Anda di halaman 1dari 20

I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................

BAB II PEMBASAN
2.1 Potret Pekembangan hukum Islam di Indonesia.................................
2.2 Hukum Islam dan Perkembangan Sosial............................................

BAB III PENUTUP

2.1 Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiamana Potret perkembangan hukum islam di Indonesia?

2. Bagaimanakah Eksistensi Hukum Islam dan Perubahan Sosial?

2.1 Tujuan

1. Agar pembaca bisa memahami tentang potret perkembangan hukum islam

di Indonesia.

2. Agar pembaca bisa memahami tentang eksistensi Hukum Islam dan

Perubahan Sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Potret Pekembangan hukum Islam di Indonesia


A. Sebelum kemerdekaan
1. Birokrasi keagamaan
Oleh karena penyebaran islam di Indonesia pertama-tama
dilakukan oleh pedagang, pertumbuhan komunitas Islam bermula di
berbagai pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra, Jawa, dan Pulau
lainnya. Kerajaan-kerajaan Islam yang pertama berdiri juga di daerah
pesisir. Demikian hanya dengan kerajaan Samudra Pasai, Aceh, Demak,
Banten, Cirebon, Ternate, dan Tidore. Dari sana kemudian, Islam
menyebar ke daerah-daerah setempat. begitu pula yang terjadi di Sulawesi
dan Kalimantan menjelang akhir abad ke 17, pengaruh Islam sudah hampir
merata di berbagai wilayah penting bagi Nusantara.

Ibnu Batuthah menceritakan, sultan kerajaan Samudra Pasai,


Sultan Al-malik Al-zahir, dikelilingi oleh ulama dan mubaligh islam, dan
raja sendiri sangat menggemari diskusi mengenai masalah-masalah
keagamaan. Raja-raja Aceh mengangkat para ulama menjadi penasihat dan
pejabat dibidang keagamaan. Sultan Iskandar Muda (1067-1636M)
mengangkat Syeh Samsyudin Al-Sumatrani menjadi muftih (qodhi
Malikul Adil) kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Tsani (1636-1641M)
mengangkat Syaikh Nuruddin Al-Raniri menjadi mufti kerajaan dan
Sultan Saefudin Syah mengangkat Syeh Abdurrauf Singkel menjadi
Ulama.

Kedudukan ulama sebagai penasihat raja, terutama pada bidang


keagamaan juga terdapat dikerajaan islam-islam lainnya seperti di demak
dan ternate.

3
2. Ulama’ dan Ilmu-ilmu keagamaan.
Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan islam di Indonesia
terutama terletak di pundak para ulama. Paling tidak, ada dua cara yang
dapat dilakukannya. Pertama, membentuk kader kader ulama yang akan
bertugas sebagai muballig ke daerah-daerah yang lebih luas. kedua,
melalui karya-karya yang tersebar dan dapat dibaca berbagai tempat yang
jauh, karya tersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-
ilmu keagamaan di Indonesia pada masa itu.

Ilmuan muslim terkenal di Indonesia anatara lain:


1. hamzah al fansuri yaitu seorang tokoh sufi terkemuka yang berasal
dari fansor (barus) sumatera utara.
2. Syamsuddin Al-Sumatrani yaitu pengarang buku mir’atul
mu’minin yang berisi tanya jawab tentang ilmu kalam
3. Arsitek Bangunan
Oleh karena perbedaan latar belakang buday, arsitektur bangunan-
bangunan islam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di dunia islam
lainnya.hasil-hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan
perkembangan Islam di Indonesia antara lain masjid-masjid kuno demak,
masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, dan daerah-daerah lainnya.

Beberapa masjid kuno mengingatkan kita kepada seni bangunan


candi, yang menyerupai bangunan meru pada zaman Indonesia Hindu.
Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung pola kalamakra, mihrab,
bentuk beberapa mustaka atau memolo menunjukkan hubungan erat
perlambang meru, kekayaan gunungan atau gunung tempat dewa-dewa
yang dikenal dalam cerita kegamaan hindhu.

B. Kemerdekaan
1. Departemen Agama
Setelah Sebagaimana telah disebutkan sejak awal kebangkitan
nasional, posisi agama sudah mulai dibicarakan dalam kaitannya dengan
politik atau Negara. Ada dua pendapat yang didukung oleh dua golongan

4
yang bertentangan tentang hal itu. satu golongan berpendapat, Negra
Indonesia merdeka hendaknya merupakan sebuah Negara “sekuler”,
Negara yang dengan jelas memisahkn persoalan agama dan politik,
sebagaimana diterapkan di Negara Turki oleh Mustafa Kamal. Golongan
lainnya berpendapat, Negara Indonesia merdeka adalah “Negara Islam”.
Kedua pendapat itu terlihat misalnya, sebelum kemerdekaan, dalam
polemik antara Soekarno dengan Agus Salim, kemdian dengan M.
Natsir diakhir tahun 1930-an dan awal 1940-an; diskusi dan perdebatan
didalam siding-sidang BPUPKI yang menghasilkan Piagam Jakarta.
Setelah kemerdekaan, persoalan itu juga terangkat kembali didalam
sidang-sidang konstituante hasil pemilihan umum 1955 M yang berakhir
dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yaitu kembali kepada UUD
1945.1

Departemen Agama (dulu namanya Kementerian Agama) didirikan


pada masa Kabinet Syahrir yang mengambil keputusan tanggal 3 januari
1946 untuk memberikan sebuah konsesi kepada kaum Muslimin. 2Menteri
agama pertama adalah M. Rasyidi yang di angkat pada tanggal 12 maret
1946. Usaha untuk mendirikan departemen itu mulanya mendapat
halangan dari para perumus UUD 1945, ketika PPKI mengadakan rapat
tanggal 19 Agustus 1945. Akamn tetapi, Komite Nasional, K.H. Saleh
Su’adi, dan M. Sukoso Wirjosaputro, kesemuanya adalah anggota KNIP
dari daerah banyumas. Usul Indonesia Pusat (KNIP), pada tanggal 11
November 1945 mengusulkan pendiriannya. Usul itu diprakarsai oleh
K.H. Abudardiri itu mendapat dukungan dari M. Natsir, Dr. Muwardi, Dr.
Marzuki Mahdi dan M. Kartosudarmo (semuanya anggota KNIP) dan
disetujui oleh badan legislatif tersebut.3

1
Dr. Badri Yatim, M.A, Penyunting H.A. Hafiz Anshari AZ, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993, cetakan ke-26, mei 2015), hlm.
306
2
B. J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grafitipers, 1985,
cetakan pertama), hlm. 110
3
Ibid, hlm. 307

5
3.pendidikan

Sebagimana telah disebutkan, salah satu tugas penting yang


dilakukan Departemen Agama adalah menyelenggarakan, membimbing,
dan mengawasi pendidikan agama, Lembaga-lembaga pendidikan islam
sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak zaman penjajahan
Belanda. Salah satu bentuk pendidikan islam tertua di Indonesia adalah
pesantren yang tersebar berbagai pelosok. Tidak ada hubungan antara satu
dengan yang lain. Lembaga ini dipimpin oleh seorang ulama atau kyai.
Dengan berkembangnya pemikiran pembaharuan dalam islam di awal
abad ke-20, persoalan adminitrasi dan organisasi pendidikan mulai
mendapat perhatian beberapa kalangan atau organisasi.4
Yunus
Haji Mahmud , seorang lulusan Kairo yang di zaman Belanda
memimpin Sekolah Normal Islam di Padang, menyusun rencana
pembangunan pendidikan islam. Ketika itu, ia mengepalai seksi islam dari
Kantor Agama Provinsi. Dalam rencananya, Ibtidaiyah selama 6 tahun,
Tsanawiyah pertama 4 tahun, dan Tsanawiyah atas 4 tahun. Gagasan ini
dilaksanakan di Lampung (waktu itu keresidenan) 1948. Mahmud Yunus
juga menyarankan agar pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah
“umum” yang disetujui oleh komperensi pendidikan se-Sumatera di
Padang Panjang, 2-10 Maret 1947.5

Berkenaan dengan perguruan tinggi islam, kaum Muslimin di


Indonesia sejak awal sudah berpikir untuk membangunya. Mahmud Yunus
membuka Islamic College pertama tanggal 9 Desember 1940 di padang,
yaitu terdiri dari Fakultas Syariah dan Fakultas Pendidikan dan Bahasa
Arab. Tujuanya adalah, untuk mendidik ulama.

. Dengan demikian, ia dapat memberi contoh tentang perkembangan


universitas-universitas islam di Indonesia. Ia bermula di awal tahun 1945, di saat
masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta. Sebuah
Universitas Islam Indonesia (UII) adalah perguruan tinggi islam pertama yang
4
Ibid, hlm. 309
5
Ibid, hlm. 310

6
memiliki fakultas nitia persiapan di bawah pimpinan Mohammad Hatta, wakil
presiden RI pertama, mengerjakan rencana pelaksanaanya. Perguruan tinggi
islam yang khusus terdiri dari fakultas-fakultas keagamaan mulai mendapat
perhatian kementrian Agama pada tahun 1950. rian Agama. 6

Pada tanggal 12 Agustus 1950, fakultas Agama di UII dipisahkan dan


di ambil alih oleh pemerintah dan pada tanggal 26 September 1951 secara resmi
di buka perguruan tinggi baru dengan nama Perguruan Tinggi Agama Islam
Negri (PTAIN) di bawah pengawasan Kemente
3.Hukum islam

Keberadaan lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka


adalah kelanjutan dari masa kolonial Belanda. Pada masa Jepang,
pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka
jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi adminitrasinya tidak segera
dapat diperbaiki. Para hakim Islam tampak ketat dan kaku, karena hanya
berpegang pada mazhab Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-
undang yang seragam yang dapat di jadikan pegangan para hakim dan
Pengadilan Agama didominasi oleh golongan tradisonalis. 7

Pelaksanaan hukum islam di Indonesia, meskipun demikian, tetap


saja masih sulit dilakukan, karena belum ada kompilasi, apalagi kodifikasi
hukum islam yang dapat dijadikan pegangan. Peraturan-peraturan hukum
islam yang dijadikan hukum terapan pada Badan Pengadilan Agama masih
terpencar di dalam berbagai kitab fiqih klasik yang jumlah sangat banyak.
Oleh karena itulah, dalam Repelita IV Bab Hukum ditentukan bahwa
Badan Peradilan Agama harus disempurnakan dalam pelita IV. Untuk itu,
pada tanggal 21 maret 1984 diterbitkan surat keputusan bersama (SKB)
antara Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama yang menetapkan
terbentuknya sebuah panitia dengan tugas menangani pelaksanaan
kompilasi. 8

6
Ibid, hlm. 312-313
7
Ibid, hlm. 315
8
Ibid, hlm. 316

7
2. Haji
Indonesia termasuk negeri yang banyak mengirim jamaah haji. Di
masa penjajahan tahun kemuncak ialah tahun 1926/1927 ketika sekitar
52.000 orang pergi ke Makkah. Sejakn awal 1907-an, banyak para pejabat
tinggi pemerintah, termasuk menteri, yang tidak ketinggalan berangkat ke
tanah suci. Bahkan, dari kalangan merekalah amir al-hajj (pemimpin
jamaah haji) Indonesia ditunjuk. Semejak zaman penjajahan Belanda,
umat Islam Indonesia ingin mempunyai kapal laut untuk dipergunakan
dalam penyelenggaraan perjalanan haji. Iuran di kumpulkan, saham
diedarkan, tetapi selama zaman jajahan, keinganan ini tidak terwujud.
Setelah Indonesia merdeka, usaha ini dilanjutkan.9

Pada tahum1950, sebuah yayasan, yaitu Yayasan Perjalanan Haji


Indonesia, didirikan di Jakarta. Pemerintah memberikan kuasa kepada
Yayasan itu untuk menyelenggarakan perjalanan haji. Sebuah bank, Bank
Haji Indonesia (MUSI) didirikan. Tetapi sepuluh tahun kemudian,
perusahaan MUSI ini masih saja bertindak sebagai agen dalam mancarter
kapal dari perusahaan asing; MUSI tidak mempunyai kapal sendiri. Cara
ini ditempuh sampai tahun 1962. Ketika MUSI dibekukanoleh pemerintah,
mungkin sekali karena pertimbangan politik. Setahun sebelumnya, pada
tahun 1961, Petugas Haji Indonesia (PHI) yang bertugas memberikan
kemudahan-kemudahan naik haji, juga dibubarkan karena banyak anggota
PHI adalah anggota masyumi, partai yang telah dibubarkan.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan, pemerintah menyediakan


Tim Pembimbing Haji Indonesia (TPHI), Tim Pembimbing Haji Daerah
(TPHD), Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), dan Tim Kesehatan Haji
Daerah (TKHD). Di samping, masih merasa perlu untuk mengangkat Tim
itu pemerintah Pembimbing Ibadah Haji (TPIH). Sesuai aspirasi sebagian
masyarakat, sejak awal tahun1980-an, dikenal adanya Ongkos Naik Haji

9
Ibid, hlm. 317

8
(ONH) plus, yang tentu berbeda dengan ONH biasa dalam hal pelayanan,
karena n” pelayanan itu, maka biayanya juga mahal dari ONH biasa.10

3. Majelis Ulama Indonesia


Di samping Departemen Agama, cara lain pemerintah Indonesia
dalam menyelenggarakan administrasi Islam ialah mendirikan Majelis
Ulama. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan
Soekarno. Di Jawa Barat berdiri pada tanggal 12 Juli 1958, diketuai oleh
seorang panglima militer. Setelah keamanan sudah pulih dari
pemberontakan DI-TII tahun 1961, Majelis Ulama ini bergerak dalam
kegiatan-kegiatan di luar persoalan keamanan, seperti dakwah dan
pendidikan.

Majelis-majelis Ulama di provinsi lain didirikan jauh kemudian,


yaitu setelah majelis pusat berdiri pada bulan Oktober 1962, sesuai dengan
keinginan dan instruksi pemerintah pusat. Pada tanggal 8 September 1969,
di Jakarta didirikan Pusat Dakwah Islam Indonesia (PDII) yang
merupakan badan setengah resmi. Dalam tahun 1975, usaha-usaha dimulai
untuk mendirikan majelis ulama yang baru. Majelis-majelis ulama di tiap
ibu kota provinsi dibentuk atau bagi yang masih aktif diteruskan dalam
rangka pembentukan majelis ulama yang baru.

Sementara itu, di Jakarta dibentuk panitia Musyawarah Nasional I


Majelis Ulama seluruh Indonesia. Musyawarah itu sendiri dilangsungkan
pada tanggal 21-27 Juni 1975, dihadiri oleh wakil-wakil Majelis Ulama
provinsi. Ketika itulah majelis ulama yang baru dinyatakan berdiri dengan
nama Majelis Ulama Indonesia. Piagam berdirinya ditandatangani oleh 26
orang ketua-ketua Majelis Ulama Daerah Tingkat I, 10 orang ulama unsur
organisasi Islam tingkatb pusat, 4 orang ulama Dinas Rohani Islam AD,
AU, AL dan POLRI, dan 13 orang ulama yang diundang secara
perorangan.11

10
Ibid, hlm. 318-319
11
Ibid, hlm. 320-322

9
Majelis Ulama telah menerbitkan buku-buku kecil yang berkenaan
dengan tuntunan bagi umat Islam dalam berbagai persoalan kehidupan.
Majelis Ulama juga menerbitkan majalah bulanan yang bernama Mimbar
Ulama. Di akhir tahun 1991, Majelis Ulama Indonesia menerbitkan buku
Sejarah Umat Islam Indonesia, yang disunting oleh Taufik Abdullah.12

C. Tokoh tokoh pemikiran hukum islam di indonesia


Di Indonesia cukup berkembang pemikiran hukum islam ada beberapa
tokoh yang tidak di ragukan lagi.
1. Hasbi ash-siddiqie
Muhammad hasbi dilahirkan pada tanggal 10 maret 1904 di
lhokseumawe, aceh utara. Ibunya bernama tengku amrah putri tengku
abdul aziz pemangku jabatan qadhy chik maharaja mangkubumi. Ayahnya
bernama al-haj tengku muhammad husein bin muhammad su'ud. Hasbi
adalah keturunan ke 37 dari abu bakar as-siddiq sehingga atas saran syeikh
muhammad bin salim al kalali seorang ulama berdarah arab mukim di
aceh, hasbi menggunakan sebutan ash-siddiq di belakang namanya sebagai
nama keluarganya.

Hasbi mengamati sampai tahun 1961, ulama di negeri ini belum


mampu melahirkan fiqh kepribadian di indonesia. Menurutnya, salah satu
yang menjadi penghambat adalah adanya ikatan emosional yang begitu
kuat terhadap mazab yang dianut oleh umat islam. Menurut hasbi.
Persoalan ini cukup mendesak sebab apabila pengembangan fiqh di
indonesia tidak berangkat dari perkalangan perguruan tinggi maka untuk
memperkenalkan hukum islam secara kohesif kepada masyarakat akan
gagal. Sebagai konvekuensi lebih lanjut, hukum islam barangkali hanya
akan dikenal sebagai dimensi ibadah saja, dan itupun tidak lengkap.
Sementara dimensi dimensi lainnya akan hilang, tenggelan didalam masa.
(81) ibid halm 7 (footnotenya)

12
Ibid, hlm.323

10
Memerhatikan tradisi (adat, urf) setempat sebagai acara
pembentukan sebuah format pemikiran hukum islambaru, dalam
pengamatan hasbi menjadi suatu keniscayaan. Syariat islam mengandung
asas persamaan. Egalitarianisme islam memandang semua masyarakat
adalah masa di hadapan allah. Konsekuensinya semua urf dari setiap
semasyarakat islam. Tidak hanya urf dari masyarakat arab saja yang
menjadi sumber hukum. Dengan demikian, semua urf dalam batas batas
tertentu akan selalu dapat di terima sebagai hukum islam. Dari titik ini,
pembentukan fiqh di indonesia harus memperhitungkan urf yang
berkembang di indonesia.

2. Hazairin
Berbeda dengan pandangan hasbi yang menginginkan membentuk
fiqh indonesia menggunakan dengan semua mahzab hukum yang ada
(mukaramah al-mazhahib) sebagai bahan dasar dan sumber materi
utamanya, hazairin justu menginginkan membentukan fiqh mahzab
nasional ini dengan titik berangkat hanya dari perkembangan mahzab
syafi'i. Pandangan hazairin ini adalah lebih didasarkan oleh kenyataan
bahwa mahzab syafi'i telah semakin lama dianut oleh masyarakat islam
diindonesia sehingga karekternya bisa dikatakan paralel nilai-nilai adat
indonesia. Selain itu, bagi hazairin eksistensi hukum adat tidak bisa
dikesampingkan begitu saja didalam proses pembuatan hukum islam di
indonesia (84) ibid hlm 77

Penggunaan ilmu kotemporer ( antropologi) sebagai kerangka


acuan tambahan dalam pola kerja hukum islam menurut hazairin, ternyata
telah membuat usul fiqh yang disingkirkan. Pendekatan yang tidak lazim
ini menjadi problem sendiri dan bila dikatakan faktor penyebab mengapa
pemikiran hazairin ini kurang memdapatkan respon positif dan
proporsional dari masyarakat luas.

Usaha untuk merekonsitruksi formal fiqh baru, menurut pandangan


hazairin, dapat di mulai tafsir otentik atas alquran. Dalam analisis dan hasil

11
temuan hazairin yang dilakukan oleh al-yasa abu bakar, dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakter sumber-sumber hukum islam, yakni sunnah,
ijma', qiyas memungkinkan untuk digugat hasil ijtihatnya.

Oleh karena itu, hazairin coba menawarkan pola penafsiran baru


atas alquran. Yaitu, dengan menginkorporasikan ke ilmuan modern, hal ini
dalam antropologi, ke dalam proses penafsiran, serta memberikan
prasangka sebelum memulai pekerjaan. Pola penafsiran baru ini tentu
mempunyai konsekuensi tersendiri terkait dengan pola-pola penafsiran
mainstream yang selama ini berkembang. Penafsiran hazairin ini
mengosekuensikan adanya penyelerasan ayat-ayat alquran (tentang waris)
dengan hadis nabi, dan pencarian arti kata kunci dalam alquran dengan
alquran sendiri.

3.2 Hukum Islam dan Perkembangan Sosial

Hukum Islam
Hukum islam adalah gabungan dari dua kata,yaitu hukum dan syari. Kata
hukum diadopsi dari kosakata bahasa arab yang secara bahasa berarti
memutuskan,menetapkan dan menyelesaikan .sedangkan ,kata syari secara bahasa
berarti jalan yang biasa dilalui oleh air. Maksudnya adalah jalan yang dilalui manusia
untuk menuju kebahagiaan dunia akhirat.untuk semua umat yang beragama islam. 13

Dengan demikian ,kata hukum islam dapat diartikan sebagai seperangkat


peraturan berdasarkan ketentuan allah tentang tingkah laku manusia yang diakui dan
diyakini dan mengikat

Pembagian hukum islam

Mengacu kepada definisi yang telah diungkapkan pada bagian


sebelumnya,menunjukkan bahwa hukum islam itu tidak hanya satu macam
saja.sebab,hukum itu adakalanya bersangkutan dengan perbuatan mukalaf dari
perintah atau segi diperintah memilih atau dari segi ketetapanya.para ulama memberi
istilah terhadap nama hukum yang bersangkutan dengan perbuatan mukalaf dari segi

13
Suyatno,dasar-dasar ilmu fiqih dan ushul fiqh (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011),hlm.109

12
perintah memilih atau berupa ketetapan itu dengan nama hukum taklifi (hukum
tuntutan).

Lalu kepada hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukalaf dari segi ketetapan
dengan sebutan hukum wadhi.jadi hukum islam dibagi menjadi dua yaitu:

1.Hukum taklifi

Hukum yang menjelaskan perintah,larangan dan pilihan untuk menjalankan


atau meninggalkan suatu kegiatan /pekerjaan.hukum taklifi terbentuk tuntutan dan
pilihan.dari segi apa yang dituntuthukum taklifi dibagi menjadi dua yaitu tuntutan
untuk memperbuat dan tuntutan untuk meninggalakan,sedangkan dari bentuk tuntutan
juga terbagi menjadi dua yaitu tuntutan secara pasti dan tuntutan secara tidak pasti.dari
keterangan itu hukum taklifi dibagi menjadi lima yaitu:

a.wajib
Tuntutan untuk memperkuat secara pasti dengan artiharusdiperbuat
sehingga orang-orang yang memperbuat patut diberi ganjaran dan tidak dapat
sama sekali ditinggalkan sehingga orang yang meninggalkan patut mendapat
ancaman allah
b.sunah
tuntutan untuk memperbuat secara tidak pasti dengan arti perbuatan itu
dituntut untuk dilakukan.terhadap yang melakukan berhak mendapatkan pahala
tetapi bila ditinggalakan tidak menyebabkan ia berdosa.
c.mubah
dalam hal ini sebenarnya tidak ada tuntutan baik mengerjakan
maupunmeninggalakan.bila seseorang mengerjakan ia tidak diberi ganjaran dan
tidak pula ia dapat ancaman.
d.makruh
tuntutan untuk meninggalkan atau larangan secara tidak pasti dengan arti
masih mungkin ia tidak meninggalkan larangan itu.apa yang dituntut untuk
ditinggalkan dengan tuntutan yang tidak tegas dimana pelakunya tidak akan
disiksa sementara meninggalkan lebih baik,terpuji dan akan diganjar oleh allah.
e.haram
tuntutan untuk meninggalkan secara pasti dengan arti yang dituntut harus
meniggalkanya.bila seseorang meninggalkanya berarti ia telah patuh kepada yang

13
melarang karena ia berhak mendapatkan pahala.orang yang tidak meninggalkan
larangan berarti ia menyalahi tuntutan allah sehingga mendapatkan dosa.

2.hukum wadh’i

Hukum wadh’I adalah hukum yang mengandung pengertian bahwa


terjadinya sesuatu itu adalah sebab,syarat atau penghalang sesuatu. 14
a.sebab
sesuatu yang oleh hukum syar’I (pembuat hukum ) dijadikan petanda atau
sesuatu yang lain yang menjadi akibatnya dan menghubungkan adanya akibat
lantaranadanya sebab,dan ketidaan akibat lantaran ketiadaan sebab.
b.syarat
sesuatu yang ada atau tidak adanya hukum tergantung dengan adanya
sesuatu itu.
c.mani
yang memastikan adanya tidak ada hukum atau batal sebab hukum
sekalipun menurut syara’.atau kata lain adalah sesuatu yang kalua ada bias
meniadakan atau menghalangi tujuan yang dicapai oleh sebab atau hukum.
hukum islam-Rukun Rukun
Pembuat hukum dari hukum – hukum islam itu.pembahasan sebelumnya
telah mengemukakan bahwa hakikat hukum islam adalah kitab allah yang
berhubungan dengan amal perbuatan orang mukalaf yang berisikan tuntutan
pilihan atau menjadikan sesuatu sebab,syarat,atau mani’.
2.mahkum bih
(objek hukum Sebab, syarat, mani’ diistilahkan sebagai mahkum bih
(objek hukum) disamping itu dibahas pula mengenai oerbuatan orang mukalaf
atau hal-hal yang berhubungan dengan itu.hukum islam itu ditunjukkan untuk
kemaslahatan dunia akhirat sehingga perlu diketahui siapakah yang menjadi
pembuat hukum,jadi rukun hukum islam dibagi menjadi tiga yaitu:
1.al hakim
sesuatu yamg dikehendaki oleh pembuat hukum untuk dikerjakan atau
ditinggalkan oleh manusia.jadi yang disebut sebagai objek hukum adalah sesuatu
yang berlaku padanya hukum islam.

14
Suyatno,dasar-dasar ilmu fiqh dan ushul fiqh (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2011)hlm.122

14
3.mahkum alaih
Mahkum alaih atau subjek hukum adalah orang-orang yang dituntut oleh
hakim (pembuat hukum) segala tingkah lakunya telah diperhitungkan berdasarkan
tuntutan hakim itu.
Perkembangan social
Perdebatan dikalangan publik internasional maupun nasional tentang
hukum islam sejak awal dasawarsa syariah bermakna hukum islam yang
terkandung dalam wahyu al qur’an sehingga tidak berubah.kini syariah berarti fiqh
, hasil ijtihad para ulama yang bias berubah.hal ini missal terlihat dalam berbagai
fenomena sejak perbankan syariah ,asuransi syariah,sampai hotel syariah dan
wisata syariah.
baru meningkat dan terus berlanjut.islam khususnya, yang artinya
cenderung kian campur aduk dengan fiqh menjadi perdebatan yang seolah yang
tidak pernah selesai. Apalagi ketika diindonesia sejumlah daerah menetapkan apa
komprehensif seperti yang diharapkan oeneliti, pengkaji,mahasiswa/i
, dan peminat huku
fenomena tentang sejarah social hukum islam dalam sepanjanng lebih
tiga dasawarsa yang disebut sebagai kalaningkataninternasional juga terjadi
kehebohan ketika kalangan akaum imigran muslim menyatakan hanya mengikuti
hukum islam tidak hukum nasional negara setempat.pada awalnya ,
Dalam pendekatan teologis dan syariah normatif tidak banyak
membantu dalam upaya memahami perkembangan syariah, fiqh atau hukum islam
umumnya.namun mendalami sejarah social – intelektual islam masih dalam
bidang langka.tidak banyak literatur yang tersedia dalam bidang ini baik pada
tingkat internasional, regional muslim,dan nasional seperti Indonesia.

Diantara literature itu adalah buku karya professor M.Atho Mudzhar,


Esai-esai sejarah social hukum islam . mempelajari bidang kajian ini selama lebih dua
dasawarsa, Artho menyatakan , sejarah social hukum islam adalah ilmu relatife baru
dalam tradisi kajian hukum islam.karena merupakan ilmu relative baru yang muncul
sejak akhir abad dua puluh, belum banyak kajian dan karya dalam bentuk yang dapat
menjadi rujukan utama.kajiandalam bidang ini masih fragmentaris belum ini
nampaknya terkait banyak dengan kenyataan, belum banyak ahli dalam sejarah
social hukum islam. Memang di Indonesia dan kawasan dunia muslim lain terdapat

15
cukuo banyak ahli hukum islam dan ushul fiqh, tetapi jelas belum banyak diantara
mereka yang memiliki minat dan melakukan kajian tentang hukum islam dalam
kontek dinamika dan perubahan social dimana pemikiran dan produk hukum islam
muncul dan berkembang.

Memang tidak hanya dalam kesulitan memahami kerumitan hukum islam


dan fiqh,tetapi juga pada kemampuan memahami sosiologi hukum islam atau
antropologi hukum islam. Bahkan pemahaman yang baik dalam kedua bidang ini
tidak cukup.perlu pula pemahaman yang baik dalam ilmu politik.ketiga ilmu dan
bidang kehidupan ini sangat penting dalam memahami mempengaruhi diantara
pemikiran dan produk hukum islam dalam kaitan dengan dinamika social dan
politik yang mengintarinnya.
Masa globalisasi sekarang juga memunculkan berbagai isu, masalah
dan problematika terkait hukum islam yang jelas kian memerlukan sejarah social
15
hukum islmempertimbangkan perkembangan sosiologi dan antropologis.
Melalui pendekatan sejarah social hukum islam seperti ini dapat dikembangkan
pemikiran dan ijtihad baru hukum islam yang konstektual dan relevan dengan
kebutuhan perkembangan zaman dan masyarakat.

15
“Hukum Islam Dan Perubahan Sosial” .jurnal ilmiah syariah.vol.18 No.1,
http://drive.google.com/open?id=1hj_XwHM5Nd4ZSr131Ku-MLeNnNgnh. 6 Maret 2019

16
17
16

16

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam


hukum islam pada periode kontemporer itu terdapat potret perkembangan hukum
diindonesia pada masa sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.pada masa
sebelum kemerdekaan meliputi birokrasi keagamaan,ulama dan ilmu keagamaan , arsitek
bangunan sedangkan setelah kemerdekaan meliputi departemen agama ,pendidikan
,hukum islam,haji,majelis ulama indonesia.

Hukum islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan allah


tentang tingkah laku manusia yang diakui dan mengikat untuk semua umat yang
beragama islam pembagiannya sendiri meliputi hukum taklifi dan hukum wadhi
perkembangan sosial sendiri dikalangan publik internasional maupun nasional tentang
hukum islam sejak awal dasawarsa yangr bermakna hukum islam yang terkandung dalam
wahyu al qur ‘an.

19
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. (2015). Sejarah perradapan islam,Rajawali Pers, Jakarta.

Boland, (1985). Pengumulan islam di indonesia,Gratifiters,Jakarta.

Suyatno, (2011). Dasar-dasar ilmu fiqh dan ushul fiqh,Ar-Ruzz, Jogjakarta.

Ahmad, (2019). “Hukum islam Dan Perubahan Sosial”.


https://drive.google.com/open?id=1hj_XwHM5Nd4ZS2r131ku-MLeNNnh. (diakses pada
tanggal 6 maret 2019)

20

Anda mungkin juga menyukai