Anda di halaman 1dari 7

PENGASINGAN

BUNG KARNO
ANGEL KEZIA NAINGGOLAN

“22 Desember 1948 sebuah tanggal


pembuangan Bung Karno ke Tanah Karo,
Sumatera Utara, dan menorehkan kenangan
sejarah”

SMAN 4 MEDAN | SITUS SEJARAH | X MIA 1

SEJARAH
Presiden pertama RI Soekarno tak
lepas dari pengasingan di masa colonial
Belanda. Salah satu daerah pengasingan
yang sempat dirasakan Bung Karno adalah
Sumatera Utara. Bung Karno bersama
Sutan Sjahrir dan Agus Salim dinyatakan
1

sebagai tahanan politik oleh pemerintahan Belanda dan dibawa ke Berastagi.


Disanalah beliau nyaris dibunuh.

Hampir 62 tahun silam, tak lama setelah menggelar aksi polisionil kedua
dengan menduduki ibukota Yogyakarta, Belanda menangkap dan
mengasingkan sejumlah pemimpin Republik, termasuk presiden pertama RI.

Perjalanan membawa mereka terkesan mendadak dan penuh rahasia. “Jam 7


pagi tanggal 22 [Desember 1948], Kolonel Van Langen tanpa pemberitahuan
terlebih dulu, memberiku kesempatan lima
menit untuk mengemasi dua buah kopor kecil
dan mengucapkan selamat tinggal kepada
keluargaku,” ujar Sukarno dalam
otobiografinya, Bung Karno Penyambung
Lidah Rakyat Indonesia. Setelah persiapan
singkat itu Sukarno bersama Sjahrir dan
Agus Salim diberangkatkan dengan
menggunakan pesawat B-25 Mitchell.
2

Di Berastagi mereka ditempatkan di sebuah rumah berhalaman luas sekira


dua hektar yang terletak di lereng bukit. Rumah itu dibangun pada 1719 dan

dulunya tempat tinggal seorang perwira Belanda. Penjagaan diperketat.


Halaman rumah dipagari kawat berduri. “Enam orang pakai senapan mondar-
mandir,” ujar Sukarno, terus mengawasi mereka. Belanda saat itu juga
berencana mengeksekusi Sukarno.

Dengan penahanan para pemimpin Republik, Belanda merasa telah


menang mutlak. Sampai akhir bulan Desember, Belanda juga sudah
menguasai semua kota besar di Jawa dan Sumatra. Sayangnya, upaya
Belanda malah menyinggung Dewan Keamanan PBB. Amerika Serikat,
misalnya, menghentikan dana bantuan ekonomi kepada negeri Belanda.

Di rumah itu para founding fathers tinggal tidak lama, hanya sekira 12


hari, karena alasan keamanan –Tanah Karo dengan laskar rakyatnya dikenal
sebagai basis perjuangan kemerdekaan. Belanda memindahkan mereka ke
Prapat, di pinggir Danau Toba, tak jauh dari Berastagi, lalu memindahkan
lagi ke Pulau Bangka.
3

PERESMIAN BANGUNAN

Pengasingan Soekarno di Sumatera Utara berlokasi di Jalan Sempurna


56 Lau Gumba, Sempajaya, Kec. Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera
Utara. Rumah putih dengan ruang-ruang bernilai sejarah ini masih berdiri
kokoh hingga saat ini. Luas halamannya diceriakan dengan berbagai jenis
tanaman hijau dan tumbuhan bunga, angin sepoi yang tak berhenti

menjadikan suasana rumah ini amat sejuk. Sekarang, kawasan ini telah
dijadikan menjadi mess Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

Renovasi dilakukan selama dua kali sejak Soekarno diasingkan ditempat ini,


yaitu pada tahun 1957 dan tahun 2005. Itupun tidak mengubah bentuk rumah
ini menjadi berbeda dengan sebelumnya, hanya demi kenyamanan saja.
“Bukan pemugaran besar-besaran, lebih tepatnya namanya renovasi. Seperti
4

penambahan kamar mandi di kamar dan memperbaiki bagian-bagian yang


rusak” ujar Sumpeno menjelaskan.

Rumah putih ini telah diresmikan langsung pada tahun 2005 oleh Alm
Teuku Rizal Nurdin (Gubernur Sumatera Utara masa itu) dan oleh
Guruh Soekarno Putra, putra Soekarno. Pada saat peresmian itu jugalah
rumah pengasingan ini dikenal oleh masyarakat luas. Sebab sebelumnya,
hanya warga dusun sajalah yang mengenalnya. Rumah itu disebut
rumah Soekarno, serta pohon Cemara yang mirip Beringin, juga disebut
Pohon Soekarno.

BANGUNAN

Rumah pengasingan itu masih berdiri kokoh dan terawat baik hingga
kini. Pemugaran pernah dilakukan pada 1957 dan yang terakhir pada 2005,
tapi keaslian bangunan itu masih terjaga. Kamar, dan perabot-perabot yang
pernah digunakan Sukarno juga masih sama seperti dulu.

Ruang tamunya, yang terletak di depan


kamar Sukarno, cukup luas. Dua
patung Sukarno serta satu maket
menemani satu set sofa, satu set kursi
tamu tua, satu set kursi tamu modern,
dan satu credensa memenuhi ruangan
5

itu. Pada dinding kayunya terpampang dua foto founding fathers saat mereka


berada di sana.

Memasuki ruang tengah, terdapat sebuah meja


bundar dengan sepuluh kursi yang
mengelilinginya. Beberapa foto orang terkenal,
semisal AM Fatwa, yang pernah berkunjung ke
situ, terpasang di dinding, menemani dua
lukisan Jan Suluters dan Ivan Vrialand.

Tak jauh dari rumah, sebuah pohon beringin besar berdiri kokoh. “Itu
beringin Sukarno,” ujar istri Sumpeno, penjaga rumah. “Pak Sukarno yang
menanam.”

Pada peresmian bangunan ini, didirikan sebuah monumen setinggi tujuh


meter dengan berat 200 kg tepat didepan rumah yang juga
disebut landshup ini. Monumen ini adalah replika bung Karno yang sedang
duduk menyilangkan kakinya dengan pakaian yang lengkap. Patung
perunggu ini merupakan monumen karya
Djoni Basri seorang pematung dari Jawa
beserta tim pematung dan Sigit Lingga
sebagai koordinator tim.

Sepetak batu marmer bertuliskan


“Kawan! Pusara adalah lambang
kesinambungan hidup! Mati! Dalam
6

perjuangan. Bahana kekal panggilan Bung Karno dari Blitar sampai Tanah
Karo” buah karya Sitor Situmorang Pujangga angkatan 45 menjadi tanda
penghormatan bagi Soekarno tepat didepan monumen ini. Begitulah patung
perunggu ini berpijak kokoh dan megah di bumi turang.

PENUTUP

Goresan kisah sejarah pada rumah ini, membuktikan pula perjuangan


bangsa dari semua daerah untuk mempertahahankan martabat kebangsaan.
Tak hanya menjadi saksi bisu sejarah pada masa lampau, saat ini pun
bangunan ini tetap menjadi kenangan yang mengingatkan betapa berharganya
bangsa ini.

Pesan untuk kita generasi bangsa ini, haruslah kita pahami dengan baik
sejarah kita, lestarikan dan jaga tempat ini untuk sebagai bentuk tindakan kita
bahwa kita menghargai jasa pahalawan kita. Selain itu, penting untuk kita
untuk meneruskan sejarah ini ke generasi selanjutnya agar sejarah ini tetap di
ingat oleh warga negara kita.

Anda mungkin juga menyukai