (2006), di Desa Guntarano
Kecamatan Palu Utara menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam
25 ton/ha menghasil- kan pertumbuhan dan hasil bawang merah terbaik
dibandingkan pemberian 20 ton/ha, 15 ton/ha, 10 ton/ha, 5 ton/ha, dan 0
ton/ha ( tanpa pupuk kandang), dengan produktivitas rata-rata 6,30 ton/ha atau
meningkatkan hasil 2,2 ton dibanding dengan tanpa pemberian pupuk
kandang.

11
III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2020 di kebun Desa
Kanang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar dengan ketinggian
tempat ± 60 meter diatas permukaan laut dengan jenis tanah Podzolik Merah
Kuning.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang
merah varietas Bauji, pupuk kandang ayam, Urea, Dolomit, SP36, dan KCl
(sebagai pupuk dasar).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : bajak, cangkul,
sabit, papan merek, timbangan, gembor, ember, meteran, tali rafia, gunting,
tugal, bambu, pisau, tangki sprayer, kamera digital, dan alat tulis-menulis
lainnya.
C. Metode Penelitian
Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) berpola faktorial yang terdiri dari dua faktor. Sebagai Faktor Pertama
adalah Jarak Tanam
(J) terdiri dari 3 taraf yaitu jarak tanam 10 cm x 10 cm (j 1), jarak
tanam 10 cm x 15 cm (j2), dan jarak tanam 10 cm x 20 cm (j3). Faktor Kedua
adalah dosis pupuk kandang ayam (K) terdiri dari 3 taraf yaitu dosis 10 ton/ha
atau 1,2 kg/petak (k1), dosis 20 ton/ha atau 2,4 kg/petak (k2), dan dosis 30
ton/ha atau 3,6 kg/petak (k3). Sehingga terdapat kombinasi sebagai beriku: j
1k1, j 1k2, j 1k3, j2k1, j2k2, j2k3, j3k1, j3k2, j3k3 masing-masing diulang 3
kali.
Data hasil penelitian diolah dengan analisis ragam, sebelumnya diuji
homogenitasnya dengan uji Barlett dan ketidakakditifan dengan uji Tuckey.
Untuk melihat pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BTN) pada taraf signifikan 5%.

12
D. Pelaksanaan Penelitiaan
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna
(OTS). Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan areal lahan dari
gulma sisa panen dari tanaman sebelumnya. Kemudian tanah dibajak dan
dicangkul sedalam ± 30-40 cm dan ditaburkan dolomit sebanyak 2 ton/ha
atau 240 g/petak. Dibuat parit keliling untuk pemasukan dan pembuangan
air, petak percobaan berukuran 1 x 1,2 m, tinggi 20 cm dan lebar parit
antar bedengan 50 cm.
2. Penyediaan Bibit
Bibit yang digunakan adalah bibit bawang merah varietas Bauji
dari Nganjuk yang telah disimpan selama lebih satu bulan dengan kriteria
bibit yaitu: bibit bawang merah terlihat mengkilap, dengan bentuk tidak
keropos, kulit tidak terkelupas.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat tanah dalam kondisi lembab.
Penanaman dilaku- kan dengan cara membuat lubang tanam dengan tugal,
jarak tanam yang diguna- kan sesuai dengan perlakuan jarak tanam yaitu :
10 cm x 10 cm (j1), 10 cm x 15 cm (j2), dan 10 cm x 20 cm (j3).
Cara penanaman : kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu
dan dipisahkan siung-siungnya, kemudian dimasukan kedalam lubang
tanam masing-masing satu tanaman perlubang tanam yang sudah
disediakan selanjutnya ditutup dengan tanah.
4. Pemupukan
Pupuk kandang ayam diberikan satu kali dengan dosis yaitu 10
ton/ha atau 1,2 kg/petak (k1), dosis 20 ton/ha atau 2,4 kg/petak (j2), dan
dosis 30 ton/ha atau 3,6 kg/petak (j3) diberikan satu minggu sebelum
tanam. Pupuk Urea 150 kg/ha atau 18 g/petak, SP 36 100 kg/ha atau 12
g/petak, dan KCL 200 kg/ha atau 24 g/petak, di berikan pada saat tanaman
berumur 14 hst dengan cara dilarikan.

13
5. Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, untuk
tanaman berumur 010 hst, penyiraman dilakukan dua kali yakni pada pagi
dan sore hari, sedangkan sesudah umur tersebut penyiraman dilakukan
pada sore hari.
Penyulaman dilakukan pada umur 7 hst, hal ini dilakukan apabila
terdapat tanaman yang tidak tumbuh atau mati dengan menggunakan bibit
yang telah disediakan.
Penyiangan dan Pembumbunan dilakukan dua kali yakni pada saat
tanaman berumur 14 hst dan 28 hst. Penyiangan bertujuan untuk
membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang
hama ulat bawang. Pembumbunan dilakukan dengan cara mengumpulkan
tanah disekitar barisan tanaman menggunakan cangkul kecil, bertujuan
untuk menutup bagian disekitar perakaran serta sekaligus menggemburkan
tanah, sehingga aerasi dalam tanah menjadi lebih baik.
Pengendalian hama dan penyakit (OPT) dalam penelitian ini
dilakukan secara manual dengan cara mencari dan membunuh ulat dewasa
agar dapat menekan perkembang biakan ulat pada tanaman dan tidak
dilakukan dengan pemberian pestisida.
6. Panen
Panen dilakukan pada saat bawang merah sudah berumur 60 hst
dengan ciri-ciri yaitu : pangkal daun menipis, daun tampak menguning,
daun rebah sekitar 60% dan umbinya sudah berwarna merah dan keras.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman dengan hati-
hati supaya tidak ada umbi yang ter- tinggal.
E. Pengamatan
Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut:

14
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai
ujung ter- tinggi dengan meluruskan semua daun. Pengamatan dilakukan
satu kali dalam seminggu dimulai dari 7 hst sampai 42 hst.
2. Indeks Luas Daun (ILD) rata-rata 10 harian Indeks luas daun rata-rata
(ILD) 10 harian menunjukkan nisbah permukaan daun (satu sisi saja)
terhadap luas tanah yang di tempati oleh tanaman rata- rata untuk periode
sepuluh harian dengan rumus:
(ILD) 30 - 40 hst = (L1 +L2) /2 . (1/Pa).
Keterangan : (ILD) = indeks luas daun
L1 = Luas daun sampel pada tanaman bawang merah pada umur 30
hst L2 = Luas daun sampel pada tanaman bawang merah pada umur 40 hst
Pa = luas lahan
3. Laju Tumbuh Tanaman (LTT)
Laju tumbuhan tanaman dilakukan dengan cara menghitung selisih
bobot kering berangkasan tanaman pada waktu pengamatan awal (30 hst)
dikurang dengan bobot kering berangkasan tanaman pada pengamatan
terakhir (40hst), dengan rumus sebagai berikut:
(LTT) 30 - 40 hst = 1/Pa *(W2 -W1)/ (t2 - t1) g/m2/hari.
Keterangan : (LTT) = Laju tumbuh tanaman Pa = Luas lahan (m2)
W = Bobot kering tanaman (g)
W1 = Bobot kering tanaman sampel pada umur 30 hst
W2 = Bobot kering tanaman sampel pada umur 40 hst
t1 = Waktu pengamatan tanaman bawang merah pada umur 30 hst
t2 = Waktu pengamatan tanaman bawang merah pada umur 40 hst
4. Laju Asimilasi Bersih (LAB) rata-rata 10 harian
Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) 10 harian menunjukkan laju
akumulasi bobot kering tanaman per satuan luas daun untuk periode
sepuluh harian dengan rumus:
(LAB) 10 - 40 hst = [(w2- w0 / (t2 -t1)] • [(ln L2 - L1)]/ (L2-L1)
g/m2/hari.

15
Keterangan :

(LAB) = Laju asimilasi bersih

W1 = Bobot kering tanaman sampel umur 30 hst

W2 = Bobot kering tanaman sampel umur 40 hst

T1 = Waktu pengamatan tanaman bawang merah pada umur 30 hst

T2 = Waktu pengamatan tanaman bawang merah pada umur 40 hst

L1 = Luas daun sampel pada tanaman bawang merah 30 hst

L2 = Luas daun sampel pada tanaman bawang merah 40 hst

5. Jumlah Umbi per Rumpun (umbi)

Jumlah umbi per rumpun adalah jumlah umbi dihitung pada keseluruhan

umbi pada tanaman sampel yang dilakukan pada saat panen.

6. Berat Basah Umbi per Rumpun (gram)

Berat basah umbi per rumpun dilakukan diakhir penelitian dengan

menimbang umbi yang dipanen dari setiap rumpun tanaman sampel non

destruktif. Sebelum dilakukan penimbangan umbi dibersihkan dari tanah

yang menempel pada umbi.

7. Berat Basah Umbi (BBU) per Plot (gram)

BBU per plot dilakukan diakhir penelitian dengan menimbang umbi yang

dipanen dari petak panen dari setiap perlakuan. Sebelum dilakukan penim-

bangan umbi dibersihkan dari tanah yang menempel pada umbi.

8. Bobot Kering Umbi (BKU) per Plot (gram)

BKU diperoleh dengan jalan menimbang umbi yang dipanen dari petak

panen dari setiap perlakuan setelah dikering anginkan selama 7 hari.

16
9. Susut Umbi per Plot (%)

Susut umbi per plot dilakukan diakhir penelitian dengan rumus :

Susut umbi =

BBU -BKU

BBU

X 100%

Keteranagan:

BBU

BKU

Berat basah umbi bobot kering umbi

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tinggi Tanaman
Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 7, 14, 21, 28,
35 dan 42 HST disajikan pada lampiran 8, 9,10, 11, 12 dan 13. Hasil analisis
ragam tinggi tanaman bawang merah umur 42 HST menunjukkan bahwa
perbedaan jarak tanam dan dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman bawang merah, namun tidak terdapat interaksi antar kedua
faktor tersebut (lampiran 14). Hasil uji BNT tinggi tanaman umur 42 HST
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 42 hst Akibat
Perbedaan Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak tanam (cm) Dosis pupuk kandang (ton/ha) Rata- rata
10 20 30
10 x10 31.93 ...cm
29.77 35.73 32.48 B
10 x 15 31.13 29.87 32.30 31.10 AB
10 x 20 30.53 29.63 29.33 29.83 A
Rata- rata 31.20 ab 29.76 a32.46 b
BNT (J)= 1.91 BNT (K)= 1.91
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Dari hasil uji BNT menunjukkan bahwa jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan
tinggi tanaman lebih tinggi 8,88 % dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 20
cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 10 cm x 15 cm, demikian juga
dengan pemberiaan pupuk kandang 30 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman lebih
tinggi 9,07 %, dibandingkan pemberiaan dosis pupuk kandang 20 ton/ha, tetapi
tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk kandang 10 ton/ha (Tabel 1).
Pemberian berbagai jarak tanam terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bawang
merah setiap minggu disajikan pada (Gambar 1).
Jarak Tanam

18
J2
J3
Hari Pengamatan
Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman bawang merah akibat pengaruh berbagai
jarak tanam.
Gambar 1. Menunjukkan diagram pertumbuhan tinggi tanaman pada 7 hst sampai
42 hst. Pada pengatamaan 7 hst dan 14 hst pertumbuhan tinggi tanaman terlihat
meningkat dengan peningkatan yang hampir sama, selanjutnya pada pengamatan
21 hst sampai 42 hst pertumbuhan tinggi tanaman mulai terlihat meningkat
dengan peningkatan yang bervariasi.
Pemberian berbagai dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
bawang merah setiap minggu disajikan pada
(Gambar 2).
Dosis Pupuk Kandang
K1
K2
Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman bawang merah akibat pengaruh berbagai
dosis pupuk kandang.
Gambar 1. Menunjukkan diagram pertumbuhan tinggi tanaman pada 7 hst sampai
42 hst. Pada pengatamaan 7 hst dan 14 hst pertumbuhan tinggi tanaman terlihat
meningkat dengan peningkatan yang hampir sama, selanjutnya pada pengamatan
21 hst sampai 42 hst pertumbuhan tinggi tanaman mulai terlihat meningkat
dengan peningkatan yang bervariasi.
4.1.2 Indeks Luas Daun (ILD) 30 _ 40 hst
Data pengamatan ILD 30 - 4o hst tanaman bawang merah disajikan pada lampiran
15. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan dosis pupuk
kandang berpengaruh nyata terhadap ILD 30-40 hst bawang merah, namun tidak
terdapat interaksi antar kedua faktor tersebut (lampiran 16). Hasil uji BNT ILD
30-40 hst bawang merah disajikan pada tabel 2.

19
Tabel 2. ILD 30-40 hst Tanaman Bawang Merah Akibat Perbedaan Jarak Tanam
dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak tanam Dosis pupuk kandang (ton/ha) Rata-rata
(cm) 10 20 30
10 x10 1.21 1.49 1.89 1.53 B
10 x 15 0.49 0.66 1.06 0.73 A
10 x 20 0.65 0.51 0.52 0.56 A
Rata- rata 0.78 a 0.87 a 1.15 b
BNT (J)= 0.27 BNT (K)= 0.27
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan
ILD 30-40hst lebih tinggi 109,58 % dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 15
cm dan lebih tinggi 173,21 % dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm,
demikian juga dengan pemberian pupuk kandang 30 ton/ha menghasilkan tinggi
tanaman lebih tinggi 32, 18 % dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang 20
ton/ha dan lebih tinggi 47,43 % dibandingkan pemberian pupuk kandang 10
ton/ha (Tabel 2).
4.1.3 Laju Tumbuh Tanaman (LTT) 30 - 40 hst
Data pengamatan LTT 30-40 hst bawang merah disajikan pada lampiran 19. Hasil
analis ragam menunjukkan bahwa LTT 30-40 hst dipengaruhi oleh berbedaan
jarak tanam, namun tidak dipengaruh oleh pemberian dosis pupuk kandang dan
tidak terdapat interaksi antar kedua faktor tersebut (lampiran 20). Hasil uji BNT
LTT 30-40 hst bawang merah disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. LTT 30-40 hst Bawang Merah Akibat Perbedaan Jarak Tanam dan Dosis
Pupuk Kandang.
Jarak Tanam Dosis Pupuk Kandang (ton/ha) Rata-rata
(cm) 10 20 30
gram/m2/hari.
10 x10 6.00 5.33 7.33 6.22 B
10 x 15 3.33 4.00 3.78 3.70 A

20
10 x 20 1.83 2.17 2.50 2.17 A
Rata- rata 3.72 3.83 4.54
BNT (J)= 2.01 BNT (K)= 2.01
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan
LTT 30-40 hst yang lebih tinggi 68,10 % dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm
x 15 cm dan lebih tinggi 186.63 % dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 20
cm, sedangkan pemberiaan berbagai pupuk kandang tidak berbeda nyata terhadap
laju tumbuh tanaman (Tabel 3).
4.1.4 Laju Asimilasi Bersih (LAB) 30 _ 40 hst
Data pengamatan LAB 30-40 hst tanaman bawang merah disajikan pada lampiran
23. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam dan
pemberian berbagai dosis pupuk kandang, serta interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap LAB 30-40 hst tanaman bawang merah (lampiran
24). Hasil uji BNT LAB 30-40 hst disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. LAB 30-40 hst Tanaman Bawang Merah Akibat Perbedaan Jarak Tanam
dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak Tanam Dosis Pupuk Kandang (ton/ha)
(cm) 10 20 30 Rata-rata
....gram/m2/hari
10 x10 4.75 3.58 4.42 4.25
10 x 15 7.31 5.82 4.09 5.74
10 x 20 3.57 4.56 4.83 4.32
Rata- rata 5.21 4.66 4.45
Hasil uji BNT (Tabel 4) Menunjukkan bahwa secara statistik jarak tanam dan
dosis pupuk kandang tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap peubah
LAB 30-40 hst. Meskipun demikian secara rata-rata jarak tanam 10 cm - 15 cm
menghasilkan LAB 30-40 hst yang cenderung lebih tinggi dibandingkan jarak
tanam yang lain, sedangkan dosis pupuk kandang 10 ton/ha menghasilkan LAB
30-40 hst yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dosis yang lain.

21
4.1.5 Jumlah Umbi Per Rumpun
Data pengamatan jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah disajikan pada
lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam dan
pemberian berbagai dosis pupuk kandang, serta interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun (lampiran 28). Hasil uji
BNT jumlah umbi per rumpun disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah Akibat Perbedaan
Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak Tanam Dosis Pupuk Kandang (ton/ha)
(cm) 10 20 30 Rata-rata
umbi
10 x10 5.50 5.30 7.07 5.96
10 x 15 6.77 6.63 6.73 6.71
10 x 20 7.07 6.13 6.20 6.47
Rata- rata 6.44 6.02 6.67
Hasil uji BNT (Tabel 5) Menunjukkan bahwa secara statistik perbedaan jarak
tanam belum menghasikan jumlah umbi per rumpun yang berbeda nyata namun
pada jarak tanam 10 cm x 15 cm menghasilkan jumlah umbi per rumpun yang
cenderung lebih tinggi di bandingkan dengan jarak yang lain, sedangkan dosis
pupuk kandang 30 ton/ha menghasilkan jumlah umbi per rumpun yang cenderung
lebing tinggi dibandingkan dengan dosis yang lain.
4.1.6 Berat Basah Umbi Per Rumpun
Data pengamatan berat basah umbi per rumpun tanaman bawang merah disajikan
pada lampiran 29. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan jarak
tanam dan pemberian berbagai dosis pupuk kandang, serta interaksi keduanya
tidak berpengaruh nyata terhadap berat umbi per rumpun (lampiran 30). Hasil uji
BNT berat basah umbi per rumpun disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Berat Basah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah Akibat
Perbedaan Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak Tanam Dosis Pupuk Kandang (ton/ha)
(cm) 10 20 30 Rata-rata

22
gram
10 x10 34.11 33.02 41.31 36.15
10 x 15 36.73 31.39 38.49 35.54
10 x 20 38.68 33.17 41.33 37.73
Rata- rata 36.51 32.53 40.38
Hasil uji BNT (Tabel 6) Menunjukkan bahwa meskipun secara statistik perbedaan
jarak tanam dan dosis pupuk kandang tidak berbeda nyata terhadap peubah berat
basah umbi per rumpun. Namun secara rata-rata berat basah umbi per rumpun
cenderung lebih berat pada jarak tanam 20 cm x 20 cm dibandingkan dengan jarak
tanam yang lain, sedangkan dosis pupuk kandang 30 tom/ha menghasilkan berat
basah umbi per rumpun cenderung lebih tinggi dibandingkan yang lain.
4.1.7 Berat Basah Umbi Per Plot
Data pengamatan berat basah umbi per plot tanaman bawang merah disajikan
pada lampiran 31. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam ber-
pengaruh terhadap berat basah umbi per plot, namun tidak perpengaruh terhadap
pemberian dosis pupuk kandang, namun tidak terdapat intraksi antar kedua faktor
tersebut (lampiran 32). Hasil uji BNT berat basah umbi per plot disajikan pada
tabel 7.

Tabel 7. Berat Basah Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah Akibat Perbedaan
Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak Tanam Dosis Pupuk Kandang (ton/ha) Rata-rata
(cm) 10 20 30
10 x10 3375.33 ...gram
2818.11 4026.89 3406.78 C
10 x 15 2538.22 2299.56 2567.33 2468.37 B
10 x 20 1985.11 1630.67 2164.00 1926.59 A
Rata- rata 2632.89 2249.44 2919.41
BNT (J)= 672.83 BNT (K)= 672.83
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama ( huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji

23
BNT 5%.
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan
berat basah umbi ber plot lebih tinggi pada tanaman bawang merah 38,02 %
dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 15 cm dan 76,83 % dibandingkan
dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm, sedangkan pemberiaan berbagai dosis pupuk
kandang tidak berbeda nyata terhadap berat basah umbi per plot (Tabel 7).
4.1.8 Bobot Kering Umbi Per Plot
Data pengamatan bobot kering umbi per plot tanaman bawang merah disajikan
pada lampiran 33. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot tanaman bawang merah,
sedangkan pemberian dosis pupuk kandang memberikan pengaruh tidak nyata dan
interaksi kedua faktor perlakuan tidak berbeda nyata (lampiran 34). Hasil uji BNT
bobot kering umbi per plot disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Bobot Kering Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah Akibat Perbedaan
Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak Tanam (cm) Dosis Pupuk Kandang (ton/ha)
10 20 30 Rata-rata
gram
10 x10 2705.33 2104.00 3270.00 2693.11 B
10 x 15 1902.67 1875.78 1989.78 1922.74 A
10 x 20 1389.34 1514.89 1657.11 1520.45 A
Rata- rata 1999.11 a 1831.56 a 2305.63 a
BNT (J)= 520.24 BNT (K)= 520.24
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah
vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan
bobot kering umbi per plot lebih tinggi 40,07 % dibandingkan dengan jarak tanam
10 cm x 15 cm dan lebih tinggi 77,12 % dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm
x 20 cm, sedangkan pemberiaan berbagai dosis pupuk kandang tidak berbeda
nyata terhadap bobot kering umbi per plot (Tabel 8).
4.1.9 Susut Umbi Per Plot

24
Data pengamatan dan hasil analisis ragam susut umbi per plot tanaman bawang
merah disajikan pada lampiran 35. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak
tanam dan pemberian berbagai dosis pupuk kandang, serta intaraksi keduanya
tidak berpengaruh nyata terhadap susut umbi per plot (lampiran 36). Hasil uji
BNT susut umbi per plot disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Susut Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah Akibat Perbedaan Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kandang.
Jarak Tanam Dosis Pupuk Kandang (ton/ha)
(cm) 10 20 30 Rata-rata
%
10 x10 13.71 19.82 12.29 15.27
10 x 15 21.21 18.63 18.03 19.29
10 x 20 27.74 18.92 21.56 22.74
Rata- rata 20.89 19.12 17.29
Hasil uji BNT (Tabel 9) Menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam dan dosis
pupuk kandang tidak nyata pengaruhnya terhadap susut umbi per plot. Namun
demikiaan secara rata-rata susut umbi terendah dihasilkan oleh jarak tanam 10
cmx 10 cm, sedangkan susut umbi terendah dihasilkan pada dosis pupuk kandang
30 to/ha.
4.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan tidak terdapat interaksi antara pemberian berbagai jarak
tanam dan dosis pupuk kandang ayam terhadap semua peubah yang diamati, Hal
ini berarti pengaruh berbagai jarak tanam tidak di pengaruhi oleh dosis pupuk
kandang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam mempengaruhi per-
tumbuhan dan hasil bawang merah yang ditunjukkan oleh peubah: tinggi tanaman,
ILD 30-40 hst, LTT 30-40 hst, berat basah umbi per plot, bobot kering umbi per
plot. Perlakuan jarak tanam yang sempit (10 cm x 10 cm) mampu memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 10 cm x 15 cm dan 10 cm x 20
cm. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nazhira (2014) di Aceh Barat Daya
yang menunjukkan bahwa jarak tanam 20 cm x 10 cm memberikan hasil bawang

25
merah terbaik pada parameter jumlah anakan umur 45 hst, bobot berangkasan
basah per plot, bobot berangkasan kering per plot, dan bobot umbi per plot,
jumlah daun tanaman umur 15 , 30, dan 45 hst, jumlah umbi per rumpun, dan
bobot berangkasan basah per plot dibandingkan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan
20 cm x 15 cm.
Jarak tanam yang sempit meningkatkan kerapatan tanam, sehingga hasil per
satuan luas menjadi meningkat, terlihat dari peubah berat basah umbi per plot dan
bobot kering umbi per plot, meskipun demikian hasil per individu sebenarnya
lebih rendah daripada jarak tanam yang lebih lebar. Jarak tanam yang lebih lebar
menghasilkan hasil per individu yang lebih tinggi dari jarak tanam yang sempit,
hal ini dapat dilihat dari jumlah umbi per rumpun dan berat basah umbi per
rumpun, namun kenaikan hasil perindividu belum mampu menutupi
berkurangnya hasil akibat jumlah pupulasi yang rendah.
Meskipun jumlah populasi besar namun bila proses penyerapan unsur hara dan
sinar matahari tidak terganggu pada masa pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, maka produksi akan tetap besar. Hal ini didukung oleh nilai ILD 30-40
hst dan LTT 30-40 hst yang lebih tinggi pada jarak tanam 10 cm x 10 cm
dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 20 cm. ILD menggambarkan
perbandingan luas daun dengan lahan yang ditempati. Menurut Gardner (1991)
peningkatan nilai ILD akan meningkatkan penyerapan sinar matahari. Penyerapan
sinar matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang berbagai dosis
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang ditunjukkan
oleh peubah tinggi tanaman, dan ILD 30-40 hst. Pupuk kandang ayam dengan
dosis 30 ton/ha memberikan hasil yang lebih tinggi di bandingkan dengan dosis
20 ton/ha dan dosis 10 ton/ha pupuk kandang. Aplikasi pupuk kandang dengan
dosis 30 ton/ ha menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang selalu lebih baik
dibandingkan dengan dosis 20 ton/ha dan 10 ton ha, meskipun secara statistik
belum ber- beda nyata. Diduga karena dengan penggunaan pupuk kandang ayam
sebanyak 30 ton/ha memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan
perkem- bangan tanaman bawang merah, akibat meningkatnya jumlah unsur hara

26
yang tersedia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasil penelitian Latarang dan
Syakur (2006), di Desa Guntarano Kecamatan Palu Utara: pemberian pupuk
kandang ayam 25 ton/ha menghasilkan pertumbuhan dan hasil bawang merah
terbaik dibandingkan pemberian 20 ton/ha, 15 ton/ha, 10 ton/ha, 5 ton/ha, dan 0
ton/ha (tanpa pupuk kandang), dengan produktivitas rata-rata 6,30 ton/ha atau
meningkatkan hasil 2,2 ton dibanding dengan tanpa pemberian pupuk kandang.

27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jarak tanam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
bawang merah dalam hal, tinggi tanaman, indeks luas daun, laju tumbuh
tanaman, berat basah umbi per plot dan berat kering umbi per plot.
2. Dosis pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil bawang merah dalam hal, tinggi tanaman dan indeks luas daun.
3. Tidak terdapat intraksi antara perbedaan jarak tanam dan dosis pupuk
kandang terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah pada semua
peubah yang diamati.
B. Saran
1. Pada budidaya bawang merah di kota metro sebaiknya menggunakan jarak
tanam sempit (10 cm x 10 cm).
2. Untuk mendapatkan hasil bawang merah yang lebih baik perlu di aplikasi
pupuk kandang lebih dari 30 ton/ha.

28
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta.


BPPT. 2007. Teknologi Budidaya Tanaman Bawang Merah. http
://iptek.net.id/ind/teknologi-bawang-merah/indek.php. (diakses tanggal 26
desember 2015)
Budianto. A, Nirwan. S, Ichwan. S.M. 2015. Pengaruh Pemberiaan Berbagai
Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bawang Merah (Allim ascolonicum L.). Jurnal Skripsi Universitas
Tadulako, Palu.
Latarang Burhanuddin dan Abd. Syakur. 2006. Pertumbuhan Dan Hasil Bawang
Merah (Allium Ascalanicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
Jurnal Skripsi. Universitas Tadulako. Palu.
Sitepu Benhard H., Sabar Ginting., Mariati. 2013. ResponsPertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L. Var. Tuktuk) Asal Biji
Terhadap Pemberian PupukKalium dan Jarak Tanam. Jurnal Skripsi.
Unuversitas Sumatera Utara. Medan.
Data BPS. Badan Pusat StatistikPropinsi Lampung. 2014.
http://lampung.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20150804055401.pdf).
Firmanto, Bagus. 2011. Praktis Bertanam Bawang Merah Secara Organik.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Gardner Franklin P., R. Brent Pearce, and Roger L. Mitchel 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh H. Susilo. Jakarta. Penerbit
Universitas Indonesia (UI, press).
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Jakarta.
Jumini., Syfyati, Y dan Fajri, N. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi dan Jenis
Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. Unsyiah
Banda Aceh.
Moenandir, J. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya Dengan Gulma. Penerbit
Rajawali Press.

29
Muku, O.M. 2002. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan dan Macam Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang
Merah( Allium ascalonicum L.) Di Lahan Kering (tesis). Universitas
Udayana. Denpasar.
Munawar, 2009. Pengaruh Jenis Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan
Hasil bawang merah. http://blogspot,co.id/2011/:respon-pertumbuhan-
dan-produksi-tanaman tomat-lycopersicon-esculentum-mill-terhadap-
dosis-pupuk-kandang-ayam-dan-dosis-pupuk.html. Diakses 16 maret
2016.
Nugrahini, T. 2007. Respon Tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)
Varietas Tuk Tuk Terhadap Pengaturan Jarak Tanam dan Konsentrasi Pupuk
Organik Cair Nasa (skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama
Mahakam Samarinda.
Rahayu, E., Berlian, N. V. A. 2004. Bawang Merah. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Resosodarno, R.S.K. Kartawinata, dan Sugiarto, A. 1986. Pengantar Ekologi
Tanaman. Remaja Karya. Bandung.
Sahid. 1989. Budidaya Tanaman Pangan. Unila Press. Bandar Lampung
Saipulloh, A.A. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman tomat.
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana. Metro.
Setiawan. B. S. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Penebar Swadaya
Jakarta, 67 Halaman.
Sudirja, 2007. Bawang Merah.http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmerah/
Alternaria partrait.html diakses tanggal 06 januari 2016.
Sudiarto, 1981. Pengaruh Jumlah Stek dan Jarak Tanam Terhadap Produksi Daun
Kumis Kucing (orthosipon aristatus B.I. MIQ). Pusat Penelitian dan
Pengenbangan Tanaman Industri. Vol VII No. 40. 1981. Bogor.
Suhaeni, Neni. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah. Bandung:
Nuansa Cendikia. 115 hlm.

30
Sunarjono, H dan Soedomo, P. 1983. Budidaya Bawang Merah. Sinar Baru.
Bandung.
Suparman, 2007. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.
Sutedjo. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT RINEKA CIPTA, Jakarta,174
halaman.
Suyasa, I. K. 2004. Pengaruh Dosis PupukKandang Ayam Petelur dan Berat Bibit
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil BawangMerah (Allium ascalonicum L.)
Varietas Lokal Kintamani (skripsi):. Universitas Tabanan, Tabanan.
Syamsuddin. L., Yohanis. T. 2010. Petrumbuhan dan Hasil Bawang Daun
(Allium fistulosum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam. Jurnal
penelitian Fakultas Pertaniaan Tadulako, Sulawesi Tengah.
Nazhira Syarifah. 2014. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Umbi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.).
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University.
Jogjakarta. 477 hlm.
Yusuf, T, 2009. Kandungan Pupuk Kandang^http//tohariyusuf. wordpress.
com/2009/04/25/ kandungan-hara-pupuk kandang. ( dikutif tanggal 20 Desember
2015).

31

Anda mungkin juga menyukai