Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Situs Bung Karno di Ende, Warisan Sejarah yang Terlupakan

Sebelum diasingkan ke Bengkulu dan menjalin hubungan asmara dengan Fatmawati, Ir.
Soekarno atau yang lebih dikenal Bung Karno dibuang ke Ende pada tahun 1934 hingga
1938.

Di masa pembuangannya, Soekarno memboyong serta istri keduanya, Inggit Garnasih


beserta anak angkatnya Ratna Djuami atau yang biasa disapanya dengan panggilan Omi
dan mertuanya Ibu Amsi.

Soekarno bersama keluarganya kemudian menempati sebuah rumah milik seorang warga
bernama H. Abdullah Ambuwaru yang terletak di Desa Ambugaga, Kelurahan Kotaraja,
Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende.

Rumah yang menjadi saksi bisu pergulatan batin Bung Karno selama menjalani masa
pembuangan di Ende masih kokoh berdiri hingga saat ini. Diketahui pada tahun 2013
pemerintah bekerjasama dengan pemda kabupaten Ende telah melakukan pemugaran
bekas kediaman Bung Karno agar layak dikunjungi.

Namun, hal ini tidak lantas mengubah desain asli rumah tersebut. Di dalam rumah
berukuran 9x18 meter terdapat tiga ruangan diantaranya, ruang tamu, ruang tengah dan tiga
kamar tidur.

Di ruang tamu dipajang beberapa koleksi pribadi Bung Karno seperti lukisan yang
menonjolkan pemujaan umat Hindu Bali di sebuah Pura, setrika besi, ketel, piring- piring
makan bekas Bung Karno dan keluarga, serta surat keterangan menikah dengan Ibu Inggit
Garnasih termasuk surat perjanjian cerai yang masih menggunakan ejaan lama.

Selain itu juga, terdapat album kenangan seperti potret kunjungan perdana Bung Karno
setelah menjabat sebagai Presiden termasuk foto pribadinya saat mengenakan jas, foto
bersama Ibu Inggit, potret beberapa orang yang sedang berenang di Sungai Wolowona,
juga gambar yang diambil bersama para rohaniawan Katolik.

Di ruang depan juga diperlihatkan sebuah biola usang yang pernah dimainkan oleh Bung
Karno, destar atau ikat kepala berbentuk segitiga dan kain sarung Samarinda penyerahan
dari Ruslan Putih.

Di sampingnya terdapat salinan cerita milik Ratna Djuami, sebuah pena/bolpoin, dulang dan
alas kuningan, serta salinan naskah Tonil Kelimutu yang dipakai sebagai sarana untuk
membakar semangat masyarakat melawan Belanda dan kaki meja berukir.

Masuk ke dalam ruangan tengah kita akan menjumpai sebuah meja marmer dengan kursi
tamu dan piring untuk meletakkan buah yang digunakan Bung Karno untuk menjamu para
tamu. Namun, perabotan ini terkunci rapat dalam kaca, sehingga pengunjung tidak memiliki
akses untuk mencobanya.
Selanjutnya beralih ke kamar, tampak garis pembatas di depan pintu masuk, sehingga
pengunjung hanya bisa melihat dari luar. Di dalam kamar terdapat dua ranjang tidur besi
lengkap dengan bantal, guling dan kelambu yang semuanya bernuansa putih.

Di samping itu, ada lemari dan gantungan baju. Di sisi luar sebelah kanan kamar terdapat
potret masa muda Bung Karno dan dua buah tongkat dengan motif berbeda, yaitu bermotif
kera dan polos.

Konon, Bung Karno hanya menggunakan tongkat bermotif kera saat berada dalam kota
sebagai bentuk penghinaan terhadap Belanda. Sedangkan motif polos hanya dipakai saat
bepergian ke luar kota.

Sementara itu, di sisi luar sebelah kiri kamar tampak lampu minyak. Di ruangan belakang
kita akan menemukan sumur tua, perabotan memasak, tempat sholat serta pajangan buku
lengkap dengan koleksi buku milik Bung Karno.

Tak jauh dari situs Bung Karno, terdapat sebuah taman dengan pohon sukun bercabang
lima menghadap lautan lepas, tempat di mana Soekarno biasa melepaskan penat dan
merenungkan butir-butir Pancasila.***

Deskripsi :
Situs Bung Karno di Ende, tempat Bung Karno menjalani masa pengasingan selama 4
tahun.

Anda mungkin juga menyukai