Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA)

Volume 2, Nomor 1, Juni 2019


e-ISSN : 2598-4934
p-ISSN : 2621-119X

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA LOKAL TAPIS


LAMPUNG SEBAGAI UPAYA MEMPERKUAT IDENTITAS BANGSA

Isbandiyah1, Supriyanto2
STKIP-PGRI Lubuklinggau1,2
isbandiyah@stkippgri-lubuklinggau.ac.id1

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai karakter Tapis
Lampung sebagai upaya memperkuat identitas bangsa Indonesia. Adapun metode
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan studi kepustakaan dan model analisis yang
digunakan adalah model Critical Discourse Analysis (CDA) atau analisis wacana
kritis. Hasil penelitian didapatkan kain Tapis dibuat dengan sistem sulam,
menggunakan benang kapas dan benang perak atau emas serta dengan motif
hiasan bahan sugi. Kain Tapis biasanya dipakai oleh para gadis dan wanita suku
Lampung, sebagai perlengkapan upacara adat, keagamaan, dan perkawinan.
Dalam Tapis tersimpan nilai-nilai hidup atau nilai karakter yang berkembang
dalam masyarakat Lampung. Nilai-nilai karakter tersebut diantaranya adalah nilai
sakral, nilai stratifikasi sosial, nilai sejarah dan pemahaman terhadap alam, nilai
kreativitas dan inklusivitas, nilai ekonomis, nilai kerjasama, dan nilai ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran. Kain Tapis Lampung merupakan salah satu identitas
bangsa Indonesiayang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Oleh karena itu, sebagai
upaya memperkuat identitas bangsa, Kain Tapis Lampung diperkenalkan pada
masyarakat internasional. Berdasarkan hasil analisis dari berbagai sumber, dapat
disimpulkan bahwa Tapis merupakan salah satu bentuk pencapaian peradaban
masyarakat Lampung

Kata Kunci: Nilai Karakter, Tapis Lampung, Identitas Bangsa

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the values of the character of Lampung
Tapis as an effort to strengthen the identity of the Indonesian nation. The method
used is a qualitative method with an ethnographic approach. The data collection
technique uses library studies and the analysis model used is the Critical
Discourse Analysis (CDA) model or critical discourse analysis. The results
showed that Tapis fabric was made with a embroidery system, using cotton yarn
and silver or gold thread and with decorative motifs of ingredients. Tapis cloth is
usually worn by Lampung tribal girls and women, as supplies for traditional,
religious and marriage ceremonies. In Tapis, the values of life or character values
are developed in Lampung society. These character values include sacred values,
social stratification values, historical values and understanding of nature, values
of creativity and inclusiveness, economic value, value of cooperation, and values

29
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

of perseverance, thoroughness and patience. Lampung Tapis cloth is one of the


national identities of Indonesia which is not owned by other nations. Therefore, as
an effort to strengthen the national identity, Lampung Tapis Fabrics were
introduced to the international community. Based on the results of analysis from
various sources, it can be concluded that Tapis is one form of achievement of
Lampung society civilization

Keywords: Character Value, Lampung Filter, National Identity

PENDAHULUAN menggunakan benang emas atau


Bangsa Indonesia dengan perak.”
bermacam aneka ragam corak, bentuk Fungsi dari kain tenun
dan sifat kebudayaan daerah yang tapissendiri adalah sebagai simbol yang
memiliki berbagai potensi bagi terkandung pada lambang yang
pengembangan nilai-nilai budayanya menjadi ragam hias motifnya. Pada
merupakan sumber kekayaan bangsa. mulanya, ragam hias yang dilukiskan
Lampung, sebagai salah satu wilayah pada pakaian tenun umumnya
yang terdapat di ujung selatan pulau mempunyai arti atau bentuk abstrak
Sumatera, memiliki warisan budaya dari satu objek. Kain tenun
yang telah melahirkan benda-benda tapismerupakan perangkat yang
yang bernilai tinggi, benda-benda memiliki makna beraneka ragam yang
budaya tersebut merupakan hasil karya berhubungan dengan kepercayaan,
cipta masa lampau yang digunakan perasaan sakral dan pemuasan akan cita
untuk memenuhi kebutuhan hidup rasa kaindahan.
masyarakat. TapisLampung termasuk
Namun, peninggalan budaya kerajian tradisional karena peralatan
tersebut semakin langka, berkurang, yang digunakan dalam membuat kain
bahkan mulai hilang di masyarakat, dasar dan motif-motif hiasnya masih
karena terdesak oleh pengaruh budaya sederhana. Menurut Sujadi (2012)
yang berkembang dimasa sekarang. bahwa “Tapis merupakan kerajinan
Jika kebudayan tersebut dibiarkan terus tradisional masyarakat dalam
menerus maka dikhawatirkan menyelaraskan antara kehidupan
kepunahannya. Maka dari sinilah kita mereka, lingkungan, dan Sang Pencipta
sebagai bangsa Indonesia harus Alam Semesta.”Hal senada juga
mempunyai rasa memiliki dengan diungapkan oleh Hamy dan Sutyawan
adanya kebudayaan daerah, yaitu (2011), “Tapismerupakan kerajinan
dengn cara melestarikan hasil-hasil tradisional masyarakat Lampung yang
budaya daerah kita. diajarkan secara turun temurun dan
Salah satu warisan budaya lahir sebagai “saranan” demi
Lampung yang perlu dilestarikan menyelaraskan kehidupan masyarakat
adalah Tapis. Menurut Lestari, dkk. dengan lingkungan sekitar maupun
(1999) “Tapis adalah sejenis kain sang pencipta.”
sarung yang digunakan oleh Dengan demikian dapat penulis
masyarakat Lampung terutama oleh jelaskan, bahwa tapis Lampung
para gadis dan wanita suku Lampung. merupakan kerajinan tradisional
Kain ini memiliki ragam hias dari masyarakat Lampung dalam bentuk
setiap jenisnya. Ragam hias pada kain kain sarung, yang menyelaraskan
Tapis dibuat dengan cara menenun dan kehidupan masyarakat Lampung, baik

30
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

dengan lingkungannya maupun dengan demikian, penulis membuat sebuah


penciptaan alam semesta. Kain tapis ini judul “Pendidikan Karakter Berbasis
dibuat dengan sistem sulam, Budaya Lokal Tapis Lampung Sebagai
menggunakan benang kapas dan Upaya Memperkuat Identitas Bangsa.”
benang perak atau emas serta dengan
motif atau hiasan bahan sugi. Kain METODE PENELITIAN
tapis biasanya dipakai oleh para gadis Metode yang digunakan dalam
dan wanita suku Lampung, sebagai penulisan ini yaitu metode kualitatif
perlengkapan upacara adat, keagamaan dengan pendekatan studi etnografi.
dan perkawinan, akan tetapi Studi etnografi merupakan salah satu
tapisbanyak juga diproduksi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif
komoditi yang mempunyai nilai yang berusaha untuk mengkaji tentang
ekonomi yang cukup tinggi. kebudayaan yang ada pada sutu
Saat ini kerajinan tapistelah kelompok tertentu. Pendapat tersebut
banyak diminati oleh berbagai sejalan dengan Saryono dan Anggraeni
masyarakat Lampung. Perkembangan (2011) yang menyatakan bahwa studi
tapisini dapat dilihat dari beberapa segi, etnografi berusaha mengungkap
yakni segi sosial, ekonomi, dan budaya yang diterapkan dalam suatu
mengurangi tingkat pengangguran. kelompok. Adapun tujuan penggunaan
Dari segi sosial masyarakat Lampung studi etnografi adalah untuk
memiliki simbol atau keunikan ragam mengungkapkan berbagai makna dan
hias yang dapat digunakan sebagai nilai menjelaskan pemahamaan baru
estetika daerah Lampung, sedangkan mengenai objek yang diteliti. Objek
dari segi ekonomi kerajinan tapis dapat yang diteliti dalam hal ini adalah
meningkatkan perekonomian dan dapat budaya lokal Tapis Lampung.
menambah lapangan kerja bagi Teknik pengumpulan data
masyarakat Lampung. Perkembangan dalam penelitian ini yaitu
ragam hiasnya yaitu menghasilkan menggunakan kajian pustaka, yaitu
desain yang menarik dan motif maupun dengan mengumpulkan berbagai
bentuk yang sudah dimodifikasi. Untuk sumber referensi seperti buku, artikel,
perkembangan bahan, sekarang banyak surat kabar yang berkaitan dengan
yang menggunakan tenun yang sudah objek yang diteliti. Teknik
jadi dan menggunakan benang emas, penggumpulan data yang lainnya yaitu
sehingga tinggal menyulam.Sementara berupa foto/gambar.
hasil karya yang diciptakan melalui Salah satu model analisis data
kerajinan tapisyang sudah banyak yang digunakan dalam penulisan ini
dipasarkan, yaitu sarung, hiasan yaitu model Critical Discourse
dinding, taplak meja, tas, dan Analysis (CDA) atau analisis wacana
sebagainya. kritis. Adapun cara kerja model CDA
Berdasarkan uraian di atas, menurut Aminuddin yang dikutip oleh
perlu mengkaji lebih dalam lagi Fatchan (2009), diantaranya sebagai
mengenai budaya lokal Tapis berikut:
Lampung, karena di dalamnya terdapat Memahami untaian data sebagai teks
nilai-nilai karakter yang perlu secara analitis; Menghubungkan
dikembangkan, sehingga nilai-nilai representasi makna kata-kata maupun
karakter yang terdapat dalam budaya kalimat sebagai unsur pembeda teks
lokal Tapis Lampung dapat dijadikan secara analitis; Menentukan pengertian
sebagai identitas bangsa. Dengan atau value yang termuat dalam teks

31
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

secara kontekstual dan intersekstual ini diwujudkan melalui pendidikan,


sesuai dengan pola pra-anggapan, yaitu pendidikan karakter.
assumsi, maupun konsep teoritik yang Menurut Lickona yang dikutip
digunakan peneliti; dan melakukan oleh Gunawan (2012) “Pendidikan
komparasi antara kesimpulan dan karakter adalah pendidikan untuk
justifikasi yang dibuahkan dengan membentuk kepribadian seseorang
konkretisisasi data maupun dengan melalui pendidikan budi pekerti, yang
kenyataan konkret sebagaimana hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
terdapat dalam dunia pengalaman seseorang, yaitu tingkah laku yang
peneliti. baik, jujur, bertanggungjawab,
menghormati hak orang lain, kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN keras, toleransi, dan sebagainya.”
Pendidikan Karakter Menurut Aunillah (2011) “Pendidikan
Akar dari semua tindakan yang karakter adalah sebuah sistem yang
jahat dan buruk, tindakan kejahatan, menanamkan nilai-nilai karakter pada
terletak pada hilangnya karakter. peserta didik, yang mengandung
Semestinya karakter ada di dalam diri komponen pengetahuan, kesadaran
setiap orang sebagai benteng agar tidak individu, tekad, serta adanya kemauan
melakukan tindakan yang dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
menyimpang. Karena karakter dapat nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha
memberikan kemampuan kepada Esa, diri sendiri, sesama manusia,
sekelompok orang untuk hidup lingkungan, maupun bangsa, sehingga
bersama dalam kedamaian dan akan terwujud insan kamil.”
kebaikan. Seperti yang diungkapkan Megawangi (2004) menyatakan bahwa
oleh Samani dan Hariyanto (2012) “Pendidikan karakter adalah sebuah
“Karakter yang kuat adalah sandangan usaha sadar untuk mendidik peserta
fundamental yang memberikan didik agar dapat mengambil keputusan
kemampuan kepada populasi manusia bijak dan memperhatikannya dalam
untuk hidup bersama dalam kedamaian kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
serta membentuk dunia yang dipenuhi dapat memberikan kontribusi yang
dengan kebaikan dan kebajikan, yang positif kepada lingkungannya.”
bebas dari kekerasan dan tindakan- Berdasarkan pendapat tersebut,
tindakan yang tidak bermoral.” yang dimaksud dengan pendidikan
Berdasarkan pendapat di atas, karakter adalah suatu proses dalam
karakter dimaknai sebagai cara berpikir menanamkan nilai-nilai karakter pada
dan berperilaku yang khas setiap anak yang dirangkai dalam bentuk
individu untuk hidup dan bekerja sama, sikap, perilaku, motivasi, dan
baik dalam keluarga, masyarakat keterampilan. Jadi, pendidikan karakter
maupun bangsa dan negara. Individu adalah hal yang sangat penting untuk
yang berkarakter baik adalah individu perkembangan anak. Apabila dikaitkan
yang dapat membuat keputusandan siap dengan makalah ini, maka pendidikan
mempertanggungjawabkan setiap karakter adalah nilai-nilai yang
akibat dari hasil keputusannya. terkandung dalam budaya lokal kain
Karakter tidak diwariskan, tetapi Tapis Lampung dalam rangka
sesuatu yang dibangun secara memperkuat identitas bangsa. Dengan
berkesinambungan dari hari ke hari demikian, perlu terus mengambangkan
melalui pemikiran dan perbuatan. Hal pendidikan karakter yang berbasis

32
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

budaya lokal, sehingga semakin terlihat rasa percaya satu sama lain, tanpa
dan kuatnya identitas bangsa. kohorensi maka kredibilitas seseorang
Pendidikan karakter memiliki akan runtuh; Otonomi maksudnya
beberapa tujuan yang ingin dicapai. seseorang menginternalisasikan nilai-
Menurut Sulistyowati (2012) Tujuan nilai dari luar sehingga menjadi nilai-
pendidikan karakter, diantaranya: nilai pribadi, menjadi sifat yang
Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ melekat, melalui keputusan bebas tanpa
afektif siswa sebagai manusia dan paksaan dari orang lain; dan Keteguhan
warga negara yang memiliki nilai-nilai dan kesetiaan. Keteguhan merupakan
budaya dan karakter bangsa; daya tahan seseorang guna
mengembangkan kebiasaan dan menginginkan apa yang dipandang
perilaku siswa yang terpuji dan sejalan baik, dan kesetiaan merupakan dasar
dengan nilai-nilai universal dan tradisi bagi penghormatan atas komitmen
budaya bangsa yang religius; yang dipilih.
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan Pendapat di atas menunjukkan
tanggungjawab siswa sebagai generasi bahwa terlaksananya pendidikan
penerus bangsa; Mengembangkan karakter dapat dilihat dari ciri-cirinya,
kemampuan siswa menjadi manusia diantaranya adanya tindakan yang
yang mandiri, kreatif, berwawasan sesuai dengan nilai-nilai karakter,
kebangsaan; dan mengembangkan munculnya orang yang teguh pada
lingkungan kehidupan sekolah sebagai prinsip dan tidak mudah terombang-
lingkungan belajar yang aman, jujur, ambing pada situasi, adanya
penuh kreativitas dan persahabatan, internalisasi nilai-nilai karakter hingga
serta kebangsaan yang tinggi dan menjadi sifat/watak yang melekat pada
penuh kekuatan. diri seseorang, dan adanya seseorang
Berdasarkan pendapat tersebut yang memiliki daya tahan dan
tujuan pendidikan karakter sangat komitmen yang tinggi. Jika semua ciri-
mulia dan bermanfaat untuk manusia ciri pendidikan karakter sudah melekat
dan juga untuk lingkungan sekitar. Hal dalam diri seseorang, maka pendidikan
ini karena tujuan pendidikan karakter karakter telah terlaksana dengan baik.
mengarah pada pengembangan
kemampuan dan perilaku seseorang Budaya Lokal Tapis Lampung
agar menjadi lebih baik serta memiliki Pendidikan dan kebudayaan
nilai guna yang tinggi. memiliki keterkaitan yang sangat kuat.
Untuk mengetahui keberhasilan Pendidikan tidak dapat dipisahkan
pelaksanaan pendidikan karakter, dapat dengan kebudayaan. Tanpa proses
dilihat dari ciri-ciri pendidikan pendidikan tidak mungkin kebudayaan
karakter. Menurut Adisusilo (2012) ada itu berlangsung dan berkembang.
empat ciri dasar pendidikan karakter. Proses pendidikan tidak lebih dari
Keteraturan interior di mana setiap sebagai proses transmisi
tindakan diukur berdasarkan kebudayaan.Sumaatmadja (2002)
seperangkat nilai. Nilai menjadi menyatakan bahwa “Hubungan antara
pedoman normative setiap tindakan; pendidikan dan kebudayaan paling
Koherensi yang memberi keberanian, tidak terdapat kata-kata kunci, yaitu
yang membuat seseorang teguh pada ”Pendidikan merupakan akulturasi
perinsip, tidak mudah terombang- (pembudayaan), institusionalisasi,
ambing pada situasi. Koherensi ini transfer, imparting (memberikan,
merupakan dasar yang membangun

33
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

menggambarkan), explain, justity, dan menempati lokalitas atau daerah


directing (mengarahkan).” tertentu yang berbeda dari budaya yang
Dalam perspektif Antropologi, dimiliki oleh masyarakat yang berada
pendidikan merupakan transformasi di tempat yang lain.”
sistem sosial budaya dari satu generasi Permendagri Nomor 39 Tahun
ke generasi lainnya dalam suatu 2007 Pasal 1 mendefinisikan “Budaya
masyarakat. Tilaar (2000) menjelaskan daerah sebagai suatu sistem nilai yang
bahwa ”Pendidikan merupakan proses dianut oleh komunitas/kelompok
pembudayaan”. Dengan kata lain, masyarakat tertentu di daerah, yang
pendidikan dan kebudayaan memiliki diyakini akan dapat memenuhi
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. harapan-harapan warga masyarakatnya
Ketika berbicara tentang pendidikan, dan di dalamnya terdapat nilai-nilai,
maka kebudayaan pun ikut serta di sikap tata cara masyarakat yang
dalamnya. Tidak ada kebudayaan tanpa diyakini dapat memenuhi kehidupan
pendidikan dan begitu pula praktik warga masyarakatnya”.
pendidikan selalu berada di dalam Dengan demikian, budaya lokal
lingkup kebudayaan. ialah pengetahuan lokal yang sudah
Menurut Tylor yang dikutip sedemikian menyatu dengan sistem
oleh Ratna (2005) “Kebudayaan adalah kepercayaan, norma, dan budaya, serta
keseluruhan aktivitas manusia, diekspresikan dalam tradisi dan mitos
termasuk pengetahuan, kepercayaan, yang dianut dalam jangka waktu yang
seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan lama, maka kearifan lokal merupakan
kebiasaan-kebiasaan lain.” Sementara sesuatu yang berkaitan secara spesifik
Harris (1999) menyebutkan dengan budaya tertentu (budaya lokal)
“Kebudayaan yaitu seluruh aspek dan mencerminkan cara hidup suatu
kehidupan manusia dalam masyarakat, masyarakat tertentu (masyarakat lokal).
yang diperoleh dengan cara belajar, Dengan kata lain, kearifan lokal
termasuk pikiran dan tingkah laku”. bersemayam pada budaya lokal (local
Berdasarkan pendapat di atas, culture).
kebudayaan dipandang sebagai Tapis Lampung merupakan
manifestasi kehidupan setiap orang salah satu budaya lokal yang terbentuk
atau kelompok orang yang selalu melalui tahapan dan periodisasi waktu
mengubah alam. Kebudayaan yang panjang. Dalam proses
merupakan usaha manusia, perjuangan perjalanannya terjadi berbagai
setiap orang atau kelompok dalam penyempurnaan, baik dari aspek teknik
menentukan hari depannya. Budaya dan keterampilan pembuatan, bentuk
lahir karena kemampuan manusia motif yang diterapkan, dan metode
mensiasati lingkungan hidupnya agar penerapan motif pada kain dasar tapis,
tetap layak untuk ditinggali waktu demi menyesuaikan dengan perubahan dan
waktu. perkembangan zaman. Perjalanan
Menurut Setiyawan (2012) sejarah perkembangan terbentuknya
“Budaya lokal (juga sering disebut ragam hias, kain tapis Lampung
budaya daerah) merupakan istilah yang mendapat berbagai pengaruh
biasanya digunakan untuk kebudayan lain, seiring dengan
membedakan suatu budaya dari budaya terjalinnya kontak, interaksi, dan
nasional (Indonesia) dan budaya komunikasi masyarakat adat Lampung
global. Budaya lokal adalah budaya dengan kebudayaan luar. Kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat yang yang memberikan pengaruh pada

34
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

pembentukan gaya seni hias kain tapis menampakkan terjadinya perubahan


antara lain, kebudayan dongson dari dan pengembangan dalam banyak
daratan Asia, Hindu-Buddha, Islam, aspek, seperti pada aspek fungsinya
dan Eropa. kain tapis berubah dari benda sakral
Pembentukan kain Tapis yang terkait erat dengan adat dan
melalui proses yang panjang, akulturasi kepercayaan masyarakat Lampung
terjadi antara unsur-unsur hias berubah menjadi benda profan dan
kebudayaan asing dengan unsur-unsur sekuler yang berfungsi untuk komoditi
hias lama. Unsur-unsur asing yang pasar. Pada aspek produknya kain tapis
datang tidak menghilangkan unsur- tidak hanya berupa kain sarung adat,
unsur lama, akan tetapi semakin tetapi sudah mengalami modifikasi dan
memperkaya corak, ragam, dan gaya diversifikasi, sehingga tercipta berbagai
yang sudah ada. Berbagai kebudayaan produk seni kerajinan kain Tapis
tersebut terpadu dan terintegrasi dalam seperti, busana pesta, busana muslim,
satu konsep utuh yang tidak dapat hiasan dinding, kaligrafi, partisi
dipisahkan dan melahirkan corak baru ruangan, perlengkapan kamar tidur, tas,
yang unik dan khas. dompet, kopiah, tempat tisu, dan
Kain Tapis bagi masyarakat sebagainya.
adat Lampung memiliki makna Pada aspek bentuk motif yang
simbolis sebagai lambang kesucian diterapkan tidak terjadi perubahan
yang dapat melindungi pemakainya frontal, secara umum bentuk motifnya
dari segala kotoran dari luar. Selain itu, masih sama hanya terjadi perubahan
dalam pemakaiannya kain tapis juga seiring perubahan bentuk produk yang
melambangkan status sosial disertai pengembangan, modifikasi,
pemakainya. Makna simbolis kain tapis variasi, penyederhanaan, dan sedikit
terdapat pada kesatuan utuh bentuk penambahan. Perubahan signifikan
motif yang diterapkan, serta bidang terjadi pada penghilangan makna
warna kain dasar sebagai wujud simbolis-filosofis yang terkandung di
kepercayaan yang melambangkan dalamnya. Motif kain tapis sekarang
kebesaran Pencipta Alam. Kain tapis hanya dilihat dari aspek keindahannya
merupakan pakaian resmi masyarakat semata.
adat Lampung dalam berbagai upacara Perubahan yang terjadi pada
adat dan keagamaan, dan merupakan kain tapis Lampung terjadi seiring
perangkat adat yang serupa pusaka dengan perubahan masyarakat
keluarga. pendukungnya, seperti adanya
Susunan masyarakat yang interpretasi dan persepsi masyarakat
bertingkat-tingkat mengkondisikan Lampung terhadap kain tapis,
adanya aturan yang mengatur keterbukaan masyarakat Lampung
pemakaian kain tapis sebagai busana terhadap berbagai inovasi, ide-ide, dan
adat yang menyesuaikan status kreasi baru yang tercermin pada sifat
sosialnya dalam masyarakat. Aturan dan watak nemui nyimah, dan nengah
yang berlaku tersebut juga disertai nyappur. Kecintaan, keinginan, dan
hukuman atau sanksi adat (cepalo) bagi sikap progresif para perajin kain tapis
anggota masyarakat yang yang didukung bakat seni dan
melanggarnya. Namun, dalam rentang keterampilan teknik yang diturunkan
perjalanannya, kain tapis tidak hanya generasi sebelumnya untuk
menunjukkan suatu proses kontinum melestarikan, mempertahankan, dan
kelangsungannya, tetapi juga

35
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

mengembangkan seni kerajinan kain ekonomi sudah jelas pada


tapis. meningkatnya penghasilan para
Faktor eksternal yang perajin.
mendorong terjadinya perubahan seni
kerajinan kain Tapis Lampung, selain Identitas Bangsa
berkembangnya dunia pariwisata Setiap negara yang merdeka
daerah Lampung adalah adanya dan berdaulat sudah dapat dipastikan
lembaga atau institusi pemerintah berupaya memiliki identitas nasional,
maupun swasta di Lampung yang agar negara tersebut dapat dikenal oleh
berusaha mengembangkan seni negara-bangsa lain, dapat dibedakan
kerajinan kain tapis dengan melakukan dengan bangsa lain. Identitas nasional
berbagai usaha, seperti program mampu menjaga eksistensi dan
pelatihan, penyuluhan, dan pembinaan kelangsungan hidup negara-bangsa.
untuk dapat meningkatkan kemampuan Negara-bangsa memiliki kewibawaan
teknis, jiwa kewirausahaan, maupun dan kehormatan sebagai bangsa yang
manajemen usaha para perajin kain sejajar dengan bangsa lain serta akan
tapis. Pemerintah juga telah mengambil menyatukan bangsa yang bersangkutan.
kebijakan penting dengan menciptakan Oleh karena itu, identitas nasional
lingkungan usaha yang kondusif dan menjadi sangat penting bagi bangsa
memberikan kemudahan dalam bidang Indonesia. Menurut Samaludin (2017)
produksi, permodalan, distribusi, dan “Identitas nasional adalahsuatu jati diri
pemasaran. yang khas dimiliki oleh suatu bangsa
Pembubaran lembaga adat dan tapi tidak dimiliki bangsa lain.
Lampung (kepunyimbangan) oleh Dengan kata lain,dentitas nasional
pemerintah juga ikut mendorong adalah kumpulan nilai-nilai budaya
perubahan yang terjadi pada kain tapis. yang tumbuh dan berkembang dalam
Dengan berubahnya struktur berbagai aspek kehidupan dari ratusan
pemerintahan, maka lembaga dan suku yang dihimpun dalam satu
organisasi sosial dalam masyarakat kesatuan Indonesia menjadi
adat tidak lagi memiliki legitimasi. kebudayaan nasional dengan acuan
Lembaga adat (kepunyimbangan) yang pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
berfungsi sebagai pagar sekaligus sebagai dasa dan arah
kontrol dalam rangka melindungi pengembangannya.”
stabilitas masyarakat tidak berfungsi Sementara Kohn (1984)
lagi sebagaimana mestinya. Namun menyatakan bahwa “Identitas memiliki
akan lebih baik seandainya keputusan arti sebagai ciri yang dimiliki setiap
pemerintah tentang penghapusan pihak, yang dimaksud sebagai suatu
lembaga adat ditinjau kembali, karena pembeda atau pembanding dengan
adanya lembaga tersebut akan semakin pihak yang lain. Sedangkan nasional
memperkokoh eksistensi kain tapis atau nasionalisme memiliki arti sutau
Lampung. paham, yang berpendapat bahwa
Selain dampak sosial budaya kesetiaan tertinggi individu harus
yang berhasil melestarikan dan diserahkan kepada negara kebangsaan.”
mempertahankan kelangsungan seni Selanjutnya menurut Kaelan (2010)
kerajinan kain tapis, perubahan yang “Identitas nasional adalah suatu ciri
terjadi pada kain tapis juga mempunyai yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
dampak sosial ekonomi. Dampak secara filosofis membedakan bangsa
perubahan kain tapis dari aspek tersebut dengan bangsa lain.”

36
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

Dengan demikian, identitas tujuan. Secara spesifik inti dari


bangsa merupakan ciri yang dimiliki identitas bangsa adalah pengakuan
oleh setiap bangsa, yang diupayakan terhadap suatu bangsa berdasarkan atas
untuk dipublikasikan agar dapat serangkaian ciri-ciri yang merupakan
dikenal oleh bangsa lain, sehingga suatu kesatuan bulat dan menyeluruh
dapat dilihat perbedaannya dengan menggambarkan suatu bangsa.
bangsa lain. Identitas suatu bangsa
tidak hanya melibatkan individu saja, Nilai-Nilai Karakter dan Budaya
melainkan juga melibatkan seluruh dalam Tapis Lampung
kelompok masyarakat. Identitas bangsa Kain Tapis merupakan salah
disebut juga sebagai jati diri bangsa. satu bentuk pencapaian peradaban
Dalam hal ini Isbandiyah (2015) Lampung. Di dalam Kain Tapis
menyatakan bahwa “Jatidiri bangsa tersimpan nilai-nilai yang hidup dan
adalah nilai-nilai luhur yang berkembang dalam masyarakat
menentukan kepribadian suatu bangsa, Lampung. Nilai-nilai tersebut di
sehingga diakui oleh bangsa lain antaranya adalah nilai sakral, nilai
sebagai suatu kepribadian yang stratifikasi sosial, nilai sejarah dan
berbeda. Kepribadian atau jatidiri suatu pemahaman terhadap alam, nilai
bangsa diadopsi dari nilai-nilai budaya kreativitas dan inklusivitas, nilai
dan nilai-nilai agama yang diyakini ekonomis, nilai kerjasama, dan nilai
kebenarannya. Jika ada orang yang ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
mengatakan bahwa bangsa Indonesia Nilai-nilai tersebut diuraikan di bawah
adalah bangsa yang beradab, bangsa ini:
yang berbudaya, bangsa yang beretika, Pertama, nilai sakral. Kain
maka itulah yang dikatakan Tapis biasanya dipakai dalam setiap
kepribadian atau jatidiri bangsa upacara adat dan keagamaan, dan
Indonesia. Jati diri bangsa itu terbentuk merupakan perangkat adat yang serupa
karena adanya rasa bahwa kita sebagai pusaka keluarga. Kain ini bagi
bangsa Indonesia mengalami masyarakat Lampung merupakan
pengalaman bersama, sejarah yang simbol kesucian. Kain ini diyakini
sama, dan penderitaan yang sama. Jati dapat melindungi pemakainya dari
diri bangsa akan nampak dalam segala macam kotoran luar. Sebagai
karakter bangsa yang merupakan simbol kesucian, maka proses
perwujudan dari nilai-nilai luhur pembuatan Kain Tapis dilakukan
bangsa.” secara cermat dan melalui tahapan-
Berdasarkan beberapa pendapat tahapan yang cukup rumit. Nilai-nilai
di atas, identitas bangsa merupakan sakral ini juga dapat dilihat pada
nilai-nilai luhur yang dijadikan penentu bentuk motifnya yang mengandung
kepribadian suatu bangsa sebagai ciri makna-makna simbolis-filosofis,
khas dari bangsa tersebut, juga untuk seperti motif pohon hayat dan
membedakan dengan bangsa lain. bangunan yang berisikan roh manusia,
Identitas bangsa terbentuk dari karakter dan adanya aturan-aturan kapan dan
masyarakatnya dan kebudayaan yang pada acara apa kain ini digunakan.
ada didalamnya. Identitas melekat pada Kedua, nilai stratifikasi sosial.
kelompok-kelompok besar yang diikat Kain ini juga berfungsi sebagai
oleh kesamaan-kesamaan, seperti penanda status sosial seseorang.
budaya, agama, bahasa dan juga non Artinya, dengan melihat Kain Tapis
fisik seperti keinginan, cita-cita dan yang digunakan, maka kita akan

37
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

mengetahui status sosial orang tersebut. orang lain, tetapi menjadikan


Misalnya dalam upacara pengambilan kebudayaan lain sebagai sumber
gelar adat ada orang yang inspirasi untuk memperkaya
menggunakaan Tapis Tuho, maka kebudayaan sendiri.
orang tersebut dipastikan mempunyai Kelima, nilai ekonomi. Dalam
status sosial yang tinggi. Menurut paradigma ekonomi kreatif, maka
aturan adat, yang berhak menggunakan kreativitas mempunyai nilai ekonomi
Tapis Tuhoadalah isteri dari orang yang tinggi. Hal inilah yang nampaknya
sedang mengambil gelar sultan, orang mulai disadari oleh masyarakat
tua (mepahao) yang sedang mengambil Lampung. Dengan kreativitas dan
gelar sultan, dan atau istri sultan yang inovasi, misalnya menciptakan Kain
menghadiri upacara pengambilan gelar Tapis yang sesuai kebutuhan pasar,
kerabat dekatnya. maka Kain Tapis dapat menjadi sumber
Ketiga, nilai sejarah dan ekonomi bagi masyarakat Lampung.
pemahaman terhadap alam. Dengan Sebagai sumber ekonomi, maka Kain
melihat motif kain tapis, maka kita Tapis tidak hanya memberikan
akan mengetahui sejarah kebanggaan secara budaya (imateriil)
perkembangan masyarakat Lampung, kepada masyarakat, tetapi juga yang
dan sekaligus mengetahui kondisi alam bersifat ekonomi (materiil). Namun
di mana masyarakat Lampung pengembangan nilai ekonomis kain
hidup. Alam bagi para pengrajin tapis tapis harus dilakukan secara hati-hati
merupakan sumber inspirasi bagi dan cermat agar kain tapis tidak
penciptaan motif-motif. Misalnya tercabut dari akar lokalitasnya.
penggunaan beragam jenis transportasi Keenam, nilai kerjasama
laut telah memberi ide penggunaan tercermin dari proses pembuatan tapis
motif hias berupa aneka macam bentuk itu sendiri. Untuk dapat menghasilkan
kapal. Dengan melihat motif-motif sehelai tapis secara utuh tidak dapat
kapal tersebut, maka kita akan dilakukan oleh seorang individu saja,
mengetahui bahwa sejak zaman dahulu tetapi harus bekerja sama dengan orang
masyarakat Lampung telah mengenal lain agar tidak memakan waktu lama.
beragam bentuk dan konstruksi kapal. Misalnya, ada yang bekerja membuat
Keempat, nilai kreativitas dan benang, membuat motif dan ragam
inklusivitas. Ragam hias dan motif hias, menenun kain, dan ada pula yang
pada kain tapis merupakan bukti dari menyulam ragam hiasnya.Ketujuh,
kreativitas masyarakat Lampung. nilai ketekunan, ketelitian, dan
Mereka menghayati alam dan kesabaran tercermin dari proses
”melukiskannya” dalam kain. Selain pembuatannya yang memerlukan
itu, Kain Tapis juga merupakan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
manifestasi dari akulturasi antara antara Tanpa nilai-nilai tersebut tidak
unsur-unsur hias kebudayaan setempat mungkin akan terwujud sebuah tenun
(lama) dengan unsur-unsur hias tapis yang indah dan sarat makna.
kebudayaan lain (baru). Terjadinya Selain mengandung nilai-nilai
akulturasi ini merupakan sifat karakter dan budaya, motif yang
kebudayaan Lampung yang inklusif. terdapat pada Tapis Lampung juga
Para pendahulu orang Lampung memiliki makna tersendiri. Terciptanya
mengajarkan kepada kita agar tidak motif pada kain dilandasi oleh
merubah khazanah kebudayaan sendiri penguasaan sistem pengetahuan
dan merubahnya dengan kebudayaan mereka tentang lingkungan dapat

38
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

merangsang manusia untuk tolong menolong dalam hal kebaikan,


menciptakan motif yang kemudian serta saling menegur apabila ada salah
dicurahkan pada sumber kain. Dengan satu diantara keluarga kita yang
demikian maka kemampuan melakukan kesalahan.
pengetahuan terhadap berbagai jenis Motif Geometris. Motif
tumbuh-tumbuhan divisualisasikan Geometris menggambarkan bahwa
kedalam kain berupa motif tegaknya lembaga adat dapat terwujud
tumbuhan.Motif tersebut disamping apabila didukung oleh semua pihak
berfungsi sebagai hiasan, juga yang berperan serta sesuai dengan
berfungsi sebagai informasi keahliannya masing masing.
kebudayaan dalam wujud lambang- Motif Tajuk Bergaya. Motif
lambang yang bermakna. Wujud Tajuk Bergaya ini menandakan mudah
tersebut adalah sebagai akibat dari bergaul dan tetap menjaga piil
kemampuan daya pikir manusia pesenggighi(malu melakukan pekerjaan
sebagai motorik baik hina menurut agama serta memiliki
mengorganisasikan maupun dalam harga diri).
memakainya. Motif Bunga. Tapis Lampung
Tapis Lampung memiliki 10 dengan Motif Bunga memiliki makna
motif, dimana pada setiap motif setiap pekerjaan dan perbuatan
terdapat filosofinya atau dengan kata haruslah rapih dan indah. Sehingga
lain terdapat makna kehidupan memiliki nilai estetika yang tinggi.
didalamnya. Berikut penulis uraikan Motif Bulung Kibang. Dalam
filosofi motif tapis Lampungmenurut Motif Bulung Kibang ini
Putra (dalam Radar Lampung, 2 Maret melambangkan bahwa kemampuan
2016): merantau kelak akan pulang juga ke
Motif Pilin Berganda. Motif ini kampung halaman dengan membawa
bermakna bahwa suatu peringatan keberhasilan dan dapat mengangkat
untuk kita janganlah memutuskan ke derajat dan martabat keluarga.
muaghian. Oleh karena itu, jagalah Motif Pohon Hayat/Kehidupan.
hubungan dengan sanak famili untuk Motif Tapis Lampung ini juga
tetap harmonis baik itu dengan sanak melambangkan kemampuan seseorang
famili yang dekat maupun sanak famili dalam menempatkan diri di dalam
yang jauh dari kita. sebuah kaum yang dapat menentukan
Motif Belah Ketupat. Motif jalan hidupnya.
Tapis Lampung dengan Belah ketupat Motif Burung. Motif ini
ini mengandung makna kebersamaan. melambangkan kebebasan. Bebas
Apabila kita mendapatkan kelebihan dalam menentukan pilihan asalkan
rezeki, sesungguhnya sebagian tidak bertentangan dengan adat istiadat,
tersimpan dalam rezeki itu adalah hak berperilaku sopan santun dan ramah.
orang lain. Motif Naga. Motif Tapis
Motif Pucuk Rebung. Dalam Lampung dengan gambar naga ini
Motif Tapis Lampung Pucuk Rebung menggambarkan sifat pemimpin, selain
ini atau lebih kita kenal dengan tunas gagah, berwibawa juga harus sabar,
bambu, melambangkan hubungan adil dan bijaksana.
kekeluargaan dalam sebuah keluarga
yang tidak dapat dipisahkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, hendaklah kita selalu untuk

39
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

Tapis Lampung sebagai Identitas Tapis dilakukan para wanita. Dengan


Bangsa penuh teliti dan hati-hati, mereka
Seperti halnya suku bangsa lain meyulam Tapis hingga berbentuk kain
di Indonesia, Lampung sebagai sarung indah. Tapis biasanya
masyarakat dengan peradaban yang digunakan saat acara-acara adat seperti
cukup tua juga memiliki atribut khas pernihakan dan pemberian gelar pada
yang mencerminkan masyarakatnya. masyarakat Lampung.Tapis merupakan
Salah satunya Kain Tapis sebagai kain komoditi unggulan masyarakat
tradisional Lampung. Kain katun Lampung. Pembuatan Tapis masih
dengan warna gelap merupakan bahan berdasarkan cara adat tradisional
dasar tapis Lampung yang selanjutnya hingga kini. Kain Tapis hanya
kain ini disulam menggunakan benang diproduksi secara manual dengan cara
emas. ditenun. Waktu yang dihabiskan bisa
Tapis merupakan produk seminggu bahkan sebulan. Belum lagi
kebudayaan dengan nilai tinggi. Bagi kerumitan dari ragam hias yang harus
masyarakat Lampung, Tapis tidak dibuat. Itu semua berpengaruh terhadap
hanya berupa pakaian adat, melainkan tinggi rendahnya kesulitan penenun
juga atribut sosial yang mencerminkan dalam membuat Tapis.
siapa pemakainya. Ragam hias Kain Kain Tapis adalah salah satu
Tapis merupakan penggambaran dari warisan budaya masyarakat Lampung.
simbol-simbol yang dianggap sakral Kain Tapis sudah sangat terikat dengan
oleh masyarakat Lampung. Misalnya kebudayaan masyarakat Lampung.
bentuk perahu, tulisan arab serta flora Kain Tapis menjadi satu kesenian
dan fauna tertentu seperti gajah, naga tradisional Lampung dalam kaitannya
dan beberapa jenis tumbuhan sulur. dengan kehidupan masyarakat dan
hubungan dengan pencipta alam
semesta. Kain Tapis dapat
menggambarkan strata-strata sosial dari
masyarakat Lampung, yang
menunjukkan posisi sebagai pengantin,
istri kepala suku, keluarga pengantin,
dan lain-lain. Dari Kain Tapis,
bisa menjelaskan identitas seseorang
dalam masyarakat adat Lampung,
Gambar 1. Foto Kain Tapis Lampung terutama dalam upara perkawinan adat.
(Sumber Foto dari Ramadhan, 2015) Dalam era globalisasi pasar
Sebagai daerah yang memiliki bebas saat ini, Kain Tapis dapat
atribut khas yang tradisional, dimanfaatkan untuk mengangkat nilai-
masyarakat Lampung mempunyai nilai tradisi, dan juga dapat
semboyan, yaitu “Lampung Bertapis memperkenalkan budaya masyarakat
Helau”. Dalam bahasa Indonesia, Lampung, menguatkan Indonesia
semboyan tersebut diartikan bahwa sebagai Negara dengan kekayaan
Lampung merupakan provinsi yang budaya (dan kerajinan tradisionalnya),
penduduknya menggunakan Kain Tapis dan juga sebagai bagian dari dialog
sebagai pakaian adat yang indah. Tapis antara Indonesia dengan dunia. Oleh
Lampung memang merupakan hasil karena itu, Kain Tapis dapat memiliki
seni yang indah sesuai semboyan manfaat bagi Indonesia di era MEA
tersebut.Sebagai karya seni, pengerjaan 2016. Artinya, Kain Tapis menjadi

40
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

identitas bangsa dan menjadi salah satu Selain pameran di Australia,


bagian dari kekayaan budaya Indonesia Tapis Lampung juga memukau
untuk dikenal bangsa-bangsa lain. Kain masyarakat dunia, ketika dipakai pada
Tapis dapat menjadi komoditi unggulan acara upacara pembukaan olimpiade di
bagi masyarakat Lampung khususnya Brazil. Kostum tradisional yang
dan bagi Indonesia pada umumnya. dipakai kontingen Indonesiasaat parade
Pemilihan Kain Tapis sebagai komoditi upacara pembukaanOlimpiade 2016
utama pada era MEA, karena Rio de Jenairo, membuat banyak orang
pertimbangan potensi nilai dan di seluruh penjuru dunia terpukau dan
keindahannya untuk diterima dalam memuji keindahannya. Salah satu yang
pergaulan budaya dan juga pasar menarik perhatian adalahkemewahan
modern. pakaian tradisional asal Lampung yang
Kain Tapis Lampung dipakai yaitu tapis Lampung.
merupakan salah satu identitas bangsa
Indonesia, karena tapis Lampung sudah
dikenal di masyarakat internasional.
Hal ini dapat dibuktikan dengan
dilaksakannya pameran Kain Tapis
Lampung oleh DWP KBRI Canberra di
Australia, ini merupakan bagian dari
upaya untuk lebih memperkenalkan
berbagai produk kain, kerajinan dan
seni tradisional serta kuliner dari Gambar 3. Foto Penggunaan Kain
berbagai daerah di Indonesia. Tapis Lampung pada Upacara
Pembukaan Olimpiade 2016 Rio de
Jenairo (Sumber Foto dari Trisna,
2016)
Berdasarkan uraian di atas,
maka jelas bahwa Kain Tapis Lampung
menjadi identitas bangsa Indonesia dan
menjadi salah satu bagian dari
kekayaan budaya Indonesia yang sudah
dikenal bangsa-bangsa lain.Nilai dan
Gambar 2. Kain Tapis Lampung yang keindahannya dapat menguatkan
dipamerakan di Australia (Sumber Foto Indonesia sebagai Negara dengan
dari Wawandhi, 2015) kekayaan budaya, sehingga diterima
Berkat promosi aktif DWP dalam pergaulan budaya dan juga pasar
KBRI Canberra selama ini, saat ini internasional.
jumlah masyarakat Australia yang
ingin mengenal lebih dekat kesenian SIMPULAN
dan kerajinan tradisional Indonesia Berdasarkan pembahasan, maka
semakin meningkat yang antara lain dapat disimpulkan bahwa Tapis adalah
tercermin dari kian banyaknya anggota salah satu jenis kebudayaan masyarakat
WIC Indonesian Circle dan selalu Lampung. Tapis merupakan warisan
padatnya setiap kali ada acara promosi leluhur nenek moyang masyarakat
budaya Indonesia di lingkungan KBRI Lampung berupa kain sarung yang
Canberra. ditenun. Tapis merupakan simbol dari
kebudayaan masyarakat Lampung,

41
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

tidak hanya sebagai pakaian semata. Fatchan, A. (2009). Metode Penelitian


Setiap motif yang dimunculkan dari Kualitatif. Kediri: Pustaka
Kain Tapis melambangkan makna yang Pesantren
tersirat mengenai nilai-nilai yang Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan
berkaitan dengan falsafah hidup hingga Karakter, Konsep dan
perekonomian masyarakat Lampung. Implementasi. Bandung:
Nilai-nilai yang terdapat dalam Tapis Alfabeta.
Lampung diantaranya nilai sakral, nilai Hamy, Sdan Sutyawan S. Debbie.
stratifikasi sosial, nilai sejarah dan (2011). Sulam Tapis Lampung.
pemahaman terhadap alam. Selain nilai Jakarta. Gramedia Pustaka
yang berkaitan dengan falsafah hidup, Utama.
pembuatan Tapis Lampung juga Harris, Marvin. (1999). Theories of
mengandung nilai-nilai karkter, seperti Culture in Postmodern Times.
nilai kreativitas dan inklusivitas, nilai New York: Altamira Press.
ekonomis, nilai kerjasama, dan nilai Isbandiyah. (2015). Pendidikan
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Karakter Sebagai Upaya
Apabila mengamati lebih mendalam Memperkuat Jatidiri Bangsa di
setiap motif yang digunakan dalam Era Masyarakat Ekonomi
kain tapis, maka kita dapat memahami ASEAN. Prosiding Seminar
penenun atau pengrajin kain tapis Pendidikan Nasional dengan
seolah menggambarkan bagaimana Tema Peluang dan Tantangan
kehidupan masyarakat Lampung dan Dunia Pendidikan dalam Era
seperti apa budaya yang ada Masyarakat Ekonomi ASEAN
didalamnya.Kain tapis adalah budaya (MEA). Palembang: Universitas
material yang merupakan identitas PGRI Palembang.
sosial masyarakat Lampung karena Kaelan. (2010). Pendidikan
pembedaan kode sosial berupa motif Kewarganegaraan. Yogyakarta:
dalam kain Tapis Lampung Paradigma
menunjukkan perbedaan status sosial. Kohn, Hans. (1984). Nasionalisme:
Selain itu, kain Tapis Lampung juga Arti dan Sejarahnya. Jakarta:
merupakan salah satu identitas bangsa Erlangga.
Indonesia, karena tapis Lampung sudah Lestari, Dyah Ayu Puji. (1999).
dikenal di masyarakat internasional. Membina Kreativitas Siswa
SLTP dalam Sulam Tapis
DAFTAR PUSTAKA Lampung. Lampung.
Adisusilo, Sutarjo. (2012). Megawangi, R. (2004). Pendidikan
Pembelajaran Nilai-nilai Karakter: Solusi yang Tepat
Karakter: Konstruktivisme dan untuk Membangun Bangsa.
VCT sebagai Inovasi Jakarta: BP Migas.
Pendekatan Pembelajaran Permendagri Nomor 39 Tahun 2007
Afektif. Jakarta: PT Raja Pasal 1 Tentang Pedoman
Grafindo Persada. Fasilitasi Organisasi
Aunillah, Nurla Isna. (2011). Paduan Kemasyarakatan Bidang
Menerapkan Pendidikan Kebudayaan,Keraton, dan
Karakter di Sekolah. Lembaga Adat dalam
Yogyakarta: Laksana. Pelestarian dan Pengembangan
Budaya Daerah.

42
2019. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora (KAGANGA) 2 (1): 29-43

Putra, Akang. (2016). Mengenal Lebih Tilaar, H.A.R. (2000). Pendidikan,


Dekat dengan Filosofi Motif Kebudayaan, dan Masyarakat
Tapis Lampung.Radar Madani Indonesia. Bandung:
Lampung pada Hari Rabu Rosdakarya.
Tanggal 2 Maret 2016. (Online) Trisna, Vitalis Yogi. (2016). Foto
diakses dari Kostum Ini Buat Indonesia
http://golekteknoblogspot.com, Dipuji Pada Pembukaan
pada tanggal 24 November Olimpiade.(Online), diakses
2016. dari https://www.bola.com,
Ramadhan, Bagus. (2015). Keindahan pada tanggal 24 November
Kain Tenun Tapis dari 2016.
Lampung. (Online) diakses dari Wawandhi, Roy. (2015). Decak Kagum
https://www.goodnewsfromindo Warga Australia Untuk Tapis
nesia.id, pada tanggal 24 Lampung. (Online), diakses dari
November 2016. https://www.jejamo.com, pada
Ratna, Nyoman Kutha. (2005). Sastra tanggal 24 November 2016.
dan Cultural Studies:
Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samaludin, M. Maman. (2017).
Identitas Naional dalam Buku
Teks Pelajaran Sejarah SMA.
JPIS: Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 26 (2), Desember 2017.
Samani, Muchlas dan Hariyanto.
(2012). Konsep dan Model
Pendidikan Karakter. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni.
(2011). Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogjakarta: Nuha
Medika.
Setiyawan, Agung. (2012). Budaya
Lokal dalam Perspektif Agama:
Legitimasi Hukum Adat („Urf)
dalam Islam. Jurnal ESENSIA,
XIII (2) Juli 2012.
Sujadi, Firman. (2012). Lampung Sai
Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita
Insan Madani.
Sulistyowati, Endah. (2012).
Implementasi Kurikulum
Pendidikan Karakter.
Sumaatmadja, Nursid. (2002).
Pendidikan Pemanusiaan
Manusia Manusiawi. Bandung:
Alfabeta.

43

Anda mungkin juga menyukai