PENDAHULUAN
Proses pembelajaran matematika yang dilakukan saat ini cenderung terlalu kering,
teoritis, kurang kontekstual, dan bersifat semu. Pembelajaranpun kurang bervariasi, sehingga
mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari matematika lebih lanjut pengajaran matematika
di sekolah terlalu bersifat formal sehingga matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan
sehari-hari sangat berbeda dengan apa yang mereka temukan disekolah. Oleh sebab itu
pembelajaran matematika sangat perlu memberikan muatan/menjembatani antara matematika
dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan matematika sekolah.
Di sekolah yang dominan suku atau etnis tertentu seringkali mengajarkan matematika
tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia demikian juga pada beberapa daerah dimana dalam
bahasa pengantar juga menggunakan bahasa setempat. Oleh sebab itu guru harus mengajarkan
matematika dengan menggunakan bahasa pengantar dari bahasa daerah setempat. Bahasa
daerah setempat mempunyai istilah sendiri, misalnya untuk kata ” berhitung, ditambah,
dikurang, dikali dan dibagi”.
Kata–kata semacam itu mempunyai makna begitu banyak bagi anak dan guru untuk
mengajarkan matematika formal dalam komputasi.Pertimbangan lain bahwa matematika yang
diperoleh di sekolah tidak cocok dengan cara hidup masyarakat setempat, sehingga matematika
sulit dipahami oleh siswa karena ada dua skema yang diperoleh yaitu skema yang diperoleh di
lingkungan dan skema yang diperoleh di sekolah. Dua hal tersebut diduga sebagai penyebab
sulitnya siswa mempelajari matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUDAYAAN
Kebudayaan didefinisikan dengan berbagai cara. Ada yang mendefenisikan
kebudayaan terkait dengan pola tingkah laku dan perolehan pengetahuan suatu kelompok
masyarakat. Ada pula mendefeniskan kebudayaan terkait dengan sistem gagasan dan tindakan
manusia. Spradley mengemukakan bahwa konsep kebudayaan terkait dengan berbagai pola
tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tetentu, seperti adat
(custom), atau cara hidup (way of life) masyarakat. Dikatakan pula bahwa kebudayaan merujuk
pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan
pengetahuan dan melahirkan tingkahlaku sosial (Spradley, 2007).
1. Bahasa
Bahasa merupakan fenomena alamiah yang dipelajari manusia sejak kanak-kanak
sampai dewasa. Umumnya bahasa dipahami sebagai alat berkomunikasi yang berbentuk lisan
dan tulisan. Aspek yang menjadi focus penelitian antara lain:
Sebagai aktivitas manusia, matematika merupakan suatu fenomena yang terikat dengan
budaya, dan setiap budaya menciptakan ide-ide di mana secara jelas sebagai “matematika lain”.
Juga matematika adalah suatu fenomena budaya dan matematika sebagai pan-human activity.
Matematika (pengetahuan matematika) sudah ada dalam setiap budaya, terkandung dalam
setiap budaya sebagai suatu “matematika beku” (Bishop, 1988; Dowling, 1998; Gerdes, 1997).
Matematika tertanam dalam semua budaya jauh dari matematika sebagai suatu disiplin ilmu.
Matematika adalah suatu produk budaya, dipengaruhi oleh filsafat khusus secara budaya, di
mana semua budaya mengembangkan bentuk matematika mereka sendiri tergantung pada
kebutuhan lingkungan mereka dan tujuan masyarakat (Mukhopadhyay & Greer, 2011; Milroy,
1992).
Etnomatematika
Matematika
Adonara Mendukung Sekolah
Etnomatematika Adonara
digunakan dalam pembelajaran
matematika
Etnomatematika Matematika
Adonara Sekolah
Digunakan dalam
pembelajaran Tereduksi
kekeliruan
Etnomatematika Matematik
Adonara a Sekolah
Tereduksi
kekeliruan
Konsep waktu dalam budaya Adonara memang berbeda dengan yang dipelajari di
sekolah,tetapi dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk memperkaya wawasan
pemahaman tentang waktu. Sebaliknya jika tidak digunakan dalam pembelajaran di sekolah
maka makin lama akan hilang penggunaanya di masyarakat. Dalam hal ini konstruksi waktu
dalam budaya Adonara tidak memengaruhi pemahaman konsep matematika sekolah secara
langsung karena keduanya memiliki konstruksi yang berbeda.
Dalam budaya Adonara ditemukan juga operasi penjumlahan pupu dan tali’. Tindakan
pupu berkenaan dengan menggabungkan atau menjumlahkan dua kumpulan yang berbeda
sedangkan tindakan tali’ berkenaan dengan menambah jumlah pada kumpulan yang sama.
Terdapat perbedaan yang sangat menyolok bahkan betentangan antara tindakan pupu dan
bentuk aljabar serta penjumlahan bentuk aljabar. Sebagai ilustrasi, tindakan pupu dalam budaya
Adonara, 5 (ekor kambing) + 2 (ekor babi) = 7 (ekor hewan) yang dapat ditulis dalam bentuk
aljabar sebagai 5k + 2b = 7h, di mana, k: kambing, b: babi, dan h: hewan. Jika k, b, dan h
menyatakan benda kambing maka bentuk aljabar di atas salah karena sebagai variabel maka
k,b, dan h mewakili bilangan bukan benda. Sebaliknya jika k, b, dan h mewakili bilangan yang
menyatakan banyaknya kambing, babi, dan hewan maka penjumlahan bentuk aljabar di atas
juga salah karena penjumlahan bentuk aljabar hanya berlaku pada suku-suku sejenis saja.
Uraian sebelumnya dapat disajikan dalam Gambar 3 berikut.
Etnomatematik
a Adonara Tidak Memengaruhi Matematika
Sekolah
konsep
Etnomatematika
Adonara Matematika
Sekolah
PENUTUP