HALAMAN JUDUL
Disusun oleh :
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
B. Tujuan ............................................................................................................................ 2
4. Aspek Psikososial........................................................................................................ 7
A. Hasil.............................................................................................................................. 15
3. Zahrunnabilah............................................................................................................ 26
ii
4. Iko Dyah Puspitarini.................................................................................................. 29
B. Analisis ......................................................................................................................... 44
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 47
B. Saran .............................................................................................................................. 47
LAMPIRAN............................................................................................................................ 50
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana
dengan tujuan untuk mewujudkan kegiatan belajar dan proses pembelajaran supaya
peserta didik secara aktif dan bersemangat mengembangkan potensi dirinya (Jusuf,
2020). Namun pada penerapannya masih banyak kritik dilakukan oleh orang tua,
masyarakat, dan para pakar pendidikan mengenai proses belajar dan mengajar yang
terjadi di sekolah. Misalnya selama mengikuti pelajaran di sekolah, menurut mereka
siswa menjadi bosan karena siswa hanya diminta duduk manis sebagai pendengar,
siswa harus mendengarkan materi pelajaran yang bersifat hafalan. Tugas
siswa hanya mendengar, berusaha memahami, mengingat, dan menggunakan yang
pernah dijelaskan oleh gurunya bila diperlukan. Banyak pakar pendidikan yang
menyarankan supaya diadakan perubahan penekanan dalam proses pembelajaran
dari proses mendengarkan penjelasan guru menjadi proses belajar secara aktif.
Paradigma pembelajaran berubah pada kegiatan yang awalnya dipusatkan
kepada guru kini beralih dengan pembelajaran yang dipusatkan kepada siswa. Hal ini
dilakukan untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya
sebagai pendengar atau penyimak dari guru. Guru juga harus menyadari bahwa ia
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga kemampuan dan
keterampilan siswa dapat dikembangkan dengan lebih maksimal lagi.
Pada pembelajaran paradigma baru, kerangka pengembangan pembelajaran
bukan model yang linear namun merupakan siklus yang berkesinambungan.
Pembelajaran paradigma baru mencangkup pemetaan standar kompetensi, merdeka
belajar dan asesmen kompetensi minimal sehingga menjamin ruang yang lebih leluasa
bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pada pembelajaran paradigma baru, Profil
Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan
dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan
asesmen.
1
B. Tujuan
Laporan praktik pembelajaran PPL 1 disusun dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui evaluasi proses pembelajaran mata pelajaran Fisika di kelas
X SMA Negeri 1 Surakarta.
2. Untuk membuat refleksi dan rencana tindak lanjut pada proses pembelajaran
mata pelajaran Fisika di kelas X SMA Negeri 1 Surakarta.
C. Uraian Sekolah
1. Identitas Sekolah
Nama : SMAN 1 SURAKARTA
NPSN : 20327966
Alamat : JL. MONGINSIDI NO. 40
Kode Pos : 57134
Desa / Kelurahan : Gilingan
Kecamatan / Kota (LN) : Kec. Banjarsari
Kab. / Kota / Negara (LN) : Kota Surakarta
Provinsi / Luar Negeri : Jawa Tengah
Status Sekolah : Negeri
Waktu Penyelenggaraan : 5 / Sehari Penuh
Jenjang Pendidikan : SMA
Naungan : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
No. SK. Pendirian : 800/1969.SMA/X/2017
Tanggal. SK. Pendirian : 2017-10-09
No. SK. Operasional : 800/1969.SMA/X/2017
Akreditasi :A
No. SK. Akreditasi : 458/BAN-SM/SK/2020
Tanggal SK. Akreditasi : 22-06-2020
2
Misi SMA Negeri 1 Surakarta:
1. Memelihara dan meningkatkan pengamalan terhadap ajaran agama yang
dianut dengan mengembangkan sikap toleransi antar umat beragama.
2. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur budaya bangsa serta budaya jawa.
3. Menanamkan kesadaran berdisiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah.
4. Melaksanakan pendidikan, pembelajaran dan pelayanan yang optimal
dalam segala kondisi sehingga menghasilkan insan berprestasi dan mampu
berkompetisi dalam semua bidang kehidupan.
5. Meningkatkan fasilitas sarana prasarana yang menunjang kegiatan
pembelajaran
6. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan yang menambah
wawasan dan pengetahuan pada warga sekolah.
7. Meningkatkan kemampuan dalam mengelola lingkungan guna menjaga
lingkungan sekolah yang bermanfaat dan berdaya guna.
8. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap
kelestarian lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan
secara global.
9. Memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada di sekolah dalam rangka
kestabilan alam.
10. Pembiasaan senyum, salam, sapa, sopan dan santun pada seluruh warga
sekolah dalam interaksi sehari-hari di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat sesuai adat kebiasaan budaya jawa.
11. Menjadikan batik sebagai karya asli budaya jawa dalam pembelajaran
mencakup estetika dan filosofi. Menjalin kerjasama dengan berbagai
institusi baik lokal, nasional maupun internasional.
12. Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi baik lokal, nasional maupun
internasional.
3
ditandai dengan perubahan fisik tampak berkembang dengan pesat. Menurut Sit
(2012), Perubahan fisik sepanjang masa remaja meliputi dua hal, yaitu: Percepatan
pertumbuhan yang terdiri dari pertumbuhan ukuran tubuh dan perubahan proporsi
tubuh. Pada masa remaja anak telah mendekati postur orang dewasa, di mana
ukuran pinggang berkurang panjangnya. Pinggul menjadi lebih lebar, tungkai kaki
lebih panjang dari badan, dan lengan menjadi lebih panjang. Kondisi ini
mendukung pertumbuhan fungsi-fungsi seks sekunder pada remaja. Sedangkan
proses kematangan seksual yang terdiri dari ciri kelamin yang utama (primer) dan
ciri kelamin kedua (sekunder).
Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan
perkembangan fisik pada akhir masa remaja menunjukkan terbentuknya remaja
laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan remaja perempuan menjadi bentuk khas
perempuan. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi percepatan pertumbuhan,
sehingga pada masa ini sering ada beberapa istilah untuk pertumbuhan fisik
remaja: The Onset of pubertal growth spurt (masa kritis dari perkembangan
biologis) serta The maximum growth age, berupa: Perubahan bentuk tubuh, ukuran,
tinggi dan berat badan, proporsi muka dan badan. Pertumbuhan berat badan dan
panjang badan berjalan paralel dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon
mammotropik, serta hormon gonadotropin.
Berdasarkan hasil observasi, peserta didik pada kelas X di SMA Negeri 1
Surakarta sudah sesuai dengan taraf perkembangan fisiologis yakni perubahan
postur tubuh, serta percepatan pertumbuhan tinggi badan yang diiringi dengan
berat badan. Selain itu, terjadi kematangan seksual yang ditandai oleh perubahan
seks primer, yaitu dimulainya perubahan pada organ reproduksi laki-laki dan
perempuan. Perubahan seks sekunder ditandai oleh perubahan suara, munculnya
bulu-bulu halus pada area kemaluan maupun pada wajah individu laki-laki, dada
yang semakin bidang pada laki-laki, serta pembesaran pada area payudara, pinggul
dan bahu pada perempuan.
2. Aspek Kognitif
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (1954), pada usia ini peserta
didik memasuki tahapan operasional formal dimana pada tahap ini, individu
bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman konkret dan berpikir
dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis.
4
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja
telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought),
yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai kira-kira 11 atau 12 tahun
dan terus berlanjut hingga memasuki masa dewasa. Pada tahap ini anak sudah
mulai berfikir abstrak dan hipotesis (Sit 2012 : 91).
Menurut the American Academy of Child and Adolescent’s Facts for
Families (2008) menyatakan kemampuan kognitif ini terus berkembang sejalan
dengan usia remaja, sehingga remaja pada usia 14-18 tahun telah memiliki
kemampuan kognitif yakni meningkatnya kemampuan berpikir abstrak,
kemampuan yang lebih besar untuk menentukan tujuan, lebih tertarik kepada
alasan-alasan moral, kemampuan berpikir tentang makna hidup.
Piaget memiliki keyakinan bahwa anak untuk membangun pengetahuannya
melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak bukanlah objek pasif dalam
menerima pengetahuan, anak sangat aktif dalam membangun pengetahuannya.
Melalui interaksi anak dengan lingkungannya mereka terus memperbaiki struktur
mental yang dimilikinya sehingga tercipta struktur mental yang kompleks.
Teori perkembangan kognitif yang lain adalah teori dari Lev Vygotsky.
Sudut pandang Vygotsky terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diwarnai
oleh lingkungan sosial atau budaya, maka pendekatan konstruktivisnya disebut
dengan konstruktivis social (social constructivist). Tidak seperti Piaget yang
beranggapan bahwa anak secara individual aktif mengkonstruksi pengetahuannya
melalui interaksi dengan lingkungannya. Piaget lebih menekankan interaksi anak
dengan lingkungan fisik. Sedikit berbeda dengan Piaget, Vygotsky beranggapan
bahwa anak mengkonstruksi pengetahuannya dalam sebuah kontak sosial. Anak
mengkonstruksi secara aktif pengetahuanya secara mandiri dalam konteks interaksi
dengan pengasuh, keluarga atau komunitas dan masyarakat (Brewer, 2007, p. 15).
Vygotsky percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam
perkembangan kognitif anak. Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan
untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungan sosialnya
(pengasuh, orang tua, teman). Bahasa akan banyak membantu anak menyelesaikan
persoalan-persoalannya yang tidak dapat diselesaikan dengan sendiri. Dengan
Bahasa, anak akan mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
kepada orang lain yang dianggap memiliki kemampuan untuk membantunya
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Salah satu elemen dari teori Vygotsky
5
yaitu Zone of proximal development (ZPD). ZPD adalah celah antara apa yang
anak dapat kerjakan secara mandiri dan apa yang dia tidak dapat dikerjakan bahkan
dengan bantuan seseorang (seperti orang dewasa atau teman sebaya) yang lebih
terampil dari dia. (Brewer, 2007, p. 16). Hal yang sama dikemukakan oleh
Santrock (2010: 190) yang menyatakan bahwa ZPD yaitu istilah yang digunakan
oleh Vygotsky untuk berbagi tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai oleh anak
sendiri tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau
anak-anak yang lebih terampil.
Element kedua dari teori Vygotsky yaitu Scaffolding. Scaffolding berarti
merubah tingkat dukungan. Pada saat anak belajar seorang guru, orang tua agar
menyesuaikan materi tersebut dengan kinerja anak saat ini. Saat anak belajar
konsep baru, orang dewasa (guru, orang tua) dapat terlibat langsung untuk
membantu anak belajar menguasai konsep baru tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan peserta didik di kelas X, mereka sudah mulai
mampu untuk berpikir abstrak, mampu untuk bernalar secara logis, dan juga sudah
mampu berpikir secara sistematik. Peserta didik telah mampu memikirkan semua
kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah. Mereka juga memiliki
kemampuan berpikir alternatif, sehingga kemungkinan menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi lebih beragam. Mereka juga telah mampu untuk melakukan
self-reflection, hal tersebut tercermin saat kegiatan perancangan alat fisika pada
materi energi terbarukan. Mereka bisa secara mandiri menemukan solusi dari
permasalahan yang dihadapi.
Peserta didik juga telah memiliki pemahaman yang baik dan tidak ada yang
mendapati kesulitan menerima pelajaran dari guru. Hal ini tercermin dalam
kegiatan belajar mengajar, peserta didik secara aktif menjawab pertanyaan guru,
aktif bertanya jawab saat sesi presentasi.
3. Aspek Emosi
Berdasarkan teori ekologi Bronfenbrenner, pada masa remaja terjadi
interaksi antara keluarga, teman sebaya dan sekolah. Remaja usia 12-18 tahun
sejalan dengan perkembangan kognitifnya telah mampu menerjemahkan situasi
sosial yang tepat untuk mengekspresikan emosi. Jika pengaturan diri pada usia
sebelumnya telah baik, Erikson mengatakan pada usia remaja berada pada tahap
industri dan identitas diri. Mereka akan lebih pandai bersahabat dan mulai
6
melepaskan diri dari ikatan emosi yang lebih kuat dengan orangtuanya. Daniel
Goleman (1995) menjelaskan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Periode remaja dikatakan sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi (tempramental) sebagai akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar ditambah kondisi lingkungan yang tidak mendukung
perkembangan emosionalnya. Mereka memiliki energi yang besar, emosi yang
berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga
mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian.
Menurut Elida Prayitno (2006) mengemukakan sejumlah ciri khas
perkembangan remaja dari aspek perkembangan emosi ditandai dengan mulai
mengarahkan perhatian kepada teman sebaya dan secara berangsur melepaskan diri
dari keterikatan dengan keluarga, remaja memiliki ketertarikan dan keterikatan
yang kuat dengan lawan jenis, periode yang idealis, berada dalam periode transisi
dan pencarian identitas diri.
Pada usia remaja semua emosi primer dan sekunder telah muncul dengan
pengaturan yang berbeda-beda. Remaja yang memiliki identitas diri yang baik akan
menampilkan emosi-emosi primer dan sekunder sesuai dengan situasi sosial yang
dihadapinya.
Berdasarkan pengamatan saya, perkembangan emosi peserta didik pada
kelas X telah sesuai dengan taraf usianya, dimana emosi mereka dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar, mulai timbul rasa empati yang besar dengan sesama teman atau
lingkungan sekitar.
SMA N 1 Surakarta juga menyediakan ruang kelas dan lingkungan
sekolah sebagai sarana yang baik dalam mendukung ekspresi diri yang sehat dari
peserta didik. Di setiap ruang kelas dilengkapi dengan media mading atau papan
untuk menempel karya dan menampung aspirasi peserta didik sehingga menjadi
ruang yang baik untuk siswa mengekspresikan diri.
4. Aspek Psikososial
Perkembangan sosial emosional (psikososial) menurut American Academy
of Pediatrics (2012) dalam Nurmalitasari (2015) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan kemampuan anak untuk memiliki pengetahun
7
dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi positif,
maupun negatif, mampu berinteraksi dengan anak lainnya atau orang dewasa di
sekitarnya, serta aktif belajar dengan mengeksplorasi lingkungan. Perkembangan
sosial emosional adalah proses belajar menyesuaikan diri untuk memahami
keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya
baik orang tua, saudara, teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran sosial emosional dilakukan dengan mendengar, mengamati dan
meniru hal-hal yang dilihatnya.
Perkembangan psikososial merupakan kematangan yang dicapai dalam
hubungan sosial. Perkembangan psikososial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
kerjasama (Sit 2012 : 105).
Menurut Erikson, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
dalam perkembangan psikososial seorang individu. Peranan ini dimulai dari pola
asuh orangtua hingga aturan atau budaya masyarakat (Miller, 1983). Menurut teori
Erikson, usia remaja memasuki masa identitas vs kebingungan identitas (usia 12-19
tahun). Pada tahap ini individu melakukan pencarian atas jati dirinya
(identitasnya). Jika ia gagal pada tahap ini, maka ia akan merasa tidak utuh.
Guru sudah membangun atmosfer yang mendukung peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan membangun komunikasi dan
interaksi antar peserta didik. Guru juga sudah memfasilitasi peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik dalam kegiatan belajar.
Guru berusaha membangun sosialisasi antar peserta didik melalui kegiatan
kelompok. Hal ini tercermin dalam kegiatan praktikum Fisika, guru membagi
peserta didik ke dalam beberapa kelompok. Dari mulai kegiatan merancang,
presentasi hingga pelaporan dilakukan secara berkelompok. Hal ini secara tidak
langsung mengasah keterampilan sosialisasi peserta didik.
Guru bersama dengan sekolah berusaha untuk mengembangkan
kepercayaan diri siswa dalam menjalankan beberapa peran baru di sekolah yang
kelak akan dibawa ke masyarakat. Sekolah membekali dengan berbagai pelatihan
dasar kepemimpinan, sosialisasi tentang pentingnya kesehatan mental, dan
sebagainya. Pihak sekolah selalu mendorong peserta didik untuk menemukan
identitas dirinya.
8
5. Aspek Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan,
kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa
cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak dan
moral identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan (Salam, 2000:2).
Menurut teori Kohlberg, masa remaja memasuki masa kedua,
konvensional (conventional). Pada tingkat ini, seseorang menaati moral didasarkan
pada standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka belum menaati standar-
standar orang lain (eksternal), seperti orangtua atau aturan-aturan masyarakat.
Tingkat ini dibagi kepada tahap norma-norma interpersonal (seseorang menghargai
kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai
landasapertimbangan moral) dan tahap moralitas sistem sosial (pertimbangan
moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan
kewajiban).
Martin dan Reigeluth (1999 : 493-499) menyatakan perkembangan moral
merupakan salah satu komponen pembelajaran nilai atau afektif. Keduanya
menyatakan ada tujuh isu yang berkaitan dengan desain pengembangan kurikulum
afektif. Salah satu isu tersebut adalah kurikulum terpadu yang merujuk kepada
bagaimana topik-topik atau program-program afektif diintegrasikan ke dalam
subjek-subjek dalam kurikulum.
Berdasarkan hasil observasi, guru dan pihak sekolah sudah mampu
membangun nilai-nilai integritas dan spiritual peserta didik. Hal yang dilakukan
guru dalam membangun nilai-nilai integritas dan spiritual peserta didik adalah
dengan cara guru meminta peserta didik menuliskan data yang objektif dan valid.
Guru membimbing peserta didik untuk menuliskan data percobaan sesuai hasil
pengamatan mereka, guru juga meminta peserta didik untuk bersikap jujur saat
melaporkan hasil percobaan. Guru dan pihak sekolah terus mendorong peserta
didik untuk mengutamakan kejujuran saat mengerjakan ulangan harian, ulangan
tengah semester maupun ulangan akhir semester.
9
siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang
kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia
tidak berusaha untuk mengarahkan segala kemampuannya. Menurut Kompri
(2016:234) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran motivasi baik bagi guru
dan siswa adalah sangat penting dalam mencapai keberhasilan belajar sesuai tujuan
yang diharapkan.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2016: 23). Motivasi belajar
merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar (Khodijah,
2014: 150). Soekamto (1993:90) mengemukakan motivasi merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya pada proses belajar. Banyak riset yang membuktikan
bahwa tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi
belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, maka mereka akan memperoleh
prestasi dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah, maka
hasil belajarnya tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sardiman (1994:39) menjelaskan bahwa seseorang melakukan suatu usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain. bahwa dengan adanya ada
usaha yang tekun dan terutama didasari oleh adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Keinginan atau dorongan
untuk belajar inilah disebut motivasi belajar.
Winkel (1991:150) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang
peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa
yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan hasil observasi di kelas X, peserta didik terlihat aktif selama
pembelajaran berlangsung. Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran terlihat
dalam bentuk keaktifan peserta didik saat merespon pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Guru juga memberikan motivasi dengan melaksanakan metode
pembelajaran yang tidak membosankan dan menyulitkan sehingga peserta didik
10
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik terlihat cukup antusias
dan aktif memberi respon positif selama mengikuti pembelajaran di kelas. Peserta
didik juga aktif bertanya pada guru baik saat pembelajaran di kelas maupun saat
praktikum di luar kelas.
11
Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya
tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang
ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma,
kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari
berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas
yang kita hadapi kelas yang multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam
proses pembelajaran ini pendidik dapat menerapkan pendidikan multikultural.
Sehingga, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu
menyikapi keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya.
Berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa macam agama yang dianut
siswa yaitu Islam, Kristen, dan Katolik yang terbagi rata pada masing masing
kelas. Siswa antar agama tersebut saling menghargai dan bergaul seperti biasa serta
dapat bertoleransi dengan tidak mengganggu kepada masing-masing dalam
beribadah. Sebagai contoh setiap hari Jum'at siswa muslim melaksanakan ibadah di
masjid sekolah sedangkan Non-Muslim melaksanakan ibadah di aula.
12
kemampuan pengembangan kompetensi guru dalam praktik mengajar SMAN 1
Surakarta memiliki visi dan misi yang didukung dengan adanya kebijakan dan
program-program sekolah sehingga mutu pendidikan sekolah terjaga bahkan
meningkat. Sekolah menerapkan aturan-aturan untuk menciptakan lingkungan belajar
yang tertib, misalnya peraturan dalam berpakaian dan bertingkah laku. Pelaksanaan
kebijakan berkaitan dengan keamanan lingkungan belajar tentu saja tidak luput dari
peran seluruh warga sekolah. Harapannya dengan seluruh warga sekolah yang
mengikuti kebijakan dan program sekolah dapat meminimalisir hal-hal terkait
perundungan, hukuman fisik, kekerasan seksual dan narkotika sehingga memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi warga satuan pendidikan, baik secara fisik maupun
psikologis. Secara rutin, sekolah mengadakan beberapa kegiatan berkaitan dengan
iklim keamanan di satuan pendidikan. Misalnya adalah adanya penyuluhan untuk
remaja terkait bullying dan pengadaan poster-poster anti bullying yang ditempatkan di
tempat yang mudah dijumpai. Hal tersebut merupakan upaya sekolah untuk menjaga
keamanan lingkungan belajar.
13
Kegiatan setelah melakukan asistensi adalah melakukan persiapan untuk
melaksanakan praktik mengajar. Pembelajaran yang dirancang berbasis proyek
mengenai sub materi energi alternatif. Modul ajar mencakup informasi umum,
kegiatan inti hingga pelaksanaan asesmen. Modul ajar yang dibuat terdiri atas
beberapa komponen yang ditunjukan pada Tabel 1.
14
BAB II
HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
Pembelajaran yang kami lakukan di kelas X dengan menerapkan kurikulum
merdeka dan pembelajaran berdiferensiasi yang sejalan dengan kurikulum paradigma
baru. Sebelum memulai pelajaran guru pamong memberikan asesmen diagnostik yang
dibagikan melalui google form. Melalui asesmen diagnostik tersebut kami memetakan
gaya belajar peserta didik dan menjadi dasar penentuan kelompok saat proses
pembelajaran. Asesmen diagnostik ini sekaligus menjadi langkah awal kami dalam
melaksanakan pembelajaran paradigma baru dengan peserta didik sebagai pusatnya,
sehingga pembelajaran disesuaikan dengan tingkat capaian, kebutuhan dan
karakteristik peserta didik. Proses pembelajaran yang kami lakukan adalah sebagai
berikut. Hasil asesmen diagnostik dapat dilihat pada Lampiran 1.
a. Perencanaan Pembelajaran
Persiapan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan praktik mengajar adalah
sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar
berupa modul ajar
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta melakukan uji
coba proyek sederhana berkaitan dengan pembuatan lilin dari minyak
jelantah sebagai media demonstrasi.
3) Menyisipkan video apersepsi atau gambar untuk disajikan di kegiatan
pembuka dan pendamping proyek peserta didik
15
4) Menyiapkan LKPD sesuai dengan pengelompokan gaya belajar dalam
bentuk cetak. LKPD dibedakan menjadi dua yaitu untuk visual (literasi)
dan audio visual.
5) Pengelompokan peserta didik didasarkan pada hasil asesmen diagnostik
yang telah dilakukan oleh guru pamong. Hasil Asesmen diagnostik kelas
X.3 ditunjukan pada Lampiran 1.
16
Gambar 1. Pelaksanaan Pembukaan Pembelajaran 1
Selanjutnya guru menunjukkan contoh produk jadi sebagai
gambaran dan menjelaskan secara singkat hal penting yang harus
diperhatikan dalam proses pembuatan seperti berhati hati menggunakan
kompor gas portable, mencampur pewangi yang tidak memiliki
kandungan busa, setiap kelompok membagi tugas secara rata untuk
mengefisienkan waktu, mendokumentasikan kegiatan untuk laporan
produk akhir, dan mengarahkan dalam 30 menit produk sudah jadi dan
harus kembali ke kelas.
17
memiliki gaya belajar visual diarahkan menuju gazebo. Hal tersebut
dituangkan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dibagikan
kepada kelompok sesuai dengan gaya belajarnya, untuk siswa visual
menggunakan video yang dapat diakses melalui tautan YouTube sebagai
media penjelasan langkah-langkah sedangkan untuk siswa literasi
menggunakan bacaan.
2. Dewi Ratnasari
Ringkasan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Hari/tanggal : Senin, 31 Oktober 2022
Kelas : X4
Jam ke- : 5-6 (10.15 – 11.45)
Pendekatan : Project Based Learning (PjBL)
Model : Pembelajaran Berdiferensiasi (proses dan produk)
Metode : Demonstrasi, proyek, diskusi, presentasi
a. Persiapan Pembelajaran
Persiapan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan praktik mengajar adalah
sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar
berupa modul ajar
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta melakukan uji
coba proyek sederhana berkaitan dengan bio-baterai dari sisa buah dan
sayur sebagai media demonstrasi.
3) Menyisipkan video apersepsi atau gambar untuk disajikan di kegiatan
pembuka dan pendamping proyek peserta didik
4) Menyiapkan LKPD sesuai dengan pengelompokan gaya belajar dalam
bentuk cetak. LKPD dibedakan menjadi dua yaitu untuk visual (literasi)
dan audio visual.
5) Pengelompokan peserta didik didasarkan pada hasil asesmen diagnostik
yang telah dilakukan oleh guru pamong. Hasil Asesmen diagnostik kelas
X.4 ditunjukan pada Lampiran 1.
20
b. Kegiatan Pembukaan Pembelajaran
1) Rencana Kegiatan Pembukaan Pembelajaran
a) Membuka pelajaran dengan mengkondisikan peserta didik untuk
belajar, membaca doa, mendata kehadiran dan mengkondisikan
peserta didik.
b) Ice breaking untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi siswa.
c) Menyajikan video tentang masalah konsumsi energi dan produksi
sampah organik di Indonesia serta demonstrasi alat bio-baterai.
d) Memberikan pertanyaan pemantik untuk menggugah semangat
keingintahuan siswa, “Bagaimana sampah organik yang produksinya
melimpah bisa dijadikan sumber energi ramah lingkungan?”
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembukaan Pembelajaran
Pembelajaran pada kelas X4 tersebut saya awali dengan salam,
kemudian saya lanjutkan dengan berdoa dan mengecek kehadiran siswa.
Saat itu ada 1 orang siswa yang izin sakit dan beberapa siswa yang izin
dispensasi keluar kelas.
Setelah kelas terkondisikan, saya melanjutkan dengan kegiatan
ice breaking. Kegiatan ice breaking yang saya lakukan saat itu adalah
dengan memberikan kode dengan tangan. Ketika tangan saya mengepal,
siswa berhenti bertepuk tangan, dan Ketika saya membuka tangan, siswa
bertepuk tangan. Ice breaking sederhana ini ternyata mampu untuk
memusatkan perhatian dan konsentrasi siswa. Dokumentasi kegiatan
pembukaan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 4.
21
Setelah siswa berkonsentrasi, saya lanjutkan dengan memberikan
video apersepsi terkait topik pembelajaran hari itu. Saya menayangkan
video apersepsi seperti pada link https://youtu.be/eOerQ0ZM0rU Saya
menunjukkan produksi sampah di Indonesia yang terus meningkat,
terutama produksi sampah yang berasal dari sisa makanan. Perlu adanya
solusi untuk agar produksi sampah tidak terus meningkat dan sampah ini
bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan.
Setelah video apersepsi selesai saya tayangkan, saya memberikan
pertanyaan pemantik untuk menggugah semangat keingintahuan siswa,
“Bagaimana sampah organik yang produksinya melimpah bisa dijadikan
sumber energi ramah lingkungan?”
22
dengan alat dan bahan yang sudah mereka bawa. Terdapat alat yang sudah
saya sediakan sebelumnya yakni lempeng elektroda (tembaga dan seng),
penjepit buaya dan multimeter. Saya meminta perwakilan tiap kelompok
untuk mengambil alat di depan kelas.
Untuk bahan utama proyek, saya membebaskan siswa untuk
membawa bahan sisa buah dan sayur apa saja, hal ini saya lakukan agar
nantinya siswa mampu menganalisis karakteristik bahan-bahan apa saja
yang mampu dijadikan bahan bio-baterai dan mampu menyalakan lampu
LED. Kelompok 1, 2 menuju ke laboratorium Fisika, sedangkan kelompok
3, 4 menuju ke gazebo. Jenis pembelajaran ini termasuk ke dalam
pembelajaran berdiferensiasi proses.
Siswa merancang proyek dengan berpedoman pada LKPD sesuai
gaya belajar siswa dan melakukan diskusi secara berkelompok. Setelah
proses perancangan proyek dan diskusi selesai, siswa diminta kembali lagi
ke kelas untuk mempresentasikan rancangan bio-baterai dan hasil diskusi
kelompok mereka.
Siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil diskusi
mereka, sedangkan siswa lain memberikan tanggapan. Masukan dari siswa
ini mampu menjadi bahan evaluasi untuk siswa lainnya. Guru memberikan
penguatan berupa pembetulan konsep serta apresiasi kepada kelompok
yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik. Dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 5.
23
Gambar 5. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Inti Pembelajaran 2
24
Pada akhir pembelajaran, saya juga mengingatkan siswa untuk
membuat laporan baik berupa mind map, infografis, video atau lainnya
sesuai kreativitas siswa (Pembelajaran berdiferensiasi produk).
Pembelajaran saya tutup dengan doa dan salam. Dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
25
3. Zahrunnabilah
Ringkasan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Hari/tanggal : Kamis, 3 November 2022
Kelas : X2
Jam ke- : 4-5 (9.30 – 11.00)
Pendekatan : Project Based Learning (PjBL)
Model : Pembelajaran Berdiferensiasi (proses dan produk)
Metode : Demonstrasi, proyek, diskusi, presentasi
a. Persiapan Pembelajaran
Persiapan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan praktik mengajar adalah
sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar
berupa modul ajar
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta melakukan uji
coba proyek sederhana berkaitan dengan bio-baterai lemon sebagai media
demonstrasi
3) Menyisipkan video apersepsi atau gambar untuk disajikan di kegiatan
pembuka dan pendamping proyek peserta didik
4) Menyiapkan LKPD sesuai dengan pengelompokan gaya belajar dalam
bentuk cetak. LKPD dibedakan menjadi dua yaitu untuk visual (literasi)
dan audio visual
5) Pengelompokan peserta didik didasarkan pada hasil asesmen diagnostik
yang telah dilakukan oleh guru pamong. Hasil Asesmen diagnostik kelas
X2 ditunjukan pada Lampiran 1.
26
2) Pelaksanaan Pembukaan Pembelajaran
Pembukaan pelajaran diawali dengan mengkoordinir peserta didik
untuk belajar, membaca do’a, dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
peserta didik melalui konformasi ketua kelas terkait siswa yang tidak
dapat hadir untuk mempersingkat waktu. Guru juga menyebutkan materi
dan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu kepada peserta
didik.
Pembukaan pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan ice
breaking berupa tepuk tangan yang dimodifikasi untuk melatih
konsentrasi peserta didik. Setelah dirasa konsentrasi siswa terkumpul,
guru melanjutkan kegiatan dengan menunjukkan video mengenai dampak
berbahaya penggunaan baterai melalui proyektor agar siswa dapat
memikirkan solusi dari permasalahan yang dimiliki Sumber video:
https://www.youtube.com/watch?v=oFlPY2wjquU. Setelah itu Guru
memberikan pertanyaan pemantik kepada siswa mengenai solusi yang
tepat untuk diberikan terkait fenomena yang ditunjukkan dalam video
sehingga siswa akan memberikan ide-ide mereka terkait teknologi
alternatif pengganti batu baterai.
27
2) Pelaksanaan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti dimulai dengan mengarahkan peserta didik untuk
berkelompok sesuai dengan pembagian yang sudah disepakati dengan
guru pamong sebagai guru pengampu mata pelajaran fisika di kelas X2.
Kelompok terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni kelompok gaya
belajar literasi dan kelompok gaya belajar visual. Satu kelompok besar
terdiri dari 2 kelompok. Guru menjelaskan teknis dan waktu pelaksanaan
diskusi bersama dengan peserta didik. Setelah dicapai kesepakatan, guru
mengarahkan tiap kelompok ke tempat yang ditentukan. Kelompok visual
diarahkan ke laboratorium fisika untuk melaksanakan pembelajaran,
sedangkan kelompok literasi diarahkan ke gazebo di ruang terbuka. setiap
kelompok diarahkan untuk membagi tugas agar pelaksanaan penyusunan
produk dan diskusi tidak berlangsung lama.
28
d. Kegiatan Penutup Pembelajaran
1) Rencana Kegiatan Penutup Pembelajaran
a) Melakukan refleksi
b) Doa bersama
2) Pelaksanaan Kegiatan Penutup Pembelajaran
Setelah semua kelompok melaksanakan presentasi, guru
mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dari presentasi
yang telah dilakukan. kemudian guru mengarahkan peserta didik untuk
melaksanakan refleksi bersama terkait pembelajaran yang baru saja
dilakukan. refleksi dilakukan secara lisan dengan menanyakan apakah
peserta didik menikmati pembelajaran yang dilakukan dan mengarahkan
siswa untuk memberikan saran dan kritikan. setelah refleksi selesai
dilakukan, maka pembelajaran ditutup dengan doa bersama.
29
Pendekatan : Project Based Learning (PjBL)
Model : Pembelajaran Berdiferensiasi (proses dan produk)
Metode : Demonstrasi, proyek, diskusi, presentasi
a. Persiapan Pembelajaran
Persiapan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan praktik mengajar adalah
sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar
berupa modul ajar
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta melakukan uji
coba proyek sederhana berkaitan dengan pembangkit listrik tenaga angin
(wind turbine) sebagai media demonstrasi
3) Menyisipkan video atau gambar untuk disajikan di kegiatan pembuka dan
pendamping proyek peserta didik
4) Menyiapkan LKPD sesuai dengan pengelompokan gaya belajar dalam
bentuk cetak. LKPD dibedakan menjadi dua yaitu untuk visual (literasi)
dan audio visual
5) Pengelompokan peserta didik didasarkan pada hasil asesmen diagnostik
yang telah dilakukan oleh guru pamong. Hasil Asesmen diagnostik kelas
X.3 ditunjukan pada Lampiran 1
30
2) Pelaksanaan Pembukaan Pembelajaran
Pembelajaran dibuka dengan melakukan pengkondisian peserta
didik, membaca doa dan mendata kehadiran. Kegiatan doa bersama
dipimpin oleh ketua kelas. Pada kegiatan pembukaan ini saya lupa
melakukan perkenalan dan langsung menayangkan video apersepsi. Video
apersepsi yang ditampilkan dapat diakses melalui link
https://www.youtube.com/watch?v=6AG8tsK6qps. Ketika penayangan
video tersebut, terdapat kendala pada layar proyektor sehingga video yang
ditampilkan terputus-putus. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak dapat
memperhatikan video dengan seksama. Waupun video di layar tidak dapat
ditampilkan secara maksimal, peserta didik masih bisa menangkap
maksud dari video dengan mendengarkan suara yang dapat terdengar jelas
melalui speaker.
31
c. Kegiatan Inti Pembelajaran
1) Rencana Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Menginformasikan bahwa selanjutnya adalah membuat produk
teknologi sumber energi alternatif terbarukan berupa energi tenaga
angin dan melakukan demonstrasi wind turbine sederhana
b) Membagikan LKPD dan memfasilitasi peserta didik untuk merangkai,
membuat dan menguji coba produk secara berkelompok
c) Memfasilitasi presentasi peserta didik
2) Pelaksanaan Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti diawali dengan pemberian informasi mengenai
kegiatan yang akan dilakukan dilakukan kemudian membagikan LKPD
kepada perwakilan anggota kelompok. Peserta didik kelas X.3 dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu kelompok 1 dan 2 dengan gaya belajar literasi
serta 3 dan 4 dengan gaya belajar audio visual. Peserta didik diarahkan
untuk menempati lokasi pembuatan proyek yaitu kelompok 1 dan 3
menempati laboratorium fisika dan kelompok 2 dan 4 menempati gazebo.
Peserta didik secara berkolaborasi menyelesaikan proyek serta mengisi
LKPD sebagai panduannya.
32
mencapai batas waktu yang ditentukan, peserta didik kembali ke kelas
untuk melakukan presentasi.
33
Gambar 13. Dokumentasi Kegiatan Penutup Pembelajaran 4
34
5) Volume suara kurang keras
5. Putri Nugraheni
Ringkasan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Hari/tanggal : Senin, 07 November 2022
Kelas : X.4
Jam ke- : 5-6 (10.15 – 11.45)
Pendekatan : Project Based Learning (PjBL)
Model : Pembelajaran Diferensiasi (proses dan produk)
Metode : Demonstrasi, proyek, diskusi, presentasi
a. Persiapan Pembelajaran
Sebelum melakukan praktik pembelajaran, persiapan yang saya lakukan antara
lain:
1) Membuat modul ajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan termasuk melakukan uji coba
terlebih dahulu terkait percobaan baterai dari kentang.
3) Menyiapkan tampilan / power point terkait sumber energi alternatif dan
teknologi penunjang yang akan digunakan.
4) Menyiapkan gambar/video yang akan disajikan dalam kegiatan pembuka.
5) Menyiapkan LKPD dalam bentuk cetak jika pembelajaran tatap muka
dengan perbedaan LKPD literasi dan LKPD visual.
35
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembukaan Pembelajaran
36
c. Kegiatan Inti Pembelajaran
1) Rencana Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Memberikan penjelasan tentang materi dan percobaan yang akan
dilakukan, link video praktikum: https://youtu.be/V8y0fSnYkVU
b) Mengorganisasi peserta didik ke dalam beberapa kelompok (satu
kelompok 8 orang)
c) Mengorganisasi peserta didik ke dalam beberapa kelompok (satu
kelompok 8 orang)
d) Membagikan LKPD
e) Membimbing peserta didik untuk menyelesaikan LKPD terkait
baterai kentang
f) Meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil pengamatan LKPD
2) Pelaksanaan Kegiatan Inti Pembelajaran
Setelah melakukan pembukaan atau pendahuluan, saya berpindah
pada kegiatan inti yaitu menayangkan video apersepsi terkait sumber
energi alternatif dan memberikan pertanyaan pemantik. “Apakah kalian
pernah memakan kentang? Apakah kalian pernah terpikirkan jika kentang
bisa dijadikan sumber energi?”. Siswa merespons. BBC News
melaporkan.
Langkah selanjutnya saya melakukan demonstrasi sederhana
terkait percobaan pembuatan baterai kentang. Selanjutnya, saya
mengarahkan siswa untuk berkelompok sesuai kelompok proyek P5
dengan jumlah 4 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 8-9
orang. Setelah siswa terkondisikan perwakilan kelompok mengambil alat
yang telah disediakan seperti penjepit buaya. Kemudian, saya
membagikan LKPD pada masing-masing kelompok dengan lokasi
kelompok 1 & 2 berada di gazebo sedangkan kelompok 3 & 4 di
Laboratorium. Untuk kegiatan diskusi dan praktikum jika sudah selesai
diarahkan untuk kembali ke kelas. Peran saya pada saat siswa berdiskusi
yaitu sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik.
Ketika pengerjaan percobaan dan LKPD sudah selesai, peserta
didik diarahkan untuk kembali ke kelas untuk melakukan presentasi
terkait percobaan dan pemahaman konsep peserta didik. Setiap kelompok
37
melakukan presentasi, setelah presentasi saya menjelaskan konsep pada
pembuatan baterai kentang sebagai sumber energi alternatif.
38
Setelah pembelajaran saya bersama teman-teman melakukan
evaluasi terkait pembelajaran yang saya lakukan yang akan dijadikan
perbaikan kedepannya, seperti:
1) Ada beberapa langkah yang terlewatkan seperti perkenalan dan doa
2) Demonstrasi yang dilakukan kurang jelas
3) Pengkondisian kelas kurang
4) Volume suara belum stabil
a. Persiapan Pembelajaran
Persiapan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan praktik mengajar adalah
sebagai berikut:
1) Merancang pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar
berupa modul ajar
2) Menyisipkan video atau gambar untuk disajikan di kegiatan pembuka dan
pendamping proyek peserta didik
3) Menyiapkan LKPD sesuai dengan pengelompokan gaya belajar dalam
bentuk cetak. LKPD dibedakan menjadi dua yaitu untuk visual (literasi)
dan audio visual
4) Pengelompokan peserta didik didasarkan pada hasil asesmen diagnostik
yang telah dilakukan oleh guru pamong. Hasil Asesmen diagnostik kelas
X2 ditunjukan pada Lampiran 1
39
b) Melakukan ice breaking untuk membuat siswa fokus pada
pembelajaran
c) Menampilkan video apersepsi dan memberi pertanyaan pemantik
d) Menampilkan video tentang percobaan yang akan dilaksanakan
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembukaan Pembelajaran
Pembelajaran pada kelas X2 yang diawali dengan salam, berdoa
dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya melakukan ice breaking
untuk memfokuskan perhatian siswa dalam pembelajaran dan
menghilangkan rasa bosan, mengantuk sehingga menjadi bersemangat
dalam belajar. kegiatan ice breaking yang saya lakukan yaitu meminta
semua siswa untuk berdiri di bagian samping tempat duduk dan siswa
memegang pundak temannya. Selanjutnya saya memberi arahan bahwa
ketika saya mengucap kata A maka siswa melompat ke depan, jika B
siswa melompat ke kanan, C siswa melompat ke kiri dan D siswa
melompat ke belakang. Berikut dokumentasi saat ice breaking.
40
siswa “ apa bahan yang dibuat pada energi biomassa?, dan mengapa
energi biomassa dikatakan sebagai energi alternatif terbarukan?”.
41
dan air hangat 600 ml. Siswa merancang proyek dengan berpedoman pada
LKPD sesuai dengan gaya belajar siswa dan melakukan diskusi secara
berkelompok dengan durasi waktu 30 menit. siswa sangat antusias dalam
perancangan proyek ditandai dengan mereka selalu aktif dalam
perancangan dan bertanya kepada fasilitator. Setelah selesai merancang
proyek dan mengisi LKPD siswa diminta untuk kembali ke kelas dan
setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di tiap-tiap
kelompok.
Siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil dari rancangan
proyek dengan durasi waktu pada setiap kelompok yaitu 5 menit.
Kelompok yang tidak presentasi memperhatikan dan memberi tanggapan.
Guru memberikan penguatan berupa pembetulan konsep sekaligus
memberikan apresiasi kepada kelompok yang presentasi. Berikut gambar
pada pembelajaran inti.
42
2) Pelaksanaan Kegiatan Penutup Pembelajaran
Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi dari
perancangan produk, saya meminta siswa untuk kembali ketempat duduk
masing-masing untuk melakukan refleksi terkait pembelajaran yang telah
dilakukan hari ini. Selanjutnya saya memberi penguatan terkait materi
pembelajaran tentang energi biomassa agar tidak terjadi miskonsepsi.
Pada akhir pembelajaran saya memberi tugas kepada siswa untuk
membuat laporan hasil praktikum berupa infografis, mind mapping,
poster, video dll sesuai dengan kreativitas siswa. Selanjutnya
pembelajaran saya tutp dengan doa dan salam. Berikut gambar
dokumentasi pelaksanaan penutup pembelajaran.
43
Kekurangan:
1) Belum menyebutkan waktu masing-masing kelompok ketika siswa
presentasi sehingga sampai dengan bel masih ada yang presentasi
2) Ice breaking seru tapi sedikit ricuh
3) Pembukaan terlalu panjang terutama ketika penayangan video pembuatan
alat sehingga refleksi mepet
B. Analisis
Berdasarkan praktik yang telah kami lakukan di kelas X SMA Negeri 1
Surakarta yang telah menggunakan kurikulum merdeka, kami telah menggunakan alur
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran paradigma baru, yakni pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dengan merumuskan rancangan pembelajaran dan
asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Sebelum mulai merancang pembelajaran, kami juga melakukan analisis
lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang dimiliki peserta didik, pendidik dan
sekolah untuk mendukung kegiatan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pembelajaran
efektif pada pembelajaran paradigma baru.
Pembelajaran yang telah kami lakukan juga bertujuan dalam mewujudkan
profil pelajar pancasila yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai pada
pembelajaran paradigma baru. Pembelajaran yang kami lakukan sudah menggunakan
pembelajaran berdiferensiasi (produk dan proses) yang mampu menjadi wadah untuk
siswa mengembangkan diri sesuai dengan minat dan gaya belajarnya. Contoh hasil
produk laporan siswa yang ditulis sesuai kreativitas dapat dilihat pada lampiran 2.
Proses pembelajaran yang kami lakukan juga telah sesuai dengan prinsip-
prinsip pembelajaran yang efektif, salah satunya adalah proses pembelajaran
dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian
peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan
perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan
menyenangkan. Pembelajaran yang telah kami lakukan juga telah relevan dengan
konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, sehingga proses pembelajaran
mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik.
Pembelajaran yang kami lakukan juga mendorong peserta didik untuk
membangun kapasitas peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat yakni
dengan memberikan kesempatan kolaborasi, memberikan pertanyaan pemantik dan
44
mengajarkan pemahaman bermakna. Pembelajaran yang sarat dengan umpan balik
dari pendidik dan peserta didik ke peserta didik melalui kegiatan presentasi dan
refleksi serta pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan menggunakan
kekuatan bertanya, dengan memberikan pertanyaan yang membangun pemahaman
bermakna. Kegiatan ini kami awali dengan memberikan pertanyaan pemantik pada
pendahuluan pembelajaran dan pertanyaan refleksi pada akhir pembelajaran. Hal ini
sudah sejalan dengan prinsip pembelajaran yang efektif pada pembelajaran paradigma
baru.
Salah satu upaya yang sesuai dengan prinsip asesmen yang efektif adalah
membangun komitmen dan menyusun perencanaan asesmen yang berfokus pada
asesmen formatif, sehingga kami melakukan asesmen dalam proses pembelajaran
yakni berupa asesmen formatif yang kami sertakan dalam Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) yang didiskusikan secara berkelompok sesuai gaya belajar siswa. Kami
menggunakan 2 jenis LKPD yakni LKPD visual dan LKPD literasi. Asesmen formatif
kami dapat dilihat pada Lampiran 3. Selain asesmen formatif, kami juga melakukan
pengamatan profil pelajar pancasila yang muncul pada siswa seperti kemampuan
kolaborasi, gotong royong, bernalar kritis dan kreatif selama proses pembelajaran dan
perancangan proyek.
Asesmen yang kami lakukan tidak terbatas pada akhir pembelajaran, namun
juga selama proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan prinsip asesmen yang efektif
pada pembelajaran paradigma baru yakni asesmen merupakan bagian terpadu dari
proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan menyediakan informasi yang
holistik sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua, agar dapat
memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Asesmen yang kami lakukan mencakup ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan siswa yang dapat diamati selama proses pembelajaran, sehingga
asesmen dilakukan terpadu dengan pembelajaran.
Kami juga ikut menyusun asesmen sumatif yang digunakan pada kegiatan
Penilaian Akhir Semester (PAS) 1 yang dilakukan pada bulan November. Asesmen
sumatif dan sampel hasil nilai siswa dapat dilihat pada Lampiran 4.
45
pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan
pengembangan profesi dan (4) melakukan kegiatan penunjang. Pengembangan profesi
adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran
dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya
maupun lingkup sekolah pada khususnya.
Tujuan praktik pembelajaran yang dilaksanakan mahasiswa yaitu: (1)
membentuk kemampuan, sikap dan profesionalisme mahasiswa sebagai calon
guru; (2) membentuk kemampuan mahasiswa mengembangkan inovasi dalam
pendidikan; (3) memenuhi kebutuhan sekolah terhadap inovasi-inovasi
pendidikan; dan (4) melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan
memperagakan kinerja dalam situasi nyata dalam kegiatan belajar mengajar
maupun tugas-tugas keguruan lainnya.
Adanya praktik pembelajaran diharapkan calon guru profesional dapat
belajar mengelola peserta didik, membuat rencana pembelajaran dan asesmen,
memiliki pengalaman dalam mengajar, dengan harapan meningkatkan kompetensi
pedagogiknya. Selain itu, mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran paradigma
baru dengan pembelajaran diferensiasi dan berpusat pada peserta didik.
Melalui praktik pembelajaran ini, kami juga mampu mengembangkan diri
dalam membuat perencanaan pembelajaran dan asesmen yang efektif dan sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Kegiatan ini berimplikasi secara nyata pada
pengembangan kompetensi pedagogik yang menunjang proses pembelajaran pada
kurikulum merdeka.
46
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik pembelajaran yang telah dilakukan di SMA Negeri 1
Surakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pembelajaran yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Surakarta
menggunakan kurikulum merdeka dengan adanya pembelajaran
berdiferensiasi seperti produk dan proses yang disesuaikan dengan gaya
belajar dan karakteristik peserta didik.
2. Pembelajaran yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Surakarta sudah
mencerminkan pembelajaran paradigma baru yang praktik pembelajarannya
berpusat pada peserta didik.
3. Pembelajaran dan asesmen yang diterapkan di kelas X SMA Negeri 1
Surakarta sudah sesuai dengan kriteria pembelajaran dan asesmen yang
efektif.
B. Saran
Demi terlaksananya pembelajaran yang menyenangkan dan ramah bagi
peserta didik, diharapkan mahasiswa PPG Prajabatan dapat terus melaksanakan
perbaikan selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mahasiswa juga hendaknya
terus mempelajari model dan pendekatan pembelajaran sehingga dapat
melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Untuk SMAN 1 Surakarta, diharapkan terus mempelajari kebutuhan dan
karakteristik siswa dan juga sekolah. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat terus
mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Untuk Universitas Sebelas Maret diharapkan dapat terus membekali
mahasiswa PPG Prajabatan dengan ilmu kependidikan. Memberikan masukan, kritik
dan saran atau refleksi setelah proses pembelajaran juga sangat diperlukan. Hal itu
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya oleh
mahasiswa PPG Prajabatan.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
Uno, H.B. (2016). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
W.S. Winkel. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
Yusuf, Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
49
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Asesmen Diagnostik Gaya Belajar Siswa
Kelas X2
50
15 CHRISTIANO BIMA PERDANA AUDITORY –
KINESTETIK
51
32 SATRIA ADHI GUMELAR AUDITORY - VISUAL
Kelas X3
52
11 HENDRA RIZKY RAMADHAN VISUAL - KINESTETIK
53
28 RAFADIKA ARYUDYA PUTRA SAFARI VISUAL - KINESTETIK
Kelas X4
54
09 DIPANGGA ATMAJA KUSTANTO KINESTETIK
55
31 SAHNAZ AURELIA HARIS VISUAL
56
Lampiran 2. Asesmen Formatif berupa Produk (Laporan sesuai Kreativitas
Peserta Didik)
57
58
59
Lampiran 3. Asesmen Formatif yang Terintegrasi dengan LKPD
60
Percobaan Pembuatan Baterai dari Kentang
1. Apa yang terjadi jika rangkaian umbi kentang dan paku sudah terangkai dengan
lengkap? Apakah lampu LED dapat menyala? Jika tidak menyala, apa
permasalahannya?
2. Apa fungsi pemberian tembaga dan paku payung pada praktikum baterai
kentang?
3. Mengapa umbi kentang dapat menyalakan lampu LED tersebut? Jelaskan
transformasi energi tersebut!
4. Sebutkan beberapa contoh sumber energi alternatif lain selain umbi kentang!
61
Lampiran 4. Asesmen Sumatif dan Hasil Asesmen
Asesmen Sumatif
1. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran pokok
dalam sistem Internasional adalah ….
A. Suhu, volume, massa jenis dan kuat arus
B. Kuat arus, panjang, waktu, dan massa jenis
C. Panjang, luas, waktu dan jumlah zat
D. Kuat arus, intensitas cahaya, suhu, waktu
E. Intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu
2 Suhu Celcius
3 Waktu Sekon
4 Panjang Km
5 Massa Gram
62
4. Kelompok besaran di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan
adalah …
A. Panjang lebar dan luas
B. Kecepatan, percepatan dan gaya
C. Kuat arus, suhu dan usaha
D. Kecepatan, berat dan suhu
E. Intensitas cahaya, banyaknya mol dan volume
7. Sebuah pipa berbentuk silinder berongga dengan diameter dalam 1,6 mm dan
diameter luar 2,1 mm. Alat yang tepat untuk mengukur diameter dalam pipa
tersebut adalah…
A. Mistar
B. Altimeter
C. Mikrometer
D. Jangka Sorong
E. Amperemeter
63
8. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu bidang persegi panjang masing-masing
12,73 cm dan 6,5 cm. Menurut aturan penulisan angka penting, luas bidang
tersebut adalah ……
A. 82,74 cm2
B. 82,745 cm2
C. 82,75 cm2
D. 82,,8 cm2
E. 83 cm2
9. Luas suatu Bujur sangkar adalah 26,5 cm2, maka panjang salah satu sisinya
adalah…
A. 5,1478 cm
B. 5,148 cm
C. 5,15 cm
D. 5,2 cm
E. 5,1 cm
10. Seorang siswa mengukur diameter sebuah lingkaran hasilnya adalah 8,50 cm.
Keliling lingkarannya dituliskan menurut aturan angka penting adalah … (π =
3,14).
A. 267 cm
B. 26,7 cm
C. 2,67 cm
D. 0.267 cm
E. 0,0267 cm
64
A. 8,12 mm
B. 8,50 mm
C. 8,52 mm
D. 8,62 mm
E. 9,12 mm
12. Satuan dari beberapa besaran-besaran dibawah ini yang benar adalah…
A. Massa satuannya Newton
B. Berat satuannya Kilogram
C. Massa jenis satuannya Newton/m2
D. Tekanan satuannya Paskal
E. usaha satuannya joule/sekon
13. Beberapa pasangan besaran berikut, memiliki dimensi yang sama, yaitu :
1. Massa dan berat
2. momentum dan impuls
3. Gaya dan berat
4. usaha dan daya
Pernyataan yang benar adalah..
A. 1,2 dan 3
B. 1,2 dan 4
C. 1 dan 3
D. 2 dan 3
E. 2 dan 4
17. Tiga besaran di bawah ini yang merupakan besaran skalar adalah ….
A. Jarak, waktu dan luas
B. Perpindahan, kecepatan dan percepatan
C. Laju, percepatan dan perpindahan
D. Gaya, waktu dan induksi magnet
E. Momentum, kecepatan dan massa
18. Dari hasil pengukuran di bawah ini yang termasuk vektor adalah …
A. Gaya, daya dan usaha
B. Gaya, berat dan massa
C. Perpindahan, laju dan kecepatan
D. Kecepatan, momentum dan berat
E. Percepatan, kecepatan dan daya
19. Dua buah vektor V₁ dan V₂ masing-masing besarnya 12 satuan dan 5 satuan.
Kedua vektor tersebut membentuk sudut 90°. Resultan kedua gaya
A. -7 satuan
B. 5 satuan
C. 7 satuan
D. 12 satuan
E. 13 satuan
66
20. Dua buah vektor F₁ dan F₂ masing-masing besarnya 12 satuan dan 12 satuan.
Kedua vektor tersebut membentuk sudut 120°. Resultan kedua gaya
A. 0 satuan
B. 6 satuan
C. 12 satuan
D. 15 satuan
E. 24 satuan
21. Dua buah gaya bernilai 3 N dan 4 N. Resultan gaya tersebut tidak mungkin
bernilai … N
A. -1
B. 2
C. 5
D. 7
E. 8
Jika salah satu mewakili gaya 1 N, maka besarnya resultan kedua gaya adalah …
A. 6 N
B. 8 N
C. 10 N
D. 16 N
E. 18 N
67
A. Fx = 6 N dan Fy = 8 N
B. Fx = 8 N dan Fy = 6 N
C. Fx = -6 N dan Fy = 8 N
D. Fx = -8 N dan Fy = 6 N
E. Fx = -8 N dan Fy = -6 N
24. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 180 meter dan kecepatan
arus airnya 4 m/s. Bila perahu diarahkan menyilang tegak lurus sungai dengan
kecepatan 3 m/s, maka setelah sampai di seberang perahu telah menempuh
lintasan sejauh ….
A. 100 m
B. 240 m
C. 300 m
D. 320 m
E. 360 m
26. Dua buah gaya bernilai 3 N dan 4 N. Resultan gaya tersebut tidak mungkin
bernilai …..
68
A. -1 N
B. 0 N
C. 2 N
D. 5 N
E. 8 N
Berdasarkan cara yang disebutkan, langkah yang benar untuk memperbesar arus
yang mengalir dari bio-baterai lemon adalah…
A. 1), 2) ,5)
B. 2), 4), 5)
C. 2), 3), 6)
D. 2), 4), 6)
E. 1), 4), 5)
69
28. Kandungan pada lemon yang menghasilkan listrik adalah…
A. Air
B. Asam sitrat
C. Asam nitrat
D. Garam
E. Asam karbonat
29. Perubahan energi yang terjadi pada percobaan bio-baterai lemon yang paling
tepat adalah…
A. Energi kinetik menjadi listrik
B. Energi listrik menjadi cahaya
C. Energi listrik menjadi energi panas
D. Energi kimia menjadi energi cahaya
E. Energi kimia menjadi listrik dan cahaya
Kentang merupakan sumber makanan yang murah, mudah disimpan dan tahan lama.
Seorang ilmuwan Profesor Haim Rabinowitch dari Hebrew University of Jerusalem
menemukan kentang dapat menjadi sumber energi pengganti listrik yang membuat
lampu menyala. Caranya dengan ditancapkan dua batang logam yaitu seng sebagai
elektroda negatif (anoda) dan tembaga sebagai elektroda yang bermuatan positif
(katoda), kabel dan lampu LED ke sebutir kentang. Asam di dalam kentang
membentuk reaksi kimia dengan seng dan tembaga, dan ketika elektron mengalir
70
dari satu bahan ke bahan lainnya, maka energi dilepaskan. Tahun 2010 bersama
timnya menemukan bahwa dengan merebus kentang selama delapan menit, maka
jaringan organik di dalamnya buyar sehingga mengurangi resistensi serta membuat
gerakan elektron menjadi lebih bebas dan bisa menghasilkan energi lebih banyak.
Energi yang dihasilkan kentang rebus, dapat menghemat enam kali lebih murah
daripada lampu minyak dan 50 kali lebih murah daripada energi yang dihasilkan
baterai AA standar yaitu 1,5 Volt. (sumber: nationalgeographic.grid.id )
30. Pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan contoh perubahan energy yang
terjadi pada kasus di artikel tersebut adalah….
A. Energi kimia pada kentang dapat berubah menjadi energi cahaya dan panas
B. Energi kimia pada kentang dapat berubah menjadi energi listrik yang
menghidupkan lampu
C. Energi kimia pada kentang dapat berubah menjadi energi listrik yang dapat
menghidupkan cahaya lampu dan menghasilkan energi panas
D. Energi listrik pada kentang dapat menghidupkan lampu
E. Energi listrik pada kentang berubah menjadi energi cahaya
31. Berdasarkan artikel diatas, alasan mengembangkan energi dari kentang adalah…..
A. Pengembangan energi terbarukan dengan biaya lebih murah dan ramah
lingkungan
B. Membantu penghematan energi listrik
C. Membantu daerah yang tidak punya saluran listrik
D. Untuk menaikkan daya jual kentang
E. Agar petani kentang meraih keuntungan
71
33. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), energi angin merupakan
salah satu sumber energi yang akan diprioritaskan dalam pemenuhan konsumsi
energi nasional. Secara mekanisme, cara kerja PLTB memiliki prinsip yang
sama dengan PLTA. Perbedaannya, pada PLTB, aliran angin dimanfaatkan
untuk memutar turbin untuk menghasilkan aliran listrik. Berdasarkan pernyataan
di atas, perubahan energi yang terjadi dalam pembangunan PLTB adalah …
A. Energi kimia menjadi energi listrik
B. Energi kinetik menjadi energi listrik
C. Energi kinetik menjadi energi listrik
D. Energi listrik menjadi energi kinetik
E. Energi listrik menjadi energi cahaya
34. Berikut ini adalah kondisi yang tepat untuk membangun Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu
1) Kecepatan gerak angin yang besar
2) Kecepatan angin rata-rata di daerah tersebut sering berubah
3) Daerah yang cocok untuk pembangunan PLTB adalah dataran rendah atau
perbukitan
4) Kecepatan angin rata-rata di daerah tersebut cenderung konstan
Berdasarkan pernyataan di atas, kondisi yang tepat untuk membangun PLTB
adalah…
A. 1) dan 2)
B. 1) dan 3)
72
C. 2), 3) dan 4)
D. 1), 3) dan 4)
E. 1), 2), 3) dan 4)
35. Indonesia memiliki banyak lokasi yang memiliki kecepatan angin yang cukup
besar dan cocok untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin skala kecil
dan menengah. Hal tersebut dilakukan sebagai alternatif pengganti bahan bakar
fosil untuk menghasilkan listrik. Berikut ini yang bukan merupakan keuntungan
pemanfaatan energi angin sebagai pembangkit listrik adalah…
A. Kerusakan akibat petir dan burung yang bermigrasi
B. Hanya memerlukan sebidang tanah berukuran kecill
C. Sumber energi primer secara cuma-cuma yaitu angin
D. Dampak minimal pada lingkungan
E. Tidak menghasilkan limbah
36. Perubahan energi yang terjadi pada pembuatan lilin dari minyak jelantah
adalah…
A. Energi panas menjadi energi kimia
B. Energi panas menjadi energi kimia dan cahaya
C. Energi terbarukan menjadi energi panas dan kimia
D. Energi kimia menjadi energi listrik dan cahaya
E. Energi kimia menjadi energi cahaya dan panas
73
1) Mengurangi komoditas kelapa sawit
2) Mengganggu kadar oksigen di sungai dan laut
3) Menimbulkan penyakit jantung
4) Menghemat penggunaan parafin
5) Menyumbat saluran air
6) Merusak keseimbangan nutrisi tanah
Berdasarkan pernyataan di atas, yang termasuk bahaya membuang minyak
jelantah sembarangan adalah…
A. 1), 2), 5)
B. 2), 4), 5)
C. 2), 3), 6)
D. 2), 5), 6)
E. 1), 4), 5)
38. Berikut olahan yang dapat dihasilkan dari limbah minyak goreng, kecuali…
A. Biodiesel
B. Serum
C. Sabun
D. Lilin
E. Pupuk tanaman
Gambar Percobaan Bio-Baterai Sisa Sayur dan Buah untuk Soal No 39-41
74
39. Elektroda yang digunakan dalam pembuatan bio-baterai dari sisa buah dan sayur
adalah…
A. Lempeng seng sebagai elektroda positif dan lempeng tembaga sebagai
elektroda negatif.
B. Lempeng seng sebagai elektroda negatif dan lempeng tembaga sebagai
elektroda positif.
C. Lempeng seng sebagai elektroda positif dan lempeng besi sebagai elektroda
negatif.
D. Lempeng seng sebagai elektroda negatif dan lempeng besi sebagai elektroda
positif.
E. Lempeng besi sebagai elektroda negatif dan lempeng tembaga sebagai
elektroda positif.
41. Proses perubahan energi yang terjadi pada bio-baterai dari sisa buah dan sayur
adalah…
A. Energi listrik menjadi energi panas
B. Energi kinetik menjadi energi listrik
C. Energi kimia menjadi energi listrik dan panas
D. Energi kimia menjadi energi listrik dan cahaya
E. Energi kimia menjadi energi panas
75
Gambar Percobaan Energi Biomassa Sederhana untuk Soal No 42-45
43. Dalam percobaan energi biomassa sederhana gula dan ragi yang dilarutkan
dalam air akan menghasilkan gas yang membuat balon mengembang. Gas
tersebut adalah....
A. Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2)
B. Karbondioksida (CO2) dan alkohol
C. Oksigen (O2) dan alkohol
D. Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2) dan alkohol
E. Karbondioksida dan oksigen
44. Fungsi ragi dan gula putih dalam percobaan energi biomassa sederhana adalah....
A. Ragi berfungsi sebagai mikroba yang memecah senyawa organik sehingga
terjadi fermentasi yang menghasilkan gas CO2. Gula putih berfungsi sebagai
sumber energi.
B. Ragi berfungsi sebagai sumber energi. Gula putih berfungsi sebagai mikroba
yang memecah senyawa organik sehingga terjadi fermentasi yang
menghasilkan gas CO2.
C. Ragi berfungsi sebagai mikroba yang memecah senyawa organik sehingga
terjadi fermentasi yang menghasilkan gas O2. Gula putih berfungsi sebagai
sumber energi.
76
D. Ragi berfungsi sebagai sumber energi. Gula putih berfungsi sebagai mikroba
yang memecah senyawa organik sehingga terjadi fermentasi yang
menghasilkan gas O2.
E. Ragi berfungsi sebagai sumber energi. Gula putih berfungsi sebagai mikroba
yang memecah senyawa organik sehingga terjadi fermentasi yang
menghasilkan gas O2.
45. Biomassa merupakan salah satu contoh dari energi terbarukan. Manfaat biomassa
bagi lingkungan sekitar kecuali.....
A. Meminimalisir limbah organik
B. Meningkatkan kualitas air
C. Mengurangi ketergantungan pada energi fosil
D. Menyebabkan efek rumah kaca
E. Mengurangi polusi udara
77
Lampiran 5. Hasil Penilaian Asesmen Sumatif
Sekolah : SMAN 1 Surakarta
KD Semester : 2022/1
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : X1
Semester ke :1
ID Format : F_Nilai_Rapor
No Nama Siswa
Nilai Rapor Siswa
1 ADAM RIZKI
89 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
NUR
kompetensi tentang tentang pembelajaran
BAROKAH
pengukuran , perkalian kontekstual sebagai
PUTRA
titik vektor , perkalian penerapan dalam kehidupan
MUNAWAR
silang vektor dan energi sehari-hari
terbarukan
2 ADHILIZHA
90 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
ZUMROTUL
kompetensi tentang tentang pembelajaran
KHASANAH
pengukuran , perkalian kontekstual sebagai
titik vektor , perkalian penerapan dalam kehidupan
silang vektor dan energi sehari-hari
terbarukan
78
3 AGNES
86 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
KHALISA
kompetensi tentang tentang perkalian silang
AURELA
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
ADNAPUTRI
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
4 Alferro Aji
77 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Pamori
kompetensi tentang tentang perkalian titik
pengukuran dan energi vektor , perkalian silang
terbarukan vektor dan pembelajaran
kontekstual sebagai
penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
5 Ammara Qudsi
87 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Almukarimy
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
6 ANANDA
82 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
SHAHANSYAH
kompetensi tentang tentang perkalian silang
KHASANI
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
79
7 Angelo
85 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Yudhistira
kompetensi tentang tentang perkalian silang
Mintardjo
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
8 Anthonia
87 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Challista Andreas
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
9 AUFAA
86 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
RAMADHANI
kompetensi tentang tentang perkalian silang
SEPTIANNA
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
10 CATALINE
86 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
VELIST CAKRA
kompetensi tentang tentang perkalian silang
ADI
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
80
11 Fayaza Aulia
86 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Safitri
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
12 FEBRIANTA
77 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
WIDHA
kompetensi tentang tentang perkalian titik
CAKRAWIRADI
pengukuran dan energi vektor , perkalian silang
NATA
terbarukan vektor dan pembelajaran
kontekstual sebagai
penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
13 Hanin Mumtazah
84 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
14 HAYU
85 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
TAHANTI
kompetensi tentang tentang perkalian silang
RETNO ASTUTI
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
81
15 Hemas Rahma
81 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Sarita
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
16 Isni Nurfatimah
78 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
kompetensi tentang tentang perkalian titik
pengukuran dan energi vektor , perkalian silang
terbarukan vektor dan pembelajaran
kontekstual sebagai
penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
17 JELITA RETNO
80 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
ARUM
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
82
19 JULIARTA
85 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
ARIA
kompetensi tentang tentang perkalian silang
SATRIADI
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
20 KHALILA AZ-
84 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
ZAHRA
kompetensi tentang tentang perkalian silang
MALIHA
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
SETYOKO
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
21 Kristian Ardan
83 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
WIbowo
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
22 MAISHA
87 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
NORIN
kompetensi tentang tentang perkalian silang
AMARILIS
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
83
23 MAULANA
85 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
RHYS
kompetensi tentang tentang perkalian silang
PRADANA
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
24 Muhammad Arva
87 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Surya Raissa
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
25 MUHAMMAD
85 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
FARHAN DWI
kompetensi tentang tentang perkalian silang
NUGROHO
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
26 Muhammad
89 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Nabil Aizar
kompetensi tentang tentang pembelajaran
Ramadhan
pengukuran , perkalian kontekstual sebagai
titik vektor , perkalian penerapan dalam kehidupan
silang vektor dan energi sehari-hari
terbarukan
84
27 NAJLA' HANA'
87 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
SETYAWAN
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
28 NAJWA SHAFA
87 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
HABIBA
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
29 NAMINEIKI
77 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
SABRINA
kompetensi tentang tentang perkalian titik
RIZKY
pengukuran dan energi vektor , perkalian silang
SIATIAYU
terbarukan vektor dan pembelajaran
kontekstual sebagai
penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
30 Naufal Abidin
85 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Lachansyah
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
85
31 Pannayaka
83 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
Janggleng
kompetensi tentang tentang perkalian silang
Renggo Loekito
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
32 PRAMUDYA
81 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
GERRARD
kompetensi tentang tentang perkalian silang
PRAKOSO
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
33 RASENDRIYA
86 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
HAFSHAH
kompetensi tentang tentang perkalian silang
CYNARA
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
34 REVINA
88 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
RESPATI AYU
kompetensi tentang tentang pembelajaran
ANJANI
pengukuran , perkalian kontekstual sebagai
titik vektor , perkalian penerapan dalam kehidupan
silang vektor dan energi sehari-hari
terbarukan
86
35 Sausan Fadhillah
82 Telah memenuhi Perlu peningkatan lagi
kompetensi tentang tentang perkalian silang
pengukuran , perkalian vektor dan pembelajaran
titik vektor dan energi kontekstual sebagai
terbarukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari
87