Anda di halaman 1dari 156

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

LEGENDA BARU KLINTING DAN RITUAL JAMASAN PUSAKA

KANJENG KYAI UPAS KABUPATEN TULUNGAGUNG:

KAJIAN SEMIOTIKA

Oleh

NOVIAR MAHARANI

NIM 121911133001

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2023

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

LEGENDA BARU KLINTING DAN RITUAL JAMASAN PUSAKA

KANJENG KYAI UPAS KABUPATEN TULUNGAGUNG:

KAJIAN SEMIOTIKA

Oleh

NOVIAR MAHARANI

NIM 121911133001

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2023

i
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEGENDA BARU KLINTING DAN RITUAL JAMASAN PUSAKA

KANJENG KYAI UPAS KABUPATEN TULUNGAGUNG:

KAJIAN SEMIOTIKA

SKRIPSI

Oleh

NOVIAR MAHARANI

NIM 121911133001

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2023

ii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEGENDA BARU KLINTING DAN RITUAL JAMASAN PUSAKA

KANJENG KYAI UPAS KABUPATEN TULUNGAGUNG:

KAJIAN SEMIOTIKA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Departemen/Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Airlangga

Oleh

NOVIAR MAHARANI

NIM 121911133001

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2023

iii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah karya tulis saya asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Airlangga maupun
di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni hasil gagasan, penelitian, dan tulisan saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Karya tulis ini bukan karya jiplakan, dan di dalamnya tidak terdapat karya
atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali
secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah
dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya tulis in, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surabaya, 21 Maret 2023

Yang membuat pernyataan,

Noviar Maharani

NIM 121911133001

iv
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI INI TELAH

DISETUJUI

Tanggal 14 Maret 2023

Oleh

Pembimbing Skripsi

Mardhayu Wulan Sari, S.Hum., M.A.

NIP 198502042008122004

Mengetahui,

Kepala Departemen

Dr. Adi Setijowati, Dra., M. Hum.

NIP 196001131985032022

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

v
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2023

vi
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Legenda Baru Klinting dan Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng
Kyai Upas Kabupaten Tulungagung: Kajian Semiotika
Nama : Noviar Maharani
NIM : 121911133001
Departemen : Bahasa dan Sastra Indonesia

telah disetujui untuk diajukan pada tanggal 12 bulan April tahun 2023 oleh:

Pembimbing Skripsi

Mardhayu Wulan Sari, S.Hum., M.A


NIP 198502042008122004

dan telah berhasil dipertahankan di Surabaya pada tanggal … di hadapan


dewan penguji :
Ketua Penguji 1

Mochtar Lutfi, S.S., M.Hum


NIP 196810041998021001

Penguji 2 Penguji 3

Mardhayu Wulan Sari, S.Hum., M.A Mochamad Ali, S.S., M.A. Min
NIP 198502042008122004 NIP 197210011998021001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Adi Setijowati, Dra., M. Hum.


NIP 196001131985032022
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘alamin,

Dengan niat spesial, skripsi ini terkhusus untuk ibu saya atas

segala untaian doanya.

viii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN MOTTO

“Manunggal Nyawiji”

&

“Luka adalah Tempat Dimana Cahaya Memasukimu” (Jalaluddin Rumi)

ix
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan dan panjatkan kehadirat Tuhan

YME yang telah memberikan berkat serta rahmat-Nya, sehingga penulis diberi

kesehatan dan kelancaran untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Legenda Baru Klinting Dan Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas

Kabupaten Tulungagung: Kajian Semiotika”

Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini:

1. Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S. S., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Airlangga;

2. Dr. Dra. Adi Setijowati, M. Hum., selaku Ketua Departemen Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Airlangga;

3. Mardhayu Wulan Sari, S.Hum., M.A. selaku dosen pembimbing selama

penulisan skripsi ini;

4. Dr. Abimardha Kurniawan, S.Hum., M.A. selaku dosen mata kuliah Aksara

dan Bahasa, dan dosen pembimbing pendamping yang kemudian membuat

penulis sampai pada penulisan skripsi ini;

5. Dr. Dra. Adi Setijowati, M. Hum., dosen wali yang senantiasa memberi

semangat dalam perkembangan diri;

6. Segenap Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Airlangga, yang telah dengan sabar memberikan segala

ilmu, pengetahuan, pembelajaran, dan bimbingannya selama ini;

x
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Bapak Winarto selaku Kyai Emban, dan seluruh bapak ibu yang berada di

Kanjengan selaku para informan dan narasumber dari skripsi ini yang

senantiasa membimbing memberikan wawasan dan pengetahuan pendidikan

maupun hidup;

8. Keluarga besar Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat, pegawai Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, Malinda Apriliani Putri

teman saya yang pada saat itu magang di Dinas dan seluruhnya yang

membantu saya di kala mengambil data, memberikan makna kehidupan yang

luar biasa pada Ritual Jamasan Kanjeng Kyai Upas.

9. Sakina Usman, MH dan keluarga yang telah membantu, memberikan

wejangan, dan banyak hal yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena

begitu membekas di hati saya, dalam segala hal di masa hidup ini;

10. NIM 121711433065, yang selalu mendukung setiap langkah saya,

memberikan semangat, motivasi, dan memberikan waktunya untuk menemani

saya dikala sedih maupun senang;

11. Santiago yang telah membersamai saya mulai Sekolah Menengah Atas hingga

saat ini, yang menjadi salah satu hiburan saya;

12. Share Ghibah yang membersamai di saat perkuliahan ini membantu, dan

bekerja sama saat perkuliahan ini;

13. Himpunan Mahasiswa Islam yang senantiasa memberikan wadah, informasi,

koneksi, dan banyak hal yang membuat saya dapat lebih berproses di

perkuliahan ini;

xi
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14. Teman seperjuangan dalam minat filologi Nadiya, Zafira, dan Fitri terima

kasih untuk saling mengusahakan dan menguatkan;

15. Teman-teman Angkatan 2019 yang berproses bersama di Departemen yang

luar biasa ini;

16. Seluruh keluarga besar Troguno;

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan pengetahuan dan

manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi

ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa

atau substansinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca sangat dibutuhkan oleh peneliti demi kebaikan skripsi ini. Atas segala

luput, penulis memohon maaf yang sebesar besarnya dan agar dapat menjadi

pembelajaran bersama.

Surabaya, 21 Maret 2023

Noviar Maharani

xii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
SAMPUL DALAM................................................................................................ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii
HALAMAN MOTTO.........................................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvi
ABSTRAK..........................................................................................................xvii
ABSTRACT........................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................8
1.4.1. Manfaat Teoritis......................................................................................9
1.4.2. Manfaat Praktis........................................................................................9
1.5. Batasan Masalah...............................................................................................9
1.6. Tinjauan Pustaka.............................................................................................10
1.7. Landasan Teori................................................................................................12
1.8. Metode Penelitian...........................................................................................16
1.8.1. Sumber Data..........................................................................................17
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data....................................................................17
1.9. Sistematika Penelitian.....................................................................................19
BAB II KONTEKS WILAYAH DAN ASAL USUL TOMBAK KANJENG
KYAI UPAS..........................................................................................................21
2.1. Letak Geografi Kabupaten Tulungagung........................................................21
2.2. Demografi Masyarakat Tulungagung.............................................................25
2.3. Kesejarahan Kabupaten Tulungagung............................................................28

xiii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.4. Asal Usul Tombak Kanjeng Kyai Upas..........................................................30


2.4.1. Teks Baru Klinting Asal Kabupaten Tulungagung...............................31
2.4.2. Terjemahan Teks Baru Klinting Asal Kabupaten Tulungagung...........34
BAB III LEGENDA BARU KLINTING DARI BERBAGAI DAERAH.........37
3.1. Legenda Baru Klinting di Kabupaten Semarang 1.........................................37
3.2. Legenda Baru Klinting di Kabupaten Semarang 2.........................................38
3.3. Legenda Baru Klinting di Kabupaten Ponorogo.............................................41
3.4. Legenda Baru Klinting pada Buku Legenda Rakyat dan Objek Pariwisata di
Indonesia................................................................................................................43
3.5. Legenda Baru Klinting Pada Buku Drama Mangir Pramoedya Ananta Toer 46
3.6. Legenda Baru Klinting Pada Serat Baru Klinting..........................................48
3.7. Perbandingan Legenda Baru Klinting dari Berbagai Sumber.........................68
BAB IV RITUAL JAMASAN PUSAKA TOMBAK KANJENG KYAI UPAS
................................................................................................................................74
4.1. Pengantar.........................................................................................................74
4.2. Malam Tirakatan.............................................................................................74
4.3. Ritual Jamasan Pusaka Tombak “Kanjeng Kyai Upas”................................76
4.4. Pagelaran Wayang Kulit.................................................................................88
BAB V ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES................................92
BAB VI PENUTUP...........................................................................................102
6.1. Simpulan.......................................................................................................112
6.2. Saran.............................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................114
LAMPIRAN..............................................................................................................
GLOSARIUM...........................................................................................................

xiv
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Model Semiotika Roland Barthes..........................................................14

Tabel 2.1 Pembagian Kecamatan di Kabupaten Tulungagung..............................21

Tabel 2.2 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung: 2021).......................24

Tabel 2.3 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Tulungagung Tahun 2018-2020.............................................................................25

Tabel 2.4 Jumlah Pemeluk Agama Menurut Kecamatan di Kabupaten

Tulungagung Tahun 2021......................................................................................27

Tabel 3.1 Perbandingan Legenda Baru Klinting dari Berbagai Sumber................70

Tabel 4.1 Nama Air Kehidupan.............................................................................81

Tabel 4.2 Nama Ayam Sapta.................................................................................82

Tabel 4.3 Jenis Ubarampe.....................................................................................83

Tabel 4.4 Jenis Daging...........................................................................................85

xv
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Malam Tirakatan................................................................................75

Gambar 4.2 Pembawaan Pusaka oleh Bupati........................................................77

Gambar 4.3 Prosesi Jamasan.................................................................................78

Gambar 4.4 Gamelan Monggang...........................................................................79

Gambar 4.5 Bubur Sura.........................................................................................87

Gambar 4.6 Pagelaran Wayang Kulit....................................................................89

xvi
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

Letkol (Inf.) : Letnan Kolonel Korps Infanteri

Letkol (U) : Letnan Kolonel Udara

MLKI : Majelis Luhur Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa

R : Raden

R.M.A : Raden Mas Aryo

R.M.T : Raden Mas Tumenggung

R.P.A : Raden Patah

R.T : Raden Tumenggung

xvii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Upacara adat jamasan pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas dan Legenda
Baru Klinting merupakan sebuah hal yang berkaitan. Semiotika adalah ilmu tanda,
melihat bagaimana manusia mencari dan mengkonstruksikan sebuah makna.
Semiotika, media dan komunikasi akan tiga bidang yang berkaitan erat. Hal
tersebut sesuai dengan konstruksi ritual jamasan pusaka tombak Kanjeng Kyai
Upas yang berkaitan dengan legenda Baru Klinting. Metode penelitian dalam
penyusunan skripsi ini yakni penelitian kualitatif. Peneliti menjabarkan secara
alamiah dan utuh mengenai proses ritual jamasan tombak Kyai Upas. Hasil
penelitian yang telah dilakukan peneliti Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai
Upas memiliki makna yang terkandung di dalam tanda serta penanda pada ritual
tersebut yakni suatu implementasi atas sebuah kehidupan yang hal tersebut terlihat
dari setiap prosesi yang didalamnya mengandung makna tersendiri. Rangkaian
ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas bukan hanya sekedar prosesi
memandikan pusaka yang hanya dilakukan setiap tahun sekali dan ditambah
dengan iringan gamelan Manggong serta bacaan tahlil akan tetapi memiliki makna
yang lebih dalam dan kemudian dirumuskan menjadi beberapa nilai-nilai yang ada
diantaranya, nilai ketuhanan atau spiritualitas, nilai berbangsa serta bernegara dan
nilai bermasyarakat. Ketiga nilai yang terkandung di dalam prosesi Ritual
Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas tersebut merupakan suatu dasar serta bekal
yang dipergunakan untuk pegangan hidup di dunia agar manusia harus selalu
ingat kepada penciptanya serta senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Sedangkan sebagai makhluk sosial dan masyarakat yang hidup
pada suatu negara wajib hukumnya untuk bersyukur atas kemerdekaan yang ada.

Kata kunci : Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas, Semiotika, Nilai

Budaya, Baru Klinting.

xviii
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

The traditional ceremony jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas spear


heirloom and Legenda Baru Klinting are related matters. Semiotics is the science
of signs, looking at how humans seek and construct a meaning. Semiotics, media
and communication are three closely related fields. This is in accordance with the
ritual construction of the spear rituial jamasan Kanjeng Kyai Upas which is
related to the legenda Baru Klinting. The research method in preparing this thesis
is qualitative research. The researcher describes naturally and completely the
Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas. The results of the research that has
been carried out by the researcher Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas
have the meaning contained in the signs and markers of the ritual, namely an
implementation of a life which can be seen from each procession which contains
its own meaning. The series of rituals of Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas is
not just a procession of bathing the heirloom which is only done once a year and
is added to the accompaniment of the Manggong gamelan and the recitation of
tahlil but has a deeper meaning and is then formulated into several existing values
including, divine values or spirituality, national and state values and community
values. The three values contained in the procession of Ritual Jamasan Pusaka
Kanjeng Kyai Upas procession are a basis and provision that are used to guide
life in the world so that humans must always remember their creator and always
carry out orders and stay away from His prohibitions. Meanwhile, as social
beings and people who live in a country, it is obligatory to be grateful for the
independence that exists.

Keywords: Ritual of Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas, Semiotics, Cultural


Values, Baru Klinting

xix
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari kebudayaan karena

manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Bahwasanya

cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu (Malinovski,

1961:2) Kebudayaan berasal dari kata dasar budaya yang yang berasal dari bahasa

Sansekerta “Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau

“akal”. Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa

cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan sendiri merupakan hasil dari cipta,

karya dan karsa, (Koentjaraningrat, 2000: 216) Kebudayaan merupakan hasil

karya cipta manusia yang diwariskan secara turun temurun, kebudayaan yang

harus dipelihara dan dilestarikan. Kebudayaan yang dimiliki manusia beragam

dan memiliki keunikan tersendiri. Kebudayaan tersebut menjadi kebanggaan

bangsa Indonesia. Salah satu kebudayaan yang masih berkembang di masyarakat

Indonesia adalah folklor.

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang memiliki bentuk gabungan

unsur lisan dan unsur bukan lisan. Beberapa contohnya adalah kepercayaan rakyat

dan permainan rakyat. Permainan rakyat adalah kegiatan yang juga termasuk

folklor karena diperolehnya melalui warisan lisan. Folklor (folklore, Inggris; dieja

1
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

folk- lore) menurut etimologinya, berasal dari kata folk dan lore (Hutomo, 1991:

4).

Danandjaja (1984: 2) menyatakan bahwa definisi folklor adalah sebagai

kebudayaan kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara

kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam

bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu

pengingat (mnemonic device). Seorang ahli folklor dari Amerika Serikat,

Brunvard (Danandjaja, 2002: 21) menggolongkan folklor dalam tiga kelompok

besar berdasarkan tipenya, yakni folklor lisa (verbal folklore), folklor sebagian

lisan (partly verbal folklore), serta folklor bukan lisan (non verbal folklore)

(Poerwadarminta. 1976: 996.) Folklor lisan diantaranya berupa legenda. Legenda,

atau sering kali disebut legenda rakyat, dan juga sering disebut legenda rakyat

dalam bentuk prosa, yang sering dianggap benar benar terjadi baik oleh

penlegenda maupun pendengarnya. (Sutarto, 1997)

Folklor merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh suatu masyarakat

khususnya masyarakat Indonesia. Folklor menurut Danandjaja (2007:2)

merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan

turun-temurun melalui lisan atau dalam bentuk sebuah wujud sebagai pengingat.

Foklor berasal dari kata folk dan lore. Lore sebagai salah satu tradisi dalam

masyarakat maupun kolektif dan folk tertentu diwariskan turun-menurun pada

generasi penerusnya secara lisan dan memiliki fungsi dalam kolektif. Sastra lisan

(folklore) merupakan sebuah sastra verbal dalam gambaran budaya suatu

2
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

masyarakat ataupun komunitas secara tradisional. Sastra lisan juga tidak diketahui

siapa pengarangnya secara pasti. Folklor lisan ini dapat berupa nyanyian-nyanyian

tradisional, legenda, dongeng, sindiran, teka-teki, pantun, dan sastra lisan warisan

budaya lainnya. Danandjaja (2007)

Legenda merupakan prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi dalam

masa lalu di sebuah daerah, sehingga sering kali dipandang mengandung nilai

sejarah dan asal-usul dari suatu daerah maupun tempat tertentu. Sifat legenda

yang migratoris yaitu mampu berpindah-pindah menyebabkan sebuah legenda

dapat dikenal secara luas hingga didaerah-daerah lain. Jumlah legenda mungkin

lebih banyak dibanding mite maupun dongeng karena jumlah tipe dasar yang

lebih luas. Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok yaitu

legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan dan legenda

setempat (Danandjaja, 2007:67).

Seperti sifat legenda yang migratoris itu hadir legenda Baru Klinting hadir

di berbagai daerah namun pada daerah Kabupaten Tulungagung legeda Baru

Klinting tersebut menjadi nilai sejarah dan asal-usul dari suatu pusaka yang

dijadikan kepercayaan yang melindungi Kabupaten Tulungagung. Legenda Baru

Klinting yang tersebar di Tulungagung berupa sosok Naga Taksaka yang berubah

wujud menjadi sebuah pusaka, dari sebuah Naga bernama Baru Klinting ituah

pusaka yang dipercaya memiliki kekuatan dapat melindungi wilayah Tulungang.

Pada legenda Baru Klinting pula informasi bahwa puska tersebut diberikan

kepada bupati Ngrawa atau Tulungagung pada jaman dahulu. Dikarenkan pusaka

3
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dipercaya tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa untuk melindungi wilayah

kabupaten Tulungagung dan diketahui oleh masyarakat setempat sehingga

munculah suatu prosesi atau ritual untuk menjaga dan merawat kesaktian pusaka

yang berasal dari legenda Baru Klinting tersebut.

Ritual yang bernama jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas yang berada di

kabupaten Tulungagung. Ritual ini menyangkut kepercayaan adat dikarenakan

pusaka Kanjeng Kyai Upas dianggap memiliki kekuatan tersendiri bagi

masyarakat kabupaten Tulungagung. Ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas

ini dilaksanakan setiap tahun pada hari Jumat antara tanggal 11 sampai 20 bulan

di Suro, bertepatan pada tanggal 12 sampai 22 bulan Agustus tahun 2022. Ritual

dengan tujuan menyucikan tombak yang dilaksanakan setiap tahunya oleh

masyarakat kabupaten Tulungagung, menjadi salah satu kegiatan wajib. Konon

tombak Kanjeng Kyai Upas memiliki nilai magis yang kuat saat penjajahan

Belanda. Pusaka ini mampu menolak musuh sehingga gagal masuk ke

Tulungagung. (Winarto, Komunikasi Pribadi, Agustus 2022)

Kanjeng Kyai Upas merupakan nama pusaka yang berbentuk tombak yang

panjang bilahnya 35 cm, dan panjang landheyan atau tangkainya 5 meter. Pada

pangkal bilahnya memiliki tulisan berwarna emas serta memiliki tulisan dengan

huruf Arab yang berbunyi “Allah”. Kanjeng Kyai Upas diberikan penutup

keranda (lurup) atau di tutup kain penutup yang berlapis lapis dengan kain cindhe,

kain tersebut merupakan sebutan lain dari kain Patola di daerah Jawa. Menurut

legenda dan kepercayaan masyarakat yang ada, dinyatakan bahwa bilah Kanjeng

4
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kyai Upas berasal dari lidah seekor ular naga dan landheyannya berasal dari

badan seekor ular naga yang bernama Baru Klinthing. Pusaka Tombak Kanjeng

Kyai Upas ini berasal dari Mataram yang dibawa Oleh Raden Mas Tumenggung

Pringgodiningrat, putra dari Pangeran Noyokusumo di Pekalongan yang menjadi

menantu Sultan Hamengku Buwono II, ketika beliau menjadi Bupati Ngrowo

yang sekarang dikenal dengan Tulungagung. (warisanbudaya.kemdikbud.go.id:

2016)

Dalam legenda Baru Klinting yang beredar di Kabupaten Tulungagung

Pusaka Kanjeng Kyai Upas dipelihara dengan baik oleh Bupati Ngrowo atau

Tulungagung. Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat secara adat dan turun-

temurun merawat pusaka tersebut. Pusaka ini ditempatkan di Gedhong Pusaka di

Dalem Kanjengan Kepatihan Kecamatan Kota Tulungagung, Kabupaten

Tulungagung. Setiap hari Kamis oleh Kyai Emban diberi sesaji dan diberi lampu

cuplak dengan minyak jarak dan sambil membakar kemenyan. Pada saat ini yang

memelihara pusaka tersebut Bapak Raden Mas Indronoto, salah satu keturunan

keluarga Raden Mas Pringgo Kusumo. Pusaka ini memiliki keistimewaan pada

proses perawatanya dan upacaranya adat jamasannya, dikarenakan dilakukan

turun temurun serta yang merawat langsung dari salah satu keturunan keluarga

Raden Mas Pringgokusumo. Selain dirawat dan diberikan sesajen pada tiap hari

kamis upacara adat satu tahun sekali tak luput dilakukan. Namun pada penelitian

ini befokus pada ritual Jamasa Pusaka Kanjeng Kyai Upas saja.

5
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Upacara adat jamasan pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas bertujuan untuk

pemeliharaan secara tradisional, sehingga diharapkan dengan pemeliharaan ini

pusaka tombak Kyai Upas akan tetap ampuh, tidak rusak dapat melindungi

masyarakat pendukungnya akan adanya gangguan atau bencana yang akan

menimpa masyarakat Kabupaten Tulungagung. Dengan tujuan yang lain bahwa

dengan jamasan itu pusaka akan terpelihara tidak berkarat, tidak rusak. Pusaka

tersebut akan dibersihkan dan diolesi dengan warangan yang merupakan racun

yang dapat mematikan bakteri perusak. (Winarto, Komunikasi Pribadi, Agustus

2022). Upacara adat jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas di Tulungagung

dilaksanakan setiap tahun sekali, yaitu bertepatan pada hari Jumat. Puncak

upacara dilaksanakan pada hari Jumat dengan mengambil waktu pukul 09.00-

11.00 atau sebelum sholat Jumat. Tempat pelaksanaan jamasan Kanjeng Kyai

Upas di Dalem Kanjengan, Kepatihan, Kecamatan Kota Tulungagung

(warisanbudaya.kemdikbud.go.id: 2016).

Ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas memiliki beberapa

perlengkapan dan beberapa kegiatan di dalamnya, di antaranya 1 panggang ayam

tulak, ayam walik, ayam putih mulus, ayam hitam mulus, ayam lurik sejumlah 7

macam, 2 bermacam-macam polo pendem antara lain kacang brol, ubi-ubian,

kentang hitam, kentang putih, ketela rambat, ketela pohon, dan lain-lain, ke 3

jenang sengkolo, bubur suran lengkap dengan lauk pauknya sebagaimana

biasanya untuk selamatan suran, ke 4 pisang raja ayu, air dari tujuh sumber dan air

laut yang digunakan untuk siraman pertama, tebu, janur, macam-macam ikan

6
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sungai, macam-macam jajanan pasar serta daging lembu

(warisanbudaya.kemdikbud.go.id: 2016). Pada penghujung acara tersebut

diselenggarakan wayang kulit semalam suntuk.

Adanya tingkah laku berupa kebudayaan tersebut akan lebih baik jika

tulisan ini dianalisis dengan teori Semiotika Roland Barthes yang merupakan

gambaran pemikiran semiotika dari Ferdinand de Saussure. Barthes

mengembangkan semiotika yang membahas pemaknaan atas tanda dengan

menggunakan dua tahap signifikasi yaitu makna denotatif (makna yang utama),

dan makna konotatif (makna sekunder). Menurutnya semiotik tidak hanya

mengenai signifier dan signified, akan tetapi juga hubungan yang mengikat

keduanya yaitu sign. (Barthes, 1970) Dua tingkatan semiotika yang dikemukakan

oleh Barthes denotasi dan konotasi ialah, denotasi merupakan tingkat pertandaan

yang memberikan penjelasan hubungan antara penanda dan petanda yang

menyatakan makna yang utama atau makna yang pasti, makna ini terdapat pada

setiap leksem atau kata. Konotasi merupakan tingkat pertandaan yang

memberikan penjelasan hubungan antara penanda dengan petanda yang

menyatakan hubungan antara penanda dengan petanda yang menyatakan makna

implisit atau makna yang tidak pasti.

Pada buku Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and

Communications karya Marcel Danies, semiotika berkaitan dengan ritual,

pertunjukan dan komunikasi yaitu pertunjukan, upacara, rangkaian tindakan,

wacana, atau tata cara yang dimaksudkan untuk melambangkan suatu peristiwa

7
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang mengandung makna besar. Seperti contohnya Di Jawa, drama bertopeng dan

tarian kesurupan tetap menjadi bagian dari kehidupan ritual desa. Di Afrika Sub-

Sahara masyarakat terlibat dalam tarian ritual topeng untuk mengusir roh. Serta

dalam tarian masyarakat Barat berfungsi untuk merayakan pernikahan dan ritual

kedewasaan (tarian remaja). (Denies,2000).

Dikarenakan semiotika, media, dan komunikasi adalah tiga bidang yang

terkait erat, ketiga hal terdapat pada ritual jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas.

Dinyatakan secara singkat, semiotika merupakan ilmu tanda, melihat bagaimana

manusia mencari dan mengkonstruksi makna oleh karna hal tersebut sangat cocok

untuk mengkonstruksi ritual jamasan pusaka tombak kanjeng Kyai Upas.

(Denies,2000).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang tertera dalam latar belakang tersebut,

maka dapat diperoleh rumusan masalah yakni:

1. Bagaimanakah kaitan legenda Baru Klinting dengan Jamasa Kanjeng Kyai

Upas yang ada di Kabupaten Tulungagung?

2. Bagaimanakah tanda dan petanda pada serangkaian Ritual Jamasan Pusaka

Kanjeng Kyai Upas yang ada di Kabupaten Tulungagung?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan laporan yang sistematis

dan bermanfaat secara umum. Penelitian ini juga diharapkan dapat berjalan

dengan baik dan mencapai tujuan yang optimal. Manfaat yang ingin dicapai dalam
8
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penelitian ini adalah pembaca dapat mengetahui makna di dalam ritual jamasan

pusaka Kanjeng Kyai Upas. Serta diharapkan masyarakat dapat lebih

melestarikan ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas. Serta mampu

mengetahui dibalik proses jamasan Kanjeng Kyai Upas terdapat legenda Baru

Klinting

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak lain yang

berkepentingan, baik dalam ranah akademis maupun non akademis. Terlebih bagi

mereka yang ingin mengkaji secara cermat mengenai ritual Jamasan Tombak

Kanjeng Kyai Upas Kabupaten Tulungagung. Lebih jauh, manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap bidang folklor, khususnya terkait

pendokumentasian kebudayaan dan semiotika kebudayaan. Penelitian ini dapat

dijadikan sebagai tolak ukur untuk penelitian selaras mengenai penggunaan

semiotika untuk memahami sebuah kebudayaan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis pada penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

wawasan terkait tanda dan penanda sebuah kebudayaan dalam folklor bagi

mahasiswa minat ilmu filologi khususnya folklor. Adapun bagi masyarakat dan

9
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

instansi, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas

khususnya Jawa terkait kebudayaan daerah terkait jamasan yang masih kental

unsur adatnya.

1.5. Batasan Masalah

Batasan masalah pada suatu penelitian diperlukan demi menghindari

adanya perluasan permasalahan yang diteliti. Hal ini dilakukan guna menghindari

penyimpangan dari tujuan penelitian tradisi setengah lisan maupun folklor yang

berkembang di masyarakat Jawa, khususnya dalam bentuk upacara adat, cukup

banyak ragamnya. Namun demikian, penelitian ini hanya menitikberatkan pada

kebudayaan dan tradisinya, terutama ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas

kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Meskipun dalam upacara adat tersebut

memuat beberapa nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,

namun dalam penelitian ini dibatasi dengan hambatan ritual tersebut hanya

dilakukan satu kali dalam satu tahun dan kurangnya pemahaman msyarakat akan

mengapa tradisi jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas di laksanakan.

1.6. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka berfungsi sebagai referensi dan sumber rujukan

penelitian yang akan dilakukan. Para peneliti juga bisa melihat perbedaan yang

terdapat dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukannya.

Adanya penelitian terdahulu juga membantu peneliti baru meraih keberhasilan.

Berikut penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti. Pada bagian

10
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penelitian yang relevan berisi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti.

Menurut Sutarto (1997) pada desertasi penelitian sastra lisan yang berkitan

dengan legenda pernah di teliti berjudul “Legenda Kasada dan Karo Orang

Tengger Lumajang”. Desertasi ini membahas menggenai legenda yang ada di

Lumajag. Dengan membandingkan legenda yang ada di empat kabupaten yang

berbeda. Dalam desertasi tersebut juga memaparkan terkait semiotika kebudayaan

untuk penelitian sebuah legenda.

Warisan Budaya Takbenda Indonesia (2016) website dengan penelitian

berkaitan dengan Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas pernah dilakukan dalam

website dengan judul “Upacara Adat Jamasan Kyai Upas Tulungagung”.

Membahas mengenai Deskripsi pusaka Kanjeng Kyai Upas, Cerita tombak Pusaka

Kanjeng Kyai Upas berawal pada akhir pemerintahan Majapahit, serta

menjelaskan bahwa Tombak Kyai Upas menjadi pusaka piandel Bupati

Tulungagung secara turun temurun hingga saat ini dan menjelaskan serangkaian

Jamasan Tombak Kanjeng Kyai Upas.

Penelitian dalam jurnal oleh Femilia Kristian Aru Sari (2020) dengan judul

“Prosesi Ritual Jamasan Tombak Kyai Upas Sebagai Identitas Masyarakat

Tulungagung”. Jurnal tersebut membahas bagaimana masyarakat Tulungagung

mempercayai bahwa pusaka tombak Kyai Upas dapat menolak bencana dan dapat

memberikan kenyamanan bagi masyarakat Tulungagung. Prosesi ritual jamasan

tombak Kyai Upas dalam proses penyelenggaraannya mempunyai dua tahapan

11
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yaitu kegiatan yang bersifat persiapan dan kegiatan-kegiatan inti upacara jamasan

dimulai. Kyai Upas sampai saat ini masih dipercaya sebagai penolak bencana bagi

masyarakat Tulungagung yang pada setiap tahunnya pada bulan suro dilaksanakan

prosesi ritual jamasan. Prosesi ritual jamasan pusaka harus disertai dengan

beberapa sesajen.

Jurnal oleh Fafastana dan Lutfiah (2021) dengan judul “Upacara Jamasan

Pusaka Kanjeng Kyai Upas di Tulungagung dalam perspektif Islam”. Jurnal

tersebut membahas bagaimana bentuk akulturasi budaya lokal Jamasan Pusaka

Kanjeng Kyai Upas dengan kebudayaan Islam. Dikarenakan istilah kebudayaan

berasal dari kata dasar budaya sehingga memiliki keterkaitan makna. Sehingga

perlu dipaparkan agar masyarakat paham akan adanya akulturasi.

Tinjauan pusaka mengenai Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas pernah di

lakukan sebagai skripsi oleh Ahmad Nurcholis dengan judul “Analisis Feminisme

Terhadap Tradisi Jamasan Pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas Di Kabupaten

Tulungagung” (2021). Pada Skrisi tersebut membahas mengenai prosesi jamasan

dari sudut pandang agama islam serta feminisme. Dalam skripi ini menggunakan

pendekatanfenomenologis digunakan dalam karya ini untuk mengkaji fenomena

fenomena sosial dengan menggunakan analisis secara kritis.

Kesimpulan yang bisa ditarik dari kelima penelitian di atas adalah

perbedaan pengaitan antara objek dengan legenda penelitian antara penelitian

terdahulu dengan penelitian saat ini.

12
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.7. Landasan Teori

Teori semiotika merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang

pemaknaan yang terkandung di dalam tanda dan petanda. Kata semiotika berasal

dari bahasa Yunani kuno semeion yang memiliki arti tanda. Suatu tanda

didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun

sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Menurut Hidayat (dalam

Sobur, 2015:107) menyatakan bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi

tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks

yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang

terkandung di dalamnya. Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang makna

yang terkandung dalam tanda dan petanda. Kata semiotika berasal dari kata

Yunani kuno semeion yang berarti tanda. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu

yang atas dasar konvensi sosial yang telah dibangun sebelumnya, dapat dianggap

mewakili sesuatu yang lain. Menurut Hidayat (dalam Sobur, 2015: 107)

menyatakan bahwa bidang kajian semiotika adalah mempelajari fungsi tanda

dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang

berperan dalam membimbing pembaca agar dapat menangkap pesan-pesan yang

terkandung di dalamnya.

Semiotika adalah suatu disiplin ilmu atau metode yang mempelajari

pemaknaan makna dalam tanda atau simbol. Menurut Sobur (dalam Sartini, 2011)

semiotika atau juga dikenal sebagai semiotika, itu berasal dari kata Yunani

"semeion" yang berarti "tanda". Kemudian istilah semeion sendiri sepertinya

13
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berasal dari Hippocrates Medicine atau asclepiadic dan fokusnya pada gejala dan

diagnosis inferensial. Kemudian semiotika ini secara konseptual adalah disiplin

yang terkait dengan studi tentang tanda dan semuanya sesuatu yang berhubungan

dengan karakter, seperti B. Sistem karakter dan metode yang diterapkan padanya

Masuk (Zoest dalam Sartin, 2011), sedangkan Istana (dalam Ari, 2013)

menunjukkan bahwa semiotika adalah ilmu yang khusus membahas tanda-tanda.

Semiotika adalah teori turunan dari teori bahasa yang memiliki keunggulan.

Semiotika Roland Barthes merupakan pengembangan pemikiran

semiotik dari Ferdinand de Saussure. Barthes mengembangkan semiotika yang

membahas tentang makna tanda dengan menggunakan dua tahapan penandaan,

yaitu makna denotatif (makna primer) dan makna konotatif (makna sekunder).

Menurutnya, semiotika bukan hanya tentang penanda dan petanda, tetapi juga

hubungan yang mengikat keduanya, yaitu tanda (Barthes, 1985). Dua tingkatan

semiotika yang dikemukakan oleh Barthes adalah denotasi dan konotasi yaitu,

denotasi adalah tingkatan penandaan yang memberikan penjelasan tentang

hubungan antara penanda dan petanda yang menyatakan makna utama atau

makna yang pasti, makna ini terdapat dalam setiap leksem. atau kata. Konotasi

adalah tingkat penandaan yang memberikan penjelasan tentang hubungan

antara penanda dan petanda yang menyatakan hubungan antara penanda dan

petanda yang menyatakan makna yang tersirat atau tidak pasti.

Semiotika Roland Barthes masih terdapat hubungannya dengan

semiotika Ferdinand de Saussure. Pemikiran dua tokoh ini terkait semiotika

14
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sama-sama berkaitan dengan tanda. Pada semiotika Saussure hanya terdapat

penanda (signified) dan petanda (signifier), sedangkan pada semiotika Barthes

terjadi sebuah perluasan makna, dimana terdapat denotasi (makna primer) dan

konotasi (makna sekunder). Menurut Barthes makna denotasi berada satu

tingkat lebih tinggi atau menjadi pemahaman yang utama, sementara itu

konotasi merupakan pemahaman sekunder yang berada di bawah denotasi.

Untuk mengetahui bagaimana cara kerja tanda Barthes membuat peta sebagai

berikut:

1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda)

3. Denotative Sign (tanda denotatif)

4. Connotative Signifier 4. Connotative Signified


(penanda konotatif) (petanda konotatif)

6. Connotative sign (tanda konotatif)

Tabel 1.1 Model Semiotika Roland Barthes

Dari peta di atas dapat kita ketahui bahwa tanda denotatif terdiri atas

penanda konotatif dan petanda konotatif. Menurut Barthes penanda (signifier)

ialah teks, sedangkan petanda (signified) merupakan konteks tanda atau sign.

Teori semiotika juga cocok diaplikasi dengan kebudayaan (Barthes. 1985)

Semiotika budaya merupakan sistem kelompok yang ditransmisikan secara

sosial pola perilaku, seni, kepercayaan, institusi, dan semua produk lain dari

pekerjaan manusia dan pikiran. Hal ini tertuang dalam buku Encyclopedic

Dictionary of Semiotics, Media, and Communications karya Marcel Danesi.

15
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dalam buku tersebut menjelaskan bahwa istilah semiotik budaya didefinisikan

sebagai sistem sintetik yang berbeda jenis tanda (yang menyatu menjadi) kode

yang dapat dimanfaatkan oleh individu dan kelompok untuk membangun teks

untuk membuat makna atau bertukar pesan dalam berbagai konteks. Sistem, yang

disebut tatanan penandaan, yakni jenis dari tanda berupa kata-kata, angka, dan

symbol yang berkitan dan berpadu ke dalam kode, jenis kode tersebut berua

Bahasa, music dan sikap. Hal tersebut yang berkitan dengan cermah, isyarat lagu

maupun lukisan hal tersebut berkitan dengan jenis dari teks. Hal tersebt dibuat dan

ditafsirkan dalam konteks dan jenis dari konteks berkaitan dengan fisik,

psikologis, sosial serta historis. (Danesi, 2000).

Dalam desertasi Sutarto menjelaskan bahwa setiap legenda, mitos, maupun

legenda yang beredar di masyarakat akan berkaitan dengan sebuah upacara, ritual,

maupun kegiatan yang dipercaya mampu menghasilkan, menimbulkan maupun

berdampak bagi kehidupan masyarakat setempat (Sutarto,1997). Tidak hanya itu

pada buku Semiotika, Media, Dan Komunikasi karya Marcel Danies semiotika

berkaitan dengan ritual, pertunjukan dan komunikasi seperti pertunjukan, upacara,

rangkaian tindakan, wacana, atau tata cara yang dimaksudkan untuk

melambangkan suatu peristiwa yang mengandung makna besar. Seperti contohnya

legenda Baru Klinting, dan Pusaka Kanjeng Kyai Upas tetap menjadi bagian dari

masyarakat Kabupaten Tulungagung.

Dalam kajian semiotik ini berasumsi bahwa ritual Jamasan Pusaka

Kanjeng Kyai Upas merupakan bagian dari budaya, budaya meruakan bagian dari

16
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tanda dan memiliki makna. Pemaknaan ritual ini berupa legenda Baru Klinting

melalui atau narasi Baru Klinting versi Tulungagung yang ada di masyarakat yang

menimbulkan ritual berupa jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas dikarenakan

hubungan antara sebuah ritual dan legenda yang ada.

1.8. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatifvdengan metode deskriptif. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kualitatif. “Metodologi adalah proses, prinsip, dan

prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban”

(Mulyon0, 2008: 145). Menurut Sugiyono (2007: 1), metode penelitian kualitatif

adalah salah suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang

alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekan pada makna.

1.8.1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah dokumentasi prosesi ritual jamasan

pusaka Kanjeng Kyai Upas berlangsung satu tahun sekali di Jumat antara tanggal

11 sampai 20 bulan di Suro, bertepatan pada tanggal 12 sampai 22 bulan Agustus

tahun kira-kira jam 09.30. bertepatan pada Jumat pagi, yang bertugas

melaksanakan siraman tersebut adalah Kyai Emban. Sebagai penutup rangkaian

upacara, pada malam harinya digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

17
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Serta legenda Baru Klinting yang tersebar di pulau Jawa, seperti Semaran,

Ponorogo, dan Tulungagung.

1.8.2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang menggunakan data kualitatif. Peneliti menjabarkan

secara alamiah serta utuh tentang prosesi ritual jamasan tombak kyai upas.

Penelitian kualitatif umumnya dan pada dasarnya dipergunakan dalam dunia ilmu-

ilmu sosial dan humaniora. Terutama berkaitan dengan pola dan tingkah laku

manusia (behavior) dan hal-hal dibalik tingkah laku tersebut yang biasanya sulit

untuk diukur dengan angka-angka. Karena apa yang keliatan menggejala tidak

selalu sama dengan apa yang ada di dalam fikiran dan keinginan sebenarnya.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berpangkal dari pola fikir induktif,

yang didasarkan atas pengamatan obyektif partisipatif teradap suatu gejala

(fenomena) sosial (Aminuddin,1998:47).

a. Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampungdalem, Kabupaten

Tulungagung. Lokasi penelitian merupakan kota tempat tinggal dari peneliti

sendiri. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena sudah paham

dengan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian. Meskipun penelitian sejenis

hanya menitik beratkan pada wilayah Kabupaten Tulungagung. Data versi lain

dijadikan sebagai pembanding.

b. Penentuan Informan

18
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dalam mendapatkan informasi peneliti berfokus kepada para masyarakat

yang masih melakukan tradisi tersebut dan apabila diperlukan juga akan ke para

tetua yang ada di wilayah tersebut, supaya mendapatkan informasi yang lebih

jelas serta akurat. Peneliti tidak hanya mencari satu informan, tetapi peneliti

mencari beberapa informan

c. Teknik Pengambilan

Data Teknik pengambilan data dilakukan secara bertahap dengan

mewawancarai beberapa informan, data yang peneliti kumpulkan merupakan hasil

dari wawancara dengan informan di lapangan. Serta menggambil data

pembanding berupa legenda Baru Klintng dari berbagai daerah dengan membaca

dalam berbagai versi sastra lisan yang masih bermigratoris. Pengamatan,

pencatatan, dan perekaman adalah hal penting dalam pengambilan data

dilapangan, peneliti merekam saat mewawancarai dengan menggunakan alat

rekam, peneliti juga merekam menggunakan gawai, tujuan menggunakan alat

perekam lebih dari satu adalah supaya kalau kurang jelas kata-katanya di perekam

satu, maka didengarkan di alat perekam dua.

d. Penyusunan Data

Data-data yang telah diperoleh di lapangan disusun berdasarkan

klasifikasi- klasifikasinya. Klasifikasi dengan menandai bagian tanda-tanda yang

19
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ada dalam objek, seperti signifier, signified, connotative signifier dan connotative

signified. Untuk kemudian dilakukan analisis data.

e. Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan dan telah disusun. Selanjutnya peneliti

akan melakukan analisis terhadap data-data tersebut dan akan diambil data yang

paling sesuai sebagai hasil dari penelitian tersebut.

1.9. Sistematika Penelitian

1. BAB I mencakup pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan khusus dan tujuan umum penelitian, manfaat praktis dan

manfaat teoritis, batasan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II berisi letak geografis Kabupaten Tulungagung, Demografi

3. BAB III berisi legenda atau legenda Baru Klinting dari berbagai daerah dan

sumber.

4. BAB IV berisi serangkaian pendokumentasian Upacara Adat Jamasan

Pusaka Kanjeng Kyai Upas, mulai Malam Tirakatan hingga Pagelaran

Wayang Kulit.

5. BAB V berisi telaah semiotika Upacara Adat Jamasan Pusaka Kanjeng

Kyai Upas.

6. BAB VI berisi simpulan dan saran

20
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

KONTEKS WILAYAH DAN ASAL USUL TOMBAK

KANJENG KYAI UPAS

1.

2.

2.1. Letak Geografi Kabupaten Tulungagung

Kabupaten Tulungagung terkenal sebagai salah satu daerah penghasil

marmer terbesar di Indonesia. Kabupaten Tulungagung terletak kurang lebih 154

km ke arah Barat Daya dari Kota Surabaya. Pembagian Kabupaten Tulungagung

dibagi menjadi 19 (Sembilan belas) Kecamatan, 257 (dua ratus lima puluh tujuh)

Desa serta 14 (empat belas) Kelurahan. Kabupaten Tulungagung terletak pada

posisi 1110 43` sampai dengan 1120 07` Bujur Timur dan 070 51` sampai dengan

080 18` Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tulungagung mencapai

1.055,65 Km berbatasan dengan sebelah Utara, Kabupaten Kediri. Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Di sebelah Baratnya berbatasan dengan

Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ponorogo. Di bagian paling Selatan

berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Tulungagung 2018).

Adapun pembagian Kecamatan di Kabupaten Tulungagung dijelaskan pad

a tabel sebagai berikut.

21
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2.2 Pembagian Kecamatan di Kabupaten Tulungagung

No Kecamatan Desa Kelurahan


1. Besuki 10 -

2. Bandung 18 -

3. Pakel 19 -

4. Campurdarat 9 -

5. Tanggunggunung 7 -

6. Kalidawir 17 -

7. Pucanglaban 9 -

8. Rejotangan 16 -

9. Ngunut 18 -

10. Sumbergempol 17 -

11. Boyolangu 17 -

12. Tulungagung - 14

13. Kedungwaru 19 -

14. Ngantru 13 -

15. Karangrejo 13 -

16. Kauman 13 -

17. Gondang 20 -

18. Pagerwojo 11 -

19. Sendang 11 -

Sumber: Data olahan penulis berdasarkan Kabupaten Tulungagung Potensi dan


Produk Unggulan Jawa Timur, 2013

22
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Secara topografis, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas

permukaan laut. Bagian Barat Laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah

pegunungan, dimana merupakan bagian dari Pegunungan Wilis-Liman. Bagian

tengah merupakan dataran rendah, bagian selatan berupa pegunungan, dan

rangkaian pegunungan selatan. Gunung Wilis yang terletak di barat laut

Tulungagung tepatnya di Kecamatan Sendang merupakan titik tertinggi

Kabupaten Tulungagung dengan ketinggian 2.552 m, Kemudian bagian tengah

adalah dataran rendah, dimana bagian tengah tersebut adalah pusat kota dari

Kabupaten Tulungagung. Di tengah kota terdapat Kali Ngrowo yang merupakan

anak Kali Brantas, dimana seolah-olah membagi Kabupaten Tulungagung

menjadi bagian Utara dan Selatan. Sedangkan bagian Selatan adalah daerah

pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul (Selatan) serta

pantai-pantai Selatan tersebut menjadikan daya tarik dari Kabupaten

Tulungagung. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung: 2021)

Berdasarkan ketinggian tempat dari atas permukaan laut (dpl), wilayah

Kabupaten Tulungagung dapat dikelompokkan dengan beberapa wilayah, seperti:

wilayah dengan ketinggian 0-100 m dpl, meliputi wilayah seluas 38.527,23 Ha

atau mencakup 36,76% dari keseluruhan luas. Kemudian wilayah dengan

ketinggian 100-500 m dpl, meliputi wilayah dengan luas 64.215,89 Ha atau

mencakup 55,82% dari keseluruhan luas. Selanjutnya untuk wilayah dengan

ketinggian 500-1.000 m dpl, meliputi wilayah dengan luas 9.479,83 Ha atau

mencakup 7,67% dari keseluruhan luas yang ada. Pada wilayah dengan ketinggian

1.000 m dpl tersebut meliputi wilayah seluas 3.474,24 Ha atau mencakup 3,02%

23
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dari keseluruhan luas. Kemudian untuk kemiringan tanah pada Kabupaten

Tulungagung, dimana dalam bentuk persentase, dalam pernyataan disetiap 1%

kemiringan tanah dengan keterangan berarti terdapat perbedaan tinggi sebesar 1

m dari dua tempat berjarak 100 m. Berdasarkan kemiringan tanah di Kabupaten

Tulungagung Tahun 2011, yaitu dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.3 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung: 2021)

Persentase
No Wilayah Kelerengan (%) Luasan (Hektar)
Total
I. Datar 0-2 46.971,24 40,8

II. Datar - landau 2-8 5.637,01 4,9

Landai –
III. 8-15 8.317,46 7,2
berombak

Berombak –
IV.
bergelombang 15-25 15.875,66 13,8

lemah

Bergelombang
V. 25-40 22.985,19 19,98
lemah – kuat

VI. Bergelombang
>40 15.254,44 13,26
kuat

Menurut klasifikasi iklim, Kabupaten Tulungagung memiliki iklim tropis

lembab dan kering. Serta memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Musim hujan di daerah Tulungagung berlangsung mulai bulan

November hingga April, dengan bulan Januari sebagai bulan terbasah dengan

curah hujan lebih dari 270 mm per bulan. Musim kemarau, di sisi berlangsung

24
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dari bulan Mei hingga bulan Oktober, dengan bulan Agustus menjadi bulan

terkering dengan curah hujan kurang dari 20 mm per bulan. Suhu di daerah

Tulungagung bervariasi antara 21° dan 32°C. Curah hujan tahunan di daerah

Tulungagung berkisar antara 1.400 hingga 1.800 mm per tahun, dengan curah

hujan 90 hingga 120 hari per tahun.

2.2. Demografi Masyarakat Tulungagung

Penduduk Kabupaten Tulungagung menurut pada hasil sensus penduduk

akhir tahun 2010 berjumlah 1.035.290 jiwa dan pada tahun 2020 meningkat

menjadi 1.043.182 jiwa. Dimana dari jumlah tersebut terbagi atas laki-laki

508.621 jiwa dan untuk jumlah perempuan 534.561 jiwa. Di Kabupaten

Tulungagung memang pada kenyataannya belum terjadi pemerataan penduduk.

Bahwa dapat dilihat dari adanya kesenjangan tingkat kepadatan penduduk di antar

Kecamatan.

Tabel 2.4 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten


Tulungagung Tahun 2018-2020

Jumlah Jumlah Jumlah

No. Kecamatan penduduk penduduk penduduk

tahun 2018 tahun 2019 tahun


2020
1. Besuki 35.319 35.439 35.555

2. Bandung 43.595 43.694 43.788

3. Pakel 50.761 51.043 51.322

4. Campurdarat 57.768 58.186 58.600

25
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tanggunggunun
5. 24.777 24.917 25.057
g

6. Kalidawir 64.489 64.497 64.499

7. Pucanglaban 22.282 22.294 22.304

8. Rejotangan 73.870 74.202 74.527

9. Ngunut 79.072 79.462 79.844

10. Sumbergempol 67.462 67.820 68.170

11. Boyolangu 83.247 83.980 84.708

12. Tulungagung 66.268 66.300 66.321

13. Kedungwaru 90.942 91.498 92.048

14. Ngantru 56.042 56.430 56.814

15. Karangrejo 39.747 39.767 39.784

16. Kauman 49.957 49.980 49.998

17. Gondang 54.625 54.611 54.589

18. Pagerwojo 30.634 30.658 30.680

19. Sendang 44.433 44.506 44.574

Sumber: Data Olahan Penulis berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten


Tulungagung, Kabupaten Tulungagung Dalam Angka 2020
Menurut data tabel di atas bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten

Tulungagung dari setiap kecamatan bahwa mulai tahun 2018 hingga tahun 2020

mengalami kenaikan. Keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung

tersebut tersebar dengan bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, pedagang,

TKI, PNS, wiraswasta dan banyak lainnya. Tetapi yang paling dominan

kebanyakan penduduknya bermata pencaharian petani dan nelayan, melihat

26
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kondisi alam Kab upaten Tulungagung yang mendukung bidang pertanian dan

perkebunan.

Tabel 2.5 Jumlah Pemeluk Agama Menurut Kecamatan di Kabupaten Tulungagung


Tahun 2021

Lain
Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha
nya

Besuki 39.339 460 11 23 4 -

Bandung 49.351 110 14 - - -

Pakel 55.356 70 11 - - -

Campurdarat 59.393 193 35 32 2 -

Tanggunggunung 26.623 17 8 1 - -

Kalidawir 77.377 107 17 1 3 -

Pucanglaban 26.979 42 3 - 2 -

Rejotangan 82.941 388 151 2 5 5

Ngunut 81.692 2.616 266 6 116 19

Sumbergempol 74.028 94 33 2 1 -

Boyolangu 84.801 886 115 19 16 3

Tulungagung 62.474 3.241 1.408 31 580 8

Kedungwaru 91.922 2.143 781 7 116 61

Ngantru 58.884 280 99 15 - -

Karangrejo 45.137 80 17 1 6 3

Kauman 52.701 598 121 2 4 9

27
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gondang 60.215 189 42 3 12 3

Pagerwojo 32.647 149 17 - - -

Sendang 48.419 828 19 1 - -

Menurut tabel di atas dari tahun 2022 penduduk pemeluk agama mayoritas

adalah agama Islam dan agama paling banyak kedua pemeluknya yaitu Katolik.

Jumlah pemeluk agama Islam di kabupaten Tulungagung berjumlah 1.110.279

jiwa dan pemeluk agama Katolik berjumlah 12.491 jiwa. Masih terdapat

masyarakat yang memeluk agama lain pada tabel tersebut tertulis lainnya yaitu

pemeluk agama Khonghucu dan Kepercayaan terhadap Tuhan YME sejumlah 111

jiwa.

2.3. Kesejarahan Kabupaten Tulungagung

Sebelum menjadi Kabupaten Tulungagung dulunya bernama Kabupaten

Ngrowo, Pusat pemerintahannya pun berbeda dengan sekarang yang ada di

Kecamatan Tulungagung. Saat masih bernama Ngrowo, pusat pemerintahan

kabupaten ini berada di wilayah Kalangbret. Pemindahan pusat pemerintahan ke

wilayah Kecamatan Tulungagung terjadi sebelum tahun 1824. Perubahan nama

dari Ngrowo menjadi Tulungagung terjadi sekitar tahun 1901, saat dipimpin oleh

Bupati Raden Tumenggung Notowijoyo (William Ciputra,

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/07).

Merujuk kepada sejarah Kabupaten Tulungagung diterangkan pada tanggal

18 November 1205 M dimana tercatat pada prasasti Lawadan dengan candra

sengkala “sukra suklapaksa mangga siramasa” yang saat ini dijadikan sebagai

hari jadi Kabupaten Tulungagung. Pengesahan hari jadi tersebut ditetapkan sejak

28
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tahun 2003. Prasasti Lawadan diberikan oleh Raja Daha Kertajaya atas kesetiaan

masyarakat Thani Lawadan Ketika terjadi serangan musuh dari timur daha.

(Sejarah Kabupaten Tulungagung, http/tulungagung.go.id/?page-id=)

Asal muasal Tulungagung sendiri terdapat dua versi dalam pertama

Kabupaten Tulungagung, versi pertama adalah nama Tulungagung dipercayai

berasal dari kata “pitulungan agung” (pertolongan yang agung) (Ali, 2016:47).

Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang pemuda dari gunung wilis bernama

joko baru mengeringkan sumber air di ngrowo (kabupaten tulungagung tempo

dulu) dengan menyumbat semua sumber air tersebut dengan lidi dari sebuah

pohon enau atau aren. Joko baru dikisahkan sebagai pemuda yang dikutuk oleh

ayahnya menjadi ular, orang sekitar kerap menyebutnya sebagai Baru Klinting.

Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali menjadi manusia nyata, Joko Baru

harus bisa melingkari Gunung Wilis dari tubuhnya. Namun, yang malang

menghadapinya karena tubuhnya hanya tinggal sejengkal agar bisa melingkari

dengan sempurna. Alhasil, Joko Baru menjulurkan lidahnya. Sementara itu, ayah

baru Joko memotong lidah. Ajaibnya, lidah tersebut menjelma menjadi tombak

sakti, yang masih dipercaya sebagai Gaman atau senjata sakti, tombak itu masih

tersimpan dan kini dalam perawatan masyarakat sekitar (William Ciputra,

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/07).

Sedangkan versi ke-dua nama Tulungagung berasal dari dua kata yaitu

Tulung dan Agung, Tulang dikatakan sebagai sumber sedangkan agung diartikan

sebagai besar. Dalam pengertian berbahasa jawa tersebut, Tulungagung adalah

daerah yang memiliki sumber air yang besar. Sebelum di bangunnya Bendungan

29
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Niyama di Tulungagung selatan oleh penduduk tentara Jepang, di mana-mana di

daerah Tulungagung hanya ada sumber air saja. Pada masa lalu, karena terlalu

banyaknya sumber air di sana setiap kawasan banyak yang tergenang air, baik

musim kemarau maupun musim penghujan. Dugaan yang kuat mengenai

etimologi nama Kabupaten. Ini adalah versi ke-dua karena sebelumnya ibu kota

Tulungagung bertempat tinggal di daerah Kalambret dan di beri nama Kadipaten

Ngrowo (Ngrowo di artikan sumber air).

Kabupaten Tulungagung juga memiliki kisah lahirnya melalui legenda

Babad Tulungagung, merupakan legenda rakyat yang diwariskan secara turun

temurun atau disampaikan pada penerus selanjutnya melalui legenda dongeng dan

juga melalui mulut ke mulut atau lisan. Babad Tulungagung berupa legenda asal

mula bagaimana kota Tulungagung ini terjadi. Legenda tersebut terjadi sejak

zaman pra sejarah, ketika itu daerah Tulungagung masih bernama Kadipaten

Ngrowo atau Bonorowo, hingga pada akhirnya berubah nama menjadi Kabupaten

Tulungagung.

Babad Tulungagung menjadi sumber kearifan lokal yang dipandang

bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri dalam kehidupan masyarakat

Kabupaten Tulungagung. Sumber kearifan lokal dengan berbagai sistem yang

berkembang terjadi karena adanya kebutuhan untuk menghayati,

mempertahankan, dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi, kondisi,

kemampuan, dan tata nilai yang dihayati dalam masyarakat Tulungagung.

30
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.4. Asal Usul Tombak Kanjeng Kyai Upas

Peristiwa saat seorang pemuda dari gunung wilis bernama joko baru

mengeringkan sumber air di Ngrowo dengan menyumbat semua sumber air

tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau atau aren. Joko baru dikisahkan

sebagai pemuda yang dikutuk menjadi ular oleh ayahnya, orang sekitar kerap

menyebut dengan Baru Klinting. Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali

menjadi manusia sejati, Joko baru harus mampu melingkari tubuhnya di gunung

Wilis. Namun, malang menimpanya karena tubuhnya hanya kurang sejengkal

untuk dapat bener-bener melingkari sempurna. Alhasil Joko baru menjulurkan

lidahnya. Disaat bersamaan, ayah Joko baru memotong lidahnya. Secara ajaib,

lidah tersebut berubah menjadi tombak sakti yang hingga saat ini dipercayai

sebagai gaman atau senjata sakti, tombak ini masih disimpan dan dirawat hingga

saat ini oleh masyarakat sekitar

2.4.1. Teks Baru Klinting Asal Kabupaten Tulungagung

Teks Baru Klinting yang akan saya paparkan di bawah ini adalah hasil dari

wawan cara Bersama informan, (Winarto, Komunikasi Pribadi, Agustus 2022)

serta teks ini di bacakan dibagikan atau dilisankan pada saat prosesi jamasan

pusaka Kanjeng Kyai Upas. Teks Baru Klinting berbahasa Jawa kram inggil. Pada

saat penyampaian teks tersebut secara lisan juga disampaikan dalam bahasa Jawa

krama inggil.

Pungkasaning paprentahan ing praja Majapahit, kathah Santana ingkang

namur lampah mendra saking praja. Salah satunggaling sentana kalawau pun Ki

31
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Wonoboyo ingkang babat wana sacelaking Rawa Pening Ambarawa utawi

Ambahrawa ingkang kalebet tlatah Mataram.

Nuju ari sajuga, Ki Wonoboyo kagungan kersa bersih dusun, kathah

sinoman juru ladi miwah juru masak ingkang sami sabiyantu kersanipun Ki

Wonoboyo. Wonten salah satunggaling juru masak ingkang sowan dhumateng Ki

Wonoboyo saperlu nyuwun ngampil marisan utawi lading. Ki Wonoboyo mboten

kawratan maringaken marisan dhumateng pawestri kalawau kanthi paweling

sampun ngantos marisan kalawau dipun pangku.

Hambok bilih sampun dados kodrating jagat, pawestri kalawau kasupen

dhawuhipun Ki Wonoboyo, marisan dipun pangku. Eloking lelakon marisan ical

sanalika, ingkang hajalari pawestri kalawau satemah hanggarbini. Dhuhkita

jroning batos Ki Bonoboyo nemahi lelampahan ingkang aeng punika, rumaos

lingsem jroning penggalihan, pramila panjenenganipun lajeng mesun brata

minggah ing pucaking redi Merapi. Tumandhuk ingkang hanggarbini wancinipun

nglairaken, ingkang lair sanes wujud ponang jabang bayi, nanging awujud naga

taksaka, lajeng kaparingan nama Baru Klinthing. Saksampunipun dhewasa, Baru

Klingthing lajeng sowan ramanipun wonten ing redi Merapi. Baru Klingting

badhe dipun akeni putra kaliyan Ki Wonoboyo menawi sembada ngubengi

puncakipun redi Merapi ngantos tepung gelang.

Baru Klinthing lajeng nyobi ananging kirang sakedhik, pramila lajeng

dipun sambung menawi ilatipun. Ki Wonoboyo pirsa lajeng gegancangan nigas

ilatipung Baru Klinthing, sakala ilat dhumawah aneng bantala ilang sajatining

wujud dados pusaka Tumbak. Ewondene Baru Klinthing mlajar ambyur dhateng

32
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

seganten kidul, musna wujuding Baru Klinthing gantos sajatining wujud arupi

kajeng. Ingkang salajengipun kajeng kalawau dipun pundhut dening Ki

Wonoboyo dipun damel landheyanipun tombak, wasana dipun paringi nami

Tombak Kanjeng Kyai Upas

Sasampunipun Ki Wonoboyo seda, pusaka dipun warisaken putranipun

ingkang asma Ki Ajar Mangir. Rumaos dipun embani dening Kyai Upas, Ki Ajar

Mangir mbalela dhateng nagari Mataram. Sinuwun Raja Mataram ngupadi srana

pangepesanipun Ki Ajar Mangir, kanthi utusan ingkang putra Putri Pembayun

supados mbarang tandhak. Ganjaring carios Ki Ajar Mangir kepranan kaliyan

kasulistyanipun tandhak kalawau, wusana Putri Pembayun kapundhut dados

garwanipun. Putri Pembayun mboten selak senadyan punika garwa kinasih, bilih

jroning batos hanggadhahi raos sengit awit Ki Ageng Mangir dados klilipipun

praja Mataram. Saking penyuwun miwah pangrimukipun Putri Pambayun, Ki

Ageng Mangir kersanipun dipun dherekaken sowan dhateng ingkang rama Raja

Mataram.

Nalika samanten, pusaka Kanjeng Kyai Upas ugi dipun kanthi, ananging

karana ancasing sedya badhe sumungkem dhumateng mara sepuh pramila

pusakaipun mboten dipun asta mlebet dhateng karaton. Nalika Ki Ajar Mangir

sungkem dhumateng ingkang rama, mustakanipun kaliyan sang prabu dipun

gedhugaken dhampar keprabon ingkang dumados saking watu gilang ingkang

hanjalari sedanipun. Sak sedanipun Ki Ajar Mangir karaton Mataram kenging

pagebluk mayangkara, awi kaperbayawan kasektenipun pusaka tombak Kanjeng

Kyai Upas ingkang taksih cumondhok ing Mataram.

33
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mila saking punika, Kanjeng Kyai Upas kaliyan sang prabu dipun

paringaken putranipun ingkang dados Adipati ing kadipaten Ngrawa, asmonipun

R.M.T. Pringgodiningrat. Kalampahan pusaka Tombak Kanjeng Kyai

Upas kaboyong dhateng kadipaten Ngrawa. Ingkang salajengipun, kanthi run-

tumurun, pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas dados pusaka piyandelipun para

Bupati ingkang jumeneng ing Kabupaten Tulungagung ngantos titi wanci

sakpunika.

2.4.2. Terjemahan Teks Baru Klinting Asal Kabupaten Tulungagung

Terjemahan teks Baru Klinting di bawah ini, menggunakan penerjemanan

langsung dengan narasumber. Namun ditinjau penerjemahannya menggunakan

kamus Kamus Bahasa Jawa Bahasa Indonesia I (Nardiati Sri, dkk 1993) serta di

bantu menggunakan situs web Sastra Jawa milik Yayasan Sastra Lestari (Yasri,

1997).

Setelah usainya pemerintahan di kerajaan Majapahit, banyak Ksatria yang

berjalan keluar dari kerajaan. Salah satu Ksatria tersebut Ki Wonoboyo, beliau

membabat hutan di dekat Rawa Pening Ambarawa atau Ambarawa yang

merupakan bagian dari wilayah Mataram.

Berlanjut Ki Wonoboyo memiliki acara bersih desa, banyak muda mudi

pelayan dan juru masak yang membantu Ki Wonoboyo. Ada salah satu juru

masak yang menemui Ki Wonoboyo dengan maksud meminjam pedang atau

pisau. Ki Wonoboyo tidak keberatan memberikan pisau kepada perempuan

tersebut namun ada satu pesan yaitu pisau tersebut tidak boleh di pangku.

34
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Karena sudah menjadi takdir dunia, perempuan tadi tidak ingat pesan dari

Ki Wonoboyo, pisau tersebut dipangku. Indahnya perbuatan, pisau tersebut hilang

seketika, yang menyebabkan perempuan tersebut hamil. Duka cita dalam batin Ki

Wonoboyo menjalani untuk bertapa naik di puncak gunung Merapi. Setelah itu

bayi yang ada di dalam perut waktunya dilahirkan, namun yang lahir bukan wujud

sebuah manusia, namu berwujud Naga Taksaka, setelah itu diberi nama Baru

Klinting. Setelah dewasa, Baru Klinting pergi berkunjung ke Bapaknya yang

berada di Merapi. Baru Klinting akan diakui sebagai anak oleh Ki Wonoboyo

tidak mampu mengelilingi gunung Merapi sampai melingkar.

Baru Klinting akhirnya mencobanya namun kurang sedikit, maka akan

disambung dengan lidah. Ki Wonoboyo tau dan segera memenggal lidah Baru

Klinting, akhirnya lidahnya jatuh ke tanah dan hilang berganti bentuk menjadi

pusaka tombak. Badan Baru Klinting masuk ke laut selatan, hilang bentuk Baru

Klinting berganti bentuk seperti kayu. Setelah itu kayu tersebut diambil oleh Ki

Wonoboyo dibuat tangkai tombak, akhirnya diberi Tombak Kanjeng Kyai Upas.

Setelah Ki Wonoboyo meninggal dunia, pusaka tersebut diwariskan

kepada putranya yang bernama Ki Ajar Mangir. Mengerti memiliki pusaka Kyai

Upas, Ki Ajar Mangir melawan perintah Mataram. Diminta Raja Mataram

mencari syarat kelemahan diri Ki Ajar Mangir dengan mengutus anaknya Putri

Pambayun agar menaklukan hatinya. Hasilnya didapatkanlah Ki Ajar Mangir

karena terpesona terhadap keindahan tarian, sehingga Putri Pambayun dijadikan

istri. Putri Pambayun tidak dekat walupun dia istri yang tersayang, didalam

hatinya memiliki rasa kesal terhadap Ki Ajar Mangir sehingga menjadi beban

35
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Raja Majapahit. Dari permintaan serta pengharapan Putri Pambayun, Ki Ajar

Mangir bersedia untuk berkunjung ke Raja Mataram.

Pada saat itu, pusaka Kanjeng Kyai Upas akan dibawa, namun karena akan

memberi hormat kepada orang yang dituakan maka pusaka tersebut tidak bisa

dibawa masuk ke dalam keraton. Saat Ki Ajar Mangir memberikan hormat kepada

Raja Mataram, kepalanya di beturkan oleh prabu ke batu gilang yang akhir

membuat tewas. Setelah kematian Ki Ajar Mangir Keraton Mataram mendapatkan

musibah yang luar biasa, karena kesaktian pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas

yang masih berada di Mataram.

Maka asal dari itu, Kanjeng Kyai Upas oleh prabu diberikan kepada

putranya yang menjadi Adipati di Kadipaten Ngrawa, bernama R.M.T.

Pringgodiningrat. Dilakukan pemindahan Tombak Kanjeng Kyai Upas ke

Kadipaten Ngrawa. Hingga selanjutnya, menjadi pusaka turun temurun Tombak

Kyai Upas yang diunggulkan Bupati yang menjabat di Kabupaten Tulungagung

sampai saat ini.

36
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

LEGENDA BARU KLINTING DARI BERBAGAI DAERAH

Legenda Baru Klinting memiliki banyak versi di Indonesia, antara lain

versi Tulungagung, Ponorogo, Semarang, dan Jawa Tengah serta masih banyak

lagi. Bukan hanya legenda rakyat, Baru Klinting juga memiliki legenda dari Serat

Baru Kalinting, Naskah cetak kopian Serat Baru Kalinting ini pada halaman

pertama terdapat bekas stempel yang bertuliskan Buku Milik Perpustakaan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Perpustakaan Fak. Sastra dan

Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. Hal lain yang mengindikasikan bahwa

naskah tersebut pernah disimpan di perpustakaan adalah tulisan tangan yaitu

Javanese Fiction

Namun pada tulisan kali ini berfokus pada legenda Baru Klinting yang

berasal dari Tulungagung, serta pemaparan legenda Baru Klinting versi yang lain

digunakan sebagai bandingan atas legenda Baru Klinting yang ada di Kabupaten

Tulungagung.

1.

2.

3.

3.1. Legenda Baru Klinting di Kabupaten Semarang 1

Legenda Baru Klinting yang pertama ini berasal dari daerah semarang,

jurnal berjudul “Menimbang Kekayaan “Legenda Baruklinting” Sebagai Bahan

37
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ajar Pada Pembelajaran Sekolah Dasar Di Kabupaten Semarang” yang

menlegendakan Baru Klinting versi Kabupaten Semarang. (Handayani: 2020: 55)

Dalam kisah Legenda Baruklinthing yang berlegenda tentang seorang

pertapa sakti bernama Ki Salokantara yang terpaksa meninggalkan istrinya dalam

kondisi hamil. Pada saat berpamitan Beliau berpesan agar istrinya merawat

pusaka yang dipasrahkan dan berpantang untuk memangku pusakatersebut.

Singkat

38
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

legenda akibat istrinya lupa memangku maka pusaka tersebut menghilang dan

merasuk ke dalam kandungan si istri Ki Saloka sehingga melahirkan seekor ular

yang diberi nama Baruklinthing.

Ketika Ki Salokantara kembali beliau tidak mau mengakui bahwa anaknya

adalah seekor ular. Beliau berjanji akan mengakui Baruklinthing sebagai anak

apabila dapat melingkari bukit. Maka untuk membuktikan pada sang ayah Baru

Klinting bertapa selama ratusan tahun. Pada waktunya tiba Baruklinthing ternyata

tidak dapat memenuhi janjinya sehingga dia tidak mendapat pengakuan dari

ayahnya.

Sukma Baruklinting menjelma menjadi seorang anak kecil yang sakti,

namun memiliki wajah yang buruk rupa sehingga menjadi bahan ejekan anak anak

sebayanya. Hanya seorang Janda tua yang mau menerima Baruklinting. Suatu

ketika Baru Klinting meminta Janda tersebut untuk naik lesung di saat mendengar

kentongan. Baruklinting mengadakan sayembara, siapa yang dapat mencabut lidi

yang ia tancapkan di tanah. Tak satu orang pun dapat mencabut lidi tersebut,

akhirnya Baruklinting yang mencabut lidi yang ia tancapkan sendiri, lalu

menyemburlah air yang semakin membesar dan menenggelamkan desanya

menjadi sebuah danau yang disebut Rawa Pening.

3.2. Legenda Baru Klinting di Kabupaten Semarang 2

Pada legenda Baru Klinting yang ada di Semarang memiliki banyak versi

namun penulis hanya mengambil dua legenda saja, pada legenda Baru Klinting di

Kabupaten Semarang diambil dari buku Skripsi berjudul Buku Komik Baru

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Klinting (Legenda Rawa Pening Kabupaten Semarang). Legenda Baru Klinting

dipaparkan pada halaman 35. (Supriandi. 2017: 35)

Legenda Baru Klinting yang Legenda rakyat rawa Pening terjadi pada

tahun delapan saka atau delapan Jawa. Saat itu Dewi Ariwulan yang tengah

mengandung anak dari seorang resi yang bernama Ki Hajar Sarwo Kartolo akan

segera melahirkan. Anak yang dilahirkan Dewi Ariwulan tidak berupa anak

manusia, namu jabang bayi seekor ular. Ia bisa berbicara seperti manusia pada

umumnya. Setelah agak dewasa dia menanyakan siapa bapaknya. Dewi

mengatakan bahwa bapakmu adalah seorang resi yang bernama Ki Hajar Sarwo

Kartolo, yang sekarang dia sedang bertapa di gunung Sleker (Merbabu).

Akhirnya Baru Klinting sampai di gunung Sleker (Merbabu). Kemudian

menyerahkan dua benda pusaka sebagai bukti kalau ia adalah anak dari Ki Hajar.

Namun, Ki Hajar tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ki Hajar akan mengakui

Baru Klinting sebagai anak kalau ia mampu melingkari gunung Sleker. Akhirnya

Baru Klinting bisa melingkari gunung tersebut, namun kurang satu jengkal. Dia

menjulurkan lidahnya, namun Ki Hajar memotong lidah Baru Klinting. Kemudian

Ki Hajar menyuruh Baru Klinting bertapa di gunung Gajah Mungkur selama satu

minggu.

Suatu hari ada sebuah desa yang gemah ripah loh jinawi. Setiap tahun

mereka mengadakan tradisi budaya merti desa atau sedekah desa. Para pemuda

disuruh mencari hewan buruan di hutan. Namun, hari itumereka tidak

mendapatkan satu pun ekor hewan buruan. Kemudian untuk melepas lelah,

mereka beristirahat di bawah pohon besar. Pada zaman dahulu kebiasan

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

masyarakat adalah nginang dengan buah jambe. Orang tersebut tidak

menemukan landasan untuk menumbuk, dia menggunakan tanah untuk sebagai

landasannya. Beberapa saat kemudian mereka melihat darah yang keluar dari

dalam tanah.

Ternyata setelah digali, tanah tersebut merupakan daging ular yang sangat

besar. Lalu mereka memotong-motong daging raksasa tersebut dan membawanya

ke desa. Daging yang dibawa para pemuda tersebut merupakan tubuh Baru

Klinting. Ia sedang bertapa di hutan tersebut. Kemudian Baru Klinting menjelma

menjadi seorang anak yang lusuh dan kudisan. Dia pergi ke desa yang sedang

mengadakan sedekah desa tersebut untuk meminta makanan. Dengan sikap acuh

dan sinis mereka mengusir anak itu dari pesta dengan paksa karena dianggap

pengemis yang menjijikkan dan memalukan. Dengan sakit hati anak itu pergi

meninggalkan pesta. Ia bertemu dengan seorang nenek janda tua yang baik hati.

Diajaknya mampir ke rumahnya. Janda tua itu memperlakukan anak seperti tamu

dihormati dan disiapkan hidangan. Di rumah janda tua, anak berpesan, Nek,

“Kalau terdengar suara gemuruh nenek harus siapkan lesung, agar selamat!”.

Nenek menuruti saran anak itu.

Setelah makan, Baru Klinting berpamitan pada wanita itu untuk melihat

pertunjukan wayang di balai desa. Di sana ia disia-sia lagi oleh penduduk.

Kemudian ia mengadakan sayembara dengan menancapkan lidi di depan pendopo.

Ia mengatakan siapa saja yang bisa mencabut lidi tersebut akan mendapat hadiah.

Namun, kalau tidak ada yang bisa mencabutnya maka, malapetaka akan datang

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

karena penduduk bersikap sombong dan tidak mempunyai sifat belas kasihan.

Lalu, tidak ada seorang penduduk pun yang sanggup mencabut lidi itu.

Baru Klinting kemudian mencabutnya sendiri. Pada saat lidi tersebut

dicabut, bumi bergetar, langit menjadi gelap, tempat dicabutnya lidi tersebut

keluarlah air yang sangat besar dan menggenangi desa tersebut. Mbok Randa

tersebut selamat karena sebelumnya Baru Klinting telah berpesan kalau di sebelah

utara ada luapan air, Mbok Randa diminta masuk ke dalam lesung. Mbok Randa

ke barat dan menetap di daerah pegunungan. Asal kata Rawa Pening merupakan

pemberian Jaka Wening (Baru Klinting) yang berasal dari bahasa Jawa ”Sok sopo

wae sing bisa kraga nyawa lahir batin, isoh ngepenke lahane jagat, entok

kawelasih kang Maha Wening” yang artinya “Barang siapa yang bisa menjaga

lahir batin, menjaga jagat raya, dia akan mendapatkan kasih sayang dari Yang

Maha Kuasa” .

3.3. Legenda Baru Klinting di Kabupaten Ponorogo

Legenda Baru Klinting juga tersebar di Ponorogo Jawa Timur, dalam

legenda Desa Ngebel. Pada jurnal tersebut pemaparan legenda Baru Klinting pada

halam ke 67 oleh Hening Larasati dan Eggy Fajar Andalas pada jurnal Pendidikan

Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang. (Larasati Hening,

Andalas Eggy. 2021:66)

Masyarakat mempercayai bahwa pada masa lalu terdapat sepasang suami

istri yang sudah lama menikah tetapi belum diberi keturunan. Keduanya

memohon kepada Dewa agar segera diberi keturunan. Permohonannya lantas

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

dikabulkan. Betapa kagetnya mereka karena anak yang dilahirkan bukanlah

seorang manusia, tetapi seekor ular naga. Ular naga ini diberi nama Baru Klinting.

Di tengah kesedihan karena harus menghadapi kenyataan bahwa anak

mereka adalah seekor ular naga, kedua pasangan suami istri ini tidak henti-henti

meminta kepada Dewa agar anak mereka dapat berubah menjadi manusia.

Keduanya bertapa di sebuah gua hingga akhirnya mendapat petunjuk jika ingin

anaknya berubah menjadi manusia, Baru Klinting harus bertapa dan melingkarkan

tubuhnya di sekeliling gunung Wilis selama 300 tahun.

Setelah hampir 300 tahun, tubuh Baru Klinting ternyata belum mampu

menyentuh ekornya. Ia tidak kehilangan akal. Ia menjulurkan lidahnya agar dapat

melingkari gunung Wilis dengan sempurna. Akan tetapi, usahanya sia-sia karena

lidahnya dipotong oleh orang tuanya menjadi sebuah tombak. Meski begitu, Baru

Klinting tetap melanjutkan tapa bratanya hingga suatu saat masyarakat desa

menyelenggarakan hajatan pernikahan anak kepala desa. Warga desa bergotong

royong mencari kayu bakar di hutan. Ketika seorang warga memotong kayu,

betapa terkejutnya mereka ternyata kayu tersebut mengeluarkan darah. Batang

pohon pun dipenuhi dengan daging. Tanpa berpikir panjang warga sekitar

mengambil daging tersebut dan membagi-bagikannya kepada warga desa.

Setelah daging ular naga Baru Klinting habis dimakan warga, barulah

Baru Klinting berubah menjadi seorang manusia berwujud anak kecil. Baru

Klinting kecewa karena dagingnya dimakan oleh warga desa. Baru Klinting

kemudian mendatangi hajatan kepala desa untuk meminta makan. Akan tetapi, ia

malah diusir dan tidak ada yang memperdulikannya. Hingga seorang wanita tua

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

bernama Nyi Latung tidak tega melihatnya. Ia menolong Baru Klinting dan

memberinya makan. Baru Klinting lantas memberi petunjuk kepada Nyi Latung

agar menaiki lesung.

Keesokan harinya, Baru Klinting datang kembali ke tempat hajatan dan

membuat sayembara. Ia berseru barang siapa mampu mencabut batang lidi yang ia

tancapkan ke tanah, ia akan meninggalkan desa. Ternyata tidak ada satupun warga

desa yang mampu mencabutnya. Seketika itu juga Baru Klinting mencabut lidi

tersebut dan mulai mengalir air yang sangat deras dari lubang bekas tancapan lidi.

Lambat laun karena derasnya aliran air terendamlah desa tersebut menjadi Telaga

Ngebel. Satu-satunya orang yang selamat adalah Nyi Latung. Warga desa yang

tenggelam di Telaga Ngebel berubah menjadi ikan Ngongok.

3.4. Legenda Baru Klinting pada Buku Legenda Rakyat dan Objek

Pariwisata di Indonesia

Legenda Baru Klinting selanjutnya berada pada penelitian Maini Trisna

Jayawati, Atisah, Ni Nyom dan Subardini, dengan judul Legenda Rakyat Dan

Obyek Pariwisata Di Indonesia. Legenda Baru Klinting dipaparkan pada buku

legenda rakyat halaman 50-54. (Maini Trisna Jayawati. Atisah: 2003:50-54)

Dahulu di lembah antara gunung Merbabu dan Telomulyo terdapat sebuah

desa bernama Ngasem. Di desa tersebut tinggal sepasang suami istri bernama Ki

Hajar dan Nyai Sekarlanta mereka sudah lama menikah namun belum dikaruniai

seorang anak. Pada suatu ketika Nyai Sekar Lanta bicara dengan suaminya betapa

ingin rasanya memiliki seorang anak. Dengan berat hati suaminya menyanggupi

keinginan istrinya dan pergi bertapa di lereng gunung Telomulyo. Setelah

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

bertahun tahun Ki Hajar tidak kembali ke rumahhingga saat Nyi Sekarlanta hamil

karena doa suaminya dikabulkan. Semakin Hari perutnya semakin membesar

hingga saat dia melahirkan, namun tidak diduga Nyi Sekar lantas melahirkan

seekor ular, ular tersebut diberi nama Baru Klinting, nama ini diambil dari nama

tombak milik suaminya. Kata “baru” berasal dari kata bra yang artinya

berkedudukan tinggi, sementara kata “klinthing” bermakna lonceng. Ajaibnya

meski berwujud ular, Baru Klintheng dapat berbicara seperti layaknya manusia.

Seiring berjalanya waktu Baru Klinting tumbuh dewasa, dia mulai mencari siapa

ayahnya, dengan bekal tombak pusaka baru klinthing milik Ki Hajar tersebut,

Baru Klinthing pergi menemui ayahnya di lereng gunung Telomulyo.

Sesampainya di lereng gunung Ki Hajar terkejut melihat seekor ular yang dapat

berbicara dan mengatakan bahwa ia anaknya, namun Ki Hajar tidak percaya

begitu saja, dia ingin melihat Baru Klinting melingkari gunung Telomulyo kalau

memang dia adalah anak yang selama ini diinginkan. Dengan kesaktian yang

dimiliki, Baru Klinthing mampu melingkari gunung Telomulyo dengan

tubuhnya, dengan demikian Baru Klinthing mamp meyakinkan Ki Hajar bahwa

ia memang anaknya. Setelah itu Ki Hajar mengutus anaknya agar bertapa di bukit

Tugur agar kelak wujudnya dapat berubah menjadi manusia yang utuh.

Sementara itu, di dekat bukit dimana Baru Klinthing bertapa terdapat

sebuah desa yang bernama Pathok, ini merupakan sebuah desa yang sangat

makmur namun sebagian besar para penduduknya memiliki sifat yang angkuh.

Suatu ketika penduduk desa akan menyelenggarakan sedekah bumi setelah panen.

Berbagai persiapan dilakukan, para penduduk laki laki sibuk berburu di bukit

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

Tugur, namun sudah hampir seharian tidak satupun hewan yang di dapat, ketika

hendak kembali ke desa tiba-tiba melihat seekor ular naga yang sedang bertapa,

ular tersebut tidak lain adalah Baru Klinthing. Para warga ramai ramai memotong

daging ular tersebut, setibanya di desa mereka memasak dan menyantapnya untuk

hidangan pesta.

Di tengah pesta yang sangat meriah datanglah seorang anak laki-laki yang

tubuhnya penuh luka hingga menimbulkan bau menyengat, rupanya anak laki-laki

tersebut merupakan penjelmaan Baru Klinthing, karena bau badan yang

menyengat, Baru Klinthing di usir oleh semua warga, dengan badan yang

sempoyongan Baru Klinthing hendak meninggalkan desa tersebut. Dalam

perjalanan ia bertemu dengan seorang janda tua yang bernama Nyi Latung, Baru

Klinthing menlegendakan semua perlakuan warga terhadap dirinya. Di dalam

legendanya kepada Nyi Latung, Baru Klinting berpesan “jika nanti terdengar

suara gemuruh, segera siapkanlah lesung kayu, kemudian setelah ia meninggalkan

Nyi Latung kembalilah Baru Klinthing ke pesta dengan membawa sebatang lidi,

di tengah keramaian ia menacapkan lidi tersebut ke dalam tanah dan dia berkata

siapa saja yang bisa mencabut lidi itu, dapat berbuat sekehendak hati terhadap

dirinya, karena merasa tertantang semua orang dalam pesta tesebut mencoba

mencabutnya, namun tidak satupun warga yang mampu. Dengan kesaktianya

Baru Klinthing mecabutnya tanpa beban, begitu lidi itu tercabut suara gemuruh

menggetarkan seluruh isi desa, air menyembur begitu kuat dari bekas tancapan

lidi tersebut, seluruh warga berusaha menyelamatkan diri, namun usaha mereka

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

gagal karena banjir telah menenggelamkan seluruh isi desa, seketika desa tersebut

berubah menjadi rawa atau danau, yang kini dikenal dengan Rawa Pening.

Sementara itu usai mencabut lidi, Baru Klinthing segera berlari menemui

Nyi Latung yang suda menunggu di atas lesung yang berguna sebagai perahu

sederhana. Selamatlah ia bersama dengan Nyi Latung. Setelah peristiwa itu, Baru

Klinthing kembali menjadi ular untuk menjaga rawa pening. Kisah ini

memberikan pesan moral bahwa sifat angkuh, sombong, dan tidak menghargai

orang lain merupakan contoh sifat yang tidak terpuji, dan sifat tolong menolong

tanpa melihat latar belakang orang lain merupakan perbuatan yang patut dicontoh.

3.5. Legenda Baru Klinting Pada Buku Drama Mangir Pramoedya Ananta

Toer

Legenda Baru Klinting pada Buku Drama Mangir Pramoedya Ananta Toer

Legenda Baru Klinting yang lain berasal dari buku Drama Manggir karya

Pramoedya Ananta Toer, ditulis pada tahun 1976. Penjelasan terkait Baru Klinting

ditulis pada halaman XXV. (Toer, 2000)

Sebagai nama jawa, Baru klinting terdengar jangal. Kata baru adalah asing

dalam jawa, maka bisa dikatakan kata baru. Mengingat bahwa selera jawa lama

dapat dikatakan konservatif, baik dalam nama pakaian maupun makanan, maka

kata baru ini menimbulkan teka teki yang misterius, apalagi dimunculkan sebagai

ular yang nyaris dapat melingkari Gunung Merapi.

Baru bisa juga suatu kata rusak dari bahu. Dalam Jawa terdapat istilah

Bahuning praja (Pelaksana pemerintah negara), yang mendekati kata Melayu

Panglima (dari pe-lima, jari lima pemegang kekuasaan ketentaraan). Dalam Jawa

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

terdapat juga istilah bahu desa, yang berarti pelaksana keamanan desa atau tangan

kanan kepala desa. Baru itu berasal dari beri atau bahu (-ning praja), dua-duanya

punya bersangkutan dengan kekuasaan dan pelaksanaannya.

Suatu pendapat bahwa baru adalah perusakan dari kata bahu, perusakan

yang dilakukan dengan sengaja, juga masuk akal. Dan bila demikian, Klinting

bisa berarti mengerut karena kering, atau mengelupas karena kering. Maka baru

Klinting berarti seorang punggawa perdikan karena Mangir adalah sebuah

perdikan atau penguasa Perdikan dengan kulit mengkerut atau mengelupas kering,

boleh jadi karena penyakit kulit, kaskado. Dari kerusakan kulit seorang pujangga

Jawa, yang sengaja hendak menjadikannya, dalam pada itu berpihak pada

Mataram. Mendapat bahan untuk melebih-lebihkan penggambaran, bahwa si bahu

perdikan itu berkulit seperti sisik, dan dari kulit bersisik ia menyamakannya

dengan ular, dan dari persamaan ular menjadi ular sesungguhnya.

Setelah Baru Klinting berbentuk ular, seorang pujangga bisa menebah

dada karena hasil sanepanya yang gilang-gemilang. Tetapi itu tidak bisa lama,

karena Baru Klinting seorang anggota masyarakatnya dan menyertai hampir

dalam segala peristiwa. Seekor ular tidak mungkin bisa ditampilkan dalam

kehidupan manusia yang bermasyarakat secara terus-menerus. Oleh pujangganya

ia diubah menjadi tombak pusaka. Untuk itu ia terpaksa membuat persyaratan

dengan menempuh acuan sastra Jawa yang umum, yakni persyaratan yang

diberikan oleh seorang anak yang mengharapkan pengakuan ayahnya, suatu sisa-

sisa dari tradisi dan kepercayaan pemuliaan leluhur. Ayah Baru Klinting, kepada

perdikan Mangir sebelum Wanabaya, melihat bahwa ular itu kurang sejengkal

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

melingkari Gunung Merapi dan menjulurkan lidahnya untuk menutup kekurangan

yang tinggal sejengkal, telah memotong lidah itu dengan keris pusaka. Lidah

itulah yang kemudian menjadi tombak pusaka di tangan Wanabaya, Ki Ageng

Mangir yang menggantikannya.

Setelah meninbang-nimbang kemungkinan, maka dugaan bahwa Baru

adalah perusakan sengaja atas kata bahu dipergunakan sebagai patokan dalam

legenda panggung ini. dalam pertunjukan-pertunjukan, Baru Klinting selalu

ditampilkan sebagai ular atau tombak pusaka, setia pada karya pujangga.

3.6. Legenda Baru Klinting Pada Serat Baru Klinting

Legenda Baru Klinting yang lain terdapat pada Serat Baru Kalinting pada

halaman pertama naskah tersebut terdapat bekas stempel yang bertuliskan Buku

Milik Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Perpustakaan Fak.

Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa naskah tersebut pernah disimpan di perpustakaan adalah tulisan tangan

yaitu Javanese Fiction. Isi naskah tersebut yang telah di terjemahkan akan di

kutip di bawah ini.

Laku terdengar manis, menularkan yang dilakukan para orang luhur, pada

nyanyian yang dikenalkannya, orang yang mulia lembut dan bening, sangat teliti

sebagai penguat, ahli dalam membuat persamaan, nyanyian puji-pujian yang

menentramkan.

Pengetahuan yang berguna menyempurnakan, perbuatan untuk mencapai

tujuan, hubungan kekerabatan dan kejayaan, dengan turunnya rasa kasih, menang

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

dalam peperangan, sangat terkenal orangnya, raja tersebut bernama Sang Prabu

Barawijaya, memimpin di kerajaan majapahit yang berdiri terakhir.

Memiliki putri yang sangat cantik, citranya Sang Retna memancar, sangat

istimewa, nama orang cantik tersebut, Dyah Kasmala awalnya, merasakan racun

yang busuk, sedih sang Retna, sudah lima kali menikah, tak henti-hentinya

suaminya hilang kedalam peperangan.

Lalu terbakar amarahnya, pergantian memimpin tidak mengesampingkan

pengikut, harta tidak dipikirkan, maka sang Prabu, memanggil sang Mantri, patih

Gajah Mada, pergi ke kedaton, menghadap kepada raja, di candi yang bernama

keabadian pertama, dalam taman belakang.

Para pengikut tidak mengabdi, sejak membina hubungan damai nampak

dalam perkataan, patih mempersilahkan sesuatu, memimpin pasukan setelah

mengikuti, Sri Narendra berbicara tentang kesahajaan, kesedihannya tidak lain

karena kepemimpinannya, sekalipun Ni Kasmala sangat luar biasa, mengalami

kesedihan.

Seperti bagaimana simpati selama ini, menerima akibat dari racun, Patih

berbicara pelan, duh Gusti Prabu, jauhkan amarahmu, jika hanya ingin bersahaja,

yang sepantasnya memohon, terhadap para pertapa, yang bangkit menghadap

kepada anak perempuannya, sekeluarnya dari meditasi secara berurutan.

Jika tidak pantas bersanding dengan putri satu-satunya, bagaimana

kedudukan pemimpin, seperti itu pantasnya, Sri Nata berbicara, begitu sudah

seharusnya, nanti ditunjuk, perwakilan empat, dihampiri masing-masing, sehingga

mereka yang berpengalaman dari yang bersedia.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

Serta Sang Mantri yang terhormat menuruti, demikian Sri Nata

memerintah, Patih akhirnya memohon diri, tercipta dalam perwakilan saling

mengingatkan, sementara ketika berangkat, dengan cara masing-masing, sehingga

bertatap muka, bertemu dengan para pelajar religius yang membuat was-was, di

tidak ada yang menduga.

Akan tetapi menjadi yang sempurna, yang bertapa di Gunung Mahameru,

putus ketajaman penglihatan, belajar dalam istana Windu, pada saat itu baru

diperbolehkan, ada pengunjung yang menghiburnya, di gunung Merbabu,

bernama Hajar Windusana, bertemu ketika sama-sama ingin berteduh, menjadi

pengingat.

Keduanya sama-sama penuh kerinduan, sehingga mengadakan

pembicaraan, orang yang datang adalah wakilnya Sang Prabu, dia memulai acara,

dalam perundingan, sudah tertata duduknya, menyambut dengan tingkah laku

yang baik, demikian wakil raja menunjukkan keberanian, memperhatikan dirinya.

Bersedia dipanggil raja, Sang Wiku tersenyum padanya, berusaha

mendekat pada tempatnya duduk, begitu juga Sang Windu, tahu isi dari rahasia

yang terdalam, bila putri Sang Nata, sesungguhnya seperti itu, adanya titisan

racun, sejenis ular pada celah putrinya, mungkin sangat dalam.

Hajar Windusana sudah mengingatkan, banyaknya yang menaklukkan

ular, tidak cocok, sementara disampaikan, terhadap wakil raja bila menyanggupi,

yang mempersunting Sang Retna wakilnya pulang bersama Sang Widusana, tidak

sampai kepergiannya, sudah terjadi pembunuhan.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

Utusan berbicara memulai dan mengakhiri, bahwa Patih orang yang

berkedudukan dalam Pura, keduanya menjadi takut, terhadap apa yang dirasa

Raja, juga apa yang diperhatikan Resi, Sri Nata sangat terharu, menlegendakan

Sang Wiku, keseluruhan hubungan baik, kelakuannya tidak merusak dan pantas,

Sang Nata pelan berbicara.

Terjabarkan dari perkataan manis, yang tercipta tanpa langkah, Ki Hajar

berterima kasih, menghormat setelah mengikuti, Sri Narendra bertanya lagi,

apakah sudah lama, yang terjadi padanya, bertapa di puncak gunung, dalam hutan

telah banyak siswanya, yang bersikap tunduk.

Wahai Engkau Dewa bumi, tidak cukupkan saya bertapa, meminta restu

Pandita, yang sudah tersebut, sungguh berakhir pemerintahan yang bijaksana, dan

begitulah, seperti inilah hambamu, malah hidup kekurangan seluruhnya, tidak

berhubungan dekat dengan anak cucu, yang sangat setia padaku.

Sudah sampai puncak gunung, berbeda dengan bumi, begitu keadaannya,

sangat banyak yang patuh, kehidupan bergantung pada pertanian, saya pun tidak

menolak, akhirnya apabila dihimpun, dari sukanya terhadap kebaikan, rutin

mengadakan perkumpulan kekeluargaan, sudah bersatu dengan rakyat.

Bertukar pendapat sesama penduduk, bila tertuju tanpa ada pekerjaan,

terkadang sama-sama lupa, saya sebagai sesepuh, mencoba menasehati, sebisa

saya, tapi tanpa penghasilan, mungkin digunakan untuk menolak sesuatu,

perkataan yang membuat dosa, bersatulah dalam ketentraman.

Juga ada kemauan memperkirakan, pada orang yang disebut Pandita, saya

yang rakyat biasa, bagaimana anggapan sebenarnya, dan selanjutnya kalau

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

dijadikan utusan, kalimat yang menghalangi kebijaksanaan, bila sekiranya rapuh,

disebut keseluruhannya cakap, hanya itu apa yang saya rasakan sendiri, begitulan

pemikiran para Pandita.

Sri Narendra melihat, pada perkataan Hajar Widusana, ada kalanya raga

dikesampingkan, akhirnya berbicara, membuka isi dari rahasia, wahai engkau Ki

Hajar, apa sudah sanggup, merawat putriku. Sang Hajar memohon untuk

berbicara, bahwa saya sudah menjelaskan, sebenarnya tidak ada kesempurnaan,

dalam diri saya, tidak memikirkan apa yang dikatakan, saya jelas bersedia, dan

meminta diri, Sri Narendra menyatakan, semoga hubungan direstui, sampai hilang

ketakutan.

Tidak berbatas tumbuhnya, lalu pulang kembali ke Kepatihan,

merencanakan dengan sempurna, untuk mempersatukan, Sang Hajar dan anak

perempuan Raja, tertatanya keduanya, bertemu di Kedaton, tapi tanpa terkira

rencananya, putri raja duduk tenang dalam Puri, dekat dengannya.

Kekaguman pada malam hari, sang pengantin menjadi satu, keduanya

berada di tempat tidur, bagaikan amarah yang indah, samar-samar merintih,

seperti kuncup yang menjadi mekar, berubah menjadi Maduretna, sang Retna

tertidur, jatuh air dari badannya.

Sang Wiku mengingat, menumbuhkan benih ular, dalam celah diri Putri,

saat terkena gigitan, Sang Hajar dihinggapi rasa curiga, ular menjadi menghilang,

menyembur darah, memancar dari betis Sang Putri, di depan Sang Hajar. Belum

sampai menutup kembali, masih berada di tangan, istrinya segera bangun,

menduga dengan hati, rasa bahagia yang mengagetkan suami, turun berlari,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

sambil berlegenda dengan haru, memberitahukan pada ayahnya kebahagiaan, oleh

sang Windusana.

Kehendak jahat Sang Aji, menuduh untuk mencari perlindungan,

memasuki tempat Putri, menganggap Sang Wiku, mengubah hiasan, Sang Hajar

Windusana, bila sampai terdengar, kebahagiaan Sang Raja hancur, apa yang

tersembunyi akan terbawa, tumbuh bermunculan.

Sesampainya dalam taman sari, ular tersampir pada dahan, perak

warnanya, ketika ditemukan, oleh orang yang sama-sama masuk, berkalung

bunga, tampak cantik, kecerahan dalam kegelapan, membuka banyak jalan agar

Sang Dyah tidur, menjadi hingga akhir.

Sang Wiku segera muncul, memaksa memasuki tempat mandi yang

tertutup, bawah tembok, sehingga banyak wanita, yang masuk sama-sama hati-

hati, Sang Hajar Windusana, tidak melihat, apabila taman telah berantakan, tetapi

tidak ditemukan orangnya. Ditemukan ular yang tersampir, melilit pada daun

bunga, segera diambil, diberikan pada Sang Prabu, mengetahui kepintarannya,

sudah menjadi sifat asli, Sri Nata berseru, memanggil patihnya, hingga dia datang

dengan terburu, tanpa mengabaikan kehendak.

Sri Narendra berbicara, saya memiliki keinginan besar Patih, dia disuruh

segera, menyusul ke Mahameru, untuk memanggil Hajar, sedikit membahas

istrinya, dengan kedudukannya, karena tanpa pengawasan, terjadi peristiwa, di

diri Hajar. Sudah beberapa saat Patih muncul, mendampingi orang yang dianut,

mengingatkan agar segera, menggambarkan keadaan, yang terjadi di Gunung

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

Mahameru, Sang Hajar Windusana, sebenarnya sudah diperingatkan, hanya

bertemu dengannya, sang Hajar Windu telah merenung, di sepanjang perjalanan.

Diberitahukan kepada utusan Narpati, bila adiknya yaitu Hajar Windusana,

dari keluarga seharusnya, yang mampir di Mahameru, segera pulang, sendiri, ke

gunung Merbabu, utusan yang telah pulang, masuk ke dalam Puri, dan

melaporkan pada panutannya. Keinginan dari Sang Aji, putrinya yaitu Sang Retan

Kasmala, segera diantarkan, ke gunung Merbabu, si Patih menyetujui,

demikianlah Sang Nata, meminta putranya, membicarakan keinginannya, Sr

Retna paham harus menjalani, Keinginan ayahnya.

Para punggawa merangkai, yang digunakan dalam tempat, tempat badan

kereta, kendaraan Sri Ayu, dengan disertai dayang, sampai akhirnya berangkat,

sudah menyebutkan, Sang Hajar Windusana, pada malam yang basah, jalannya

kendaraan dengan segera. Sampai pada tengah hutan, sudah pagi, di bawah pohon

beristirahat, daun berguguran, angin berhembus sejuk, tercipta ketentraman,

keindahan malam, saat di tempat tidur bersama pasangan, ketika Sang Retna

masih bersama, dengan berapi-api.

Memandang ke langit, yang tertata indah, gambaran cahayanya, tertimpa

datangnya senja, rawa terkena sinar matahari, keadaan bumi, dengan hutan

tersebut, menenangkan keadaan diri, menantang kehebatan, sepi membuat air

mata mengalir. Sementara dirinya menikmati, pemandangan, yang indah dari

jauh, Sri melihat atas gunung, terlihat hijau lestari. Hewan-hewan yang terlihat

rukun, bersembunyi seketika, ular-ular banyak, memasuki penutup-penutup, babi

hutan, masuk ke dalam sarang. Kijang yang terlihat berpencar, diantara dahan

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

dedaunan, bersembunyi dengan gerombolannya, air mengalir mengitari,

segerombolan kancil, muncul akhirnya.

Beramai-ramai seperti mengabdi, pada surya yang muncul, hewan hutan

ramai suaranya, hinggap di dahan gelap, hanya seolah menggerakkan, bunga pada

pohon. Mengelilingi dengan melingkarinya, di langit bertemu, memangsa secara

menyambar dengan cepat, seperti cahaya pergerakan hewan kecil, bajing

berlompatan, dari satu pohon ke pohon lain. Lutung yang banyak jumlahnya, dan

kera membaur, beragam tingkah lincahnya, ramai suara di pucuk pohon, sama-

sama bergelantungan, berayun-ayun.

Beberapa merak terlihat, hingga dalam hutan, sebagai isyarat yang

menggoda diri, dan burung merpati yang cerdas, bertemu di jalan, dan yang

memberi kesedihan. Ingat kehendak Sang Resi, dikerjakan dengan pelan, belas

kasih Sang Wiku, memasuki penjalin juga, diantara kecurangan, pada jurang.

Didengarkan secara langsung, cara seseorang, tercurah untuk tujuan seharusnya,

seperti merembesnya air pada batu, terpesona, keindahan danau.

Sumber air bening, tercurah sinar matahari, merata banyaknya, bersatunya

pada akhirnya, menetes dengan keras, dari sikunya. Diberondong oleh Percikan-

percikan menyalurkan keindahan juga, memancar mengelilingi batu, seolah

semburat, cahayanya memancar. Perlahan-lahan keluarnya air, sejak dari

cekungan, bergantian yang meghalang-halangi,alirannya mengalir kecil.

Banyak burung kecil-kecil, saling menggoda, kurang dilirik, sementara

menukik pada air, terbangnya sudah membawa, menjijing ikan. Membenamkan

sepertinya, paruh yang mungil, bangau yang botak berdiri tidak bergerak, yang

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

lebih suka, tetaten sampai, ikan muncul. Melihat banyaknya tanaman padi di

sawah, hijau segar, terhenti lagi jalan Sang Wiku, karena diantara air, ada seorang

yang semedi, merenung di atas batu. Sudah melihat kebahagiaan orang lain, yang

sekiranya dihalangi, meminta yang sebenarnya, lalu dia berlari, berdiri tegak

kemudian.

Sang Resi berjalan diantara bambu, seluruh padepokan terbangun, dengan

kehendaknya, ingat pada yang memprihatinkan, terasa, terbalut luka. Siang malam

tidak ada kabar, hanya istri muda, besar terasa apapun kelakuannya, duka yang

besar, menjadi yang dikhawatirkan. Para punggawa yang bersedia, pada yang

dihormati, Sri sudah tertata jalannya, perlengkapan sudah dibawa mereka, sudah

berkumpul.

Utusannya sudah menyambung, dan membagi tugas, tampak menaiki

kendaraan, disangga punggawa tempat duduknya, tampak sedang berbunga,

teratai tunjung. Para pengikut sedang berdiskusi, Sang Dyah mengurung diri, alat

musik berlomba suaranya, seperti ramainya peperangan, membawa keceriaan.

Sepanjang jalan yang dilewati, banyak orang melihat, siang malam tetap berjalan,

tergambarkan perjalanan, hingga sudah sampai, di kaki gunung Merbabu.

Sang Hajar melihat, suka tiada tara, langsung turun cepat-cepat, bertemu

dengan saudara, diiringi oleh para pengikut, yang setia mengabdi. Berhenti di

bawah pohon beringin, dia sampai, bersama seluruh pengikut, dijemput oleh

utusannya, sama-sama disambut, dan segera bergerak. Sang Retnayu sangat

bersedia, Mempersilakan masuk dalam rumah, para punggawa diarahkan, alat-alat

dan semua pengikut, di rumah pengikut, beristirahat.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

Sesudah dia duduk dengan nyaman, utusan berbicara dengan pelan,

memberitahukan pesan Patih, Sang Hajar, panggilnya, saya menawarkan, dia

seorang Wiku. Sri Nata sudah mengetahui peristiwanya, yaitu dari Sang Hajar,

hanya akan menanyakan, pertemuannya malam, dengan ular yang melilit. Hingga

membuatnya gundah, kita yang melihat, kekhawatiran Sang Nata, dipanggil

olehnya, untuk menyusul Resi, ke Gunung Mahameru.

Berita untuknya, yang panutan terhormat, bila Sang Wiku tidak mampir ke

rumahnya, Sri Narendra putus asa, menyuruh segera, menyusul Sang Retna.

Bukan Narendra yang bertindak, menyuruh yang muda, membenarkan yang salah,

semoga beribu-ribu harapan, hingga jadi, kehendaknya Sang Wiku. Sang Hajar

lalu memenuhi, panggilan sang penguasa, wahai Raja yang berkelakuan baik,

tidak sekalipun dia sakit hati, yang dengan sungguh memenuhi, kehendak Dewa.

Bukan mempermasalahkan, sebenarnya terjadi, tidak takut akar masalah,

perasaan terdalam yang dirasakan lagi, keadaan sudah tentram, sangat bersyukur.

Maka sudah sangat berhati-hati, memperkirakan keadaan yang ada, palawija

tumbuh sangat banyak, dan berbuah, nipah mengeluarkan segumpal kapas.

Ladang di lahan kecil, Winor dan tembakau, terasa keindahannya, di malam hari

para pengikut, duduk bersama, sama-sama suka memainkan lagu.

Memainkan musik sambil bernyanyi, suara yang terdengar jauh, sampai di

desa akhirnya, dari asrama sama-sama melihat, keluarnya para pengikut. Utusan

Resi mengira, banyak orang yang keluar, utusannya raja pulang, pada saat itu

Sang Hajar masuk, pada rumah dan bertemu, Sri Baginda yang cantik. Pesona

yang sempurna, dihampiri rasa kasih keduanya, antara setahun sudah, Sang Retna

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

sudah hamil, hingga diperbolehkan, berkunjung ke desa, jelas bahagia,

diselesaikan semua halangan, Sang Retna yang cantik capai bekerja.

Dia melamun, sejenak saja, tanpa mengerti permulaanya, yaitu ketika ang

Resi, keluar dari dalam rumah, selalu teringat Sang Retna, akhirnya merasa tidak

tentram, ingin memberi sejenis pisau, itulah awal mula penyebabnya. Akhirnya

juga bambu, gagang pisau dibuat, membentuk kepala ular, dibuat sebagai

pengingat, begitulah Sang Putri, diminta untuk diterima, ketika sudah diterima,

tapi diperingatkan agar hati-hati, ini mengandung kutukan.

Sang Retna suka melihat, apa yang terjadi, Sang Dyah lupa pada pesan,

sejak ditaruh betis, kutukan yang dikandung masuk, dalam perut, ketika ingat mau

diiambil, hilang tinggal pisaunya saja. Segera dikatakan pada suaminya, Sang

Hajar sama sekali tak menyangka, tapi sudah jadi kebaikan, bila sudah keinginan

Tuhan, dan sampai waktunya, kandungan Sang Retna, melahirkan wujud ular,

sisiknya berwarna-warni, yang akhirnya Sang Retna meninggal dunia.

Akibatnya sedih sekali, tersiksa di batinnya dia Hajar Windusana,

merasakan kecintaaan pada istrinya, dia tidak hati-hati, juga bersalah pada Sang

Prabu, pada Sang Nayakawaktra, di belakang sudah dirawat, jenazah Sang Retna

sudah dibersihkan. Sesungguhnya sangat memulyakan, memenuhi pesan, karena

keindahan asmara, pada diri Sang Hajar, mematuhi dengan penuh kehati-hatian,

bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi tetap mengucap mantra, yang turut

padanya, memulyakan keindahannya.

Setelah lama berduka, Sang Wiku ingat pada dirinya sendiri, semakin

diingat akan bertambah sedih, berpikir bahwa manusia, akhirnya pasti meninggal,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

melihat ular yang terselubung, sepeninggal kematian, sudah menjadi kehendak

Tuhan, ular dihanyutkan ke air. Bertambah besarnya ia, ia berkelana, diiringi

besarnya tekad, di tempat dibatasi jurang pinggirnya, gunung tersebut berada,

banyak kesukaran yang dilewati, bergulung-gulung, berdebur suara air, bertambah

kekuatannya saat bertapa.

Jatuh rintik-rintik, bersama gemericik air, diantara banyak pohon, tumbuh-

tumbuhan menarik, dibawah cahaya matahari, sudah bertahun-tahun, berada di

gunung, ular mengikuti aliran air, hingga sampai tengah samudra. Menyelam

seketika, bertemu dengan raja, yaitu ratunya siluman, ular berseru padanya,

menanyakan orang tua sebenarnya, akhirnya diberitahu yang sebenarnya, bahwa

ibunya adalah putri raja, Brawijaya tetapi telah meninggal.

Dilegendakan keindahannya, dari awal hingga akhir, ular memahaminya,

ia keluar ke permukaan air, mengikuti aliran air, sampai pada gunung

Merbabu berada, akhirnya bertemu Sang Hajar, bertanya tentang kebenaran,

Hajar Windusana terkejut. Dia sudah menduganya, bila itu adalah putranya, yang

dihanyutkan di sungai, dia akhirnya mengakui, ular tersebut suka tidak terkira,

wajahnya terlihat bahagia, akhirnya beliau berakata, menamainya Baru Kalinting,

tetapi Sang Wiku masih memberi syarat.

Ular tadi diminta, untuk pergi jauh, disuruh bertapa, di tepi gunung tadi,

dia Baru Kalinting, menyanggupi perintah, dia pergi ke utara, bertapa di dalam

air, mati raga lamanya hingga satu tahun. Memasuki dalam rawa, ia segera pergi,

ke tempat ayahnya berada, tinggal di kaki gunung, sudah bertahun-tahun, nyaman

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

bertempat di situ, warna tubuhnya sampai hilang, menyerupai tanah, hingga lumut

menyelimutinya.

Pada suatu hari yang baik, di desa ada acara, banyak warga desa, berburu

hewan hutan, hingga satu hari penuh, tidak mendapatkan apapun, ada seseorang,

duduk di punggung Baru Kalinting. dianggap batu gunung. Di situ dia

menancapkan pisau, pada punggung Baru Kalinting, menyebabkan darah keluar,

orang itu terkejut sendiri, tahu bahwa itu binatang, dia memberi tahu teman-

temannya, cepat-cepat dikerjakan, dipotong dengan semua pisau, bersamaan

memotong ular dengan senang.

Dibagi secara merata, untuk bisa dibawa bersama, diangkat beramai-ramai,

mereka suka sekali, yang tadi Sang Resi, menyaksikan anaknya musnah, dicacah

orang-orang desa, Sang Wiku merenung sendiri, dia teringat cintanya pada Putri.

Segera dia pergi, turun dari gunung, menuju ke dalam desa, dia menjelma menjadi

anak kecil, yang berumur tujuh tahun, merintih dengan meminta-minta, minta

daging mentah, keinginan Sang Resi, diberi walau sedikit.

Tetapi dia tidak diberi, justru diusir, menghampiri banyak rumah, tidak

ada yang memperhatikan, jalannya Sang Resi, hingga suatu tempat, di tepi

pedesaan, ada rumah kecil, atapnya rusak tanpa ditata. Dindingnya banyak yang

bedah, tersulam-sulam dari bambu, terjalin berlilitan, menyebar luas secara

merata, Sang Hajar akan memasukinya, ada nenek tua, menuju ke depan, tapi

tidak memasak, imam hanya membungkus dengan daun lembayung.

Sang Wiku langsung bertanya, pada diri nenek, daging apa itu, nenek tua

tidak menyahut, bangun untuk mengambil, tidak punya anak cucu, Sang Wiku

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

melihat, ada sada lanang ini, terselip di jajaran pagar rumah. Memohon untuk

diminta, akhirnya dia mengambilkan, Sang Wiku seraya memberi penjelasan, dia

menerima lidi tersebut, nenek itu diingatkan, apabila ada suara gemuruh, tandanya

banjir besar, segeralah cepat-cepat, centong itu gunakan untuk mendayung.

Nenek tua bertanya pelan-pelan, apa tujuan ucapanmu, tidak ada apa-apa,

tetapi kau menginginkan banjir, Sang Hajar menjawab pelan, la iya, belum tentu,

tetapi apabila memang terjadi, hanya Nini yang selamat, akhirnya keluar Sang

Hajar membawa lidi. Bermain bersama anak-anak, lidi ditancapkan ke tanah,

seraya menyerukan, dia membuat sayembara, sada lanang ini, apa ada yang dapat

mencabut, kalau tidak ada, dia minta daging.

Banyak orang yang melakukan, semua mencabut bergantian, tetapi tidak

ada yang bisa, jadi diberi berbondong-bondong, daging mentah yang diiris, tidak

mau kalah, banyak yang datang, orang tua juga ikut, memaksa mencabut namun

tetap tidak bisa. Dipaksa dicabut banyak orang, tidak bergerak lidi yang tertancap,

jadi Sang Hajar, disuruh mencabut sendiri, sambil dicekam kepanikan, dia

akhirnya berdiri, Sang Wiku memegang, pucuk lidi dijimpit, dan tercabutlah

dengan sendirinya.

Gemuruh suara riuh, tanah yang diinjak bergoyang, lidi yang tercabut

hilang, bekasnya memunculkan air, berubah menjadi laut, pedesaan tenggelam

semua. Manusia banyak yang mati, tidak ada yang dapat terbebas, kecuali nenek

tua pelupa, langsung masuk air, teringat orang tua itu menaiki lesung, centong

dipakai untuk dayung, mengikuti aliran air. Tegar pada laut, mengapung diatas air

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

sampai tepian, lesung yang berada di danau, terdampar sampai rerumputan, Nini

tua sudah turun dengan selamat, lalu dia berjalan, di sekitar gunung.

Kembali dengan sempurna, berjalan Sang Windusana Resi, sampai

padepokan, membawa daging dan lidi, pada malam dia merenung, pada daging

yang ada, bersedia dengan sungguh-sungguh. Ingin berubah jadi manusia, ada lidi

yang masih disanding, diterima permintaannya, daging sudah berubah jadi

manusia, tetapi rupanya tidak sempurna, kulit wajahnya berubah dengan cepat,

terdapat dua puluh satu sisik. Hidung bulat sekali, dengan batang hidung besarnya

sebiji sawo, membulat seperti biji jambu, dahinya menonjol memancar, matanya

bulat, mulutnya menggantung tebal,gusinya meringis terlihat.

Rambutnya seperti sikat, perutnya gendut badanya seperti kendi, lehernya

seperti pot, pundaknya melengkung, bila dipandang, sesungguhnya tidak

mengecewakan. Dan keberadaan lidi, dijelaskan kebaikannya, mengutarakan

kekuatan, menjadi ular, Sang Ngahajar langsung menginginkan, Mengutusnya

bicara, ular disuruh segera. Ular tidak bisa berbicara, lalu diutus untuk bertapa,

bertempat dalam danau, bekas tertangkapnya lidi, walau dia tadi tidak tahu

tepatnya, oleh ayahnya diberi nama, Ki Jaka Bandhung mulai saat ini.

Jadilah bersama dengan ular, diajari banyak kesaktian, tidak ada putusnya,

diri sang Ki Jaka, tidak ada yang berani menertawakan, karena bila marah, takut

melihatnya. Berdiri dengan sempurna, Kerajaan Pengging yang rajanya Narapati,

Sang Prabu yang ningrat, punya putri juga, terkenal denga nama Dyah Pandhan

Kuring, maka bunga istana, orangnya sangat cantik. Seperti sari bunga, yang

mekar layaknya Sang Retnadi, bagaikan wanita dari surga, cahayanya bagaikan

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

purnama, ilmu sihir telah mengurungnya, suram sorot cahayanya, diri Sang Dewi

lemah.

Madu-madunya kumbang, hilang rasa manisnya, Ratih ratu dari segala

keharuman, tidak ada yang menyamai, Dyah Supraba tandingannya masih kusut,

pucat saat bulan kartika, mengiringi Sang Putri Raja.Sri yang ningrat, sudah

berada pada keagungan, mencerminkan Sang Retnaningrum, yang telah bertindak,

hanya cantiknya seperti berkilauan, tanpa mengecewakan, rupa Sang Kusumadi.

Menjadi bahan pembicaraan, diantara orang yang saling membicarakan lagi,

sampai paad Ki jaka Bndhung, mendengar berita, berkata pada ayahnya yaitu

Sang Wiku, berdiri untuk bermeditasi, mempertimbangkan diri Sang Dewi.

Walau dalam perjalanan, orang sakti tetap peduli, memaksa bertemu

orang, Kang Rama khawatir padanya, pada perlakuan pada Sang Retnayu,

menuju pada pemujaan, mempesonakan diri. Mengerahkan tenaga Sang retna,

permintaannya diterima dukun, Sang Dyah menderita bisu, bersedia sembuh,

sebagai tumbal penawar. Hingga diadakan sayembara, yang dapat memberi

kesembuhan, dipersatukan dengan Sangayu, menjadi pasangan hidup, Sang

Ngahajar Windusana mendengarkan, putranya segera disuruh, pergi ke Pengging

untuk menyembuhkan.

Diam-diam berangkat, dia memiliki wajah yang buruk, disambut dengan

tertawaan, Ki Jaka mengeluarkan kesaktian, ditiup langsung terguling semua

orang, ada yang meludahi, lidahnya terbakar dipanaskannya. Sudah berkata pada

Sri Narendra, meskipun wajahnya buruk, tetapi sakti orangnya, dia dapat

menyembuhkan, sudah dipersilakan masuk ke Kedaton, bersedia dipertemukan,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

maka masuklah dia. Berjalan menghampiri, Sang Retnayu bersatu dengan orang

seperti ini, apa pepatahnya, susah dibahasakan, apabila kerbau menyusu pada

anaknya kurang tepat, susah menyebutkannya, orang kerdil makan rumput teki.

Sang Nata merestui, karena kasihan terhadap Sang Retnadi, dan sudah

berjalan, Ki Jaka segera bertindak, melakukan pembacaan mantra, maka beginilah

dia, ‘hong tite hong cuna cuni’. Wadhadhas thiwidhi dhusta, canti cara caremih

carumehi, begitulah bunyi mantranya, sudah disembuhkan raganya, semoga

Tuhan member, kemulyaan pada Sang Kusumadi. Dia langsung berbicara,

menjelaskan tentang penyembuhan, untuk dyah ayu, Ki Jaka lalu memutari, diri

Sang Retnayu, agar bisa sembuh, Seketika Sang Dyah membaik, sudah dapat

berbicara dengan sempurna, Sang Nata berkata dalam hati, sesungguhnya sedih,

melihat wajah Ki Jaka dari dekat, dan berseru pada diri sendiri, karena yang

penting kebaikannya.

Lalu berkata pada Ki Jaka, hei berdirilah kau, orang yang telah

menyembuhkan putri, segera dia diterima, tetapi untuk nanti mengambil, jenis

apapun hewan, yang ada di daerah kekuasaan Pengging. Dia disuruh membawa,

Tempat bambu seperti tempat hewan buruan, Ki Jaka mendengar, apa yang sudah

dia kira, telah ditolak oleh Sang Prabu, segera mengundurkan diri, dan berjalan

penuh rasa duka. Merasa bersedih, karena tersakiti, sebentar-sebentar istirahat, air

matanya deras mengalir, diusap dengan siku tangan, sesampainya di Merbabu, ia

melapor pada ayahnya,

Keputusan Sri Bupati, sudah disampaikan semuanya, ketika melihat, Sang

Wiku ikut berduka, tanda teringat pada kakaknya. Sang Ngahajar Kutha Windu,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

yang berada di Gunung Mahameru. Seperti hal yang biasa, malamnya jin dan

siluman, Sang Harya menirukan, dia meminta, Sang Wiku segera berangkat, Ki

Jaka Bandhung berkata, Semoga perjalannya sempurna. Sampai di Gunung

Mahameru, Sang Hajar masuk ke dalam rumah, kang Putri sedang beristirahat,

menghadaplah ia, berbaur serta, maka bersedia, Ki Jaka berhati-hati. Mengetahui

masalah Sang Resi, tertawa keras, terpingkal-pingkal, karena Sang Wiku, teman

nya, membuat dia diam.

Tetapi tidak bisa diabaikan, yang betah di pegang-pegang, karena keras

perutnya, Ki Jaka sehat sekali, tetapi diam saja, hanya mendengarkan, karena

takut pada Sang Hajar. Yang merasa tidak tenang, melihat kerapian muridnya,

bergerombol saat itu, mengintip di tepi rumah, berderet dengan rapi, tertawa

cekikikan, belum mengerti. Dia yang mengintip jadinya, justru bertanya pada

temannya, tujuan kemari, rajanya Sang Ngahajar, banyak temannya duduk, dari

kepergiannya. Temannya semua menjawab, tidak pergi begitu saja, dan begitu

peristiwanya, disini dia jabarkan, secara jelas sekali, setelah mengetahui, tertawa

terbahak-bahak seketika.

Terhenti sebentar-sebentar dia melihat, hidungnya yang seperti ubi, dia

membenahi rambutnya, yang dikira punggungnya, kalau tahu sebenarnya seperti

itu, tadi sudah tertawa, saat melihatnya. Dan Resi Windusana, yang sudah bertemu

kakaknya, memohon maaf sebesar-besarnya, apabila saat bertemu, dengan Retna

Kasmala, dia meresapinya, tetapi dia bingung. Raja putra ular Baru Kalinting,

tentang meninggalnya ibunya, sudah dilegendakan semua, juga telah dimengerti

keadaan masa lalu, dia memuja, sehingga Ki Jaka Bandhung, lancer sepertinya.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

Sang Ngaresi Kutha Windu, walaupun sudah terjadi, banyak pembicaraan yang

diinginkan, berkatalah dia, rupanya dirinya, istri Hajar Windusana, sangat

sederhana penampilannya.

Maksud hati pergi kesini dhuh kakakku yang sejati, mohon dimengerti

keadaan saya, kecintaan sangat besar, begitulah dirinya, dirinya Jaka Bandhung,

yang saya bawa. Memegang putranya, sambil menlegendakan, putri Sri Nata di

Pengging, dia sudah menjadikan, karena terpaksa berat hati dirinya, menerima

yang tidak diinginkan. Karena putri Raja, dia terkena guna-guna, sehingga jadilah,

Sri Nata membuat sayembara, siapa yang bisa menyembuhkan, menjadikan Sang

Retna baik keadaanya, akan dinikahkan. Dia pergi ke Pengging, dia membawa

alat, untuk melakukan penyembuhan, agar menjadi sehat, raganya Sang Liretna,

ketika sudah dapat disembuhkan, ternyata akhir kejadiannya.

Pada tahap berikutnya, Sri Nata ing Pengging meminta, tetapi tidak

dibawa, hanya dibuat seolah-olah dipuji padahal tidak, mungkin karena susah,

untuk menolak diri Jaka. Dia tidak bisa berbuat, diam tanpa daya, cepat

memahami, mengingat paduka raja, bahwa ia menjadi siluman, sedangkan Sang

Haryati sesungguhnya, terlalu baik untuknya. Sehingga ia pamit, karena

permintaan Sang Nata, duh kakak saya sesungguhnya berharap, agar mereka

bersatu, sang kakak menjawab. Kelakuan Nata di Pengging, apa yang dilakukan

sudah keterlaluan, seperti gampang susah, gampangnya ketika bersedia, untuk

berjanji, susahnya untuk tidak menyanggupi, apa yang sudah diupayakan orang.

Dan dia dimana, ajaklah masuk dalam rumah, adiknya lalu keluar, ketika

menghadap luar, meminta Ki Jaka Bandhung, memasuki rumah. Ngaresi Kutha

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

Windusa, melihat pada Ki Jaka, sedikit tersenyum dan berkata, sekarang sudah

dewasa, saya belum tahu, besarnya sudah hampir segentong, hei kau duduklah.

Dia meminta menikahi putri, sudahkah siap, saya tolong untuk melakukan, Sang

Wiku langsung berdiri, naik ke tempat, diantar oleh, Sang Harya mengikutinya.

Sudah membawa tempat, diberikan Sang Hajar, ini tempat hewan buruan,

permintaan dia, tapi setelah dibawa, harap nanti dikembalikan, begitulah beliau

berkata. Sang Harya menirukan, Hajar keluar dari rumah, bumbung diberikan

padanya, dan diterima, akan dibawa pada Putri, diingatkan harus dikembalikan, Ki

Jaka tertawa bahagia.

Hajar Windusana pamit, pulang bersama putranya, turun ke arah selatan

jalannya, setiap bertemu orang, bisa membawa diri, menyalami dengan sopan,

putranya cepat langkahnya. Segera menuju ke Pengging, karena besarnya rasa

cinta, ayahnya pelan langkahnya, KI Jaka cepat berangkat, melangkah menuju

gunung

Lawu, lupa pesan ayahnya. Tempat buruannya disediakan, banyak hewan,

keluar menyebar, Ki Jaka semangat berburu, tutupnya langsung dibuka,

munculnya beramai-ramai, Ki Jaka segera bertindak. Terisi dengan cepat, tempat

buruan dibawa, Ki Jaka mendapat, semua masuk kedalam, dengan sedikit lelah,

sudah mulai berjalan, untuk mendapatkan pa yang diharapkan. Duduk di

pematang ladang, masih karena, melepas lelah dengan bersenandung Sinom,

menyanyikan sampai usai, yang masih sama, Sang Wiku Windusana, Setelah dia

menata perasaan.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

Sang Putri merasa sepi, berusaha dengan giat, jadi bersedia, Sang Wiku

lalu berangkat, langkahnya cepat, sampai di Lawu, melihat banyak hewan. Sang

Hajar mengira, bila Putri sudah memperhatikan, mengikuti jalannya, yang berburu

di hutan, dengan membawa tempat buruan, hewannya masih bergerombol,

diambil lalu ditutup. Sang Wiku mengikuti, melacak langkah Putri, mengikuti

arahnya ke barat, disusul sampai bertemu, masih kelelahan, berlarian di kebun

luar, Sang Wiku menghampiri Putri. Diajak pergi ke Pengging, sampai ke dalam,

tempat buruan sudah diberikan, agar disampaikan bahwa dia mendapatkan,

kepada Narendra, Sang Hajar lalu pergi, Ke gunung Merbabu. Putri berada dalam

puri, melihat kembali, si monyet sudah ada lagi, di tempat buruan tersebut, tetapi

pantasnya, isinya banyak, kaget dia melihatnya. Ki Jaka sudah berusaha, kembali

pada narendra, dengan tertawa, Sri Nata berkata pelan, orang yang tidak bisa

dihina.

3.7. Perbandingan Legenda Baru Klinting dari Berbagai Sumber

Pada perbandingan Legenda Baru Klinting dari berbagai daerah ini

membahas beberapa aspek perbedaan dan persamaan antara legenda yang ada di

berbagai daerah dan dari beberapa sumber. Sumber tersebut antara lain Asal Usul

Tombak Kanjeng Kyai Upas versi penutur Tulungagung, versi legenda Baru

Klinting di Kabupaten Semarang 1, versi legenda Baru Klinting di Kabupaten

Semarang 2, versi legenda Baru Klinting di Kabupaten Semarang 2, versi legenda

Baru Klinting Pada Buku Legenda Rakyat dan Objek Pariwisata di Indonesia, dan

versi legenda Baru Klinting Pada Buku Drama Mangir Pramoedya Ananta Toer,

sedan Legenda Baru Klinting versi Kabupaten Tulungagung.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

Dalam tabel di bawah ini menjelaskan keunikan dan ciri dari legenda atau

legenda Baru Klinting di berbagai daerah. Agar mempermudah pembaca dalam

mengidentifikasi atau menemukan ciri khas dari legenda mau pun legenda

tersebut. Serta dapat dilihat legenda Baru Klinting asal Kabupaten Tulungagung

memiliki kekhasan yang tersendiri dibandingkan legenda atau legenda dari daerah

lain.

Dikarenakan penelitian ini berkitan dengan legenda Baru Klinting asal

Kabupaten maka pada perbandingan kali ini aka n memaparkan keunikan legenda

Baru Klinting terlebih dahulu sebelum berlanjut kepada tabel pebandingan. Dari

legenda Baru Klinting asal Kabupaten Tulungagung dapat diperkirakan bahwa

lanjutan dari legenda-legenda sebelumnya, legenda asal Tulungagung ini juga

berkaitan dengan kepemimpinan Bupati Ngrawa atau Kabupaten Tulungagung

pada jaman dahulu, legenda ini juga berkitan dengan awal mula terjadinya

Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas. Legenda Baru Klinting yang ada di

Kabupaten Tulungagung juga berkaitan dengan kesejarahan Kabuapten

Tulungagung dengan bupati yang membawa tombak Kanjeng Kyai Upas

berpindah dari Kadipaten Ngarawa ke Kabupaten Tulungagung.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

Tabel 3.6 Perbandingan Legenda Baru Klinting dari Berbagai Sumber

Buku
Legenda Buku Drama
Legenda
Versi Rakyat dan Manggir
Versi Semarang Versi Serat Baru Baru
Kabupaten Objek Karya
1 Semarang 2 Kalinting Klinting
Ponorogo Pariwisata Pramoedya
Tulungagung
di Ananta Toer
Indonesia
Berbentuk
Seekor Ular Seekor Ular
Ular yang
Berbentuk Ular Naga yang yang dapat Baru Klinting Seekor Ular
Bentuk Fisik Dapat Berbentuk
Bernama bernama berbicara berarti seorang
Tokoh Berbicara Naga Taksaka
Baruklinting Baru layaknya punggawa
Layaknya
Klinting manusia
Manusia

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

Saat Ki Wonoboyo
Saat tubuhnya di tau dan segera
Tubuhnya di bagi memenggal
Ambil oleh bagikan lidah Baru
oleh warga Karena Menjelma Klinting,
warga yang
Baru Anak laki- kulitnya menjadi anak akhirnya
Menjelma dikira
Tranformasi Klinting laki yang bersisik karena kecil, yang lidahnya jatuh
Menjadi Anak sebagai
Bentuk Fisik berubah tubuhnya penyakit kulit berumur tujuh ke tanah dan
Kecil Buruk buruan Baru
Tokoh wujud dipenuhi Baru Klinting tahun, merintih hilang
Rupa Klinting
menjadi luka. disebut-sebut dengan berganti
Berubah
seorang sebagai ular meminta-minta bentuk
Menjadi
Anak Lusuh manusia menjadi
dan Kudisan. berwujud pusaka
anak kecil. tombak.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

berubah
jadi manusia,
Baru tetapi rupanya
Baru
Klinting tidak sempurna,
Klinting
mencabut kulit wajahnya
kemudian
lidi tersebut berubah dengan
mencabutnya
dan mulai Setelah cepat, terdapat
sendiri. Pada
Baruklinting mengalir air mencabut dua puluh satu
saat lidi Berubah
yang mencabut yang sangat lidi dan sisik. Hidung
tersebut menjadi
lidi yang ia deras dari menemui bulat sekali,
dicabut, Baru Klinting pusaka
tancapkan lubang Nyi Lantung dengan batang
bumi selalu Tombak
Bentuk sendiri, lalu bekas Baru hidung
bergetar, ditampilkan Kanjeng Kyai
Akhir menyemburlah tancapan Klinthing besarnya sebiji
langit sebagai ular Upas. Serta
Legenda air yang semakin lidi. Lambat kembali sawo,
menjadi atau tombak selanjutnya di
membesar dan laun karena menjadi ular membulat
gelap, tempat pusaka, bawa oleh
menenggelamkan derasnya untuk seperti biji
dicabutnya Bupati
desanya menjadi aliran air menjaga jambu, dahinya
lidi tersebut Ngrawa
sebuah danau terendamlah rawa menonjol
keluarlah air
desa pening. memancar,
yang sangat
tersebut matanya bulat,
besar dan
menjadi mulutnya
menggenangi
Telaga menggantung
desa tersebut
Ngebel. tebal,gusinya
meringis
terlihat.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

Rambutnya
seperti sikat,
perutnya gendut
badanya seperti
kendi, lehernya
seperti pot,
pundaknya
melengkung,
bila dipandang,
sesungguhnya
tidak
mengecewakan.
Gunung Gunung
Gunung
Wilis dan Merbabu,
Latar Rawa Pening Rawa Pening Gunung Mahameru, Gunung
Telaga Telomulyo
Tempat Semarang Semarang Merapi Gunung Merapi.
Ngebel dan Rawa
Merbabu
Ponorogo Pening.
Tidak di
Tidak di Akui
Seorang anak Seorang anak Seorang anak
Akui Sebagai Sebagai
Tidak di Akui Tidak di yang yang yang
Anak Oleh Anak Oleh
Konflik Sebagai Anak Akui sbagai mengharapkan mengharapkan mengharapkan
Ayahnya dan Ayahnya
Oleh Ayahnya anak dan pengakuan pengakuan pengakuan
Disepelekan dan
ayahnya, ayahnya ayahnya
oleh orang Disepelekan
oleh orang

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV

RITUAL JAMASAN PUSAKA TOMBAK KANJENG KYAI UPAS

1.

2.

3.

4.

4.1. Pengantar

Pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas tertuang dalam catatan keturunan

Pringgo Koesoemo. Nama aslinya adalah Pringgo Koesoemo Diningrat. Ia

merupakan Bupati ke-4 Tulungagung, sekaligus tokoh yang nantinya membawa

Pusaka Tombak Kyai Upas dari Mataram ke Tulungagung. Ia memerintah pada

tahun 1824-1830 M.

Pringgo Koesoemo pemilik catatan tentang asal usul Tombak Pusaka Kyai

Upas. Catatan tersebut merupakan versi tervalid dan menjadi rujukan

bagi masyarakat Tulungagung. Ritual jamasan pusaka Tombak Kanjeng Upas

memiliki tiga rangkaian yaitu Malam Tirakatan, Jamasan Pusaka, dan Pagelaran

Wayang Kulit.

4.2. Malam Tirakatan

Bertempat di Jalan Urip Sumoharjo No.4, Kepatihan, Kec. Tulungagung,

Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada hari Kamis tepatnya pada malam

Jum’at tanggal 13 Suro 1956 tahun Jawa dan tanggal 12 Agustus 2022 tahun

75
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Masehi. disebut malam ratengan dimana pada malam itu para ibu-ibu juru masak

dibantu oleh bapak-bapak sibuk memasak berbagai macam sesaji. para ibu-ibu

dan bapak bapak yang memasak adalah orang-orang pilihan yang setiap tahunya

memang memasak bahan bahan dan perlengkapan jamasan. Para ibu dan bapak

juga mendapat pengetahuan seputar sesaji dan bahan-bahan dari orang tua

mereka

terdahulu, jadi turun-temurun. Para juru masak memulai menyiapkan sesaji dari

kamis pagi. Ibu -ibu juru masak tersebut diwajibkan telah Menopause.

Pada bagian depan diadakan tirakatan dengan mengadakan pagelaran

Macapat yang melibatkan berbagai unsur masyarakat antara lain, keluarga

kasepuhan yang tergabung dalam wadah Majelis Luhur Kepercayaan Tuhan Yang

Maha Esa (MLKI), Paguyuban Macapat yang ada di Kabupaten Tulungagung,

Para seniman maupun Budayawan dan ketua unsur adat dan tradisi yang ada di

Kabupaten Tulungagung. Rata rata dari tiap perkumpulan tersebut datang 3-10

orang untuk mengikuti pembacaan Macapat pada hari tersebut.

Gambar 4.1 Malam Tirakatan

76
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Malam Tirakatan atau macapat dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB. Pada

malam Tirakatan tersebut dibuka dengan pembacaan basmalah dan sambutan oleh

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung. Setelah itu

barulah pembacaan tembang tembang macapat, perlu di garis bawahi bahwa

pembacaan tembung-tembung macapat ini tidak berpatokan dengan satu teks saja,

dikarenakan peserta pembacaan tembang macapat tidak semuanya praktisi dan

mencangkup banyak unsur masyarakat.

Pembacaan tembang juga tidak berurutan mulai tembang Maskumambang

hingga tembang pangkur. Malam Tirakatan atau mocopat selesai pada pukul 22.00

WIB. Dengan dihadiri lima puluh orang lebih acara tersebut berjalan dengan

khidmat. Dari semua unsur masyarakat yang datang pada malam Tirakatan atau

macapat tersebut membaca tembung-tembung macapat dengan bergantian dangan

iringan gender, slenthem dan celempung.

4.3. Ritual Jamasan Pusaka Tombak “Kanjeng Kyai Upas”

Kanjeng Kyai Upas adalah sebuah pusaka berbentuk tombak dengan

panjang bilah kira-kira 35 cm, dengan ditopang landhean sepanjang 4 m. Pada

bilah bagian bawah terdapat hiasan berbentuk huruf arab dengan lafal Allah dan

Muhammad. Pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas merupakan pusaka milik

masyarakat Kabupaten Tulungagung yang diyakini masih mempunyai daya

magis.

Dikisahkan pada masa penjajahan Belanda mampu menolak musuh

sehingga tidak bisa masuk kota Tulungagung, sehingga pusaka kanjeng Kyai

Upas mendapat perhatian dari masyarakat Tulungagung dalam bentuk Upacara

77
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Adat Ritual Jamasan Pusa ka, yang dilaksanakan satu tahun sekali yang

pelaksanaannya jatuh pada hari jumat setelah tanggal 14 Suro 1956 tahun Jawa

dan tanggal 12 Agustus 2022 tahun Masehi.

Gambar 4.2 Pembawaan Pusaka oleh Bupati

Pelaksanaan jamasan tombak Kanjeng Kyai Upas dilaksanakan pada hari

Jumat, 12 Agustus 2022 pukul 07.00 WIB, bertepatan di Jl. Urip Sumoharjo No.4,

Kepatihan, Kec. Tulungagung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur berbagai

persiapan dan sesaji telah selesai dipersiapkan. Upacara jamasan tersebut dihadiri

oleh sejumlah masyarakat diantaranya Unsur Forum Pimpinan Daerah, Pimpinan

OPD, Warga kasepuhan Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (MLKI), Paguyuban permadani DPD Kabupaten Tulungagung, Kepala

Kelurahan Kecamatan Tulungagung, Perangkat Kelurahan Kepatian, Keluarga

Pringgo Koesoemo, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat sekitar.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh pembawa acara selanjutnya

pembacaan asal mula terbentuknya pusaka Kanjeng Kyai Upas, keterangan

terhadap asal mula terbentuknya pusaka tersebut diperoleh dari keterangan

78
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

langsung dari keluarga Pringgo Koesoemo. Selesai pembacaan asal mula

terbentuknya pusaka Kanjeng Kyai Upas dilanjut dengan laporan penyelenggara

serta sambutan Bupati Kabupaten Tulungagung.

Gambar 4.3 Prosesi Jamasan

Acara inti pada pagi hari tersebut dimulai dengan Pasrah Tinampi Sarana

Mulya yang dibawa oleh Suba Manggala. Suba Manggala menyampaikan ucapan

Pasrah Tinampi Tersebut sebagai berikut:

“Nuwun bapak Bupati keparenga munjuk atur. Hamudhi dhawuh timbalan

panjenengan dalem, kula ingkang tinanggenah ngupadi sarana jamasan Kanjeng

Kyai Upas, hinggih hawit saking pangestu panjenengan bapak Bupati

Tulungagung sampun kasembadan.

Hinggih hawit saking punuka sumangga sarana mulya kula caosaken

dhumateng bapak Bupati Tulungagung, mugi kagema hanjamasi pusaka Kanjeng

Kyai Upas. Lepat nyuwun agunging sih pangaksami. Nuwun”

Artinya: “Dari luar tempat upacara sudah disiapkan Suba Manggala

dengan membawa Tirta Nawa, diiringi kesenian Reog Kendang Tulungagung.

79
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sementara Bupati Kabupaten Tulungagung dan sembilan warga Wimbasara

mengambil Sarana Mulya. Setelah Sarana Mulya telah siap maka Bupati

Kabupaten

Tulungagung beserta unsur Pimpinan Daerah membopong pusaka daring

gedung pusaka menuju tempat jamasan. Upacara jamasan tersebut dimulai dengan

diiringi gamelan Monggang dan bacaan tahlil.

Gambar 4.4 Gamelan Monggang

Gamelan Manggong adalah perangkat gamelan yang dianggap lebih

maskulin daripada gamelan lainnya. (Rahayu Supanggah, 2002:41) antara lain:

Memberi tenggara pada berbagai upacara penobatan, termasuk pada upacara

jumenengan raja, mengiringi gunungan pada berbagai upacara grebeg yaitu

grebeg Mulud, grebeg Besar, dan grebeg Syawal. Kehadiran dan peranan gamelan

Monggang yang penting pada berbagai jenis acara dan upacara penting. Perangkat

Monggang menduduki tempat teratas dari pada perangkat lainnya di lingkungan

keraton. Gamelan Monggang juga merupakan perangkat yang lebih maskulin

karena terkait dengan upacara raja atau keturunannya yang laki-laki.

80
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gamelan Monggang memiliki komposisi ricikan (Rahayu Supanggah:

2002- 42) yaitu serancak bonang yang terdiri dari 4 bagian dengan 6 pencon,

masing-masing bagian dengan nama penitir (satu pencon dilaras nada pertama

atau I), di Surakarta biasanya disebut dengan ji, penunggul), banggen (satu

pencon, dilaras nada kedua atau II atau nem), kenongan (satu pencon dilaras

ketiga atau III atau lima), dan bonang tiga pencon dengan nada pertama, kedua,

dan ketiga), ditabuh empat orang. Selanjutnya yang kedua adalah satu atau lebih

rancak bonang berisi 6 pencon terdiri dari tiga nada yaitu nada I, nada II, dan

nada III, masing- masing rancak ditabuh oleh 2 pengrawit. Bagian ketiga rancak

kecer, (simbal kecil). Masing-masing rancak ditabuh oleh seorang pengrawit.

Komposisi keempat adalah satu gayor penonthong terdiri dari 2 pencon yang

dibedakan larasannya, berlaras rendah dan tinggi, ditabuh oleh seorang

pengrawit. Komposisis kelima sepasang kendhang yang terdiri dari sebuah

kendhang paneteg alit dan paneteg ageng, masing-masing ditabuh oleh seorang

pengrawit. Pada bagian komposisi keenam ada satu gayor yang berisi sepasang

gong ageng yang dibedakan menurut larasannya, ditabuh oleh seorang pengrawit.

Komposisi terakhir ada satu rancak kenong , ditabuh oleh seorang pengrawit.

Perangkat Monggang hanya mempunyai satu gendhing saja yaitu gendhing

Monggang yang berbentuk lancaran laras pelog.

Persyaratan siraman tersebut meliputi banyak hal yaitu, Tirta Nawa, Ayam

Sapta, 46 jenis sesaji, 50 jenis daging, dan 500 jenang suro yang telah disiapkan

pada malam sebelumnya. Jenang suro merupakan hidangan yang identic dengan

tahun baru Islam. Masyarakat Jawa khususnya, menghadirkan bubur suran atau

81
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bubur suro pada malam menjelang datangnya 1 suro, namun pada ritual

jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas bubur suro diberikan pada hari siraman

jamasan tersebut. Bubur suro merupakan salah salah satu uba rampe.

Dalam kamus Kamus Besar Bahasa Jawa arti kata nawa yaitu Sembilan

dan Tirta adalah air sehingga Tirta Nawa bermakna air yang berjumlah sembilan.

Dalam ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas yang ada di Tulungagung

menggunakan sembilan buah air yang berasal dari beberapa sumber dan beberapa

jenis air.

Tabel 4.7 Nama Air Kehidupan

Tirta Nawa

No Nama

1. Tirta Belik Sirah

2. Tirta Belik Tengah

3. Tirta Belik Buntut

4. Tirta Tempuran

5. Tirta Ghothehan

6. Tirta Deresan Pisang

7. Tirta Deresan Randu

8. Tirta Klapa

9. Tirta Tawa

82
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sembilan air tersebut berasal diambil sesuai dengan namanya, Tirta Belik

Sirah, adalah air yang diambil dari puncak gunung Budeg yang terletak di Desa

Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Tirta Belik Tengah juga diambil pada

gunung

Budeg yang membedakan Belik Tengah di ambil di bagian tengah gunung

Budeg. begitu pula Tirta Belik Buntut diambil di bagian bawah gunung. Tirta

Tempuran adalah air yang diambil dari menyatunya sungai 4 atau 5 sungai di

ambil di sungai Brantas. Sedangkan menurut keterangan Tirta Gothehan ada air

yang paling sulit di cari, karena Tirta Gothehan adalah air tempat kerbau

berendam dan mandi namun tidak sembarang kerbau. Tirta Gothehan diambil dari

kerbau bule.

Tirta Deresan Pisang adalah air yang berasal dari batang pohon pisang

yang diperas dan akan mengeluarkan air, sama halnya dengan Tirta Deresan

Randu, yang berasal dari batang pohon randu yang diperas dan mengeluarkan air.

Tirta Klapa adalah air kelapa pada umumnya yang di ambil. Setelah itu yang

terakhir ada Tirta Nawa atau air biasa atau masyarakat menyebutnya air sumur.

Ayam sapta adalah salah satu makanan yang ada di prosesi siraman. Sapta

artinya tujuh, sehingga ayam sapta adalah ayam dengan jumlah jenisnya tujuh.

Sapta atau angka tujuh juga berkaitan dengan angka keberuntungan dan angka

istimewa. Hal ini disampaikan oleh Kyai Emban, atau juru kunci dari Kanjeng

Kyai Upas.

83
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 4.8 Nama Ayam Sapta

Ayam Sapta

No Nama

1. Ayam Cemani

2. Ayam Sangga Buwana

3. Ayam Putih Mulus

4. Ayam Abang Mulus

5. Ayam Mas Kumambang

6. Ayam Tulak

7. Ayam Walik

Uborampe adalah perlengkapan atau yang digunkan dalam acara

selamatan dalam tradisi jawa. Ubarampe memiliki banyak macamnya seperti nasi

kuning, ingkung, kembang dan lain sebagainya, yang bertugas memasak atau

menyiapkan ubarampe ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas adalah ibu-ibu

yang sudah menopause. Para kaum perempuan yang bertugas dianggap sebagai

seseorang yang lebih ahli atau mampu dalam memasak. Beberapa ubarampe yang

digunakan untuk ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas berada pada tambel

di bawah ini.

84
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 4.9 Jenis Ubarampe

Uborampe

No Nama No Nama

1. Buceng Robyong 20. Keleman Kolak Waloh

2. Buceng Tutul 21. Keleman Jenang Abang

3. Buceng Perak 22. Keleman Jenang Tutul

4. Buceng Emas 23. Keleman Polo Kependem

5. Buceng Gandik 24. Wajik

6. Buceng Gundik 25. Arang-Arang Kembang

7. Buceng Kendit 26. Tembakau

8. Buceng Kuat 27. Sekar Melati

9. Buceng Ponco Warno 28. Jadah

10. Ambeng Siram Tuwuh 29. Sekar Kantil

Nyiram Tuwuh

11. Ambeng Jemu’an 30. Sekar Mawar

12. Ambeng Sega Golong 31. Sekar Kenanga

13. Ambeng Sega Kokoh 32. Menyan

85
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14. Ambeng Panang Ayam 33. Minyak Cendana

15. Ambeng Sega Gurih 34. Tuwuan Pisang

16. Ambeng Jangan Menir 35. Janur

17. Ambeng Maes Agung 36. Sekar Setaman

18. Jenang Ponco Warno 37. Pisang Raja

19. Jenang Kawah 38. Karang Kembang

Seluruh uborampe akan disiapkan sebelum acara dimulai, atau lebih

mudahnya seluruh uborampe dimasak dan di sajikan dalam tampah sesuai dengan

buceng dan ambengnya. Tiap buceng dan ambeng memiliki makna tersendiri.

Pada ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas ini juga terdapat berbagai

macam daging yang digunakan. Macam-macam daging yang berada di daging

sapi. Jumlah keseluruhan daging tersebut ada 50 jenis daging. Seluruh daging

yang ada akan dimasak dan disajikan pada ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai

Upas. Serta tambahan ikan air tawar yang jenis kelaminnya sepasang jantan dan

betina. Keterangan tersebut disampaikan oleh bu Dayah selalu juru masak.

Tabel 4.10 Jenis Daging

50 Jenis Daging Sapi

No Nama No Nama

1. Daging Lulur Dalam 26. Daging Elet-Elet

86
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Daging Lulur Luar 27. Daging Babat Galeng

3. Danging Kisi 28. Daging Jeroan Kleponan

4. Danging Limas 29. Daging Jeroan Pleret

5. Daging Silap 30. Daging Usus Bandang

6. Daging Gandik 31. Daging Usus Rajang

7. Daging Mentok 32. Daging Usus Buntu

8. Daging Pipi 33. Daging Kebak

9. Daging Kedengan 34. Daging Tumbuk

10. Daging Punuk 35. Daging Susu

11. Daging Susuk 36. Daging Wadonan/Lananagan

12. Daging Lidah 37. Daging Gulu

13. Daging Temilan 38. Balung Sari

14. Daging Igo 39. Buntut

15. Daging Limpo 40. Waduk

16. Daging Ati Leres 41. Mayang

17. Daging Ati Pengasih 42. Olor

87
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18. Daging Ginjel 43. Rambak Gajih

19. Daging Jantung 44. Darah Abrit

20. Daging Cingur 45. Gurung

21. Daging Talingan 46. Sumsum

22. Daging Daging Mata 47. Sengkengkel

23. Daging Kisi Rambutan 48. Kikil Teklek

24. Daging Babat Complong 49. Pasung

25. Daging Babat Pipis 50. Otak

Setelah selesai ritual jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas

berlanjut ke acara selanjutnya yakni dilanjutkan dengan kegiatan kenduri.

Kegiatan Kenduri ini dengan pembagian 500 bubur suro serta dibagikannya

Uborampe kepada masyarakat sekitar yang mengikuti prosesi jamasan pusaka

Tombak Kanjeng Kyai Upas

88
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar
Gambar 4.5 Bubur
4.5 Bubur Sura Sura

Bubur Suro memiliki rasa yang gurih dan sedikit rasa pedas yang tipis.

Terbuat dari beras, santan, garam, jahe, dan sereh. Selain itu, Bubur Suro juga

disajikan dengan lauk berupa lodho ayam, sambal goreng kentang, abon, dan

sedikit kacang goreng. Bubur Suro terasa istimewa dan merupakan berkah bagi

penikmatnya.

Sebagai wujud syukur dengan telah selesainya prosesi Jamasan diadakan

kegiatan hiburan atau pesta rakyat dengan menggelar berbagai kesenian lokal

ditutup dengan pagelaran wayang kulit pada malam harinya. Serangkaian jamasan

tersebut berjalan kurang lebih sekitar tiga jam mulai pukul delapan pagi hingga

menjelang sholat Jumat.

89
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.

2.

3.

4.

4.1.

4.2.

4.3.

4.4. Pagelaran Wayang Kulit

Pagelaran Wayang Kulit bertempat di Jl. Urip Sumoharjo No.4,

Kepatihan, Kec. Tulungagung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tepatnya

pada tanggal 13 Suro 1956 tahun Jawa dan tanggal 12 Agustus 2022 tahun

Masehi, pukul 19.00 WIB. Acara Wayangan tersebut dibuka oleh bapak Kepala

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung. Selanjutnya dilanjut

dengan penampilan tari Terompet, tari Jaran Kore dan tari Gambyong. Setelah

penampilan tari tarian yang memasuki acara inti yakni serah terima gunungan

sebagai simbol acara wayangan pada malam hari tersebut dimulai.

90
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.6 Pagelaran Wayang Kulit

Pagelaran wayang kulit pada malam tersebut menampilkan lakon wayang

kulit purwa Sesaji Raja Suya. Dengan dalang Ki Marjuki Mardi Sabdo berasal

dari Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung. Kisah legenda Sesaji Raja Suya

menlegendakan kekejaman Prabu Jarasandha yang membunuh ayahnya sendiri

serta kulitnya di jadikan tambur, kemudian Prabu Jarasandha menjadi raja di

Magada menggantikan Prabu Briyadata. Hal tersebut menjadikan penolakan

bahwa Prabu Jarasandha tidak pantas untuk menjadi raja, terjadilah persekutuan

Raja Sewu Negara. Akhirnya penyerangan terjadi dari Raja Sewu Negara ke

Magada. Penyerangan tersebut justru menguntungkan Prabu Jarasandha sebab

Raja Sewu Negara berhasil di taklukkan. Kemudian Raja Sewu Negara di penjara

dan dipersiapkan sebagai tumbal Sesaji Kala Lodra. Prabu Jasandha akhirnya

memerintahkan Prabu Hamsa untuk menaklukkan Negara Ngamarta, Dwarawati,

dan Mandura. Dan berangkatlah Prabu Hamsa menuju ke Negara Ngamarta.

Legenda berlanjut ke Raden Janaka dari Pertapaan Talkandha untuk menemui

Resi

91
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

Bhisma dalam tugas untuk menyampaikan undangan akan

dilangsungkan Sesaji Raja Suya. Dalam perjalanan, Raden Janaka di hadang oleh

barisan raksasa Negara Magada, akhirnya raksasa tersebut berhasil terbutuh.

Oleh karena itu, terjadilah pergerakan peristiwa Persidangan Agung Negara

Ngamarta. Niat Prabu Puntadewa untuk mengadakan Sesaji Raja Suya. Pada

peristiwa tersebut Prabu Kersna menjabarkan syarat-syarat yang harus

dipenuhi. Tak lama kemudian datanglah Prabu Hamsa yang diutus oleh Prabu

Jasandha untuk menaklukkan Ngamarta, Dwarawati dan Mandura ditentang

keras oleh Prabu Baladewa. Prabu Hamsa di tendang oleh Prabu Baladewa

akhirnya keluar dari persidangan. Prabu Kresna mengajak Raden Werkudara

dan Raden Janaka untuk membebaskan Raja Sewu Negara sebagi pemenuhan

syarat Sejaji Raja Suya dan melawan Prabu Jasandha. Raden Samba dan Patih

Pragota melawan Prabu Hamsa yang dibantu Prabu Dhimabaka. Prabu Hamsa

dan Prabu Dhimka mati diadu kumba oleh Prabu Baladewa. Kisah menuju ke

Prabu Kresna, Raden Werkudara dan Janaka menuju Negara Magada telah

sampai di Hutan Triniti. Atas perintah Prabu Kresna, Raden Janaka memanah

tambur pustaka dengan panah Wulan Tumanggal sehingga sukma Prabu

Briyadata terbebas. Setelah memecahkan tambur Prabu Kresna, Raden

Werkudara dan Raden Janaka menyamar sebagai brahmana agar mempermudah

untuk masuk ke kota raja. Akhirnya sampailah di Negara Magada menunjukkan

Prabu Jasandha terkejut dengan kedatangan ketiganya yang menyamar sebagai

brahmana. Prabu Kresna mengutarakan maksud kedatangannya untuk

membebaskan Raja Sewu Negara dan menyirnakan angkara murka Prabu

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

Jasandha. Mendengar hal tersebut Jasandha marah dan perang tanding terjadi

antara Prabu Jasandha dan Raden Werkudara. Dan Prabu Jasandha dapat

dikalahkan. Prabu Puntadewa beserta saudara dan Prabu Kresna menerima

kedatangan Resi Bhisma dalam rangka pelaksanaan upacara Sesaji Raja Suya.

Datanglah Prabu Supala yang tidak menerima pemberian penghormatan kepada

Raja Kresna dan akhirnya Prabu Supala tewas di tangan Prabu Kresna. Setelah

itu upacara Sesaji Raja Suya dimulai digidung Bagawat Gita oleh brahmana

dipimpin Resi Bisma (Wicaksono,2012).

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V

ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES

Objek penelitian ini adalah hasil dari serangkaian ritual jamasan tombak

Kanjeng Kyai Upas yang dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 Agustus 2022

berada di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur Indonesia. Hasil dan pembahasan

ini akan dikaji, diidentifikasi, analisis, dan interpretasi tanda-tanda dalam ritual

jamasan tombak Kanjeng Kyai Upas yang meliputi dimana terdapat denotasi

(makna primer) dan konotasi (makna sekunder).

Tabel 5. 1 Tabel Tanda pertama yang disampaikan adalah potongan ritual


jamasan Kanjeng Kyai Upas yaitu Malam Tirakatan dan Macapat lebih
jelasnya pada kegiatan pembacaan tembang macapat.
1. Signifier 2. Signified (petanda)
(penanda) Pada malam
Tirakatan dan
Macapat ini
masyarakat dari
berbagai unsur
masyarakat yang datang.
Malam
tersebut sangat
hitmat dengan
alunan tembang mocopat
yang di bacakan
oleh
keluarga Kasepuhan
Pringgokusumo, Majelis
Luhur Kepercayaan
Tuhan Yang Maha Esa

94
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Paguyuban Macapat yang


ada di Kabupaten
Tulungagung, seniman
dan budayawan dan ketua
unsur adat dan tradisi
yang ada di Kabupaten
Tulungagung
3. Denotative Sign (tanda denotatif)
Pada tanda denotatif Visual adalah
Prosesi Malam Tirakatan dan Macapat
● Tanda denotatif Verbal
Pada tanda denotatif Verbal adalah
tembang-tembang Macapat yang
dinyanyikan, tembang-tembang macapat
yang dibacakan adalah tembang macapat
Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi,
Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula,
Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung.
● Tanda denotatif Audio
Suara gender, dan
slenthem.
Secara sederhana, makna denotatif
merupakan makna yang sebenarnya dari sebuah
kata. Makna otatif adalah makna yang biasanya
ada pada kamus. Jadi makna denotatif dalam
Malam Tirakatan dan Macapat. Tembung
tembung yang ucapkan pada saat malam tersebut
menggunakan bahasa Jawa. Makna denotasi dapat
diartikan sebagai makna harfiah atau makna yang
sesungguhnya. Setiap tembang macapat memiliki
arti legenda seorang manusia mulai dari janin

95
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hingga kematian. Dapat dilihat dari arti


tembangnya, berikut adalah makna denotasi dari
judul tembang macapat:
➢ Maskumambang bermakna
janin Maskumambang adalah
perjalanan hidup manusia yang
masih berwujud janin dalam
kandungan ibunya.
➢ Mijil bermakna terlahir,
Mijil melambangkan bentuk dari
benih atau suatu biji yang kemudian
berhasil terlahir ke dunia.
➢ Sinom bermakna muda, Sinom
menggambarkan pucuk atau yang
baru tumbuh kemudian bersemi.
➢ Kinanthi bermakna dituntun,
Kinanthi bermakna yakni hidup dari
seorang anak yang memerlukan
tuntunan.
➢Asmaradana bermakna api
asmara, Asmaradana artinya cinta
kasih sehingga tembang
Asmaradana memiliki makna yang
mengisahkan gejolak asmara
seseorang.
➢Gambuh bermakna cocok atau
sepaham, Gambuh tembang
macapat yang berarti
menghubungkan atau
menyambungkan.

96
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

➢ Dhandhanggula bermakna
Manisnya Kehidupan,
Dhandhanggula makna sepasang
kekasih yang memperoleh
kebahagiaan setelah melewati suka
duka bersama-sama untuk
kemudian meraih cita-cita
➢ Durma bermakna memberi,
Durma artinya suka memberi dan
berbagi rezeki, tembang durma
memiliki makna mundurnya tata
krama atau etika seseorang dalam
kehidupan.
➢ Pangkur bermakna menarik diri
sehingga Pangkur berarti pergi dan
meninggalkan, tembang pangkur
memiliki makna sebagai proses
mengurangi hawa nafsu dan mundur
dari urusan duniawi.
➢ Megatruh memiliki makna yaitu
sakaratul maut sehingga, Megatruh
memiliki arti putusnya roh atau
terlepas dari roh, tembang megatruh
memiliki makna perjalanan manusia
yang telah selesai di kehidupan
dunia.
➢ Pucung memiliki makna
kematian sehingga pocung yang
berasa dari kata pocong yang
bermakna seseorang yang sudah

97
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tidak bernyawa atau meninggal


yang kemudian dikafani atau
dipocong sebelum dikuburkan.
4. Connotative Signifier 4. Connotative Signified
(penanda konotatif) (petanda konotatif)

Pembacaan tembang Macapat yang diucapkan Dalam pembacaan


tembang Macapat yang
untuk pada malam Tirakatan dan Macapa. Di
diucapkan untu prosesi
sertai dengan iringan gender, dan slenthem. malam Tirakatan dan
Macapat ini menunjukan
bahwa dari seluruh unsur
masyarakat
mengharapkan melalui
malam Tirakatan dan
Macapat yang
diselenggarakan sebelum
ritual jamasan pusaka
Kanjeng Kyai Upas
untuk selalu mengingat
jalannya kehidupan
setiap manusia seperti
makna-makna di
setiap tembang macapat
mulai dari
Maskumambang hingga
Pucung. Pada iringan
pembacaan tembang
Macapat yang diiringi
dengan sejumlah
instrumen gamelan Jawa,
di antaranya gender yang
memiliki makna
permulaan, berasal dari
kata gendera atau
bendera sebagai simbol
permulaan. Yaitu sebagai
permulaan gending

98
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

maupun sebagai
permulaan kehidupan.
Selain itu ada slenthem,
instrumen Jawa yang
berasal dari kata siteran
dan dimainkan dengan
dipetik. Maknanya
adalah manusia harus
mampu mengantarkan
atau membimbing orang
lain pada
suatu tujuan baik.
5. Connotative sign (tanda konotatif)
Konotasi atau Ideologi maupun Mitos yang terkandung dalam gambar
scene tersebut bahwa Malam Tirakatan dan Macapat merupakan sebuah
tradisi yang melengkapi kehidupan masyarakat kabupaten Tulungagung.
Banyak hal yang dapat dimaknai dalam Malam Tirakatan ini, selain
sebagai pengingat terkait apa tujuan manusia hidup, masyarakat dari segala
unsur dapat berkumpul dengan tujuan yang sama mencari kebahagian dan
ketentraman kepada Tuhan yang Maha Esa. Dengan mengingat-ngingat
setiap perjalan hidup yang akan kita rasakan mulai dari belum bernyawa
hingga tidak bernyawa. Hal ini akan membuat seseorang menjadi lebih
bersyukur dan mawas diri atas kehidupan yang telah diberi Tuhan yang
Maha Esa.

Tabel 5. 2 Tabel Tanda kedua yang disampaikan adalah potongan ritual

jamasan Kanjeng Kyai Upas yaitu Malam Tirakatan dan Macapat lebih

jelasnya pada kegiatan ratengan.

1. Signifier
(penanda)

99
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kegiatan

ratengan merupakan

kegiatan memasak yang

dilakukan oleh ibu- ibu

juru masak di bagian

belakang sedangkan di

bagian depan

dilaksanakan Malam

Tirakatan dan Macapat.

Sekitar 10 orang lebih

yang menyiapkan

makanan, uborampe, dan

seluruh keperluan

ritual jamasan tombak

Kanjeng Kyai Upas.

Terlihat masih sangat

tradisional alat masak

yang digunakan,

seperti tungku kayu

bakar, kuali besar, dan

masih banyak lagi.

3. Denotative Sign (tanda denotatif)


● Tanda denotatif Visual

100
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada tanda denotatif Visual adalah


kegiatan
ratengan
● Tanda denotatif Verbal
Pada tanda denotatif Verbal adalah
komunikasi antar ibu-ibu juru masak dan
bapak bapak yang sedang menyiapkan
alat- alat untuk ritual jamasan pusaka
tombak Kanjeng Kyai Upas. Ibu juru
masak saling berkomunikasi apa saja
yang perlu dimasak, dipersiapkan, dan
ditata seluruh uborampe untuk ritual di
pagi hari. Semuanya saling bantu
membantu dalam berkegiatan di malam
yang khitmat tersebut.
● Tanda denotatif Audio
Suara alunan bacaan tembang macapat
yang diiringi gender, dan slenthem sayup
sayup terdengar di bagian belakang.
Makna denotatif merupakan makna yang
sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotatif
adalah makna yang biasanya ada pada kamus.
Jadi makna denotatif dalam kegiatan ratengan.
Ratengan merupakan bahasa Jawa dan dalam
bahasa Indonesia ratengan adalah lauk-pauk
yang telah dimasak. Pada kamus bahasa Jawa.
4. Connotative Signifier 5.Connotative Signified
(penanda konotatif) (petanda konotatif)

Komunikasi antara ibu-ibu juru masak, bapak- Dalam situasi komunikasi


bapak yang sedang menyiapkan ubarampe dan antara ibu-ibu dan bapak-
perlengkapan untuk keperluan ritual jamasan bapak yang sedang dalam

101
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pusaka Kanjeng Kyia Upas di keesoakan harinya. situasi sibuk dengan


pekerjaannya masing-
masing pada saat malam
ratengan adalah contoh
kehidupan sehari hari
masyarakat di Indonesia
khususnya pulau jawa.
Masyarakat Jawa sering
kali memiliki aktivitas yang
padat dalam kesehariannya
namun selalu sempat
bersosialisasi dengan
sekitarnya, gotong royong
bersama tetangga dan
masih banyak kegiatan
sosial yang dilakukan
masyarakat Jawa. Kegiatan
ratengan ini juga
penggambaran kegiatan
bersih desa suai dengan
legenda Baru Klinting versi
Tulungagung. Oleh karena
itu ibu-ibu juru masak
diwajibkan telah
menopause atau
masyarakat sekitar
sering menyebutnya
sampun sepuh.
Dikarenakan atau di
takutkan jika juru masak
seseorang yang masih
muda atau belum
menopause kejadian yang

102
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tidak diinginkan seperti


legenda Baru Klinting
akan terjadi
6. Connotative sign (tanda konotatif)
Konotasi atau Ideologi maupun Mitos yang terkandung dalam gambar
scene tersebut bahwa kegiatan ratengan memiliki makna yang dalam,
ratengan merupakan sedikit cuplikan kegiatan yang mirip sebagian legenda
Baru klinting bukan hanya itu ratengan juga sebuah gambaran kehidupan
bersosial dan bermasyarakat yang ada di Indonesia khususnya di Jawa.
Dengan berkumpul dan berinteraksi sosial bagi kehidupan manusia memiliki
manfaat untuk membangun relasi atau hubungan antar manusia. Karena kita
hidup saling berdampingan dan tidak mungkin terlepas dari kehidupan orang
lain. Di perkembangan zaman ini kegiatan demikian dibutuhkan untuk
menumbuhkan jiwa sosial yang ada di masyarakat. Kegiatan ratengan adalah
sebagian gambaran kecil dari legenda Baru Klinting versi Tulungagung,
pada saat bersih desa pada legenda Baru Klinting adalah bentuk
penggambaran yang diimplementasikan pada acara ratengan.

103
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

BAB VI Setelah kegiatan ratenga, malam tirakatan dan macapat

di malam hari pagi harinya barulah kegiatan jamasan dimulai, tepatnya

pada pukul 08.00 WIB.

Tabel 5. 3 Tabel Tanda ketiga yang disampaikan adalah pengambilan

pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas yang berada di kediaman menuju

tempat pemandian.

1. Signifier 2. Signified (petanda)


(penanda) Kegiatan pengambilan
pusaka dari kediaman
menuju tempat
pemandian dilakuka oleh
dua orang. Pusak tombak
Kanjeng Kyai Upas saat
di ambil masih
terbungkus oleh kain
berwarna merah dan di
bagian atasnya terdapat
kain mori serta roncean
bunga melati dan bunga
kantil putih.
3. Denotative Sign (tanda denotatif)
● Tanda denotatif Visual
Pada tanda denotatif Visual adalah
pengambilan pusaka tombak Kanjeng
Kyai Upas.
● Tanda denotatif Verbal
Pada tanda denotatif Verbal adalah
komunikasi antara bapak Bupati
Kabupaten Tulungagung, bapak DPRD

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

Kabupaten Tulungagung, dan Kyai


Emban. Pembacaan dua kalimat
syahadat yang dibaca dua kali, bacaan
istighfar yang dibaca tiga kali, yasin dan
tahlil.
● Tanda denotatif Audio
Suara alunan gamelan manggong.
Makna denotatif merupakan makna yang
sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotatif
adalah makna yang biasanya ada pada kamus.
Jadi makna denotatif dalam kegiatan
pengambilan pusaka adalah perbuatan
mengambil pusaka oleh seseorang yang
berwenang atas barang tersebut dan pada
wilayah tersebut.
Dua Kalimat syahadat yang
berbunyi Asyhadu alla ilaaha illallah wa
asyhadu anna muhammadar rasulullah
yang memiliki arti Aku bersaksi tiada
Tuhan selain Allah dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah. Bacaan tersebut merupakan
kesaksian mengenai Allah merupakan
Tuhan bagi umat, menandakan bahwa
telah meyakini bahwa tidak ada Tuhan
yang patut disembah selain Allah SWT.
Begitu pula kesaksian terhadap
Rasulullah, juga meyakini bahwa Nabi
Muhammad adalah orang yang diutus
oleh Allah untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam (rahmatan lil 'alamin). Bagi

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

seseorang yang akan memeluk agama


Islam, maka wajib hukumnya melafalkan
dua kalimat syahadat. Dengan
kesaksiannya terhadap Allah SWT dan
Rasulullah, maka seseorang telah siap
menjalankan perintah-perintah agama
Islam.

➢ Bacaan istighfar yang berbunyi


Astaghfirullahal'adzim, alladzi la ilaha
illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu
ilaih yang memiliki arti aku memohon
ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada
sesembahan kecuali Dia. Yang Maha
Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan
aku bertaubat kepada-Nya.
Bacaan Yasin dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki arti surah ke-36 pada Al-
Qur'an, terdiri atas 83 ayat, biasa dilantunkan
pada saat tahlilan serta tahlil sendiri dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
pengucapan kalimat tauhid la ilaha illallah yang
artinya tidak ada Tuhan selain Allah secara
berulang-ulang. Dilakukan sebagai ritual
keagamaan mendoakan orang meninggal,
diawali pembacaan tawasul, pembacaan surah-
surah Al-Qur'an terpilih seperti Yasin, diakhiri
dzikir sebelum ditutup dengan doa.

4. Connotative Signifier 5.Connotative Signified


(penanda konotatif) (petanda konotatif)

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

Suara alunan dua kalimat syahadat yang dibaca Dalam pembacaan dua
dua kali, bacaan istifar yang di baca tiga kali, kalimat syahadat yang
yasin dan tahlil di iringi gamelan manggong. dibaca dua kali, bacaan
istifar yang di baca tiga
kali, yasin dan tahlil di
iringi gamelan manggong
pada pengambilan pusaka
tombak Kanjeng Kyai
Upas memiliki sebagai
cara mendoakan arwah
leluhur. Pembacaan yasin
dan tahlil merupakan
bentuk yasinan oleh
masyarakat jawa
khususnya dianggap
sebagai cara mendoakan
arwah nenek moyang
maupun sesepuh yang
telah tiada. Saat yasinan
berlangsung, arwah
leluhur didoakan, dalam
hal ini berupa pembacaan
Surah Al-Fatihah. Artinya,
esensi menjaga relasi
dengan para leluhur tetap
dijalankan. Ini juga
mengarah pada ajaran
Islam, bahwa salah satu
pahala yang terus
mengalir meskipun
seseorang itu telah

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

meninggal bila didoakan


oleh orang-orang soleh.
6.Connotative sign (tanda konotatif)
Konotasi atau Ideologi maupun Mitos yang terkandung dalam gambar
scene tersebut bahwa kegiatan pembacaan yasin tahlil adalah akulturasi
bahwa masyarakat Jawa bersifat terbuka terhadap tradisi-tradisi baru.
Keterbukaan itu terjadi melalui proses: dibentuk, disosialisasikan,
dikonstruksikan dan diulang- ulang. Hingga tanpa disadari oleh banyak
masyarakat, sudah menjadi identitas baru dalam tatanan Jawa.
Sedemikian rupa sebuah identitas tersebut dirawat sebagai kearifan lokal
yang mencirikan suatu bangsa yang beragama. Yasinan pun sudah tentu
merupakan tanda kultural bagi masyarakat Islam-Jawa, khususnya di wilayah
pedesaan. Masyarakat telah terbukti berupaya menjaga identitasnya dengan
tetap melaksanakan tradisi tersebut sebagai warisan orang-orang terdahulu.
Pembacaan Yasin dan tahlil hingga saat ini masih menjadi kegiatan yang
begitu familiar dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Tulungagung.
Bukan hanya sebagai peringatan kematian dan mendoakan arwah leluhur,
yasinan juga ikut berkembang seiring perubahan di masyarakat. Yaitu
sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat Allah. Mengapa pusaka tersebut
di bawa oleh laki laki dan harus bupati sebab pada legenda Baru Klinting
tombak pusaka tersebut di berikan kepada laki laki yang menjadi bupati
Ngrawa yang sekarang ini menjadi Kabupaten Tulungagung.

Setelah kegiatan pengambilan pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas yang


berada di kediaman di bawa ke tempat pemandian, selanjutnya adalah prosesi inti.

Tabel 5. 4 Tabel tanda keempat yang disampaikan adalah ritual jamasan


pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas.
1. Signifier 2. Signified (petanda)
(penanda)

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

Kyai Eman, bapak


Bupati Kabupaten
Tulungagung, bapak
DPRD Kabupaten
Tulungagung, bapak
Kapolsek Kabupaten
Tulungagung bertugas
memandikan pusaka
tombak Kanjeng Kyai
Upas dipandu oleh Kyai
Emban dan bapak-
bapak yang menghadiri
menyaksikan jamasan
tersebut. dapat dilihat
tidak ada satu
perempuan atau wanita
yang melihat jamasan
pusaka tombak
Kanjeng Kyai Upas
secara langsung.
3. Denotative Sign (tanda denotatif)

● Tanda denotatif Visual


Pada tanda denotatif Visual adalah
pemandian pusaka tombak Kanjeng Kyai
Upas.
● Tanda denotatif Verbal
Pada tanda denotatif Verbal adalah
komunikasi antara bapak Bupati Kabupaten
Tulungagung, bapak DPRD Kabupaten
Tulungagung, dan Kyai Emban.
Pembacaan dua kalimat yasin tahlil,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

pembacaan mantar oleh Kyai Emban.

● Tanda denotatif Audio


Suara alunan gamelan manggong.Makna
denotatif merupakan makna yang sebenarnya dari
sebuah kata. Makna denotatif adalah makna yang
biasanya ada pada kamus. Jadi makna denotatif
dalam kegiatan jamasan pusaka adalah ritual
penyucian benda-benda pusaka, seperti keris,
dengan menggunakan air kembang. Jamasan
berarti memnadikan, ensucikan, membersihkan,
merawat dan memelihara. Sebagai wujud rasa
terimakasih dan menghargai peninggalan atas
karya seni budaya nan adiluhung para generasi
pendahulunya kepada generasi berikutnya.

➢ Bacaan Yasin dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia memiliki arti surah ke- 36 pada
Al-Qur'an, terdiri atas 83 ayat, biasa
dilantunkan pada saat tahlilan serta tahlil
sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki arti pengucapan
kalimat tauhid la ilaha illallah yang artinya
tidak ada Tuhan selain Allah secara
berulang-ulang. Dilakukan sebagai ritual
keagamaan mendoakan orang meninggal,
diawali pembacaan tawasul, pembacaan
surah-surah Al- Qur'an terpilih seperti
Yasin, diakhiri dzikir sebelum ditutup
dengan doa. Mantra adalah susunan kata
berunsur puisi (seperti rima, irama) yang
dianggap mengandung kekuatan gaib,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

biasanya diucapkan oleh dukun atau orang


pintar untuk menandingi kekuatan gaib
yang lain atau mantra dapat diartikan
sebagai kata atau frasa yang diulang-ulang
untuk tujuan pengobatan.
➢ Gamelan Manggong merupakan perangkat
gamelan yang dianggap lebih maskulin
daripada gamelan lainnya. Keberadaan dan
peranan gamelan Monggang adalah hal
yang penting pada berbagai jenis acara dan
upacara penting. Perangkat Monggang
menduduki tempat teratas dari pada
perangkat lainnya di lingkungan keraton.
Gamelan Monggang juga merupakan
perangkat yang lebih maskulin karena
terkait dengan upacara raja atau
keturunannya yang laki-laki.

4. Connotative Signifier (penanda konotatif) 5. Connotative


Suara dua kalimat syahadat yang dibaca dua Signified (petanda
konotatif)
kali, bacaan istifar yang di baca tiga kali, yasin
Dalam pembacaan
dan tahlil di iringi gamelan manggong, serta
mantra dilaksanakan oleh
bacaan mantra oleh Kyai Emban.
Kyai Emban. Matra saat
jamasan pusaka Kanjeng
Kyai Upas hanya
diketahui oleh keturunan
Kyai Emban sehingga
bagi masyarakat awam
tidak dapat mendengar

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

atau mengetahui mantra


tersebut. Pada prosesi
jamasan ini juga tidak
boleh perempuan atau
wanita melihat,
dikarenakan pusaka
tombak Kanjeng Kyai
upas berjenis kelamin
laki-laki atau pria serta
memiliki pusaka tersebut
memiliki watak yaitu
tidak mau dikembari,
tidak mau didahului, dan
tidak mau dipamerkan.
Pada saat prosesi
jamasan juga dilarang
merokok, dan bergurau.
Seluruh kegiatan jamasan
ini berkaitan dengan laki-
laki atau pria, mulai dari
gamelan manggong yang
bersifat maskulin sebagai
pengiring, tidak ada
perempuan atau wanita
yang melihat secara
langsung prosesi
jamasan, pembaca yasin
dan tahlil juga laki-laki
atau pria, dan pusaka
tombak Kanjeng Kyai
Upas sendiri adalah

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

jelmaan sosok laki-laki


atau pria.
6. Connotative sign (tanda konotatif)
Konotasi atau Ideologi maupun Mitos yang terkandung dalam gambar
scene tersebut bahwa kegiatan jamasan pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas
merupakan suatu bentuk pengharapan serta pelestarian kebudayaan. Dari
adanya kegiatan jamasan tersebut selain untuk menyampaikan rasa syukur
yang luar biasa kepada Tuhan karena telah memberikan kekuatan yang luar
biasa kepada pusaka tombak Kanjeng Kyai upas, dikarenakan pusaka
tersebut telah melindungi kabupaten Tulungagung dari mara bahaya sejak
jaman dahulu. Serta permintaan agar terus diberikan kesehatan kepada bapak
Bupati Tulungagung, dan tidak lupa kepada seluruh jajarannya yang ada di
daerah Tulungagung. Serta kesejahteraan NKRI dan keselamatan dari
musibah yang begitu luar biasa Covid-19. Kegiatan pemandin pusaka ini
juga bentuk implementasi penyucian pusaka agar dapat berpengaruh dalam
menjaga Kabupaten Tulungagung.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114

PENUTUP

1.

2.

3.

4.

5.

6.

6.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai pemaknaan yang terkandung di dalam

tanda dan petanda pada ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas. Tanda dan

penanda yang dalam prosesi tersebut merupakan implementasi dari sebuah

kehidupan, hal tersebut dapat dilihat dari tiap prosesi yang memiliki makna

dibaliknya. Bukan hanya gambaran rasa syukur terhadap yang Maha Kuasa

namun juga berkaitan erat dengan sifat manusia untuk bermasyarakat dan

bersosialisasi Ritual Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas bukan hanya sekedar

memandikan pusaka yang dilakukan satu tahun sekali. Tidak hanya sekedar

diiringan dengan gamelan Manggong dan bacaan yasin tahlil. Dalam Ritual

Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas mempunyai makna yang sangat dalam

sehingga dapat dirumuskan menjadi nilai-nilai diantaranya 1) nilai

Ketuhanan/spiritual, 2) nilai berbangsa dan bernegara, dan 3) nilai bermasyarakat,

dimana ketiga nilai ini merupakan dasar atau bekal yang dapat digunakan untuk

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

pegangan hidup di dunia. Manusia harus selalu ingat kepada penciptanya dengan

selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagai masyarakat

yang hidup dalam sebuah negara, maka wajib untuk bersyukur atas kemerdekaan

yang dinikmati dengan cara menjaga antar sesama agar tercipta kehidupan yang

aman, damai, dan sejahtera.

Ritual Jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas juga suatu bentuk

implementasi dan berkitan dengan legenda Baru Klinting versi kabupaten

Tulungagung, dikarenakan beberapa ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas

berkaitan dengan legenda atau legenda Baru Klinting versi kabupaten

Tulungagung. Implementasi tersebut berupa yang harus memandikan adalah laki-

laki dan tidak boleh di lihat perempuan karena jenis kelamin dari tombak tersebut

laki-laki. Serta yang membawa pusaka Kanjeng Kyai Upas adalah Bupati pada

saat ini, hal tersebut adalah implementasi dari Pusaka Tombak Kanjeng Kyai

Upas yang diberikan kepada Bupati Ngrawa.

6.2. Saran

Penelitian terhadap sastra lisan perlu ditingkatkan, sebagai sarana

pendidikan bagi masyarakat luas. Pelestarian sastra lisan melalui penelitian-

penelitian di ruang akademik dapat turut membantu menjaga keberlangsungan

kesenian budaya agar tidak tergerus arus zaman. Dalam hal ini, ritual jamasan

merupakan milik kolektif masyarakat Jawa. Dengan adanya penelitian ini maka

diharapkan agar masyarakat dapat menjaga dan melestarikannya serta mengetahui

ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas yang berkiatan dengan legenda Baru

Klinting. Analisis semiotika pada ritual jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas ini

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

merupakan penelitian awal. Maka dari itu diperlukan penelitian yang lebih

mendalam berkaitan jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas dan pengetahuan

mengenai sastra lisan terkait Baru Klinting.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. R. 2006. Sekolah Lapangan sebagai Instrumen Penyuluhan Pertanian.


Aminuddin. 1998a. Mengenal Keragaman Paradigma Dan Strategi Penelitian
Kualitatif Dalam Bidang Bahasa Dan Sastra. Malang: FPBS HIP
Malang.
. 1998b. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung,
Sinar Baru
Agus Ali Imron. 2016. Sejarah Seni Budaya di Tulungagung Selatan.
Tulungagung: Percetakan Langgeng. Dalam Prosiding Seminar
Membalik Arus Menuai Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Jakarta:
Yayasan Padi Indonesia.
Ari Puji Astuti, “Representasi Perempuan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
Karya Robby Ertanto Studi Analisis Semiotik.” Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2013
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung. (2022). Kabupaten Tulungagung
Dalam Angka 2022. Tulungagung: Badan Pusat Statistik.
https://tulungagungkab.bps.go.id/publication/2022/02/25/9fac7d222feb05
c b1b667f88/kabupaten-tulungagung-dalam-angka-2022.html
Barthes, Roland. 1974. S/Z. Penerjemah Richard Miller. New York: Hill and
Wang, buku asli diterbitkan tahun 1970.
. 1985. Petualangan Semiologi.pustaka pelajar
Brunvand, J. H. 1968. The Study of American Folklore: an Introduction. New
York: W.W. Norton & Co. Ltd.
Danandjaja. James. 1984. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta, Indonesia: PT Pustaka Utama.
. 2002. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Grafiti.
Danesi, Marcel. 2000. Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and
Communications. University of Toronto Press Incorporated Toronto:
Buffalo London.
Deddy Mulyana. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT Remaja
Rosdakarya.

117
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dwi dkk. 2019. Istilah-Istilah Sesaji Ritual Jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimat
Di Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Jurnal Sastra Indonesia.
Semarang Indonesia.
Handayani Pipit. 2020. “Menimbang Kekayaan “Legenda Baruklinting” Sebagai
Bahan Ajar Pada Pembelajaran Sekolah Dasar Di Kabupaten
Semarang”. Media Informasi Penelitian Kabupaten Semarang. Volume 3
| Nomor 1. Juni 2020. Semarang Indonesia
Satoto Budi Heru. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Hutomo, S. S. 1991. Pengantar Studi Sastra. Jawa Timur: Himpunan Sarjana
Kesusastraan Indonesia.
Koentjaraningrat. 1967. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian
Rakyat.
. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Larasati Hening dkk. “Fungsi Legenda “Asal-Usul Telaga Ngebel” Bagi
Masyarakat Desa Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur”. Karya
IlmiahUniversitas Muhammadiyah Malang. 2021
Lutfia, Fastrana. 2021. Upacara Jamasan Pusakan Kanjeng Kyai Upas di
Tulungagung dalam perspektif Islam. Jurnal Integrasi dan Harmoni
Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, Malang Jawa Timur
Malinovski, B. 1961. Magic, Science, and Religion and Other Essays. New York:
Doubleday.
Maini Trisna Jayawati, Atisah, Ni Nyom an Subardini, Legenda Rakyat Dan
Obyek Pariwisata Di Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2003).
Mulyono. 2008 “Apresiasi Masyarakat Terhadap Film Islami Ayat-Ayat Cinta
(AAC).” El Harakah Jurnal Budaya Islam. vol.10, No. 2,Mei-Agustus
2008.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Mallinowski, P. 2003. Semiotika
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nanda F. 2010. Istilah-Istilah Sesaji Upacara Tradisional Jamasan Pusaka Di
Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (Suatu Kajian Etnolinguistik).
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta Indonesia.
Pramoedya Ananta Toer. 2000. Drama Mangir. Kepustakaan Populer Gramedia.

118
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jakarta Indonesia.
Supanggah dkk. 2002.Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta
Sartini, N. W. 2011. Tinjauan teoritik tentang semiotik. Surabaya: Jurnal on-line
Unair.
Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sutarto. 1997. Legenda Kasada dan Karo Orang Tengger Lumajang. Jakarta:
Universitas Indonesia,
Sobur. 2015. Semiotika Roland Barthes. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.
__________. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka
Setia. 2016. Upacara Adat Jamasan Kyai Upas Tulungangung. Jawa Timur:
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya.
Supriandi. 2017 “Buku Komik Baru Klinting (Legenda Rawa Pening Kabupaten
Semarang)” Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Sovia dkk. 2020. Kajian Semiotika Charles Sanders Pierce: Relasi Trikotomi
(Ikon, Indeks Dan Simbol) Dalam Cerpen Anak Mercusuar Karya
Mashdar Zainal. Jurnal Unja.ac.id. Universitas Jambi. Jambi
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan dan Kebudayaan Madani Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Warisan Budya Takbenda Indonesia.2016. Upacara Adat Jamasan Kyai Upas
Tulungangung.(https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?
newdetail&detail Catat=6767). Diakses Maret 2022
Wicaksono, A. (2012). Lakon sebagai Media Transformasi Penyampaian Pesan
Sosial dalam Pertunjukan Wayang Orang. Journal of Urban Society’s
Arts, 12(2).
Willian Ciputra. Kesejarahan Kabupaten Tulungagung.
(https://surabaya.kompas.com/) Diakses Februari 2022
Winarto.2022. Rekamanan Wawancara Pribadi. Tulungagung. 120 menit
Winarto.2022. Jamasan Pusaka Kanjeng Kyai Upas. Tulungaung. 60 menit
Welfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Wiraatmadja. 2006. Karakteristik Penelitian Kualitatif. (online): Diakses 3
Maret 2022

119
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Yayasan SastraLestari. 1997. Kamus Bahasa Jawa


(https://www.sastra.org/leksikon) Diakses Desember 2022.

120
SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR
MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN

1. Data Informan I

Nama : Winarto

Umur : 60 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Juru Kunci Pusaka Kanjeng Kyai Upas

Alamat : Jayeng Kusuma, Trimulyo, Ngujang, Kec.Kedungwaru,

Kabupaten Tulungagung.

Data Informan II

Nama : Dayahtin

Umur : 64 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Juru Masak dan Abdi Pusaka Kanjeng Kyai Upas

Alamat : Jl. Urip Sumoharjo Kepatihan, Kec. Tulungagung, Kabupaten

Tulungagung

Data Informan III

Nama : Kamari

Umur : 85 tahun

Agama : Islam

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tukang Kajad

Alamat : Dusun Cabe, Cabe, Bendo, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten

Tulungagung

2. Data Bupati Kabupaten Tulungagung

Periode Kadipaten Ngrowo di


Kalangbret
No Nama Periode
1. Kyai Ngabehi Mangundirono 1

2. Tondowidjojo 2

3. R.M. Mangun Negoro 3

Periode Kadipaten Ngrowo di

Tulungagung

Mulai Akhir Prd


No Nama Wakil.
Jabatan Jabatan .

4. R.M.T. 1824 1830 4


Pringgodiningrat
5. R.M.T. Djajaningrat 1831 1855 5

6. R.M.A 1856 1864 6


Soemodiningrat
7. R.T. Djojoatmojo 1864 1865 7

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8. R.M.T. 1865 1879 8


Gondokoesomo
9. R.T Soemodirjo 1879 1882 9

10. R.M.T. 1882 1895 10


Pringgokoesomo
11. R.T Patowidjojo 1896 1901 11 Tid

ak

Ad

Periode Kabupaten
Tulungagung
Mulai Akhir
No Nama Prd Wakil
Jabatan Jabatan

12. R.T. Cokroadinegoro 1902 1907 12

13. R.P.A. Sosrodiningrat 1907 1943 13


Tidak
14. R. Djanoeismadi 1943 1945 14 Ada

15. R. Moedajat 1945 1947 15

16. R. Mochtar 1947 1950 16

Prabu

Mangkunegoro

17. R. Moestopo 1951 1958 17

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18. S. Dwidjosoeparto 1958 1960 18

19. Kasran 1958 1959 19

20. R. Soeryokoesomo 1959 1960 20

21. M. 1960 1966 21

Poegoeh

Tjokrosoemarto
22. R. Soendarto 1966 1968 22

23. Letkol (U) Soenardi 1968 1973 23

24. Letkol 1973 1978 24

(Inf.)

Martawisoeroso
25. Singgih 1978 1983 25

26. Drs. Moh. Ch. 1983 1987 26


Poernanto Tidak
27. Drs. H. Jaifudin Said 1987 1999 27 Ada

28. Drs. Budi Soesetyo 1999 2003 28

29. Ir. Heru Tjahjono, 2003 2008 29


MM.
2008 2013 30 Moha

mma

Athiy

ah,

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SH

30. Syahri Mulyo, S.E. 2013 2018 31 Ma

ryo

to

Bir

ow

31. Jarianto Februari April 2018

2018
(Pejabat Sementara)

32. Indra Fauzi Mei 2018 September Ma

2018 ryo
(Pelaksana Harian)
to

Bir

ow

33. Drs. H. Maryoto 25 13

Birowo, M.M. September Agustus

2018 2019

13 Agustus Petahana Gat

2019 ut

Sun

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Wi

bo

wo

3. Dokumentasi penelitian

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

GLOSARIUM

Ambeng Jangan Menir : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi gurih

diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di

sekelilingnya dan memiliki lauh sayur bening.

Disajikan untuk para

lelembut

Ambeng Jemuan : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi gurih

diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk dan

memiliki filosofi untuk mengumpulkan para sodara.

Ambeng Maes Agung : Hidangan khas Jawa lengkap dengan aneka sayur

mayur dan sayur ayam lodho, ukuran tumpeng paling

besar diantara yang lainnya dan jamuannya paling

lengkap.

Ambeng Panang Ayam : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi gurih diletakan

di atas tampah dan diberi lauk ayam.

Ambeng Sega Golong : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi gurih

diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di

sekelilingnya, berjumlah Sembilan sesuai dengan

jumblah lubang

manusia.
Ambeng Sega Gurih : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi gurih

diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di

sekelilingnya.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ambeng Sega Kokoh : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi lawar

diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di

sekelilingnya, berjumlah Sembilan sesuai dengan

jumlah lubang manusia.

Ambeng Siram Tuwuh : Hidangan khas Jawa yang isinya nasi gurih

diletakkan di atas tampah dan diberi lauk pauk di

sekelilingnya. Bermakna untuk nyambung tuwuh

atau memberikan berkat kepada pemilik acara.

Ayam Abang Mulus : Merupakan ras ayam lokal yang memiliki bulu merah

serta tidak memiliki organ dalam berwarna merah.

Ayam Cemani : Merupakan ras ayam lokal yang telah dikembangkan

di Papua dan Jawa sejak Abad ke-12. Ayam Cemani

dominan yang menyebabkan hiperpigmentasi, yang

membuat ayam-ayam ini kebanyakan berwarna

hitam, termasuk bulu, paruh, dan organ dalam.

Ayam Mas Kumambang Ayam berwarna putih mulus, dengan warna bulu
Putih Mulus :
putih mulus yang mengkilat. Merupakan salah satu

unggas asli dari Indonesia. Memiliki bulu berwarna

putih, lingkar mata yang putih, paruh putih, dan juga

kaki yang putih. Ayam putih mulus sudah sangat

langka keberadaanya.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Ayam Sangga Buwan : Ayam Jago yang tidak memiliki cacat dan berkualitas

bagus.

Ayam Tulak : Ayam Tulak mempunyai ciri khas bulu warna putih

dan punggung berwarna hitam. Salah satu agama asli

bangsa Indonesia khususnya di Jawa yaitu agama

Kapitayan sering munggunakan Ayam Tulak ini untuk

acara ritual, makan bersama.

Ayam Walik : Ayam Walik atau Ayam Rintit merupakan ayam lokal

yang mempunyai penampilan bulu keriting kearah

depan atau belakang, sehingga permukaan kulit

tubuhnya terlihat jelas. Ayam jenis ini banyak ditemui

di kabupaten bogor dan Sukabumi.

Buceng Emas : Makanan berbentuk kerucut terbuat dari beras dan

diberikan gula.
Buceng Gandik :
Makanan berbentuk lonjong dilapisi dengan dadaran

telur.

Buceng Gundik : Makanan berbentuk lonjong dilapisi dengan dadaran

telur.

Buceng Kendit : Makanan berbentuk kerucut terbuat dari beras dan

sekelilingnya di berikan warna merah atau coklat

mirip dengan centing.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Buceng Kuat : Makanan berbentuk terbuat dari beras ketan.

Filosofinya adalah agar yang memiliki hajat berasa

kuat dan sehat.

Buceng Perak : Makanan berbentuk kerucut terbuat dari beras serta

berwarna putih.

Buceng Robyong : Makanan berbentuk kerucut biasanya berjumblah

tujuh buah dan didalamnya terdapat kembang boreh,

sayur mentah, ketupat luar, iwel-iwel, dan gula

gimbal gula grengseng.

Buceng Tutul : Makanan berbentuk kerucut biasanya diberi warna

loreng-loreng sebagai penolak bala.

Gedhong Pustaka : Merupakan tempat atau kediaman untuk

menyimpang pusaka.

Jadah : Makanan bahan olahan dari ketan ini dengan

campuran kelapa rasanya gurih.

Jenang Kawah : Jenang yang terbuat dari ketan dan gula merah yang

dimasak di tungku kawah.

Jenang Kawah : Jenang yang terbuat dari ketan dan gula merah yang

dimasak di tungku kawah.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jenang Kawah : Jenang yang terbuat dari ketan dan gula merah yang

dimasak di tungku kawah.

Jenang Monco Warno : Jenang mancawarna atau jenang banyak warna'.

Jenang mancawarna yang juga dikenal dengan nama

jenang pepak ‘jenang lengkap' merupakan salah satu

nama jenang dalam sesaji selamatan daur hidup

masyarakat Jawa.

Kacang Brol : Adalah kacang tanah merupakan tanaman anggota

suku Leguminosae yang dibudidayakan, serta

menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah

kedelai di Indonesia.

Kajeng : Merupakan kayu dalam bahasa Jawa krama

Kanjengan : Tempat penyimpanan tombak Kanjeng Kyai Upas

Kyai : Kiai atau Kyai, adalah gelar dalam masyarakat Jawa

yang dapat diartikan sebagai seseorang atau benda

yang sangat dihormati dan disakralkan

Kyai Emban : Sebutan seorang yang merawat dan menjaga Tombak

Kanjeng Kyai Upas

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR MAHARANI


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Landhean : Adalah batang tubuh tombak Kanjenng Kyai Upas

Marisan : Senjata tajam atau sering di sebut sebagai pisau.

Ngrowo : Nama sebuah daerah sebelum Kabupaten

Tulungagung terbentuk

Nyi : Sebutan bagi istri (nyonya) dari kyai

Paprentahan : Pemerintah

Pala Kependem : Pala pendem merupakan salah satu sajian, selain

Jenang sengkala. Yakni bubur beras yang di


tengahnya diberi gula merah. Sesuai namanya,

digunakan sebagai perlambangan tolak bala.

Praja Majapahit : Kerajaan Majapahit

Pungkasaning : Artinya tembung Pungkasan, yaiku yang terakhir,

keri dewe, paling belakang.

Sarana Mulya : Adalah seluruh perlengkapan yang diperlukan pada

prosesi jamasan

Sura : Nama bulan dalam jawa

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
[Type here] [Type here] [Type here]
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tlatah Mataram : Daerah atau suatu tempat berupa daratan di Mataram

Wajik : Wajik yang biasa di kenal masyarakat luas adalah wajik


yang berasal dari ketan. Wajik ketan terbuat dari beras
ketan yang dikukus kemudian dimasak dengan
campuran santan dan gula hingga berminyak dan terasa
lembut
Waluh : Waluh (Cucurbita) mencakup sekelompok tumbuhan

merambat anggota suku labu-labuan (Cucurbitaceae)

penghasil buah konsumsi berukuran besar bernama

sama. Tumbuhan ini berasal dari benua Amerika,

tetapi sekarang menyebar di banyak tempat yang

memiliki iklim hangat.

SKRIPSI LEGENDA BARU KLINTING… NOVIAR


MAHARANI
[Type here] [Type here] [Type here]

Anda mungkin juga menyukai